TARGET COSTING
NISSAN MOTOR COMPANY. Ltd
Disusun oleh :
CATUR HENDRA SETYAWAN
140301185
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, perumusan masalah yang dapat kami identifikasi
antara lain :
1. Bagaimana cara yang dilakukan Nissan agar dapat bertahan di pasar kendaraan
bermotor di Jepang dan di seluruh Negara di dunia ?
2. Bagaimana Nissan dapat menyediakan produk yang sesuai dengan selera pasar dengan
harga yang kompetitif ?
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Lean Accounting
Lean Accounting adalah accounting system yang didesain khusus untuk
perusahaan yang menerapkan lean manufacturing concept. Lean manufacturing itu sendiri
adalah pendekatan yang didesain untuk meniadakan buangan dan memaksimalkan nilai
bagi pelanggan. Pendekatan ini memiliki ciri pengiriman produk yang benar dengan
kualitas yang benar dan memproses pada waktu yang tepat dengan kebutuhan pelanggan
serta dengan biaya serendah mungkin. Sistem ini memungkinkan manajer untuk
meniadakan buangan, mengurangi biaya dan menjadi lebih efisien.
Just in time (JIT) adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk
mendapatkan kualitas, menekan biaya dan mencapai waktu penyerahan seefisien
mungkin dengan menghapus pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga
perusahaan mampu menyerahkan produknya (baik barang maupun jasa) sesuai kehendak
konsumen tepat waktu.
Menurut Liker (2004) ada beberapa jenis pemborosan yang dapat terjadi dalam
kegiatan produksi antara lain:
1. Produksi berlebih (overproduction); memproduksi barang-barang yang belum
dipesan, akan menimbulkan pemborosan seperti kelebihan tenaga kerja dan kelebihan
tempat penyimpanan serta biaya transportasi yang meningkat karena adanya
persediaan berlebih.
2. (Waktu) Menunggu; para pekerja hanya mengamati mesin otomatis yang sedang
berjalan atau berdiri menunggu langkah proses selanjutnya, alat, pasokan komponen
selanjutnya, dan lain sebagainya atau menganggur saja karena kehabisan material,
keterlambatan proses, mesin rusak, dan bottleneck (sumbatan) kapasitas.
3. Transportasi yang tidak perlu; membawa barang dalam proses (WIP) dalam jarak
yang jauh, menciptakan angkutan yang tidak efisien, atau memindahkan material,
komponen, atau barang jadi ke dalam atau ke luar gudang.
4. Memproses secara berlebih atau memproses secara keliru; melakukan langkah yang
tidak diperlukan untuk memproses komponen. Melaksanakan pemrosesan yang tidak
efisien karena alat yang buruk dan rancangan produk yang buruk, menyebabkan
gerakan yang tidak perlu dan memproduksi barang cacat. Pemborosan terjadi ketika
membuat produk yang memiliki kualitas lebih tinggi daripada yang diperlukan.
5. Persediaan berlebih; kelebihan material, barang dalam proses, atau barang jadi
menyebabkan lead time yang panjang, barang kadaluwarsa, barang rusak,
peningkatan biaya pengangkutan dan penyimpanan, dan keterlambatan. Persediaan
berlebih juga menyembunyikan masalah seperti ketidakseimbangan produksi,
keterlambatan pengiriman dari pemasok, produk cacat, mesin rusak, dan waktu set
up yang panjang.
6. Gerakan yang tidak perlu; setiap gerakan karyawan yang mubazir saat melakukan
pekerjaannya, seperti mencari, meraih, atau menumpuk komponen, alat dan lain
sebagainya. Berjalan juga merupakan pemborosan.
7. Produk cacat; memproduksi komponen cacat atau yang memerlukan perbaikan.
Perbaikan atau pengerjaan ulang, scrap, memproduksi barang pengganti, dan inspeksi
berarti tambahan penanganan, waktu, dan upaya yang sia-sia.
8. Kreativitas karyawan yang tidak dimanfaatkan; kehilangan waktu,
gagasan,ketrampilan, peningkatan, dan kesempatan belajar karena tidak melibatkan
atau mendengarkan karyawan.
B. Cost Of Quality
Pengertian Quality Control Quality Control adalah suatu kegiatan meneliti,
mengembangkan, merancang dan memenuhi kepuasan konsumen, memberi pelayanan
yang baik dimana pelaksananya melibatkan seluruh kegiatan dalam perusahaan mulai dari
pimpinan teratas sampai karyawan pelaksana (Dr. K. Ishikawa).
Quality Control adalah suatu sistem yang efektif untuk mengintegrasikan
kegiatan-kegiatan pemeliharaan dan pengambangan mutu dalam suatu organisasi
sehingga dapat diperoleh produksi dan servis dalam tingkat yang paling ekonomis dan
memuaskan konsumen (Feightboum).
Quality Control adalah aktivitas memelihara dan memperbaiki produk dan service
yang ditawarkan kepada perusahaan, quality control bukan hanya menjadi tanggung
jawab bagian quality control saja, tetapi seluruh karyawan atau pihak menjadi satu
kesatuan memecahkan masalah ini (Ishita Nobuyuki).
