Anda di halaman 1dari 86

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam beberapa dekade terakhir isu dari berkembangnya CSR (Corporate

Social Responsibility) menjadi sorotan yang paling penting di Indonesia. Peningkatan

terhadap perkembangan CSR (Corporate Social Responsibility) semakin baik, bukan

hanya dalam kuantitas namun juga dalam hal kualitas. Hal ini dibuktikan dengan

semakin banyaknya perusahaan-perusahaan yang melaporkan CSR dalam laporan

keuangan tahunan. Bahkan sebagian perusahaan telah menerapkan komitmen kepada

para pemangku kepentingan dalam melaporkan tanggung jawab sosialnya. Banyak

perusahaan di Indonesia yang telah melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial

untuk meningkatkan branding image atas produk yang dipasarkan, dengan demikian

diharapkan dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mata masyarakat ataupun

konsumen.

Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia sudah diatur oleh

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 74 yang berisi mengenai kewajiban

perusahaan yang menjalankan usaha yang berkaitan dengan sumber daya alam untuk

melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Maka perusahaan berusaha

untuk mengembangkan realita praktik CSR dalam perusahaanya. Hal ini semakin

mendukung pendapat dari Waryanto (2010) bahwa perkembangan praktik dan

pengungkapan CSR di Indonesia juga mendapat dukungan dari pemerintah. Secara

1
umum praktik CSR masih lebih banyak digunakan oleh perusahaan tambang dan

manufaktur, namun dengan adanya trend global akan praktik CSR, saat ini bahkan

industri perbankan juga telah menyebutkan aspek pertanggungjawaban sosial dalam

laporan tahunan.

Pada saat ini konsep dari CSR tidak hanya digunakan dalam dunia ekonomi

konvensional, namun juga sudah berkembang pada ekonomi Islam. CSR dalam

ekonomi Islam sangat erat kaitannya dengan perusahaan yang menjalankan kegiatan-

kegiatan bisnis perusahaan berdasarkan pada konsep syariah. Dengan

dijalankankannya kegiatan sesuai konsep syariah, maka diharapkan mampu untuk

melaksanakan tanggung jawab sosial secara Islami. Di Indonesia semakin banyak

perusahaan berasaskan syariah yang berkembang, hal ini menandakan bahwa

ekonomi Islam juga sedang mengalami peningkatan. Menurut Siwar dan Hossain

(2009) bahwa nilai-nilai Islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dapat

digunakan sebagai landasan tanggung jawab sosial perusahaan sama seperti halnya

yang terjadi pada perusahaan konvensional.

Akibat dari perkembangan ini, dalam ekonomi Islam juga turut

meningkatkanperhatian masyarakat terhadap lembaga atau institusi syariah. Dalam

rangka untuk memenuhi pelaporan perusahaan mengenai tanggung jawab sosial yang

berbasis syariah, maka umat muslim mulai mengembangkan peraturan yang

disesuaikan dengan nilai-nilai Islam dan dikenal sebagai Islamic Social Reporting

(ISR). Islamic Social Reporting (ISR) pertama kali dikenalkan oleh Haniffa pada

tahun 2002 melalui jurnalnya yang berjudul Social Reporting Disclosure An Islamic
Perspective dengan melakukan pengungkapan 5 tema. Kemudian dikembangkan oleh

Othman et al.pada tahun 2009 dengan jurnal berjudul Determinants of Islamic Social

Reporting Among Top Shariah-Approved Companies in Bursa Malaysia , yang

menambahkan satu tema dalam pengungkapan ISR yaitu tata kelola perusahaan.

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan Islamic

Social Reporting (ISR) telah dilakukan oleh beberapa peneliti dan memperoleh hasil

yang beragam. Salah satu faktor yang diprediksi mempengaruhi ISR yaitu likuiditas

merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya.Likuiditas yang tinggi merupakan berita bagus (good news) bagi investor,

oleh karena itu perusahaan yang likuiditasnya tinggi termotivasi untuk

menyampaikan informasi Islamic social reporting (ISR) yang lebih luas karena lebih

banyak investor yang membaca laporan tahunanya. Penelitian yang dilakukan oleh

Widiyanti dan Hasanah (2017) menyatakan bahwa likuiditas secara signifikan

berpengaruh positif terhadap Islamic social reporting (ISR). Sedangkan penelitian

lain yang dilakukan oleh Santi Lestari (2015) menyatakan bahwa likuiditas

berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan.

Faktor kedua yang mempengaruhi Islamic social reporting (ISR) yaitu

profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubunganya

dengan penjualan, Semakin banyaknya keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan

tersebut maka perusahaan dapat menanggung biaya yang lebih tinggi untuk membuat

pengungkapan laporan sosial yang lebih luas. Sehingga hal tersebut dapat membuat

manajemen menjadi bebas dan fleksibel dalam mengungkapkan Islamic Social


Reporting Index serta dapat menguntungkan bagi pihak perusahaan, salah satunya

adalah semakin meningkatnya citra perusahaan dimata stakeholders. Dengan

demikian, perusahaan akan terus berkelanjutan (sustainability).Hal ini menunjukkan

bahwa semakin tinggi Profitabilitas dapat meningkatkan Islamic Social Reporting

Index pada perusahaan syariah. Penelitian yang dilakukan oleh Taufik,dkk (2015)

serta Nabilah, Maslichah, dan Afifudin (2017) yang membuktikan bahwa profitabilits

berpengaruh positif signifikan terhadap Islamic Social Reporting (ISR). Sedangkan

penelitian lain yang dilakukan oleh eksandy, dan Hakim (2016) menyatakan baahwa

profitabilitas berpengaruh negatif terhadap Islamic Social Reporting (ISR).

Faktor ketiga yang mempengaruhi Islamic social reporting (ISR) yaitu jenis

industri adalah pengklasifikasian menurut jenis usaha yang dijalankan oleh sebuah

perusahaan (Widiawati dan Raharja, (2012)). Perusahaan manufaktur cenderung

memiliki limbah produksi yang tergolong berbahaya bagi masyarakat dan aktivitas

bisnisnya berdampak langsung terhadap kesehatan, keselamatan dan keamanan

masyarakat yang tinggal di lingkungan perusahaan. Perusahaan manufaktur

menghasilkan limbah dan polusi yang lebih banyak daripada perusahaan non

manufaktur. Perusahaan manufaktur yang lebih banyak menghasilkan limbah dan

polusi, maka akan berusahaa untuk mengungkapan tanggungjawaban sosial harus

lebih lengkap dan lebih rinci untuk menerangkan kepada investor dan kreditur terkait

dengan pelaporan pengungkapan tanggugjawaban sosial perusahaan. Hal ini untuk

meminimalisir tuntutan dari para stakeholders.Penelitian yang dilakukan oleh

Widiyanti, Hasanah (2017) yang membuktikan bahwa Jenis Industri berpengaruh


positif signifikan terhadap Islamic Social Reporting (ISR). Sedangkan penelitian lain

menurut Novrizal, Fitri (2016), menyatakan bahwa jenis industri berpengaruh negatif

terhadap Islamic Social Reporting (ISR).

Faktor keempat yang mempengaruhi Islamic social reporting (ISR) yaitu

umur perusahaan. Umur perusahaan yaitu seberapa lama suatu perusahaan mampu

untuk bertahan, bersaing, dan mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam

perekonomian (Syari’i, (2013). Perusahaan dengan umur yang lebih tua kemungkinan

besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak dalam laporan tahunan

dibandingkan dengan perusahaan dengan umur yang lebih muda. Perusahaan yang

semakin lama berdiri diharapkan mengetahui apa yang diinginkan oleh

stakeholdersnya dan berupaya memenuhi kebutuhan informasi stakeholders dengan

cara meningkatkan kualitas pengungkapan ISR. Penelitian yang dilakukan oleh Santi

Lestari (2015) serta Widiyanti dan Hasanah (2017) yang membuktikan bahwa umur

perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap Islamic Social Reporting (ISR).

Sedangkan penelitian lain menurut Oktavianti dan Wahidahwati (2014)menyatakan

bahwa umur perusahaan berpengaruh negatif terhadap Islamic Social Reporting

(ISR).

Faktor kelima yang mempengaruhi Islamic social reporting (ISR) yaitu

ukuran perusahaan, Kurniasih (2012) mendefinisikan ukuran perusahaan sebagai

berikut “Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya

perusahaan”. semakin besar ukuran perusahaan, semakin bertambah pula para

pemangku kepentingan Muslim yang ikut mempengaruhi atau dipengaruhi oleh


kegiatan bisnis perusahaan tersebut. Jadi, entitas syariah yang lebih besar akan

cenderung untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah

lebih luas dibandingkan entitas syariah yang lebih kecil. Penelitian yang dilakukan

oleh oleh Asmara, Safira (2016) serta Eksandy dan Hakim (2016) yang membuktikan

bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap Islamic Social

Reporting (ISR). Sedangkan penelitian lain menurut Kariza, Ayu (2015), menyatakan

bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap Islamic Social Reporting

(ISR).

Faktor keenam yang mempengaruhi Islamic social reporting (ISR) yaitu

leverage. Leverage keuangan adalah perbandingan antara dana-dana yang dipakai

untuk membiayai perusahaan atau perbandingan antara dana yang diperoleh dari

ekstern perusahaan (dari kreditur-kreditur) dengan dana yang disediakan pemilik

perusahaan Makmun, (2002) dalam Firmansyah, (2013).Perusahaan yang mempunyai

leverage tinggi mempunyai kewajiban untuk memenuhi kebutuhan informasi

kreditnya. Semakin tinggi tingkat leverage maka akan semakin besar kemungkinan

perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha

untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi. Supaya laba yang dilaporkan tinggi

maka manajer harus mengurangi beberapa biaya, termasuk biaya untuk kegiatan

Islamic Social Reporting (ISR).Penelitian yang dilakukan oleh Verawaty (2016), yang

membuktikan bahwa leverage berpengaruh positif signifikan terhadap Islamic Social

Reporting (ISR). Sedangkan penelitian lain menurut Taufik,dkk (2015)


serta Nabilah, Maslichah, dan Afifudin (2017) menyatakan bahwa leverage

berpengaruh negatif terhadap Islamic Social Reporting (ISR).

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu masih terdapat beberapa hasil

penelitian yang tidak konsisten, hal tersebut memotivasi untuk dilakukan penelitian

kembali. Penelitian ini menggunakan model penelitian baru yang tidak sama dengan

penelitian terdahulu untuk mengetahui pengaruh likuiditas, profitabilitas, jenis

industri, umur perusahaan, ukuran perusahaan, leverage terhadap Islamic Social

Reporting. Model penelitian ini mengacu dari penelitian yang dilakukan oleh

Widiyanti, Hasanah (2017). Perbedaan penelitian ini dengan peneliitian Widiyanti,

Hasanah (2017) adalah: (1) Penelitian ini menambahkan ukuran perusahaan dan

leverage. Ukuran perusahaan diprediksi dapat mempengaruhi ISR karena semakin

besar ukuran perusahaan syariah, semakin bertambah pula para pemangku

kepentingan muslim yang ikut mempengaruhi atau dipengaruhi oleh kegiatan bisnis

perusahaan tersebut. Sedangkan Semakin tinggi tingkat leverage maka akan semakin

besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga

perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi. Supaya laba

yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi beberapa biaya, termasuk

biaya untuk kegiatan Islamic Social Reporting (ISR). (2) penelitian ini menggunakan

perusahaan pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) untuk periode tahun 2017-

2018, sedangkan penelitian Widiyanti, Hasanah (2017) menggunakan perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2011 – 2015.
1.2 Rumusan Masalah

Penelitian tentang Islamic Social Reporting (ISR) sudah pernah dilakukan

sebelum-sebelumnya, seperti likuiditas pengaruh terhadap Islamic social reporting

(ISR) (Widiyanti & Hasanah, 2017), Profitabilitas (Taufik,dkk, 2015; Nabilah,

Maslichah, dan Afifudin, 2017; Rosiana, Arifin, dan Hamdani, 2013; Kurniawati,

2016), Jenis Industri (Widiyanti & Raharja, 2017; Putri,Yuyetta,2014), Umur

Perusahaan (Lestari, 2015; Widiyanti, dan Hasanah, 2017), Ukuran Perusahaan

(Eksandy, dan Hakim,2016; Nabilah, Maslichah, dan Afifudin, 2017; Asmara, dan

Safira, 2016), Leverage (Taufik,dkk,2015; Nabilah, Maslichah, dan Afifudin, 2017).

Namun hasil-hasil penelitian tersebut belum konsisten.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh likuiditas terhadap Islamic social reporting (ISR)?

2. Bagaimana pengaruh Profitabilitas terhadap Islamic social reporting (ISR)?

3. Bagaimana pengaruh Jenis Industri terhadap Islamic social reporting (ISR)?

4. Bagaimana pengaruh Umur Perusahaan terhadap Islamic social reporting (ISR)?

5. Bagaimana pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Islamic social reporting (ISR)?

6. Bagaimana pengaruh leverage terhadap Islamic social reporting (ISR)?


1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah ditentukan, maka penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Likuiditas terhadap Islamic social

reporting (ISR)?

2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Profitabilitas terhadap Islamic social

reporting (ISR)?

3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Jenis Industri terhadap Islamic social

reporting (ISR)?

4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Umur Perusahaan terhadap Islamic

social reporting (ISR)?

5. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Islamic

social reporting (ISR)?

6. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Leverage terhadap Islamic social

reporting (ISR)?

