1. A. PENDAHULUAN
Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah ekspor-impor
pada hakikatnya adalah suatu transaksi jual beli barang yang melibatkan pihak-
pihak yang berlokasi di negara yang berbeda. Lokasi yang berjauhan antara pembeli
(importir) dan penjual (eksportir) yang pada umumnya keduanya belum saling
mengenal dapat menimbulkan resiko tersendiri dimana pertukaran uang dengan
barang tidak dapat dilakukan pada saat yang sama sebagaimana apabila jual beli
dilakukan dimana pembeli dan penjual dapat berhadapan langsung.
Permasalahannya adalah apakah importir percaya untuk mengirimkan uang terlebih
dahulu kepada eksportir sebelum barang diterima dan sebaliknya apakah eksportir
bersedia mengirimkan barang sebelum pembayaran diterima.
Dalam praktek perdagangan luar negeri, terdapat berbagai macam cara pembayaran,
antara lain:
Collection (Penagihan)
Dalam sistem pembayaran ini eksportir akan mengirim dokumen ekspor, termasuk
wesel melalui Bank untuk ditagihkan kepada importir.
Consignment (Konsinyasi/Penitipan)
Pengiriman barang oleh eksportir kepada importir sebagai titipan untuk dijualkan
oleh importir kepada pihak lainnya dan pembayarannya oleh pihak lainnya ini
dilakukan langsung kepada eksportir. Apabila barang tidak terjual maka akan
dikembalikan kepada eksportir.
Letter of Credit (L/C)
L/C merupakan janji membayar dari Issuing
Bank kepada Beneficiary/Eksportir/penjual yang mana pembayarannya hanya
dapat dilakukan oleh Issuing Bank jika Beneficiarymenyerahkan kepada Issuing
Bank dokumen-dokumen yang sesuai dengan persyaratan L/C.
Dalam perdagangan internasional, cara pembayaran yang dipilih sangat bergantung
padabargaining power dari penjual dan pembeli dikaitkan dengan resiko yang
mungkin terjadi pada mereka. Dari kelima mekanisme pembayaran tersebut di atas,
mekanisme pembayaran dengan mempergunakan L/C lebih memberikan keamanan
baik bagi importir maupun eksportir.
L/C sebagai alat pembayaran sangat disukai secara internasional karena unsur janji
pembayaran dari Issuing Bank, sehingga penjual/eksportir merasa aman
mengirimkan barangnya, dilain sisi pembeli merasa aman dalam melaksanakan
pembayaran karena pembayaran hanya akan dilakukan oleh Issuing Bank apabila
dokumen yang mewakili barang yang dibeli sesuai dengan persyaratan L/C.
Dari kelima cara pembayaran tersebut di atas, yang dilakukan melalui bank adalah
cara pembayaran Collection dan penerbitan L/C.
1. B. DASAR HUKUM
Bank Indonesia dalam Surat Edaran No. 26/34/ULN tanggal 17 Desember 1993
tentangUniform Customs And Practice For Documentary Credits 1993 Revision-
International Chamber of Commerce Publication No. 500 (UCP) mengatur bahwa
jika dalam penerbitan L/C disepakati untuk menerapkan UCP maka dalam L/C
nya harus secara tegas mencantumkan penundukan pada UCP. Dengan demikian,
walaupun tidak mewajibkan suatu L/C harus tunduk pada UCP, namun Bank
Indonesia mendukung agar UCP dipergunakan dalam praktek penerbitan L/C oleh
bank-bank umum.
Sedangkan UCP sendiri bukan merupakan suatu produk hukum dari legislatif
ataupun yudikatif dan pada dasarnya merupakan kompilasi dari kebiasaan dan
praktek perdagangan internasional dengan menggunakan L/C. UCP bertujuan
menciptakan keseragaman praktek L/C secara internasional. UCP merupakan
pedoman dalam pelaksanaan L/C sehingga sejauh mungkin dapat dihindari
perbedaan atau kesalahan penafsiran diantara para pihak yang bertransaksi.
Pemohon (Applicant)
Adalah pihak yang memohon untuk diterbitkan L/C yang dalam hal ini umumnya
adalah pembeli/importir.