Quality Control adalah profesi Inspecting, Testing, dan Grading. Dengan
menggunakan statistik sebagai analisa angka-angka (data-data) yang tepat sebagai
jawaban untuk pembanding dan estimasi hasil yang baik dan yang tidak baik dipisah-
pisahkan (grading) untuk mencari mana yang dapat diterima (Accept) dan mana yang
ditolak (Reject).
Tujuan pengusaha menjalankan QC adalah untuk mencari just to the point dengan
cara yang fleksible dan untuk menjamin agar konsumen merasa puas, investasi bisa
kembali, serta perusahaan mendapatkan keuntungan.
C. Target Costing
Dalam pengelolaan biaya (costing), kita telah mengenal beberapa jenis metode
yang telah banyak digunakan, diantaranya:
Standard Costing
Activity Based Costing (ABC)
Activity Based Management (ABM)
Target Costing (TC)
Pada makalah ini, kita akan lebih menekankan pendekatan metode costing, sesuai
dengan kasus pada perusahaan Nissan Motor Company.
Pendekatan Target Costing menurut Hansen dan Mowen (2004:505) menyatakan
bahwa target costing adalah perbedaan antara harga penjualan yang dibutuhkan untuk
menangkap pangsa pasar yang telah ditentukan terlebih dahulu dan laba per unit yang
diinginkan.
Creese (2003) dalam Supriatna (2010) menyatakan bahwa target costing adalah
suatu pendekatan yang sistematik terhadap perencanaan biaya produk dalam hal mana
produk yang diusulkan pada fungsionalitas yang ditetapkan, pada kualitas dan kuantitas
produksi yang ditetapkan, di mana biaya ditentukan untuk memberikan tingkat laba
tertentu pada harga jual yang telah diantisipasi. Target costing hendaknya dipandang
sebagai suatu bagian yang integral dari desain produk baru pada proses manajemen.
Garrison, Nooren, dan Brewer (2006:541) menyatakan bahwa target costing
adalah proses penentuan biaya maksimum yang dikeluarkan ketika melakukan
operasional produksi. Target costing dihitung dengan mulai harga jual yang diantisipasi
kemudian mengurangi dengan laba yang diinginkan.
Dalam industri otomotif di Jepang, ada beberapa perusahaan besar yang sudah
memiliki pangsa pasar dan pelanggan masing-masing. Salah satu diantaranya adalah Nissan.
Untuk menghadapi persaingan yang sangat berat, setiap perusahaan tentunya ingin meraih
peringkat pertama dalam hal penjualan produk dan tingkat kepuasan pelanggan. Tidak
terkecuali Nissan yang pada tahun 1990 menduduki posisi kedua setelah Toyota, tentunya
ingin tetap bertahan pada posisi tersebut sekaligus ingin meraih posisi pertama sebagai
produsen terbesar di Jepang.
Seiring dengan perkembangan jaman yang begitu cepat, setiap produsen juga dituntut
untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dengan harga yang dapat dijangkau
konsumen. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara membuat inovasi-inovasi produk yang
terus-menerus dan berkelanjutan. Akan tetapi bagi sebuah perusahaan manufaktur, setiap
biaya yang timbul dari adanya kegiatan yang menyangkut produksi akan menimbulkan
tambahan biaya bagi suatu produk tersebut. Hal ini akan berpengaruh pada harga jual, dimana
bagi seorang konsumen harga jual merupakan hal terpenting dalam membuat keputusan
untuk membeli suatu produk.
Untuk mendukung seluruh tekanan dan target penjualan yang ingin dicapai, Nissan
menggunakan sebuah sistem yang disebut target costing system. Dimana sebuah biaya
dihitung pada saat produk tersebut belum diproduksi
Nissan Motor Company, Ltd yang berhasil menggunakan target costing dalam rangka
pengembangan produk. Tahapan pengembangan produk adalah hal penting yang diperhatikan
Nissan Motor Company, Ltd saat menerapkan target costing. Hal ini disebabkan pada tahapan
pengembangan produk yang salah, maka akan menyebabkan target costing juga tidak akan
menghasilkan manfaat bagi Nissan Motor Company, Ltd. Tahapan pengembangan produk
akan membuat target costing pada Nissan Motor Company, Ltd berhasil, sebab tidak hanya
ditinjau dari segi harga saja produk dipasarkan tetapi juga kemampuan memenuhi kebutuhan
konsumen. Dalam kegiatan operasi bisnis yang dilakukan Nissan Motor Company, Ltd
tahapan pengembangan produk yang dilakukan oleh Nissan meliputi hal-hal sebagai berikut
ini:
a. Persiapan terhadap kriteria model yang diinginkan
Target costing tidak akan berhasil apabila perusahaan tidak mampu menciptakan produk
yang diharapkan oleh konsumen. Untuk mencapai keberhasilan penerapan target costing
maka perlu dilakukan bagaimana kriteria model yang diinginkan oleh konsumen,
sehingga bukan hanya harga yang sesuai dengan kondisi persaingan tetapi atribut produk
juga sesuai dengan harapan konsumen. Kemampuan untuk melakukan pemenuhan
tersebut membuat target costingdapat berhasil sesuai dengan harapan.