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan serta

pemahaman yang lebih mendalam lagi mengenai pengaruh likuiditas, profitabilitas,

jenis industri, umur perusahaan, ukuran perusahaaan dan leverageterhadap Islamic

social reporting (ISR), serta diharapkan penelitian ini mampu melengkapi penelitian–
penelitian terdahulu dengan jumlah variabel yang berbeda dan semoga bisa

digunakan sebagai bahan referensi untuk kegiatan penelitian yang selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Regulator

Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan bisa digunakan sebagai acuan

dan bahan evaluasi mengenai regulasi yang mengatur pengungkapan sosial pada

perusahaan syariah yang ada di Indonesia, khususnya pengungkapan dengan indeks

Islamic social reporting (ISR). Selain itu juga dapat dijadikan sebagai benchmarking

dalam membuat regulasi terkait dengan pengungkapan tanggung jawab sosial.

2. Bagi Perusahaan

Bagi perusahaan syariah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

pertimbangan untuk menyajikan Islamic social reporting (ISR) yang memadai dan

sesuai dengan prinsip syariah untuk masa yang akan datang, dan evaluasi

pembanding atas item Islamic social reporting (ISR) yang sudah diungkapkan selama

ini.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Stakeholder Theory

Definisi stakeholders menurut Freeman dan McVea (2001) adalah setiap

kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian

tujuan organisasi. Sedangkan, Stakeholder Theory adalah teori yang berkaitan dengan

cara-cara yang digunakan perusahaan untuk mengelola stakeholder (Gray et al. 1997

dalam Chariri dan Ghozali, 2007).

Stakeholder Theory menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang

hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri, namun juga harus memberi manfaat bagi

para stakeholders (pemegang saham, kreditur, konsumen, supplier, pemerintah,

masyarakat, analis, dan pihak lain) Widiawati, (2012).

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Stakeholder

Theory menjelaskan tentang perusahaan sebagai sebuah entitas yang dalam

menjalankan aktivitasnya tidak hanya untuk kepentingan perusahaannya saja

melainkan juga harus memberikan manfaat kepada para pemangku kepentingan

perusahaan tersebut, seperti: manajer, karyawan, konsumen, pemasok, investor,

kreditor, pemerintah, shareholders, serta masyarakat sekitar perusahaan.

Hubungan Stakeholder Theory dengan Islamic social reporting (ISR)

diharapkan menjadi sebuah keinginan dari stakeholders yang dapat terakomodasi

sehingga akan menghasilkan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan

11
stakeholdernya dimana perusahaan akan secara sukarela mengungkapkan Islamic

social reporting (ISR) tersebut kepada publik dan publik pada akhirnya akan menaruh

kepercayaan yang tinggi terhadap perusahaan untuk mengelola dananya.

2.2 Legitimacy Theory

Menurut Hadi (2011) Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis

bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan kedepan. Hal itu

dapat dijadikan sebagai wahana untuk mengonstruksi strategi perusahaan,

terutama terkait dengan upaya memposisikan diri ditengah lingkungan

masyarakat yang semakin maju.

Sedangkan menurut Verawaty dkk, (2016). Teori Legitimasi merupakan hal

yang penting bagi organisasi terhadap batasan-batasan berupa norma-norma dan nilai-

nilai social serta reaksinya sehingga mendorong organisasi agar berperilaku dengan

memperhatikan nilai-nilai social di lingkungan perusahaan. Teori Legitimasi

mengandung pengertian bahwa aktivitas berupa tanggung jawab social perusahaan

merupakan suatu usaha yang berkenaan dengan tekanan dari lingkungan sekitar,

seperti tekanan sosisal, politik maupun ekonomi.

Perusahaan akan cenderung menggunakan kinerja berbasis lingkungan dan

pengungkapan informasi lingkungan dengan tujuan membenarkan atau melegitimasi

perusahaan di mata masyarakat, hal tersebut dikarenakan luasnya pengaruh

masyarakat dapat menentukan besarnya alokasi keuangan dan sumber ekonomi

lainnya
Perusahaan yang dapat mengelola usahanya dengan baik dan dapat

membentuk keberpihakkan kepada masyarakat akan melegitimasi perusahaan di

masyarakat. Salah satu yang menjadi dasar untuk melegitimasi perusahaan

dimasyarakat adalah jenis perusahaan itu sendiri. Perusahaan manufaktur cenderung

memiliki produksi yang tergolong berbahaya bagi masyarakat dan aktivitas bisnisnya

berdampak langsung terhadap kesehatan, keselamatan dan keamanana masyarakat

yang tinggal di lingkungan perusahaan.

Perusahaan dapat meyakinkan bahwa aktivitas dan kinerjanya dapat diterima

masyarakat sesuai dengan laporan tahunannya, dengan melakukan Islamic social

reporting (ISR) perusahaan bisa melegitimasi operasi mereka. Praktik ISR Islamic

social reporting (ISR) dapat dilakukan untuk menggambarkan kesan tanggung jawab

lingkungan yang baik didalam masyarakat melalui laporan keuangannya. Perusahaan

yang melakukan praktik ISR yang baik akan mendapat penghargaan. Jika suatu

perusahaan mendapat penghargaan atas praktik ISR yang baik, maka kesan positif

masyarakat akan meminimalkan kesenjangan dan meningkatkan legitimasi

masyarakat terhadap perusahaan. Oleh karena itu operasi perusahaan harus sesuai

dengan harapan masyarakat, dimana keberadaan perusahaan tidak mengganggu

eksistensi nilai yang ada dimasyarakat dan lingkungan Tobin (2002) dan Fitriyani

(2012).

Apabila perusahaan mempunyai usaha untuk selalu menyelaraskan diri

dengan nilai dan norma di dalam masyarakat serta dapat mengantisipasi terjadinya
legitimacy gap maka perusahaan dapat terus bertahan hidup karena dianggap sah

sesuai pandangan masyarakat dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.

2.3 Islamic Social Reporting

Islamic Social Reporting adalah standar pelaporan kinerja sosial perusahaan-

perusahaan yang berbasis syariah. Sedangkan menurut Haniffa (2002) Islamic Social

Reporting (ISR)adalah kerangka konseptual pelaporan pertanggungjawaban social

sesuai dengan prinsip islam.

Istilah Islamic Social Reporting (ISR) menggunakan prinsip syariah sebegai

landasan dasarnya, dimana konsep ini adalah standar pelaporan kinerja sosial

perusahaan yang lebih menekankan kepada keadilan, sosial dalam pelaporannya selain

pelaporan terhadap lingkungan, karyawan dan kepentingan-kepentingan lainnya.

Konsep ISR ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 2002 oleh Haniffa dan Hudaib,

kemudian dikembangkan oleh peneliti selanjutnya seperti Rohana Othaman, Azlan

Md Thani di tahun 2010 di Malaysia hingga sampai saat ini konsep dari ISR masih

dikembangkan Harahap dkk.,(2017).

Pada intinya prinsip perusahaan syariah mengacu kepada syariah Islam yang

berpedoman utama kepada Al Quran dan Hadist.Islam sebagai agama merupakan

konsep yang mengatur kehidupan manusia secara komprehensif dan universal baik

dalam hubungan dengan Sang Pencipta (HabluminAllah) maupun dalam hubungan

sesama manusia (Hablumminannas). Ada tiga pilar pokok dalam ajaran Islam yaitu

Aqidah, Syariah, dan Akhlaq.  Prinsip-Prinsip syariah yang dilarang dalam


operasional perperusahaanan syariah adalah kegiatan yang mengandung unsur-unsur

sebagai berikut yaitu : Maisir, Gharar, dan Riba.

Cara untuk mengukur ISR adalah menggunakan indeks yang telah ditetapkan

oleh peneliti terdahulu. Salah satu peneliti yang mengembangkan indeks ISR adalah

Haniffa,(2002). Haniffa,(2002) mengembangkan ISR didasarkan pada tiga dimensi

syariah yang saling terkait, yaitu: memperoleh rahmat Allah SWT sebagai tujuan

utama dalam mewujudkan keadilan sosial ekonomi, memberikan manfaat bagi

masyarakat dalam rangka memenuhi kewajiban masyarakat dan mencapai

kesejahteraan dalam rangka memenuhi kebutuhan tiap individu. Untuk itu, tujuan dari

pengembangan ISR adalah:

a. Mendemonstrasikan akuntabilitas perusahaan tidak hanya kepada Allah SWT

namun juga kepada masyarakat.

b. Meningkatkan transparansi aktivitas bisnis dengan menyediakan informasi yang

relevan untuk kebutuhan spiritual dari pembuat keputusan muslim.

Berdasarkan tujuan tersebut, Haniffa, (2002) mengembangkan lingkup

pengungkapan ISR yang dibatasi dalam 5 tema, yaitu: keuangan dan investasi terdiri

dari 6 item, produk dan jasa terdiri dari 4 Item , tenaga kerja terdiri dari 10 item, sosial

terdiri dari 11 item, masyarakat dan lingkungan terdiri dari 7 item.Kemudian Othman

et al. (2009) menambahkan satu tema pada indeks pengungkapan ISR yang

dikembangkannya yaitu tata kelola perusahaan yang terdiri dari 5 item. Penelitian ini

akan menggunakan indeks ISR yang dirancang oleh Othman et al. (2009) dengan
sedikit tambahan maupun penyesuaian. Keenam tema dari Islamic Social Reporting

tersebut yaitu:

1) Investasi dan Keuangan

2) Produk atau Jasa

3) Tenaga Kerja

4) Sosial

5) Lingkungan

6) Tata Kelola Organisasi

Total keseluruhan item informasi yang dirancang oleh Othman et.al (2009),

membagi ISR menjadi enam kategori dengan total pengungkapan 43 Item indeks

penungkapan.

2.4 Likuiditas

Menurut Syafrida, (2014) Likuiditas adalah kemampuan dalam memenuhi

kewajiban-kewajiban keuangan yang segera dapat dicarikan atau yang sudah jatuh

tempo. Sedangkan menurt Kasmir (2010) mengartikan bahwa likuiditas merupakan

rasio untuk mengukur kemampuan bank d alam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya pada saat ditagih.

Menurut Hery (2015), rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukan

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka

pendeknya. Dengan kata lain, rasio likuiditas adalah rasio yang dapat digunakan
untuk mengukur sampai seberapa jauh tingkat kemampuan perusahaan dalam

melunasi kewajiban jangka pendeknya yang akan segera jatuh tempo.

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya pada saat ditagih, artinya perusahaan dapat membayar kembali pencairan

dana depositnya pada saaat ditagih serta dapat memenuhi permiataan kredit yang

diajukan.

Penelitian Kariza (2014) menunjukkan likuiditas berpengaruh dengan

pengungkapan Islamic social reporting (ISR). Entitas syariah dengan kondisi

keuangan yang kuat seharusnya cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi

terkait laporan pertanggungjawaban sosialnya secara syariah untuk menunjukkan

kepada pihak eksternal bahwa suatu entitas syariah bersifat kredibel.

Untuk mengukur rasio likuiditas diperlukan beberapa pengukuran rasio

sebagai berikut :

2.4.1 Current Ratio

Pengertian current ratio menurut Kasmir (2014) menyatakan bahwa: Rasio

lancar atau (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan

membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat

ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang

tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo.

Sedangkan Menurut Fahmi (2012) "current ratio ( Rasio Lancar ) adalah

ukuran yang umum digunakan atas solvensi jangka pendek, kemampuan suatu

perusahaan memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo".


Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa current ratio

merupakan rasio untuk mengukur likuiditas perusahaan dalam membayar hutang

jangka pendek dengan aset lancar yang dimiliki perusahaan.

2.4.2 Quick Ratio

Rasio cepat adalah rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan

dalam membayar kewajiban atau utang lancarnya tanpa melibatkan nilai sediaan

(inventory) (Kasmir, 2014). Semakin besar rasio cepat, maka akan semakin cepat

perusahaan bisa memenuhi semua kewajibannya.

Quick ratio or acid test lebih baik dalam mengukur kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, karena dalam perhitungannya semua

unsur-unsur persediaan dikurangkan atau dianggap tidak digunakan untuk membayar

utang jangka pendek.

2.5 Profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam

mencari keuntungan. Dari sudut pandang investor, profitabilitas penting untuk

menilai prospek perusahaan dimasa datang dan juga dapat melihat pertumbuhan

profitabilitas pada perusahaan yang bersangkutan (Kasmir, 2012). Profitabilitas

menunjukkan seberapa besar kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan atau

memperoleh keuntungan. Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen

menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial

kepada pemegang saham (Heinze, 1976 dalam Widiawati dan Raharja,


2012).Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa profitabilitas merupakan

kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba selama periode tertentu dengan

modal atau aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.

Haniffa dan Cooke (2002) menemukan hubungan antara profitabilitas

perusahaan dengan Islamic Social Reporting dalam perusahaan syariah sebagai

keuntungan yang lebih tinggi memotivasi manajemen untuk memberikan informasi

yang unggul karena akan meningkatkan kepercayaan investor.

. Profitabilitas dapat diukur dengan beberapa rasio diantaranya Return on Asset

(ROA), dan Return on Equity (ROE).

2.5.1 Return on Asset (ROA)

Pengertian return on assets menurut Kasmir (2014) yaitu “return on total

assets” merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang

digunakan dalam perusahaan”.

Sedangkan menurut Fahmi (2012) pengertian return on assets yaitu: Return

on assets sering juga disebut sebagai return on investment, karena ROA ini melihat

sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian

keuntungan sesuai dengan yang diharapkan dan investasi tersebut sebenarnya sama

dengan aset perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan.

