Anda di halaman 1dari 12

METODE PENELITIAN KUALITATIF DALAM

AKUNTANSI 

Csse Study Research

Oleh :

1. Putu Ika Sawitri (2281611026/01) 


2. Gusti Ayu Putri Rismayanti (2281611029/04)
3. Putu Nita Winidiantari (2281611033/08)
4. I Nyoman Andi Susena (2281611042/17)

Disampaikan Kepada :

Prof. Dr. I Wayan Ramantha, S.E, M.M., Ak., CPA

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS

EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2022
1. Tujuan dan Kasus sebagai “Fitur” Penelitan Kasus

Penelitian studi kasus dijabarkan sebagai pendekatan penelitian atau strategi


penelitian daripada metode, walaupun hampir tidak ada batasan pada data empiris yang
digunakan dalam penelitian studi kasus. Tujuan utama penelitian studi kasus adalah
untuk menyelidiki suatu kasus dalam kaitannya dengan konteks historis, ekonomi,
teknologi, sosial dan budaya. Hal yang menjadi daya tarik studi kasus adalah
kemampuannya untuk menyajikan masalah bisnis yang kompleks dan sulit dipahami
dalam format yang mudah diakses yang terkait dengan hidup, pribadi dan membumi.
Penelitian studi kasus terkait bisnis dapat dilihat dari sisi praktis dan normatif, untuk
membantu manajemen perusahaan dalam proses pengambilan keputusan atas organisasi
bisnis.
Penelitian studi kasus terkait bisnis dapat dilihat praktis dan bisa juga
normatif. Studi kasus normatif dan praktis khususnya telah dikritik karena
kekhawatiran manajerial, yaitu tujuan mereka membantu manajer dan pengambil
keputusan mendapatkan kontrol operasional yang lebih baik atas organisasi bisnis. Hal
yang menjadi daya tarik studi kasus adalah kemampuannya untuk menyajikan masalah
bisnis yang kompleks dan sulit dipahami dalam format yang mudah diakses yang terkait
dengan hidup, pribadi, dan turun ke bumi.

2. Cara Melakukan Studi Kasus


Sebelum merancang studi kasus ada cara melakukan penelitian studi kasus
tergantung pada beberapa masalah terkait dengan latar belakang filosofis dan disipliner,
tujuan penelitian, sifat dari pertanyaan penelitian dan desain penelitian, termasuk jumlah
kasus yang akan dipelajari.Stoecker (1991) menyatakan bahwa ada perbedaan utama
antara penelitian studi kasus intensif dan ekstensif.
 Penelitian Studi Kasus Intensif
Fokus dari penelitian studi kasus intensif ialah mencari sebanyak mungkin kasus
yang bertujuan untuk memahami dan mengekspolari kasus dari dalam dan
mengembangkan pemahaman dari sudut pandang orang-orang yang terlibat dalam
kasus tersebut. Tujuan utama dari studi kasus intensif adalah mengekspolari kasus
yang dipilih dan mengungkapkan hasil penelitiannya kepada audiens Penelitian studi
kasus intensif dapat dilakukan dengan desain penelitian statis, lintas-potong dengan
desain yang dinamis, melihat perkembangan atau menjelajahi masalah-masalah yang
berhubungan dengan waktu.
 Penelitian Studi Kasus Ekstensif
Penelitian ekstensif memandang kasus sebagai instrument yang dapat digunakan
dalam mengeksplorasi fenomena yang terkait dengan bisnis tertentu, dan dalam
mengembangkan proposisi teoritis yang dapat diuji dan digeneralisasikan ke konteks
bisnis lain atau ke teori. Pada desain studi kasus yang ekstensif, peneliti akan
mencoba mengumpulkan data empiris yang serupa pada setiap kasus, karena mereka
harus memiliki bahan untuk dijadikan dasar dalam membandingkan atau mereplikasi
kasus secara kumulatif.