Credits, by their nature, are separate transactions from the sales or other
contract(s) on which they may be based and banks are in no way concerned with or
bound by such contract(s),
Perjanjian jual beli yang dibuat oleh importir/pembeli dan penjual/eksportir
merupakan dasar dari importir/pembeli untuk mengajukan permohonan penerbitan
L/C pada Issuing Bank. Namun demikian UCP mengatakan bahwa kontrak tersebut
harus terpisah dari transaksi L/C-nya. Kewajiban pembayaran L/C oleh Issuing
Bank semata-mata dikaitkan dengan pemenuhan dokumen-dokumen yang
dipersyaratkan dalam L/C dan Issuing Bankdalam hal ini hanya berhubungan
dengan dokumen, tidak dengan barang sebagaimana dijelaskan dalam pasal 4 UCP:
In Credit operations all parties concerned deal with documents, and not with
goods, services and/or other performances to which the documents may relate
Dari pasal 3 dan 4 UCP tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa pembayaran L/C
hanya ditentukan oleh pemenuhan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam
L/C, tidak oleh barang, jasa atau pelaksanaannya. Hambatan pelaksanaan kontrak
jual beli tidak boleh menghalangi pelaksanaan L/C. Sepanjang semua dokumen yang
disyaratkan dipenuhi, L/C wajib dibayar terlepas dari kenyataan bahwa barang
impor tidak sesuai dengan perjanjian jual beli.
Realisasi dari pasal 3 UCP mencerminkan prinsip independensi dari L/C dan
realisasi dari pasal 4 UCP mencerminkan prinsip bahwa bank hanya berurusan
dengan dokumen. Kedua prinsip ini membuat L/C mempunyai harga istimewa
dalam transaksi ekspor impor.
Banks must examine all documents stipulated in the Credit with reasonable care,
to ascertain whether or not they appear on their face to be in compliance with the
terms and conditions of the Credit. Compliance of the stipulated documents on their
face with terms and conditions of the Credit, shall be determined by international
standard banking practice as reflected in these Articles. Documents which appear
on their face to be inconsistent with one another will be considered as not
appearing on their face to be incompliance with the terms and conditions of the
Credit. Documents not stipulated in the Credit will not be examined by banks. If
they receive such documents, they shall return them to the presenter or pass them
on without responsibility.
Bank hanya memiliki waktu 7 hari perbankan untuk melakukan pemeriksaan
dokumen dan menentukan sikap mengambil alih atau menolak dokumen serta
memberitahu pihak pengirim mengenai pengambil-alihan atau penolakan dokumen.
Hal demikian sebagaimana diatur dalam pasal 13 b UCP;
The Issuing Bank, the Confirming Bank, if any, or a Nominated Bank acting on
their behalf, shall each have a reasonable time, not to exceed seven banking days
following the day of receipt of the documents, to examine the documents and
determine whether to take up or refuse the documents and to inform the party from
which it received the documents accordingly.
Selanjutnya, bank tidak bertanggungjawab atas bentuk, kecukupan, akurasi, keaslian
ataupun legalitas dari setiap dokumen yang diajukan kepadanya. Hal ini
sebagaimana dinyatakan dalam pasal 15 UCP sbb:
The description of the goods in the commercial invoice must be correspond with
the description in the Credit. In all other documents, the goods may be described in
general terms not inconsistent with the description of the goods in the Credit.
Selanjutnya mengenai nilai atau jumlah dari faktur dagang haruslah tidak melebihi
nilai L/C-nya. Apabila nilai invoice melebihi nilai L/C-nya maka bank dapat
menolak invoicetersebut. Namun demikian apabila bank telah dikuasakan untuk
membayar sejumlah nilai L/C, maka ia tidak wajib membayar selebihnya dari
nilai invoice.
Mengenai jumlah barang, apabila L/C tidak menentukan lain maka toleransi yang
diperbolehkan adalah lebih kurang 5%. Namun perbedaan jumlah ini tidak dapat
dijadikan dasar dalam memperhitungkan nilai invoice.
Dokumen Transportasi
Dokumentasi pengangkutan yang sering dijumpai dalam perdagangan antar negara
adalah bill of lading. Bill of lading adalah dokumen pengangkutan yang
ditandatangani oleh pengangkut atau agennya yang menyatakan bahwa barang telah
dikapalkan dengan kapal tertentu dengan suatu tujuan yang khusus serta
mencantumkan syarat-syarat pengangkutan.
Bill of lading memiliki 3 fungsi:
1. Tanda terima barang oleh pemilik kapal;
2. Kontrak pengangkutan barang antara pengirim dan pengangkut;
3. Dokumen kepemilikan (title of document).
Jenis dokumen transportasi lainnya dikaitkan dengan sifat dan/atau jenis
pengangkutannya seperti ocean bill of lading, non-negotiable sea waybill, charter
party bill of lading, multimodal transport document, air transport document, road,
rail or inland waterway transport document, courier and post receipt dll.