Berdasarkan definisi menurut para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa return on assets (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk

mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.


2.5.2 Return on Equity (ROE)

Return on equity adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak

dengan modal sendiri kasmir (2015).

Sedangkan, pengertian return on equity (ROE) menurut Sartono (2012) ROE

yaitu “Mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi

pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang

perusahaan, apabila proporsi utang besar maka rasio ini akan besar”.

Dari pengertian ROE menurut beberapa para ahli tersebut, dapat disimpulkan

bahwa ROE merupakan pengembalian atas ekuitas saham biasa yang digunakan

untuk mengukur tingkat laba yang dihasilkan dari investasi pemegang saham.

2.6 Jenis Industri

Jenis industri menggambarkan karakteristik yang dimiliki oleh perusahaan

yang berkaitan dengan bidang usaha, risiko usaha, karyawan yang dimiliki dan

lingkungan perusahaan. Luas pengungkapan pada laporan tahunan perusahaan

mungkin tidak akan sama untuk semua sektor ekonomi Cooke dalam Gunawan,

(2002).

Menurut legitimacy Theorybisnis dibatasi oleh kontrak sosial bahwa

perusahaan sepakat menunjukkan segala aktivitas sosial perusahaan dengan harapan

perusahaan mendapatkan penerimaan dari masyarakat sehingga kelangsungan hidup

perusahaan menjadi terjamin (Brown and Deegan, 1998; Guthrine and Parker, 1989;

Deegan, 2002 dalam Putri, 2014).


Haniffa dan Cooke (2005) mengelompokkan jenis industri menjadi sektor

perbankan, jasa, dan asuransi industrial. Jenis industri yang dikelompokkan menjadi

perusahaan tradisional dan modern diteliti oleh Akhtaruddin (2005). Penelitian

Rahayu (2006), jenis industri dikategorikan menjadi industri jasa dan industri riil.

Karakteristik unik yang dimiliki oleh perusahaan jasa menyebabkan manajemen laba

akan mengungkapkan lebih banyak informasi dalam laporan yang dipublikasikan

kepada publik.

Hubungan jenis industry terhadap Islamic Social Reporting (ISR) dikarenakan

Perusahaan manufaktur cenderung memiliki produksi yang tergolong berbahaya bagi

masyarakat dan aktivitas bisnisnya berdampak langsung terhadap kesehatan,

keselamatan dan keamanan masyarakat yang tinggal di lingkungan perusahaan.

Dalam penelitian Suwaidan (1997) dalam Omar dan Simon (2011), perusahaan

manufaktur menghasilkan polusi yang lebih banyak daripada perusahaan non

manufaktur sehingga informasi tambahan harus diungkapkan dalam laporan tahunan

perusahaan manufaktur. Sehingga perusahaan manufaktur harus melengkapi

pengungkapan ISR yang lebih lengkap.

2.7 Umur Perusahaan

Umur perusahaan yaitu seberapa lama suatu perusahaan mampu untuk

bertahan, bersaing, dan mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam perekonomian

Syari’i, (2013). Widiastuti (2002) dalam Santioso dan Chandra (2012) menyatakan
umur perusahaan dapat menunjukkan bahwa perusahaan tetap eksis dan mampu

bersaing.

Sedangkan menurut Prima & Keni (2013) menyatakan bahwa umur

perusahaan dapat menunjukkan kemampuan dalam mengatasi kesulitan dan hambatan

yang dapat mengancam kehidupan perusahaan serta menunjukkan kemampuan

perusahaan mengambil kesempatan dalam lingkungannya untuk mengembangkan

usaha. Disamping itu, perusahaan menunjukkan kemampuan keunggulan dalam

berkompetensi. Dengan demikian semakin lama perusahaan berdiri, perusahaan

tersebut semakin dapat menunjukkan eksistensi dalam lingkungannya dan semakin

bisa meningkatkan kepercayaan investor.

Umur Perusahaan dapat ditentukan sejak tanggal berdirinya perusahaan.

Semakin lama siklus perusahaan berlangsung, maka perusahaan akan lebih banyak

memiliki pengalaman menjalankan kinerja, lebih mampu bersaing, dan lebih

memanfaatkan peluang bisnis dengan baik. Umur perusahaan dapat diukur dari

tanggal pendiriannya.

Umur perusahaan memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Islamic Social

Reporting (ISR) karena perusahaan yang berdiri sudah lama memiliki pengalaman

lebih banyak dalam hal pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR). Umur

perusahaan diperkirakan memiliki hubungan dengan pengungkapan sukarela. Alasan

yang mendasari adalah bahwa umur yang berumur lebih tua memiliki pengalaman

yang lebih banyak dalam mempublikasikan pengungkapan informasi social.


2.8 Ukuran Perusahaan

Kurniasih (2012) mendefinisikan ukuran perusahaan sebagai berikut “Ukuran

perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan”.

Catrinasari dalam Fitri, (2013) juga mengatakan bahwa ukuran perusahaan lebih

disebabkan dari operasi ketersediaan informasi yang telah terpublikasikan untuk

perusahaan telah meningkat sesuai dengan peningkatan yang terjadi dari sebuah

ukuran suatu perusahaan itu sendiri.

Ukuran perusahaan merupakan tingkat identifikasi besar atau kecilnya suatu

perusahaan. perusahaan yang lebih besar melakukan aktivitas yang lebih banyak,

menyebabkan dampak yang lebih besar terhadap lingkungan, memiliki lebih banyak

pemegang saham yang mungkin berkepentingan dengan program sosial perusahaan

dan laporan keuangan menyediakan alat yang efesien dalam mengkomunikasikan

informasi sosial perusahaan. Cowen et.al (1987) dalam Mulida (2014).

Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Islamic Social Reporting (ISR),

dimana jika ukuran perusahaan semakin besar maka informasi yang tersedia untuk

investor dalam pengambilan keputusan perusahaan semakin banyak. Dengan

demikian, perusahaan yang lebih besar sudah pasti memiliki pembiayaan, fasilitas,

dan sumber daya manusia yang lebih banyak untuk dapat melakukan pengungkapan

yang lebih sesuai dengan prinsip Islam

Perusahaan dengan size yang lebih besar umumnya lebih banyak menjadi

pusat perhatian dibanding dengan size yang lebih kecil karena disamping melibatkan
lebih besar stakeholders juga dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut

sangat luas dan besar.

Pengukuran ukuran perusahaan menggunakan logaritma

natural, karena penilaian ukuran perusahaan dapat menggunakan tolak

ukur total asset, total penjualan, dan total kapitalsasi pasar yang nilai

variabel akan sangat besar, miliar bahkan triliun. Maka hal ini dapat

disederhanakan dengan mentransformasikannya kedalam logaritma

natural, tanpa mengubah proporsi dari nilai asal yang sebenarnya.

2.9 Leverage

Leverage keuangan adalah perbandingan antara dana-dana yang dipakai untuk

membiayai perusahaan atau perbandingan antara dana yang diperoleh dari ekstern

perusahaan (dari kreditur-kreditur) dengan dana yang disediakan pemilik perusahaan

Makmun, (2002) dalam Firmansyah, (2013).

Adapun menurut Kasmir (2015) Leverage adalah: “Rasio solvabilitas atau

leverage ratio merupakan rasio yang digunakan dalam mengukur sejauh mana aktiva

perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung

perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio

solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar

seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila

perushaaan dibubarkan (dilikuidasi)”.

kemudian menurut Irham Fahmi (2015) leverage adalah: “ Rasio leverage

adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan


utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan

masuk dalam kategori extreme leverage (utang ekstrim) yaitu perusahaan terjebak

dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut”.

Perusahaan dengan leverage tinggi akan mendorong perusahaan untuk

melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial yang makin banyak. Hal ini

disebabkan perusahaan dengan leverage tinggi memiliki tekanan yang lebih besar

dari debtholders sehingga perusahaan berupaya untuk melonggarkan tekanan ini

dengan cara melakukan banyak pengungkapan salah satunya adalah pengungkapan

Islamic Social Reporting (ISR) dengan tujuan memberikan keyakinan bahwa

perusahaan tidak melanggar covenants yang ada. Pengungkapan Islamic Social

Reporting (ISR) diperlukan sebagai bentuk akuntabilitas dan tanggung jawab kepada

stakeholders sesuai dengan kebutuhan spiritual mereka terhadap Allah SWT. Adanya

pengaruh leverage terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR)

perusahaan mengindikasikan bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi

memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih besar daripada

perusahaan dengan rasio leverage yang rendah. Semakin besar pengungkapan, maka

makin banyak informasi yang dapat diperoleh pihak-pihak seperti pemegang saham,

kreditor, investor dan pengguna informasi lainnya dapat melihat hal tersebut sebagai

jaminan atas going concern perusahaan dan agar pihak-pihak tersebut dapat

memperoleh keyakinan atas terjaminnya hak mereka

Salah satu indikator rasio leverage adalah Debt to Assets Ratio (DAR) atau

Debt Ratio.DAR merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur seberapa
besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan

berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva (Kasmir, 2010 dalam Istiani, 2015). Rumus

yang dapat digunakan untuk mencari nilai DAR adalah sebagai berikut:

1. Debt to Total Asset Ratio (DAR)

Debt to Total Asset Ratio (DAR) digunakan sebagai proksi

untuk menghitung profitabilitas. Debt to Total Assets Ratio (DAR)

digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan

dibiayai dengan total hutang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin

besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk investasi pada

aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan(Syamsuddin,

2006).Dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi akan

mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi yang pada akhirnya

akan mengurangi pembayaran dividen(Darsono, 2005).

2. Debt Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio adalah rasio utang dengan ekuitas menunjukan

sejauh mana pendanaan dari utang digunakan jika dibandingkan dengan

pendanaan equitas (Horne dan Wachowicz, 2005).

Rasio pendanaan yang diukur dengan indicator Debt to Equity Ratio (DER)

mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang

ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar
hutang. Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan

perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya.

2.10 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai karakteristik Likuiditas, Profitabilitas, Jenis Industri,

Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Islamic Social

Reporting (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index

(JII) Tahun 2016-2018), Telah dilakukan oleh berbagai peneliti terdahulu.

Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti
Variabel Metode Hasil Penelitian
. (Tahun)
1. Taufik,dk Dependen : Sampel : - Islamic Governance
k (2015) - Islamic Social Bank umum Score (IGS)
Reporting Index syariah di mempunyai pengaruh
Independen: Indonesia. tidak signifikan
- Islamic Metode Analisis : terhadap variabel
Governance - Multiple dependen Islamic
Score Regression Social Reporting
- Leverage Analysis (ISR).
- Profitabilitas - Leverage negatif
signifikan terhadap
Islamic Social
Reporting Index
- Profitabilitas pengaruh
positif signifikan
terhadapIslamic
Social Reporting(ISR)
2. Eksandy, Dependen : Sampel : - Ukuran perusahaan
dan - Pengungkpan Bank umum berpengaruh positif
Hakim Islamic Social Syariah di signifikan terhadap
(2016) Reporting (ISR) Indonesia. pengungkapan Islamic
Independen: Metode Analisis : Social Reporting(ISR)
- Ukuran - Analisis Regresi - Profitabilitas
Perusahaan Data Panel berpengaruh negatif
- Profitabilitas terhadap
- Leverage pengungkapan Islamic
Social Reporting
(ISR)
- Leverage tidak
berpengaruh terhadap
pengungkapan Islamic
Social Reporting(ISR)
3. Nabilah, Dependen : Sampel : - Islamic Governance
Hj. - Islamic Social Bank umum Score tidak
Maslichah Reporting Index Syariah di berpengaruh terhadap
, dan Independen : Indonesia. Islamic Social
Afifudin - Islamic Metode Analisis : Reporting Index.
(2017) Governance - Multiple - Leverage (DAR)
Score Regression berpengaruh negatif
- Leverage Analysis terhadap Islamic
- Profitabilitas Social Reporting
- Size Index.
- Profitabilitas (ROA)
berpengaruh positif
signifikan terhadap
Islamic Social
Reporting Index.
- Size berpengaruh
positif signifikan
terhadap Islamic
Social Reporting
Index.
4. Rosiana, Dependen : Sampel : - Terdapat pengaruh
Arifin, dan - Islamic Social 11 Bank umum positif yang signifikan
Hamdani Reporting Syariah di antara Size yang
(2013) Independen : Indonesia. diukur dengan total
- Ukuran Metode Analisis : asset terhadap
Perusahaan - Analisis Regresi pengungkapan islamic
- Profitabilitas Linier Berganda social reporting.
- Leverage - Pengaruh positif
- Islamic antara profitabilitas
Governance yang diukur dengan
Score Return on Asset
terhadap
pengungkapan islamic
social reporting.
- Tidak terdapat
pengaruh antara
leverage yang diukur
dengan rasio
kewajiban terhadap
ekuitas.
- Islamic governance
score yang diukur
dengan jumlah, cross
membership, latar
belakang pendidikan,
dan reputasi dewan
pengawas syariah
Hasil penelitian telah
menunjukkan bahwa
IGS tidak memiliki
pengaruh terhadap
pengungkapan islamic
social reporting.
5. Setiawana Dependen : Sampel : - ukuran bank
Asnawi, - Islamic Social 12 Bank umum berpengaruh positif
dan Reporting Syariah di secara signifikan
Sofyani Independen : Indonesia. terhadap ISR.
(2016) - Ukuran Bank Metode Analisis : - Proftabilitas
Syariah - Analisis Regresi tidak berpengaruh
- Profitabilitas Berganda secara signifikan
- Manajemen terhadap pelaksanaan
Laba dan pengungkapan
ISR
- manajemen laba tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
ISR
6. Kurniawat Dependen : Sampel : - Ukuran dewan
i (2016) - Islamic Social Perusahaan syariah komisaris berpengaruh
Reporting termasuk di Daftar positif signifikan
Independen : Efek Syariah terhadap
- Ukuran dewan (DES). pengungkapan ISR
komisaris Metode Analisis : - Independensi dewan
- Independensi - Analisis Regresi komisaris tidak
dewan Linier Berganda berpengaruh
komisaris signifikan terhadap
- Komite audit Pengungkapan ISR
- Profitabilitas - Komite audit tidak
- Kinerja berpengaruh terhadap
lingkungan pengungkapan ISR
- Profitabilitas
berpengaruh positif
terhadap
pengungkapan ISR
- Kinerja lingkungan
berpengaruh positif
signifikan terhadap
pengungkapan ISR
7. Asmara, Dependen : Sampel : - Kinerja Lingkungan
Safira - Pengungkapan perusahaan yang memiliki pengaruh
(2016) Islamic Social terdaftar di Daftar positif signifikan
Reporting Efek Syariah terhadap
Independen : Metode Analisis : pengungkapan Islamic
- Kinerja - Analisis regresi Social Reporting
lingkungan linier berganda (ISR).
- Profitabilitas - Profitabilitas tidak
- Ukuran memiliki pengaruh
Perusahaan signifikan terhadap
- Leverage pengungkapan Islamic
Social Reporting
(ISR).
- Ukuran Perusahaan
memiliki pengaruh
positif signifikan
terhadap
pengungkapan Islamic
Social Reporting
(ISR)
- Leverage tidak
memiliki pengaruh
signifikan terhadap
pengungkapan Islamic
Social Reporting
(ISR).
8. Lestari Dependen : Sampel : - Profitabilitas tidak
(2015) - Pengungkapan perbankan syariah berpengaruh terhadap
Islamic Social Indonesia pengungkapan Islamic
Reporting Metode Analisis : Social Reporting
Independen : - Analisis regresi - Likuiditas tidak
- Profitabilitas berganda berpengaruh
- Likuiditas signifikan terhadap
- Leverage pengungkapan Islamic
- Ukuran Social Reporting
perusahaan - Leverage tidak
- Umur berpengaruh
perusahaan signifikan terhadap
pengungkapan Islamic
Social Reporting.
- Ukuran perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap
pengungkapan Islamic
Social Reporting
(ISR)
- Umur perusahaan
berpengaruh positif
signifikan terhadap
Islamic Social
Reporting
9. Widiyanti, Dependen : Sampel : - Likuiditas
Hasanah - Pengungkapan Perusahaan yang berpengaruh positif
(2017) Islamic Social tercatat dalam signifikan terhadap
Reporting Jakarta Islamic pengungkapan ISR
Independen : Index (JII) - Profitabilitasberpenga
- Likuiditas Metode Analisis : ruh positif signifikan
- Profitabilitas - Content analysis terhadap
- Jenis industri pengungkapan ISR
- Umur - Jenis industri
perusahaan berpengaruh positif
signifikan terhadap
pengungkapan Islamic
Social Reporting
(ISR)
- Umur perusahaan
berpengaruh positif
signifikan terhadap
pengungkapan Islamic
Social Reporting
(ISR)
-
10. Santoso, Dependen : Sampel : - Profitabilitas
Dhiyaul- - Pengungkapan Bank Umum berpengaruh positif
Haq Islamic Social Syariah terhadap
(2017) Reporting Metode Analisis : pengungkapan ISR.
Independen : - analisis regresi - Penghargaan
- Profitabilitas linear berganda berpengaruh positif
- Penghargaan terhadap
- Kepemilikan pengungkapan ISR.
pemerintah - Kepemilikan
- Kepemilikan pemerintah
keluarga berpengaruh positif
- Kepemilikan terhadap
asing pengungkapan ISR.
- Kepemilikan - Kepemilikan keluarga
institusi berpengaruh negative
Kontrol : terhadap
- Ukuran pengungkapan ISR.
Perusahaan - Kepemilikan asing
berpengaruh positif
terhadap
pengungkapan ISR.
- Kepemilikan institusi
berpengaruh positif
terhadap
pengungkapan ISR.

2.11 Pengembangan Hipotesis

Perumusan hipotesis yang diajukan penelitian ini bertujuan untuk menguji

pengaruh likuiditas, Profitabilitas, Jenis Industri, Umur Perusahaan, Ukuran

Perusahaan, dan Leverage terhadap Islamic Social Reporting (ISR). Bedasarkan


pemikiran tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

2.11.1 Pengaruh Likuiditas terhadap Islamic Social Reporting (ISR)

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

jangka pendeknya. Rasio likuiditas menggambarkan kinerja keuangan perusahaan

dari segi kewajiban yang dapat mempengaruhi penilaian masyarakat khususnya

kreditur dalam memberikan pinjaman kepada perusahaan. Perusahaan yang memiliki

kemampuan bagus dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan

menggunakan aktiva lancar maka dapat dikatakan memiliki tingkat likuiditas yang

baik.

Likuiditas yang tinggi merupakan berita bagus (good news) bagi investor,

oleh karena itu perusahaan yang likuiditasnya tinggi termotivasi untuk

menyampaikan informasi Islamic social reporting (ISR)yang lebih luas karena lebih

banyak investor yang membaca laporan tahunanya.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lestari (2015)

serta Widiyanti dan Hasanah (2017) membuktikan bahwa likuiditas memiliki

pengaruh positif signifikan terhadap Islamic Social Reporting (ISR). Berdasarkan

uraian diatas, maka hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:
H1: Likuiditas berpengaruh positif terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting

(ISR)

2.11.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Islamic Social Reporting (ISR)

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam

hubunganya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Semakin

banyaknya keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan tersebut maka perusahaan

dapat menanggung biaya yang lebih tinggi untuk membuat pengungkapan laporan

sosial yang lebih luas. Sehingga hal tersebut dapat membuat manajemen menjadi

bebas dan fleksibel dalam mengungkapkan Islamic Social Reporting Index serta dapat

menguntungkan bagi pihak perusahaan, salah satunya adalah semakin meningkatnya

citra perusahaan dimata stakeholders. Dengan demikian, perusahaan akan terus

berkelanjutan (sustainability).Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

Profitabilitas dapat meningkatkan Islamic Social Reporting Index pada perusahaan

syariah.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan olehTaufik,dkk

(2015) serta Nabilah, Maslichah, dan Afifudin (2017) yang membuktikan bahwa

profitabilits berpengaruh positif signifikan terhadap Islamic Social Reporting (ISR).

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

H2: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan Islamic Social

Reporting (ISR)

2.11.3 Pengaruh Jenis Industri terhadap Islamic Social Reporting (ISR)


Jenis industri dikelompokan menjadi industri manufaktur dan non manufaktur.

Perusahaan manufaktur cenderung memiliki limbah produksi yang tergolong

berbahaya bagi masyarakat dan aktivitas bisnisnya berdampak langsung terhadap

kesehatan, keselamatan dan keamanan masyarakat yang tinggal di lingkungan

perusahaan. Perusahaan manufaktur menghasilkan limbah dan polusi yang lebih

banyak daripada perusahaan non manufaktur. Perusahaan manufaktur yang lebih

banyak menghasilkan limbah dan polusi, maka akan berusahaa untuk mengungkapan

tanggungjawaban sosial harus lebih lengkap dan lebih rinci untuk menerangkan

kepada investor dan kreditur terkait dengan pelaporan pengungkapan tanggugjawaban

sosial perusahaan. Hal ini untuk meminimalisir tuntutan dari para stakeholders.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widiyanti,

Hasanah (2017) yang membuktikan bahwa Jenis Industri berpengaruh positif

signifikan terhadap Islamic Social Reporting (ISR).

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang akan diajukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

H4: Jenis industri berpengaruh positif terhadap pengungkapan Islamic Social

Reporting (ISR)

2.11.4 Pengaruh Umur Perusahan terhadap Islamic Social Reporting (ISR)

Umur perusahaan menggambarkan seberapa lama perusahaan berdiri dan

melangsungkan aktivitas bisnisnya supaya tetap eksis dan mampu bersaing dengan

perusahaan lainnya. Perusahaan dengan umur yang lebih tua kemungkinan besar akan

mengungkapkan informasi lebih banyak dalam laporan tahunan dibandingkan dengan


perusahaan dengan umur yang lebih muda. Perusahaan yang semakin lama berdiri

diharapkan mengetahui apa yang diinginkan oleh stakeholdersnya dan berupaya

memenuhi kebutuhan informasi stakeholders dengan cara meningkatkan kualitas

pengungkapan ISR.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lestari (2015)

serta Widiyanti dan Hasanah (2017) membuktikan bahwa Umur Perusahaan memiliki

pengaruh positif signifikan terhadap Islamic Social Reporting (ISR). Berdasarkan

uraian diatas, maka hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

H4: Umur perusahaan berpengaruh Positif terhadap pengungkapan Islamic Social

Reporting (ISR)

2.11.5 Pengaruh Ukuran Perusahan terhadap Islamic Social Reporting (ISR)

Ukuran perusahaan menggambarkan tentang besar atau kecilnya suatu

perusahaan. Perusahaan besar akan melakukan aktivitas yang lebih banyak dan

menyebabkan dampak yang lebih besar terhadap lingkungan. Di Indonesia

perusahaan besarbanyak pemangku kepentingan muslim yang berkepentingan dengan

program sosial perusahaan dan laporan keuangan dengan informasi sosial perusahaan.

Dengan demikian semakin besar ukuran perusahaan, semakin bertambah pula

para pemangku kepentingan Muslim yang ikut mempengaruhi atau dipengaruhi oleh

kegiatan bisnis perusahaan tersebut. Jadi, entitas syariah yang lebih besar akan

cenderung untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah

lebih luas dibandingkan entitas syariah yang lebih kecil.


Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Asmara, Safira

(2016) serta Eksandy dan Hakim (2016) membuktikan bahwa Ukuran Perusahaan

memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Islamic Social Reporting (ISR).

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

H5: Ukuran Perusahan berpengaruh positif terhadap pengungkapan Islamic Social

Reporting (ISR)

2.11.6 Pengaruh Leverage terhadap Islamic Social Reporting (ISR)

Rasio leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

pembayaran semua hutang, baik hutang jangka panjang maupun jangka pendek, atau

kenaikan bila mengalami likuidasi. Perusahaan yang mempunyai leverage tinggi

mempunyai kewajiban untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditnya. Semakin

tinggi tingkat leverage maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan akan

melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan

laba sekarang lebih tinggi. Supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus

mengurangi beberapa biaya, termasuk biaya untuk kegiatan Islamic Social Reporting

(ISR).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Taufik,dkk (2015)

serta Nabilah, Maslichah, dan Afifudin (2017) membuktikan bahwa leverage

pengaruh negatifterhadap Islamic Social Reporting (ISR). Berdasarkan uraian diatas,

maka hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H6: Leverage berpengaruh negatifsignifikan terhadap pengungkapan Islamic Social

Reporting (ISR)

2.12 Kerangka Pemikiran Teoritis

Penelitian ini didasarkan pada dua teori, yaitu Stakeholders theory dan

Legitimasi theory. Stakeholders theory menjelaskan bahwa perusahaan sangat

dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

tersebut. Perusahaan akan secara sukarela mengungkapkan Islamic social reporting

(ISR) tersebut kepada stakeholders dan pada akhirnya para stakeholders akan

menaruh kepercayaan yang tinggi terhadap perusahaan untuk mengelola

dananya.Perusahaan dapat meyakinkan bahwa aktivitas dan kinerjanya dapat diterima

masyarakat, dengan melakukan Islamic social reporting (ISR).Islamic social

reporting (ISR) dapat dilakukan untuk menggambarkan kesan tanggung jawab

lingkungan yang baik didalam masyarakat melalui laporan keuangannya. Sehingga

mendapat legitimasi dari stakeholders.

Perusahaan yang melakukan praktik Islamic social reporting (ISR) yang baik

akan mendapat penghargaan. Islamic social reporting (ISR) dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu likuiditas, Profitabilitas, Jenis Industri, Umur Perusahaan,

Ukuran Perusahaan, Leverage. Menurut Kariza (2014) likuiditas berpengaruh

terhadap pengungkapan Islamic social reporting (ISR). Entitas syariah dengan

kondisi keuangan yang kuat cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi

terkait laporan pertanggungjawaban sosialnya secara syariah untuk menunjukkan


kepada pihak eksternal bahwa suatu entitas syariah bersifat kredibel. Haniffa dan

Cooke (2002) menemukan hubungan antara profitabilitas perusahaan dengan Islamic

Social Reporting (ISR) dalam perusahaan syariah sebagai keuntungan yang lebih

tinggi memotivasi manajemen untuk memberikan informasi yang unggul karena akan

meningkatkan kepercayaan investor. Perusahaan manufaktur lebih banyak

menghasilkan limbah dan polusi dari perusahaan nonmanufaktur, maka pelaporan

pengungkapan tanggugjawaban sosial harus lebih lengkap dan lebih rinci untuk

meminimalkan tuntutan para stakeholders.