Dalam persiapan kriteria model yang diinginkan oleh Nissan Motor Company, Ltd perlu
diperhatikan masalah produk pesaing yang ada di pasar serta kondisi dari pemasok.
Nissan Motor Company, Ltd hendaknya juga melakukan analisis agar target costing yang
diterapkan dengan tidak hanya berusaha menjual produk dengan harga murah saja, tetapi
juga sesuai dengan kondisi pasar persaingan, di mana kualitas yang dihasilkan tidak lebih
jelek dari produk pesaing. Upaya untuk mendapatkan kelancaran pemasok juga
diperhatikan sehingga kegiatan produksi berjalan lancar, dengan keberadaan pasokan
bahan baku secara berkelanjutan. Hal ini menghindari ada produk macet dalam kegiatan
operasi produksi yang dilakukan.
Dalam Exhibit 10 dapat dilihat ada 3 komponen utama dalam menghitung keuntungan
perusahaan, yaitu:
1. Direct Material Marginal Profit,
Direct material marginal profit = Penjualan – (biaya bahan baku + pembelian
onderdil)
2. Product Contribution,
Product Contribution = Direct material marginal profit – (biaya produksi langsung,
beban riset dan pengembangan, dan biaya corporate)
3. Operating Profit
Operating Profit = Product contribution – (biaya produksi tidak langsung, servis,
administrasi, dan beban corporate)
Biaya produksi tidak langsung akan secara langsung dihitung ke dalam pusat biaya
produksi dimana biaya tersebut terjadi. Contohnya, biaya transportasi, pemeliharaan,
dan depresiasi.
Biaya servis dan administrasi dibebankan kedalam produk tanpa harus
dimasukkan terlebih dahulu ke dalam pusat produksi.
Biaya corporate, dihitung menggunakan cara yang sama dengan beban
administrasi.
Penggolongan biaya produksi di perusahaan Nissan secara keseluruhan dapat
dilihat di Exhibit 11.
Sistem biaya pada perusahaan Nissan dari tahun ke tahun mengalami
perubahan. Secara khusus, sebuah program telah dimulai untuk melacak seberapa
besar biaya yang mungkin terjadi pada sebuah departemen produksi. Kesuksesan dari
program tersebut dan keyakinan akan harga dan servis dari supplier akan sesuai
dengan target dalam 3 kategori biaya. Biaya langsung, mewakili 85% dari total biaya
produksi, biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung mewakili 10%
dari total biaya produksi, biaya servis dan administrasi sebesar 5% dari total biaya.
Biaya produk dilaporkan dengan tujuan antara lain:
1. Long-range strategic plan, untuk mengestimasi keuntungan masa depan
2. Cost-control purposes, untuk memastikan lamanya waktu produksi sesuai dengan
target
3. Untuk membantu dalam memilih produk mix (perpaduan kualitas produk), dengan
tetap menghargai keunggulan yang terdapat pada masing-masing variasi produk
4. Untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya variasi yang tidak menguntungkan
untuk kemudian variasi tersebut tidak akan diproduksi kembali.
BAB IV
KESIMPULAN
Drucker, P., 1994, Nissan Motor Company, Ltd: Target Costing System, Presiddent and
Fellows of Harvard College.
Feil, P., K.H. Yook, dan I.W. Kim, 2004, Japanese Target Costing: A Historical Perspective,
International Journal of Strategic Cost Management, Spring: 10-19.
Garrison, R.H., E.W. Norren, dan P.C. Brewer, Akuntansi Manajerial, Jakarta: Salemba
Empat.
Hansen, D.R, dan M.M. Mowen, 2004, Akuntansi Manajemen, Jakarta: Salemba Empat.
Hergeth, H., 2002, Target Costing in the Textile Complex,
Journal of Textile and Appreal Technology and Management, Vol. 2, Issue IV, Fall: 1-10.
Kocakulah, M.C.,dan A.D. Austill, 2006, Product Development And Cost Management
Using Target Costing: A Discussion And Case analysis, Journal of Business and
Economics Research, Vol. 4, No.2, February: 61-71.
Kusumawati, Y.N., 2001, Value Chain, Life Cycle’s Costing, dan Sistem Target Costing
sebagai Strategi Keunggulan Bersaing dalam Pengembangan Produk Baru, Kajian
Bisnis, No. 23, Mei-Agustus: 79-92.
Mursid, M., 2003, Manajemen Pemasaran, Jakarta: Bumi Aksara.
Satyo, 2005, Praktik Terbaik Penerapan Target Costing, Akuntan, Oktober:44-46.
Supriatna, I., 2010, Tinjauan Penerapan Target Costing dan Upaya Cost Reduction pada
Industri Garmen, Jurnal Ekonomi Keuangan, Vol.2, No.2, November: 291-311.
Wiguna, F.L.,dan P. Sormin, 2007, Penerapan Target Costing untuk Meningkatkan
Keunggulan Bersaing: Studi Kasus pada PT Smart Ledi, Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol.1, No.1, April: 79-92.