Dokumen Asuransi
Dalam UCP pasal 34, dokumen asuransi antara lain memuat hal-hal sebagai berikut:
Berkenaan dengan hal-hal yang tidak diatur dalam L/C, para pihak dapat
menentukan pilihan hukum nasional suatu negara tertentu. Hal demikian
sebagaimana dinyatakan ICC:
Because of its incorporation into the Documentary Credit, the UCP governs
Documentary Credit primarily, but not solely. Courts and arbitrations tribunals
often apply the UCP because it is the most universally followed set of customary
Documentary Credit rules and because it is perceived as being quite close to the
level of perfection permitted by the laws of international compromise. However, it
must be recognized that incorporation of the UCP into the Documentary Credit does
not prevent a court from applying its country national law.
Dalam hal tidak ditentukan hukum nasional yang berlaku, maka hakim akan
menerapkan prinsip-prinsip hukum perdata international dalam menetapkan
hukum yang berlaku.
Dengan demikian, pilihan hukum, baik menyangkut governing law (hukum negara
yang berlaku) ataupun jurisdiction (badan peradilan yang berwenang) dapat
ditentukan sebagai berikut:
1. Ditentukan di awal atau disepakati dalam kontrak; atau
2. Ditentukan kemudian, setelah ditetapkanya kontrak atau setelah terjadi dispute,
melalui putusan hakim atau arbitrator, dengan memperhatikan azas ketertiban
umum, asas hukum perdata internasional dan hukum kebiasaan internasional.
Pilihan governing law dari suatu negara yang akan ditetapkan para pihak yang
dituangkan dalam suatu kontrak akan mengacu pada azas kebebasan berkontrak,
sebagai azas dasar yang mengatur hubungan keperdataan dari para pihak yang
melakukan hubungan hukum yang bersifat perdata.
Azas kebebasan berkontrak sendiri di Indonesia diatur dalam Pasal 1338 KUH
Perdata, yang mana ditetapkan bahwasanya segala bentuk perjanjian yang dibuat
secara sah oleh para pihak akan berlaku sebagai undang-undang. Pilihan hukum
hendaknya ditetapkan sejak awal dalam kontrak untuk memudahkan dan memberi
kepastian hukum bagi para pihak, dalam hal terjadi dispute. Dalam
penentuan governing law sangat dipengaruhi oleh bargaining power masing-masing
pihak yang terlibat dalam transaksi L/C.
Apabila pilihan hukum tidak dinyatakan secara tegas, maka hakim yang akan
menetapkangoverning law berdasarkan beberapa teori dalam hukum perdata
internasional, yaitu:
Lex loci contractus.
Berdasarkan teori ini pilihan hukum didasarkan pada tempat L/C dibuat, yang
dengan demikian akan diberlakukan hukum negara dari Issuing Bank;
Lex loci solutionis.
Berdasarkan teori ini pilihan hukum didasarkan pada tempat kontrak dilaksanakan,
yang dalam hal ini meliputi penerbitan dan pembayaran L/C yang semuanya
dilaksanakan di negara Issuing Bank. Dengan demikian hukum negara yang dipilih
adalah hukum negara dari Issuing Bank;
The closest and most real connection atau The most characteristic
connection
Berdasarkan teori ini pilihan hukum didasarkan pada keterkaitan yang paling dekat
dan nyata dengan transaksi atau pada prestasi yang paling karakteristik.
Berdasarkan teori ini, keterkaitan yang paling nyata dan paling dekat ditemukan di
negara Issuing Bank, yaitu berupa tempat diterbitkannya L/C, tempat dilakukannya
perubahan L/C, tempat dilaksanakannya pemeriksaan dokumen dan tempat
dilaksanakannya pembayaran L/C. Namun, pemberlakuan hukum
negara Beneficiary juga dimungkinkan apabila penerusan L/C, pemeriksaan
dokumen, pembayaran L/C dilakukan di negara Beneficiary.
Dalam prakteknya, dari ketiga teori di atas, teori ketiga yang umumnya
dipergunakan.
1. J. PILIHAN YURISDIKSI
Yurisdiksi merupakan kekuasaan atau wewenang hukum untuk mengadili atau
memutus perkara, tentunya melalui lembaga peradilan, yang mana hingga saat ini
dikenal adanya lembaga formal yaitu pengadilan atau, khususnya untuk masalah
dalam ruang lingkup hukum perdagangan, dapat melalui arbitrase.