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian

ini dapat disajikan pada gambar 2.1:

Likuiditas (X1)

Profitabilitas (X2)

Jenis Industri(X3)
Islamic Social
Umur Perusahaan (X4) Reporting (Y)

Ukuran Perusahaan (X5)

Leverage (X6)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Karakteristik Perusahaan Sebagai Determinan Islamic Social Reporting (ISR)


Umur Perusahaan memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Islamic Social

Reporting (ISR) karena perusahaan yang berdiri sudah lama memiliki pengalaman

lebih banyak dalam hal pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR). Perusahaan

semakin besar maka diperlukan lebih banyak informasi yang tersedia untuk investor

dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian, Perusahaan yang lebih besar sudah

pasti memiliki pembiayaan, fasilitas, dan sumber daya manusia yang lebih banyak

untuk dapat melakukan pengungkapan yang lebih sesuai dengan prinsip Islam.

Semakin tinggi tingkat leverage maka akan semakin besar kemungkinan

perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha

untuk melaporkan laba lebih tinggi. Supaya laba yang dilaporkan tinggi maka

manajer harus mengurangi beberapa biaya, termasuk biaya untuk kegiatan Islamic

Social Reporting (ISR).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian

kuantitatif merupakan penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori yang

diukur melalui pengukuran variabel–variabel penelitian dengan angka dan melakukan

analisis data dengan prosedur statistic (Indriantoro & Supomo, 2016).

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Pada penelitian ini digunakan 7 variabel, yaitu variabel independen likuiditas

(X1), profitabilitas (X2), jenis industri (X3), umur perusahaan (X4), ukuran

perusahaan (X5), dan leverage (X6) dan variabel dependen Islamic social reporting

(ISR) (Y1).

3.2.1 Variabel Dependen

Menurut Sugiyono (2016) Variabel dependen (variabel terikat) adalah

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena ada variabel independen.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Islamic social reporting

(ISR).Menurut Haniffa (2002) Islamic Social Reporting (ISR) adalah kerangka

konseptual pelaporan pertanggungjawaban social sesuai dengan prinsip islam.

Pengukuran Islamic Social Reporting (ISR) mengacu pada Haniffa, (2002) dan

Othman et al, (2009). Haniffa, (2002)mengembangkan lingkup pengungkapan

42
Islamic Social Reporting (ISR) yang dibatasi dalam 5 tema, yaitu: keuangan dan

investasi terdiri dari 6 item, produk dan jasa terdiri dari 4 Item , tenaga kerja terdiri

dari 10 item, sosial terdiri dari 11 item, masyarakat dan lingkungan terdiri dari 7

item.Kemudian Othman et al. (2009) menambahkan satu tema pada indeks

pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) yang dikembangkannya yaitu tata

kelola perusahaan yang terdiri dari 5 item. Total keseluruhan item informasi yang

dirancang oleh Othman et.al (2009), membagi Islamic Social Reporting (ISR)

menjadi enam kategori dengan total pengungkapan 43 Item indeks penungkapan.

Untuk menghitung Indeks Islamic Social Reporting (ISR) menggunakan rumus ISR

Disclosure level sebagai berikut:

Jumlah Skor Disclosure yang dipenuhi


ISR Disclosure= x 100 %
Jumlah Skor Maksimum (43 Item)

3.2.2 Variabel Independen

Menurut Sugiyono (2016) variabel independen (variabel bebas) adalah

variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel

terikat). Adapun variabel independen dalam penelitian ini adalah likuiditas,

profitabilitas, jenis industri, umur perusahaan, ukuran perusahaan, leverage.

a. Likuiditas

Menurut Hery (2015), rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukan

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka

pendeknya. Mengacu pada penelitian Widiawati dan Raharja (2012) likuiditas diukur
menggunakan rumus rasio lancar atauCurrent Ratio (CR). menurut Kasmir (2014)

menyatakan bahwa: Rasio lancar atau (current ratio) merupakan rasio untuk

mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang

yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain,

seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka

pendek yang segera jatuh tempo. Rumus untuk mencari current ratio menurut Kasmir

(2014) yaitu:

Aset Lancar (Current Assets)


Current Ratio= x 100 %
Utang Lancar (Current Liabilities)

b. Profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan

dalam mencari keuntungan. Dari sudut pandang investor, profitabilitas penting untuk

menilai prospek perusahaan dimasa datang dan juga dapat melihat pertumbuhan

profitabilitas pada perusahaan yang bersangkutan (Kasmir, 2012). Mengacu pada

penelitian Widiawati dan Raharja (2012) profitabilitas diukur menggunakan rumus

Return on Asset (ROA). Rumus yang digunakan sebagai berikut :

Laba Bersih Setelah Pajak ( EAT )


Return on Asset= x 100 %
Total Aset

c. Jenis Industri

Menurut Widiawati dan Raharja (2012) Tipe Industri adalah

pengklasifikasian menurut jenis usaha yang dijalankan oleh sebuah


perusahaan.Pengukuran jenis industri mengacu pada penelitian Widiyanti dan

Hasanah (2017) jenis industri diukur mengggunakan variable dummy, yang

dikelompokkan ke dalam industri manufaktur dan non manufaktur dengan nilai 1

untuk perusahaan manufaktur dan nilai 0 untuk perusahaan non-manufaktur.

Perusahaan yang tergolong perusahaan manufaktur antara lain perusahaan-perusahaan

pada sektor industri barang konsumsi, sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka

industri dan, sektor pertmbangan. Sedangkan perusahaan yang tergolong perusahaan

non-manufaktur antara lain perusahaan-perusahaan pada sektor property real estate

dan konstruksi bangunan, sektor perdagangan, jasa investasi, sektor pertanian dan

perkebunan, dan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi.

d. Umur Perusahaan

Umur perusahaan yaitu seberapa lama suatu perusahaan mampu untuk

bertahan, bersaing, dan mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam perekonomian

Syari’i, (2013). Widiastuti (2002) dalam Santioso dan Chandra (2012) menyatakan

umur perusahaan dapat menunjukkan bahwa perusahaan tetap eksis dan mampu

bersaing. Berdasarka penelitian antioso dan Chandra (2012). Penelitian ini

menggunakan rumus:

Umur Perusahaan=Tahun annual report −Tahun berdiri

e. Ukuran Perusahaan

Kurniasih (2012) mendefinisikan ukuran perusahaan sebagai berikut

“Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya


perusahaan”.Pengukuran ukuran perusahaan menggunakan logaritma natural, karena

penilaian ukuran perusahaan dapat menggunakan tolak ukur total asset, total

penjualan, dan total kapitalsasi pasar yang nilai variabel akan sangat besar, miliar

bahkan triliun. Maka hal ini dapat disederhanakan dengan mentransformasikannya

kedalam logaritma natural, tanpa mengubah proporsi dari nilai asal yang sebenarnya.

Rumus yang digunakan sebagai berikut :

Ukuran Perusahaan=ln (total asset )

f. Leverage

Leverage keuangan adalah perbandingan antara dana-dana yang dipakai

untuk membiayai perusahaan atau perbandingan antara dana yang diperoleh dari

ekstern perusahaan (dari kreditur-kreditur) dengan dana yang disediakan pemilik

perusahaan Makmun, (2002) dalam Firmansyah, (2013). Mengacu pada penelitian

Santi Lestari (2015) leverage diukur dengan mengguanakan rumus Debt to Equity

Ratio (DER) yaitu rasio yang mengukur total kewajiban terhadap modal sendiri

(shareholders). Rumus yang digunakan untuk mengukur leverage adalah:

Total Kewajiban
DER= x 100 %
Total Ekuitas
3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2016), Populasi merupakan wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi yang menjadi objek penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di ISSI

(Indeks Saham Syariah Indonesia) 2017-2018.Penelitian dilakukan dengan objek

perusahaan yang terdaftar di ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia) karena ISSI

(Indeks Saham Syariah Indonesia) mengacu pada saham yang sektor usahanya

memenuhi prinsip Syariah Islam. Fatwa-fatwa DSN MUI tahun 2004 tersebut

mengatur prinsip-prinsip syariah di bidang pasar modal yang menyatakan bahwa

suatu sekuritas/efek di pasar modal dipandang telah memenuhi prinsip-prinsip syariah

apabila telah memperoleh pernyataan kesesuaian syariah secara tertulis dari DSN-

MUI. Unsur haram yang disyaratkan DSN MUI pada umumnya terkait dengan

kegiatan bisnis, yaitu tidak melakukan kegiatan bisnis yang terkait: Alkohol,

Perjudian, Produksi dengan bahan baku babi, Pornografi, Jasa Keuangan dan

Asuransi konvensional.

3.3.2 Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2013), Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pemilihan sampel dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling agar memperoleh sampel


yang representative dan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh peneliti.Purposive

sampling adalah teknik yang digunakan untuk menentukan sampel dengan

menggunakan kriteria-kriteria tertentu. Berikut ini adalah kriteria sampel yang

digunakan dalam penelitian ini:

a) Perusahaan yang go public terdaftar pada ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia)

selama tahun 2017-2018.

b) Perusahaan yang tidak menerbitkan financial report dan annual report di ISSI

(Indeks Saham Syariah Indonesia) selama periode 2017 – 2018.

c) Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah.

d) Laporan keuangan annual report memiliki data tidak lengkap yang diperlukan

pada riset ini

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui pihak kedua, biasanya diperoleh

melalui instansi yang bergerak dibidang pengumpulan data (Arikunto, 2013). yang

diambil dari laporan tahunan yang memenuhi kriteria pengambilan sampel pada tahun

2017-2018 perusahaan yang terdaftar di ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia).

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data perusahaan yang berupa

annual report dan Financial reportyang terdaftar di ISSI (Indeks Saham Syariah

Indonesia) yang diperoleh dari situs Otoritas Jasa Keuangan www.ojk.go.id.

Pengambilan data perusahaan berupa annual report dan Financial report pada situs
Bursa Efek Indonesia www.idx.go.idatau terdapat didalam website masing-masing

perusahaan yang dijadikan sampel.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan metode Dokumentasi. Metode Dokumentasi adalah teknik

pengumpulan data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan, angka

dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian

(Sugiyono,2015). Metode Dokumentasi dilakukan dengan cara mengunduh atau

dengan melakukan download laporan keungan (Financial report) danlaporan

keuangan tahunan (annual report) perusahaan yang terdaftar di ISSI (Indeks Saham

Syariah Indonesia) selama tahun 2017-2018 disitus www.idx.co.iddan masing-masing

website perusahaan.

3.6 Teknik Analisis Data

Pada penelitin ini, teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis

Regresi Linear Berganda dengan menggunakan softwere SPSS 25 untuk mengolah

data. Uji lainnya yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji analisis deskriptif, uji

asumsi klasik, pengujian hipotesis.

3.6.1 Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran atau

deskripsi seperti maksimum, minimum,rata-rata (mean), standar deviasi, dan


median(Ghozali, 2018). Statistik deskriptif merupakan bentuk penyajian berbagai

ukuran angka yang sangat penting bagi sampel penelitian.Tujuannya adalah

memudahkan memahami variabel yang digunakan dalam penelitan.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik diperlukan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan

analisis regresi berganda. Adapun uji asumsi klasik yang digunakan meliputi:

1. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2018)Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi, vaiabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.

Salah satu cara untuk megetahui apakah data tersebut terdistribusi secara normal atau

tidak yaitu dengan uji statistik non parametrik Kolmogorov Smirnov. Data

terdistribusi normal apabila hasil Kolmogorov Smirnov menunjukkan nilai signifikan

diatas 0,05 (Ghozali, 2018).

2. Uji Multikolenieritas

Menurut Ghozali (2018) Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Dalam suatu model regresi yang baik seharusnya tidak terdapat

korelasi diantara variabel independennya. Untuk mengatahui ada atau tidaknya

korelasi antar varabel independen dalam model regresi, dapat dilihat dengan melihat

nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor), (Ghozali, 2018):


a) Jika nilai tolerance> 0,10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa tidak

terdapat multikolinearitas pada penelitian tersebut.

b) Jika nilai tolerance ≤ 0,10 dan VIF ≥ 10, maka terjadi gangguan

multikolinearitas pada penelitian tersebut.

3. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi

linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Menurut Ghozali (2018) Autokorelasi

muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.

Salah satu cara yang dapat digunakan dalam mengetahui autokorelasi melalui uji Run

Test. Dengan kriteria pengambilan keputusan dalam uji Run Test yaitu jika nilai

Asymp. Sig, (2-tailed) < 0,05 maka terdapat gejala autokorelasi, jika nilai Asymp.

Sig. (2-tailed)>0,05 maka tidak terdapat gejala autokorelasi.

4. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2018) menjelaskan Uji Heteroskedastisitas bertujuan

untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika

berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah

Homokedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Menurut Ghozali (2018),

salah satu pengujian untuk mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah

dengan melakukan Uji Glejser. Uji Glejser dapat dilakukan dengan meregres nilai
absolut terhadap variabel independen. Apabila variabel independen signifikan secara

statistik mempengaruhi variabel dependen, maka terdapat indikasi adanya

heteroskedastisitas. Kriteria yang digunakan untuk menyatakan bahwa penelitian

terbebas dari gangguan heteroskedastisitas salah satunya dengan menggunakan

koefisien signifikansi yang telah ditetapkan yaitu 5% (0,05). Apabila tingkat

signifikansi > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas

atau terjadi homoskedastisitas. Model regresi yang lebih baik adalah yang tidak

terjadi heterokedestisitas.

3.7 Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis pengaruh likuiditas, profitabilitas,

jenis industri, umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan leverage, terhadap Islamic

social reporting (ISR) menggunakan:

3.7.1 Regresi Linier Berganda

Menurut Ghozali (2018) Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk

menerangkan besarnya pengaruh independent variable dan dependent variable.

Persamaan regresi yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

ISR = α + ß1 X1 +ß2 X2 + ß3 X3 +ß4 X4+ß5 X5 +ß6 X6 + e

Keterangan :

ISR = Pengungkapan Islamic Social Reporting

α = Konstanta
X1 = Likuiditas

X2 = Profitabilitas

X3 = Jenis Industri

X4 = Umur Perusahaan

X5= Ukuran Perusahaan

X6 = Leverage

ß1,..ß6 = Koefisien Regresi

e = Error

3.7.2 Uji F

Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah variabel independen

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel dependen dalam (Ghozali, 2018).

Hipotesis yang hendak di uji adalah sebagai berikut:

1. Menentukan hipotesis statistiknya

a. H0 : βi = Suatu variabel bebas bukan merupakan penjelasan yangsignifikan

terhadap variabel terikat.

b. Ha : βi≠ Suatu variabel bebas merupakan penjelasan yang signifikan

terhadap variabel terikat.

2. Menentukan tingkat signifikansi

Menggunakan significan level 0,05 atau a =5%.


3. Kriteria Keputusan

a. Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak. Ini berarti

bahwa secara simultan keempat variabel independen tersebut mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

b. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak dan H0 diterima. Ini berarti

bahwa secara simultan keempat variabel independen tersebut mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

3.7.3 Koefisien determinasi (Adjusted R-Squared)

Koefisien determinasi (Adjusted R-Squared) pada intinya mengukur seberapa

jauh kemampuan model dalam menerapkan variasi variabel dependen. Nilai Adjusted

R-Squared kecil yaitu mendekati 0 artinya kemampuan variasi variabel independen

dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Sebaliknya jika nilai

Adjusted R-Squared mendekati satu berarti variable-variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen (Ghozali, 2018).

3.7.4 Uji t

Uji signifikansi parsial (Uji t) bertujuan untuk menguji seberapa jauh variabel

independen mampu menjelaskan variabel dependen secara parsial / individual

(Ghozali, 2018).

1. Hipotesis yang akan diuji :


Ho : βi = 0, artinya bahwa semua variabel independen secara parsial bukan

merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Ha : βi ≠ 0, artinya bahwa semua variabel independen secara parsial merupakan

penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

2. Tingkat Signifikansi

Uji t ini dapat dilihat melalui nilai signifikansi pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan standard

α = 5% (0,05)

3. Kriteria pengambilan keputusan

a) Jika probabilitas <5% (0,05)dan arah koefisien β sesuai dengan arah hipotesis,

maka Hо ditolak, Ha diterima.

b) Jika probabilitas> 5% (0,05), maka Hо diterima, Ha ditolak.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang menerbitkan

laporan keuangannya pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI untuk periode

tahun 2017-2018). Dengan menggunakan teknik purposive samping, Berdasarkan

kriteria pengambilan sampel yang telah ditentukan, berikut ialah data sampel yang

terpilih pada penelitian ini yaitu:

Tabel 4.1
Kriteria Distribusi Sampel
Jumlah
No. Keterangan
2017 2018
Perusahaan yang go public terdaftar pada ISSI (Indeks
310 330
Saham Syariah Indonesia) selama tahun 2017-2018.
Perusahaan yang tidak menerbitkan financial report dan
annual report di ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia) (45) (50)
selama periode 2017 – 2018.

Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah. (39) (45)

Laporan keuangan annual report memiliki data tidak


(26) (31)
lengkap yang diperlukan pada riset ini
Jumlah Data Sampel 200 204
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020

56
Berdasarkan tabel 4.1 di atas maka dapat dilihat bahwa kriteria sampel

pertama Perusahaan yang go public terdaftar pada ISSI (Indeks Saham Syariah

Indonesia) selama tahun 2017 berjumlah 310 perusahaan dan tahun 2018 berjumlah

330 perushaan. Kriteria sampel kedua Perusahaan yang tidak menerbitkan financial

report dan annual report di ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia) selama periode

2017 sejumlah 45 perusahaan dan tahun 2018 berjumlah 50 perusahaan. Kriteria

sampel ketiga Perusahaan manufaktur yang tidak menggunakan mata uang rupiah

pada tahun 2017 berjumlah 39 perushaan dan tahun 2018 berjumlah 45 perusahaan.

Kriteria sampel keempat Laporan keuangan annual report memiliki data tidak

lengkap yang diperlukan pada riset ini pada tahun 2017 berjumlah 26 perusahaan dan

tahun 2018 berjumlah 31 perusahaan.

Sehinggga berdasarkan hasil pengambilan sampel dengan metode purposive

sampling, maka dapat dilihat jumlah sampel pada tahun 2017 sebanyak 200

perushaan dan tahun 2018 sejumlah 204 perushaan, Maka total jumlah perusahaan

yang dapat di jadikan sebagai objek penelitian dan sesuai dengan kriteria sampel pada

tahun 2017-2018 adalah 404 perusahaan.

4.2 Analisi Data

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data dalam

penelitian yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), median, maksimum, minimum dan

standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian (Ghozali,2018). Adapun


variabel-variabel dalam penelitian ini adalah likuiditas, profitabilitas, jenis perushaan,

umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan leverage sebagai variabel independen dan

islamic social reporting (ISR) sebagai variabel dependen. Variabel-variabel tersebut

telah diuji dan diolah secara statistik deskriptif. Berikut hasil statistik deskriptif

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2
Deskripsi Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Median
Deviation
Likuiditas 404 0 70,00 2,5708 1,5900 4,53411
Profitabilitas 404 -,40 18,03 ,1639 ,0300 1,24457
Jenis Industri 404 ,00 1,00 ,2995 ,0000 ,45861
Umur 404
2,00 64,00 30,5149 31,0000 12,55350
Perushaan
Ukuran 404
5,39 31.59 24,0361 26,2800 5,06425
Perusahaan
Leverage 404 ,00 9,05 ,9077 ,6900 ,88851
ISR 404 ,05 ,47 ,2550 ,2600 ,08279
Valid N 404
(listwise)
Sumber: Data sekunder yang telah diolah, 2020

Berdasarkan hasil olah stastistik deskriptif pada tabel 4.2 diatas maka dapat

ditunjukkan bahwa Variabel likuiditas (CR) menunjukkan nilai minimum sebesar 0

terjadi pada perusahaan Akasha Wira International Tbk. Nilai maksimum sebesar

70,00 terjadi di perusahaan Tanah Laut Tbk. Nilai rata rata sebesar 2,5708 lebih kecil

dari nilai standar deviasi yaitu 4,53411 dapat menunjukan bahwa penyebaran data

likuiditas tidak merata, artinya terdapat perbedaan yang tinggi antara data satu dengan
data yang lainya. Selain itu variabel likuiditas juga memiliki tingkat akurasi yang

baik karena nilai rata-rata 2,5708 lebih besar di bandingkan dengan nilai median

1,5900.

Variabel profitabilitas (ROA) mempunyai nilai minimum sebesar -0,40 terjadi

pada perusahaan Prima Alloy Steel Universal Tbk. sedangkan nilai maksimum

sebesar 18,03 terjadi pada perusahaan Alumindo Light Metal Industw Tbk. Nilai rata-

rata 0,1639 lebih kecil dari Nilai standar deviasi 1,24457 dapat menunjukan bahwa

penyebaran data profitabilitas terdistribusi tidak merata, artinya terdapat perbedaan

yang tinggi antara data satu dengan data lainya. Selain itu variabel profitabilitas juga

memiliki tingkat akurasi yang kurang baik karena nilai rata-rata 0,1639 lebih kecil

di bandingkan dengan nilai median 0,0300.

Variabel jenis industri mempunyai nilai minimum sebesar 0,00 terjadi pada

perusahaan non-manufaktur sedangkaan nilai maksimum sebesar 1,00 terjadi pada

perusahaan manufaktur. Nilai rata-rata 0,2995 lebih kecil dari Nilai standar deviasi

1,45861 dengan demikian dapat diartikan bahwa penyebaran data jenis industri

terdistribusi tidak merata, artinya terdapat perbedaan yang tinggi data satu dengan

data yang lainnya. Selain itu variabel jenis industri juga memiliki tingkat akurasi

yang baik karena nilai rata-rata 0,2995 lebih besar dibandingkan dengan nilai median

0,0000.
Variabel umur perusahaan mempunyai nilai minimum sebesar 2,00 terjadi pada

perusahaan Kioson Komersial Indonesia Tbk. Sedangkaan nilai maksimum sebesar

64,00 terjadi pada perusahaan sepatu Bata Tbk. Nilai rata-rata 30,5149 lebih besar

dari Nilai standar deviasi 12,55350 dengan demikian dapat diartikan bahwa

penyebaran data umur perusahaan terdistribusi merata, artinya tidak terdapat

perbedaan yang tinggi data satu dengan data yang lainnya. Selain itu variabel umur

perusahaan juga memiliki tingkat akurasi yang kurang baik karena nilai rata-rata

30,5149 lebih kecil dibandingkan dengan nilai median 31,0000.

Variabel ukuran perusahaan (Size) mempunyai nilai minimum sebesar 5,39

terjadi pada perusahaan Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Sedangkaan nilai

maksimum sebesar 31,59 terjadi pada perusahaan PP (Persero) Tbk. Nilai rata-rata

31,59 lebih kecil dari Nilai standar deviasi 5,06425 dengan demikian dapat diartikan

bahwa penyebaran data ukuran perusahaan terdistribusi merata, artinya tidak terdapat

perbedaan yang tinggi data satu dengan data yang lainnya. Selain itu variabel ukuran

perusahaan juga memiliki tingkat akurasi kurang baik karena nilai rata-rata 31,59

lebih kecil dibandingkan dengan nilai median 26,2800.

Variabel leverage (DER) mempunyai nilai minimum sebesar 0,00 terjadi pada

perusahaan Ultra jaya Milk Industry & Trading Company, Tbk. Sedangkaan nilai

maksimum sebesar 9,05 terjadi pada perusahaan Inti Agri Resources Tbk. Nilai rata-

rata0,9077 lebih besar dari Nilai standar deviasi 0,88851 dengan demikian dapat

diartikan bahwa penyebaran data leverage terdistribusi merata, artinya tidak terdapat
perbedaan yang tinggi data satu dengan data yang lainnya. Selain itu variabel

leverage juga memiliki tingkat akurasi yang baik karena nilai rata-rata 0,9077 lebih

besar dibandingkan dengan nilai median 0,6900.

Variabel Islamic Social Reporting (ISR) mempunyai nilai minimum sebesar

0,05 terjadi pada perusahaan Majapahit Inti Corpora Tbk. Sedangkaan nilai

maksimum sebesar 0,47 terjadi pada perusahaan Pembangunan Jaya Ancol Tbk..

Nilai rata-rata 0,2550 lebih besar dari Nilai standar deviasi 0,08279 dengan demikian

dapat diartikan bahwa penyebaran data Islamic Social Reporting (ISR) terdistribusi

merata, artinya tidak terdapat perbedaan yang tinggi data satu dengan data yang

lainnya. Selain itu variabel Islamic Social Reporting (ISR) juga memiliki tingkat

akurasi yang baik karena nilai rata-rata 0,2550 lebih besar dibandingkan dengan nilai

median 0,08279.

4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan dengan menggunakan beberapa uji, antara lain uji

normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas.

4.3.1 Hasil Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2018) Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi, vaiabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.

Salah satu cara untuk megetahui apakah data tersebut terdistribusi secara normal atau

tidak yaitu dengan uji statistik non parametrik Kolmogorov Smirnov. Data
terdistribusi normal apabila hasil Kolmogorov Smirnov menunjukkan nilai signifikan

diatas 0,05 (Ghozali, 2018). Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 404
a,b
Normal Parameters Mean ,0000000
Std. ,08107875
Deviation
Most Extreme Absolute ,041
Differences Positive ,029
Negative -,041
Test Statistic ,041
Asymp. Sig. (2-tailed) ,100c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: Data sekunder yang telah diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa uji normalitas yang dilakukan

menggunakan Kolmogrov-Smirnov dengan tingkat signifikansi sebesar 0,100

menunjukan lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua data

tersebut berdistribusi secara normal.


Gambar 4.3
Grafik Normalitas

Berdasarkan gambar 4.1 diatas menjelaskan bahwa grafik normal P-Plot

terlihat titik-titik menyebar di garis diagonalnya dan penyebarannya mengikuti arah

garis diagonalnya, sehingga model regresi dapat dikatakan normal.

4.3.2 Hasil Uji Multikolenieritas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali,2018). Untuk

melihat ada atau tidaknya korelasi antar variabel bebas dalam penelitian ini dapat

dilihat dengan melihat nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Adapun

hasil pengujian adalah sebagai berikut :


Tabel 4.5
Uji Multikolinearitas
.
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
Likuiditas ,958 1,044
Profitabilitas ,890 1,124
Jenis Industri ,886 1,129
Umur Perusahaan ,891 1,122
Ukuran Perusahaan ,964 1,037
Leverage ,868 1,153
a.Dependent Variable: Y
Sumber: data sekunder yang diolah, 2020

Hasil pengujian Tabel 4.5 menunjukkan bahwa variabel likuditas diperoleh

nilai tolerance sebesar 0,958 lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF 1,044 kurang dari 10.

Variabel profitabilitas diperoleh nilai tolerance sebesar 0,890 lebih besar dari 0,1 dan

nilai VIF 1,124 kurang dari 10. Variabel jenis industri diperoleh nilai tolerance

sebesar 0,886 lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF sebesar 1,129 kurang dari 10.

Variebel umur perusahaan diperoleh nilai tolerance sebesar 0,891 lebih besar dari 0,1

dan nilai VIF 1,122 kurang dari 10. Variabel ukuran perushaan diperoleh nilai

tolerance sebesar 0,964 lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF sebesar 1,037 kurang dari

10. Variabel leverage diperoleh nilai tolerance sebesar 0,868 lebih besar dari 0,1 dan

nilai VIF sebesar 1,153 kurang dari 10. Sehingga dapat simpulkan bahwa model

regresi dalam penelitian ini tidak terjadi gejala multikolinearitas.


4.3.3 Hasil Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi

linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali,2018). Cara untuk mendeteksi

ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini adalah dengan uji Run Test.

Berdasarkan hasil olah data SPSS pada tabel 4.6 di bawah ini menunjukan bahwa

nilai test adalah 0,00708 dengan probabilitas 0,842, berada di atas signifikan pada

0,05 yang berarti hipotesis nol diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual

atau tidak terjadi autokorelasi antara nilai residual. Berikut adalah hasil dari

pengujian uji Run Test :

Tabel 4.6
Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
a
Test Value ,00708
Cases < Test Value 202
Cases >= Test Value 202
Total Cases 404
Number of Runs 201
Z -,199
Asymp. Sig. (2-tailed) ,842
a. Median
Sumber : data sekunder yang diolah 2020
4.3.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2018).

Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala heterokestisitas dalam penelitian ini

menggunakan Uji Glejser. Hasil pengujian sebagai berikut :

Tabel 4.7
Hasil Uji Heterokedestisitas

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Beta
Error
1 (Constant) ,073 ,014 5,370 ,000
Likuiditas -,001 ,001 -,085 -1,684 ,093
Profitabilitas -,002 ,002 -,064 -1,223 ,222
Jenis industri ,000 ,005 -,002 -,029 ,977
Umur ,000 ,000 ,042 ,807 ,420
perusahaan
Ukuran ,000 ,000 -,018 -,361 ,719
perusahaan
Leverage -,005 ,003 -,091 -1,707 ,089
a. Dependent Variable: Abs_Res
Sumber: data sekunder yang diolah, 2020
Dalam table 4.7 diatas menunjukan hasil bahwa variabel likuiditas memliki

nilai signifikansi sebesar 0,093, variabel Profitabilitas memiliki nilai signifikansi

sebesar 0,222, variabel Jenis industri memiliki nilai signifikansi sebesar 0,977,

variable Umur Perusahaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,420, variabel Ukuran

perusahaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,719 dan variabel leverage memiliki

nilai signifikansi sebesar 0,089. Berdasarkan hasil uji glejser, tidak ada satupun

variable independen yang signifikan mempengaruhi variabel dependen. Hal ini

terlihat dari probabilitas signifikansinya yaitu dengan tingkat kepercayaan diatas 5%.

Maka, dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya

heterokedestisitas.

4.4 Uji Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk menerangkan besarnya

pengaruh independent variable dan dependent variable. Hasil regresi dengan

bantuan program SPSS 25 untuk mengolah data-data tentang pengaruh likuiditas,

profitabilitas, jenis industri, umur perusahaan, ukuran perusahaan, leverage terhadap

Islamic social reporting (ISR) yaitu:


Tabel 4.8
Model Persamaan Regresi

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
B Std. Beta
Error
1 (Constant) ,245 ,024
Likuiditas ,001 ,001 ,077
Profitabilitas ,011 ,005 ,117
Jenis industri -,011 ,009 -,059
Umur perusahaan ,001 ,000 ,104
Ukuran perusahaan -,001 ,001 -,052
Leverage -,009 ,003 -,134
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020

Dari Tabel 4.8 hasil pengolahan data model regresi linear yang dihasilkan

adalah :

Y = 0,245 + 0,001X1 + 0,011X2 + 0,011X3 + 0,001X4 + 0,001X5 - 0,009X6

Keterangan:

X1 : Likuiditas

X2 : Profitabilitas

X3 : Jenis Industri

X4 : Umur Perusahaan

X5 : Ukuran Perusahaan

X6 : Leverage

Dari persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:


1) Nilai konstanta sebesar 0,245 bernilai positif, artinya apabila likuiditas,

profitabilitas, jenis industri, umur perusahaan, ukuran perusahaan, leverage, maka

Islamic social reporting (ISR) bernilai 0,245.

2) Nilai koefisien likuiditas adalah sebesar 0,001 bernilai positif, artinya apabila

likuiditas (X1) naik satu satuan maka akan menaikkan nilai Islamic social

reporting (ISR) (Y) sebesar 0,001 dengan asumsi variabel independen lainnya

tetap.

3) Nilai koefisien profitabilitas adalah sebesar 0,011 bernilai positif, artinya apabila

profitabilitas (X2) naik satu satuan maka akan menaikkan nilai Islamic social

reporting (ISR) (Y) sebesar 0,011 dengan asumsi variabel independen lainnya

tetap.

4) Nilai koefisien jenis industri adalah sebesar -0,011 bernilai negatif, artinya apabila

jenis industri (X3) naik satu satuan maka akan menurunkan nilai Islamic social

reporting (ISR) (Y) sebesar -0,011 dengan asumsi variabel independen lainnya

tetap.

5) Nilai koefisien umur perusahaan adalah sebesar 0,001 bernilai positif, artinya

apabila umur perusahaan (X4) naik satu satuan maka akan menaikkan nilai Islamic

social reporting (ISR) (Y) sebesar 0,001 dengan asumsi variabel independen

lainnya tetap.

6) Nilai koefisien ukuran perusahaan adalah sebesar -0,001 bernilai negatif, artinya

apabila ukuran perusahaan (X5) naik satu satuan maka akan menurunkan nilai
Islamic social reporting (ISR) (Y) sebesar -0,001 dengan asumsi variabel

independen lainnya tetap.

7) Nilai koefisien leverage adalah sebesar -0,009 bernilai negatif, artinya apabila

leverage (X6) naik satu satuan maka akan menurunkan nilai Islamic social

reporting (ISR) (Y) sebesar -0,009 dengan asumsi variabel independen lainnya

tetap.

4.5 Hasil Uji Model

4.5.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen

atau bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-

sama terhadap variabel dependen / terikat (Ghozali, 2018). Hasil uji F sebagai

berikut:

Tabel 4.9
Tabel Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of Df Mean F Sig.
Squares Square
1 Regression ,113 6 ,019 2,829 ,010b
Residual 2,649 397 ,007
Total 2,763 403
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X6, X3, X5, X1, X4, X2
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020
Hasil pengolahan data Pada tabel 4.9 terlihat jika nilai sig F 2,829 dengan

tingkat signifikan 0,010. Hal ini berarti bahwa nilai signifikan lebih kecil

dibandingkan 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa likuiditas,


profitabilitas, jenis industri, umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan leverage

secara bersama sama berpengaruh terhadap islamic social reporting (ISR).

4.5.2 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian statistik koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur

seberapa jauh kemampuam model dalam menerangkan variasi variabel dependen

(Ghozali, 2018). Dapat dilihat bahwa hasil uji koefisien determinasi (R2) sebagai

berikut:

Tabel 4.10
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted Std. Error
R Square of the
Estimate
1 ,202a ,041 ,027 ,08169
a. Predictors: (Constant), X6, X3, X5, X1, X4, X2
b. Dependent Variable: Y
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020

Pada tabel 4.10 dapat diketahui nilai adjusted R square adalah sebesar 0,027

atau 2,7%. Hal ini berarti bahwa variabel likuiditas, profitabilitas, jenis industri, umur

perusahaan, ukuran perusahaan, dan leverage secara keseluruhan berpengaruh

terhadap islamic social reporting (ISR) sebesar 2,7% sedangkan 97,3%% dipengaruhi

oleh variabel lain diluar penelitian.


4.5.3 Uji Parsial (Uji t)

Uji ini bertujuan untuk menguji pengaruh secara parsial antara variabel bebas

terhadap variabel terikat dengan menggasumsikan variabel lain adalah konstan

1.2.2. (Ghozali, 2018). dapat dilihat hasil-hasil uji t adalah :

Tabel 4.11
Tabel Uji Statistik t

Model B Sig. Hasil Keterangan

1 (Constant) ,245 ,000


Likuiditas ,001 ,128 Positif tidak Hipotesis
signifikan ditolak
Profitabilitas ,011 ,027 Positif Hipotesis
signifikan diterima
Jenis industri -,011 ,261 Negatif tidak Hipotesis
signifikan ditolak
Umur ,001 ,046 Positif Hipotesis
perusahaan Signifikan diterima
Ukuran -,001 ,303 Negatif tidak Hipoteis
perusahaan signifikan ditolak
Leverage -,009 ,010 Negatif hipotesis
signifikan diterima
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020.

Berdasarkan Berdasarkan hasil olahan data pada Tabel 4.11 diatas maka dapat

diinterpretasikan sebagai berikut:

1. Pengaruh likuiditas terhadap pengungkapan islamic social reporting (ISR).

berdasarkan tabel 4.11 diatas, dapat diketahui bahwa pengujian secara parsial

likuiditas berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pengungkapan Islamic


Social Reporting (ISR), hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien b 0,001, dimana

Nilai signifikansi 0,128 > 0,05, sehingga dapat dinayatakan bahwa hipotesis

(H1) ditolak. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa variabel likuiditas

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap islamic social reporting (ISR).

2. Pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan islamic social reporting (ISR).

berdasarkan tabel 4.11 diatas, dapat diketahui bahwa pengujian secara parsial

profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan Islamic

Social Reporting (ISR), hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien b 0,011 dimana

Nilai signifikansi 0,027 < 0,05, sehingga dapat dinayatakan bahwa hipotesis

(H2) diterima. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa variabel likuiditas

berpengaruh positif signifikan terhadap islamic social reporting (ISR).

3. Pengaruh jenis industri terhadap pengungkapan islamic social reporting (ISR).

berdasarkan tabel 4.11 diatas, dapat diketahui bahwa pengujian secara parsial

jenis industri berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap pengungkapan

Islamic Social Reporting (ISR), hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien

b -0,011, dimana Nilai signifikansi 0,261 > 0,05, sehingga dapat dinyatakan

bahwa hipotesis (H3) ditolak. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

variabel jenis industri berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap islamic

social reporting (ISR).

4. Pengaruh umur perusahaan terhadap pengungkapan islamic social reporting

(ISR). berdasarkan tabel 4.11 diatas, dapat diketahui bahwa pengujian secara

parsial umur perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan


Islamic Social Reporting (ISR), hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien b 0,001,

dimana Nilai signifikansi 0,046 < 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa

hipotesis (H4) diterima. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa variabel

umur perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap islamic social

reporting (ISR).

5. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan islamic social reporting

(ISR). berdasarkan tabel 4.11 diatas, dapat diketahui bahwa pengujian secara

parsial ukuran perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap

pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR), hal ini dibuktikan dengan nilai

koefisien b -0,001, dimana Nilai signifikansi 0,303 > 0,05, sehingga dapat

dinyatakan bahwa hipotesis (H5) ditolak. Dari uraian diatas dapat disimpulkan

bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap

islamic social reporting (ISR).

6. Pengaruh leverage terhadap pengungkapan islamic social reporting (ISR).

berdasarkan tabel 4.11 diatas, dapat diketahui bahwa pengujian secara parsial

leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan Islamic Social

Reporting (ISR), hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien b -0,009, dimana Nilai

signifikansi 0,010 < 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa hipotesis (H6)

diterima. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa variabel leverage

berpengaruh negatif signifikan terhadap islamic social reporting (ISR).


4.6 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengujian penelitian diatas tentang pengaruh variabel

likuiditas, profitabilitas, jenis industri, umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan

leverage secara keseluruhan berpengaruh terhadap islamic social reporting (ISR)

pada perusahaan yang terdaftar di ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia) selama

tahun 2017-2018, diperoleh hasil penelitian dengan pembahasan sebagai berikut:

4.6.1 Pengaruh likuiditas Terhadap Islamic Social Reporting (ISR).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa likuiditas berpengaruh positif

tidak signifikan terhadap islamic social reporting (ISR). Hal ini dapat dijelaskan

bahwa rasio likuiditas yang diukur menggunakan CR dalam penelitian ini tidak

memberikan pengaruh terhadap pengungkapan ISR, tingkat likuiditas rata-rata

sebesar 2,57% artinya perusahaan rata-rata memiliki tingkat likuiditas yang tinggi.

Namun, keuntungan tersebut hanya untuk memenuhi kewajiban jangka pendek

perusahaan saja. Sehingga keuntungan yang didapat oleh para investor berupa

pengungkapan ISR hanya sedikit. Akibatnya, akan membuat para investor kurang

yakin untuk menanamkan modalnya karena lebih sedikit investor membaca laporan

tahunanya. jika dikaitkan dengan teori stakeholders maka seharusnya tetap

melakukan pengungkapan ISR dengan baik karena hal tersebut merupakan bagian

dari tanggung jawab kepada Allah, stakeholders, dan alam.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yentisna dan Alvian (2019), Lestari,

(2015) menunjukan bahwa likuiditas berpengaruh positif tidak signifikan terhadap


Islamic Social Reporting (ISR). Namun, hasil penellitian ini tidak sejalan dengan

penelitian Widiyanti dan Hasanah (2017) yang membuktikan bahwa likuiditas

berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting

(ISR).

4.6.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Islamic Social Reporting (ISR).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa profitabilitas berpengaruh

positif signifikan terhadap islamic social reporting (ISR). artinya salah satu indikator

keberhasilan perusahaan untuk dapat menghasilkan laba sehingga semakin tinggi

profitabilitas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

laba bagi perusahaannya. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang

tinggi akan tersedia dana yang cukup untuk mengungkapkan ISR meningkatkan

kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu produk dan melakukan

investasi baru (kasmir, 2013). Sehingga perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi

lebih mampu untuk membiayai penyajian dan pengungkapan laporan keuangan,

sehingga pengungkapan ISR menjadi lebih luas. Perusahaan dengan profitabilitas

lebih tinggi mampu meyakinkan para stakeholders dengan melaksanakan aktivitas

perusahaan yang sesuai dengan norma dan nilai sosial.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Taufik,dkk (2015) serta Nabilah,

Maslichah, dan Afifudin (2017), kurniawati (2016) menunjukan bahwa Profitabilitas

berpengaruh positif signifikan terhadap Islamic Social Reporting (ISR). Namun, hasil

penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Eksandy, dan Hakim (2016), Lestari,
(2015) yang membuktikan bahwa Profitabilitas berpengaruh negatif tidak signifikan

terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR).

4.6.3 Pengaruh Jenis Industri Terhadap Islamic Social Reporting (ISR).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jenis industri berpengaruh

negatif tidak signifikan terhadap Islamic Social Reporting (ISR). Hal ini disebabkan

karena nilai rata-rata jenis industri sebesar 0,2995, yang berarti bahwa sampel dalam

penelitian ini lebih banyak perusahaan non manufaktur daripada perusahaan

manufaktur. Perusahaan non manufaktur memiliki tingkat pencemaran yang tidak

terlalu tinggi dibandingkan dengan perusahaan manufaktur sehingga perusahaan –

perusahaan sampel yang mayoritas adalah non manufaktur cenderung belum

melakukan pengungkapan laporan sosial (ISR). Rata-rata tingkat pengungkapkan ISR

hanya 25,50% hal ini menunjukan bahwa rata-rata tingkat pengungkapkan ISR adalah

rendah.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Raditya (2012) dan Adawiyah (2013)

menunjukan bahwa jenis industri berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap

Islamic Social Reporting (ISR). Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan

penelitian Widiyanti, Hasanah (2017) yang membuktikan bahwa jenis industri

berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting

(ISR).
4.6.4 Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Islamic Social Reporting (ISR).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa umur perusahaan berpengaruh

positif signifikan terhadap Islamic Social Reporting (ISR). Umur perusahaan

menggambarkan seberapa lama perusahaan berdiri dan melangsungkan aktivitas

bisnisnya supaya tetap eksis dan mampu bersaing dengan perusahaan lainnya. Sejauh

mana perusahaan dapat survive dapat dilihat melalui umur perusahaan. Perusahaan

dengan umur yang lebih tua kemungkinan besar akan mengungkapkan informasi

lebih banyak dalam hal pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR). Perusahaan

semakin besar maka diperlukan lebih banyak informasi yang tersedia untuk investor

dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian, Perusahaan yang lebih besar sudah

pasti memiliki pembiayaan, fasilitas, dan sumber daya manusia yang lebih banyak

untuk dapat melakukan pengungkapan yang lebih sesuai dengan prinsip Islam.

laporan tahunan dibandingkan dengan perusahaan dengan umur yang lebih muda.

Perusahaan yang semakin lama berdiri diharapkan mengetahui apa yang diinginkan

oleh stakeholdersnya dan berupaya memenuhi kebutuhan informasi stakeholders

dengan cara meningkatkan kualitas pengungkapan ISR.

Penelitian ini sejalan dengan penelitiaan Lestari (2015) serta Widiyanti dan

Hasanah (2017) menunjukan bahwa umur perusahaan berpengaruh positif signifikan

terhadap Islamic Social Reporting (ISR). Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan

dengan penelitian Rizfani KN, Lubis D (2018) yang membuktikan bahwa umur
perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap pengungkapan Islamic

Social Reporting (ISR).

4.6.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Islamic Social Reporting (ISR).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ukuran perusahaan berpengaruh

negatif tidak signifikan terhadap Islamic Social Reporting (ISR). Ukuran perusahaan

merupakan tingkat identifikasi besar atau kecilnya suatu perusahaan. Rata-rata total

aset perusahaan sampel sebesar 43,511 maka dikategorikan termasuk perusahaan

besar. Perusahaan yang lebih besar melakukan aktivitas yang lebih banyak,

menyebabkan dampak yang lebih besar terhadap lingkungan. Namun dilihat dari rata-

rata ISR sebesar 25,5% masih menunjukan bahwa tingkat pengungkapan ISR masih

rendah. Meskipun pemerintah telah mengeluarkan aturan bagi setiap perusahaan,

terutama perusahaan berskala besar untuk melakukan tanggung jawab sosial (social

responsibility) namun pada implementasinya masih terdapat perusahaan yang tidak

optimal dalam melakukan kegiatan tanggung jawab sosialnya terhadap masyarakat.

Banyak perusahaan besar yang melihat bahwa untuk melakukan corporate

responsibility membutuhkan biaya operasional yang cukup besar karena program

corporate responsibility berkaitan dengan lingkup sosial yang lebih luas. Hal ini akan

membuat perusahaan besar berfikir ulang untuk melakukan kegiatan corporate

responsibility karena mereka khawatir biaya operasional mereka membengkak dan

laba menurun yang akan mempengaruhi tingkat kepopularitasan mereka. Dengan

demikin ukuran perusahaan tidak menjadi tolak ukur bahwa perusahaan tersebut telah
melakukan corporate responsibility nya dengan optimal dengan alasan meningkatkan

biaya operasional. Jadi ukuran perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan

terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian lestari (2015) menunjukan bahwa

ukuran perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Islamic Social

Reporting (ISR). Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Eksandy

dan Hakim (2016) yang membuktikan bahwa leverage berpengaruh positif signifikan

terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR).

4.6.6 Pengaruh Leverage Terhadap Islamic Social Reporting (ISR).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa leverage berpengaruh negatif

signifikan terhadap Islamic Social Reporting (ISR). Rasio leverage menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam memenuhi pembayaran semua hutang, baik hutang

jangka panjang maupun jangka pendek, atau kenaikan bila mengalami likuidasi

(Sartono, 2010). Perusahaan yang mempunyai leverage tinggi mempunyai kewajiban

untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditnya. Semakin tinggi tingkat leverage

maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit

sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi.

Supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi beberapa biaya,

termasuk biaya untuk kegiatan Islamic Social Reporting (ISR). Semakin banyak

perusahaan didanai atau semakin banyak perusahaan menggunakan utang atau ekuitas

yang berasal dari pemegang saham maka semakin memenuhi kebutuhan informasi
untuk kreditor. Jadi, jika semakin banyak perusahaan didanai atau banyak

mendapatkan hutang maka semakin baik pula perusahaan dalam mengungkapkan

Islamic Social Reporting (ISR).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Taufik,dkk (2015) serta Nabilah,

Maslichah, dan Afifudin (2017) menunjukan bahwa leverage berpengaruh negatif

signifikan terhadap Islamic Social Reporting (ISR). Namun, hasil penelitian ini tidak

sejalan dengan penelitian Eksandy dan Hakim (2016) yang membuktikan bahwa

leverage berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pengungkapan Islamic Social

Reporting (ISR)
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris mengenai

pengaruh likuiditas, profitabilitas, jenis perushaan, umur perusahaan, ukuran

perusahaan, dan leverage terhadap islamic social reporting (ISR) pada Indeks

Saham Syariah Indonesia (ISSI) untuk periode tahun 2017-2018. Analisis data

dilakukan dengan menggunakan Software Statistical Product and Service

Solutions (SPSS 25) terhadap 404 sampel perusahaan selama 2 tahun. Dengan

metode analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis data dan

pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Likuiditas berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Islamic Social

Reporting (ISR) dan hipotesis pertama ditolak. Karena likuiditas tinggi lebih

banyak digunakan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dan tidak untuk

melakukan pengungkapan ISR.

2. Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap Islamic Social Reporting

(ISR) dan hipotesis kedua diterima. Kondisi ini terjadi karena perusahaan

dengan tingkat profitabilitas yang tinggi lebih mampu untuk membiayai

penyajian dan pengungkapan laporan keuangan, sehingga pengungkapan ISR

menjadi lebih luas.

3. Jenis industri berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Islamic Social

Reporting (ISR) dan hipotesis ketiga ditolak. Hal ini terjadi karena sebagian

besar perusahaan sampel perusahaan non manufaktur yang tingkat pencemaran


lingkungan tidak terlalu tinggi sehingga kurang termotivasi dalam

mengungkapkan ISR.

4. Umur perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap Islamic Social

Reporting (ISR) dan hipotesis keempat diterima. Perusahaan yang semakin

lama berdiri lebih mengetahui apa yang diinginkan oleh stakeholdersnya dan

berupaya memenuhi kebutuhan informasi stakeholders dengan cara

meningkatkan kualitas pengungkapan ISR.

5. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Islamic

Social Reporting (ISR) dan hipotesis kelima ditolak. Sebagian besar perusahaan

sampel adalah perusahaan besar namun masih terdapat perusahaan yang tidak

optimal dalam melakukan pengungkapkan tanggungjawab sosialnya karena

biaya pengungkapan tersebut dapat menurunkan laba. Sehingga ukuran

perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap pengungkapan

Islamic Social Reporting (ISR).

6. Leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap Islamic Social Reporting

(ISR) dan hipotesis kelima diterima. Kondisi ini terjadi karena perusahaan yang

mempunyai leverage yang tinggi atau rendah termotivasi untuk melakukan

ISR, karena pelaksanaan ISR dapat meningkatkan nilai perusahan.

5.2 Keterbatasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan masih terdapat beberapa

keterbatasan dalam penelitian diantaranya:

1. Penelitian ini hanya mengambil sampel pada Indeks Saham Syariah Indonesia

(ISSI) untuk periode tahun 2017-2018. Kemungkinan akan diperoleh hasil


yang berbeda jika dilakukan penelitian dengan sampel pada perusahaan yang

berbeda dengan tahun yang berbeda.

2. Penilaian Islamic Social Reporting (ISR) dapat bersifat subjektif oleh peneliti,

sehingga dapat terjadi perbedaan skor Islamic Social Reporting (ISR) antara

peneliti satu dengan peneliti lainya.

5.3 Saran

Berdasarkan keterbatasan penelitian yang telah diungkapkan maka saran

untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut:

1. Bagi akademisi

Hasil penelitian dari nilai Adj. R-Square yang rendah yaitu 2,7% yang

berarti masih ada 97,3% variabel diluar penelitian yang mempengaruhi

pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR). Oleh karena itu, penelitian

selanjutnya diharapkan menambahkan variabel antara lain adalah kinerja

lingkungan menurut Asmara, Shafira (2016). Kinerja lingkungan merupakan

kinerja perusahaan yang menunjukkan kepedulian dalam menghasilkan

lingkungan yang baik. Ini dapat diukur melalui hasil penilaian pemerintah kepada

perusahaan yang mengikuti Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan

dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER). Semakin tinggi angka yang

diperoleh dalam pemeringkatan kinerja lingkungan yang diberikan oleh

pemerintah berarti perusahaan memiliki kinerja lingkungan yang semakin baik.

Kinerja lingkungan yang baik akan cenderung diungkapkan oleh perusahaan

dalam pengungkapan tanggung jawab sosial karena hal tersebut merupakan berita

baik (good news) yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat menarik para
investor. Dengan demikian, semakin baik kinerja lingkungan suatu perusahaan

maka semakin luas pula pengungkapan informasi tanggung jawab sosial.

2. Bagi praktisi

a. Bagi (Otoritas Jasa Keuangan) OJK

OJK sebaiknya mengatur item aktivitas Islamic Social Reporting (ISR)

secara lebih detail agar perusahaan dapat memenuhi kegiatan tanggung

jawab sosial terhadap masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan adanya

peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 29/POJK.04/2016.

Tentang laporan tahunan emiten atau perusahaan publik pada pasal 4

hanya menyebutkan bahwa perusahaan harus menyajikan laporan tahunan

yang memuat tanggungjawab sosial dan lingkungan perusahaan tanpa

mengatur luasnya tanggung jawab tersebut. Sehingga perusahaan

melakukan dan mengungkapkan ISR dengan versi masing-masing.

b. Bagi Perusahaan

Perusahaan sebaiknya lebih variatif dengan menambah item-item baru

yang dapat meningkatkan pengungkapan ISR dalam mengungkapkan

kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial selain

itu juga harus memperhatikan manfaat kegiatan tersebut bagi stakeholders.

c. Bagi investor

Informasi terkait pelaksanaan Islamic Social Reporting. dapat dijadikan

bahan pertimbangan bagi investor untuk menilai seberapa besar tanggung

jawab perusahaan terhadap lingkungan sosialnya untuk mewujudkan

keadilan dan keseimbangan masyarakat. Informasi pengungkapkan ISR


merupakan salah satu indikator bagi investor dalam menilai kepedulian

terhadap perusahaan terhadap para stakeholder.

Anda mungkin juga menyukai