3. Data Empiris yang digunakan dalam studi kasus


Data empiris yang dipakai berasal dari berbagai sumber, sedangkan teknik
pengumpulan data melalui wawancara mendalam paling sering digunakan. Desain
penelitian juga memungkinkan untuk menggabungkan data kualitatif dan kuantitatif.
Pada studi kasus dalam penelitian deskriptif kualitatif, peneliti dapat memulai studi
mereka dengan satu atau beberapa topik awal, pertanyaan, atau masalah mendorong
pengumpulan data empiris. Selama penelitian, pertanyaan-pertanyaan baru yang
menarik sering muncul, hal ini mungkin merupakan pola tindakan atau praktik bahasa
yang tidak terduga yang diperjelas dalam penelitian. Pada penelitian studi kasus,
seorang peneliti haruslah fleksibel sehingga memungkinkan terfokusnya terkait kasus
yang dijadikan fenomena penelitian.
Dalam riset bisnis, wawancara mendalam sering digunakan sebagai sumber
utama data empiris, sedangkan sumber lain digunakan sebagai pelengkap. Namun,
sumber lain selain wawancara kadang-kadang lebih baik dalam hal bukti. Studi kasus
biasanya dianggap lebih akurat, meyakinkan, beragam dan kaya jika didasarkan pada
beberapa sumber data empiris. Metafora pemecahan teka-teki bekerja dengan baik
dengan pendekatan studi kasus karena menggambarkan penggunaan berbagai sumber
untuk menemukan solusinya
4. Jenis Studi Kualitatif
Studi Kualitatif bisa dibedakan menjadi dua bagian besar yaitu dengan
dibedakannya ukuran kasus yang dibatasi, seperti kasus kasus melibatkan satu individu,
beberapa individu, kelompok, keseluruhan program, dan aktivitas. Yang keduan dapat
dibedakan melalui Dan juga dibedakan dalam hal data yaitu studi kasus instrumental,
studi kolektif. penelitian naratives, namun prosedur analitik studi kasus dari uraian
terperinci.

5. Penulisan, Strategi Dan Teknik Analisis


Analisis paling sering dimulai dengan analisis setiap kasus individual secara
terpisah yang disebut dalam analisis kasus. Dalam beberapa studi kasus, fase ini
diikuti dengan analisis lintas kasus, yang merinci beberapa jenis perbandingan kasus
untuk mencari persamaan dan perbedaan dalam kasus dan berbeda dengan teori. Selain
pengkodean, analisis kasus individual sering kali mencakup penyusunan deskripsi
umum kasus tersebut, yang mungkin terstruktur baik dalam urutan
Laporan penelitian studi kasus menyajikan narasi yang terperinci dan jelas
tentang kejadian aktual dan realistis dalam konteksnya. Narasi ini memiliki pertanyaan
penelitian utama, plot, eksposisi, konteks, karakter, dan kadang- kadang dialog. Pada
prinsipnya, studi kasus dapat dievaluasi dengan cara yang sama seperti penelitian
pesanan. Namun, ada juga kriteria evaluasi khusus yang dikembangkan untuk penelitian
studi kasus yaitu hal yang tidak biasa, unik, atau untuk kepentingan umum. Peneliti
dapat memulai analisis data empiris diawal dilakukannya suatu penelitian. Konstruksi
kasus dimulai dengan mengatur semua data empiris ke dalam paket sumber utama, yang
disebut catatan kasus. Catatan kasus dapat diperoleh secara sistematik atau kronologis,
yang kemudian semua informasi tentang kasus tersebut dapat diedit sehingga mudah
dipahami responden.
Penelitian kualitatif menggunakan pengkodean disetiap data empiris mereka.
Yin (2002) membedakan dua strategi utama didalam analisis yaitu pertama didasarkan
pada proposisi teoretis yang telah dirumuskan sebelumnya dan sistem pengkodean
yang representatif, dan yang kedua didasarkan pada pengembangan deskripsi kasus,
yang kemudian akan membentuk dasar untuk pertanyaan penelitian yang muncul dan
kerangka kerja untuk mengatur studi kasus.kronologis (menekankannya, masalah,
aktor dan tindakan dan proses) atau dalam tatanan tematik (menekankan tema,
masalah, masalah, dan kategori konseptual).
Secara keseluruhan penelitian studi kasus harus menyajikan potongan-potongan
bukti yang penting dengan sedemikian rupa agar pembaca dapat menilai secara
independen mengenai manfaat analisis dan kesimpulan. Akhirnya, studi kasus harus
disusun dengan cara yang menarik agar pembaca tidak bisa berhenti membaca. Biasanya
hal ini memerlukan metode penulisan yang menunjukkan antusiasme penliti, bahwa
mereka memiliki sesuatu yang luar biasa untuk dikatakan kepada pembaca.

6. Review Artikel
Entrepreneurial Leadership and Familiness as Resources for Strategic Entrepreneurship

Juha Kansikas, Anne Laakkonen, Ville Sarpo and Tanja Kontinen


International Journal of Entrepreneurial Behaviour & Research Vol. 18 No. 2, 2012
Emerald

Pendahuluan

Kewirausahaan strategis (Strategic Entrepreneurship) adalah kewirausahaan (yaitu

perilaku mencari peluang) dan perencanaan (pengambilan keuntungan) strategis dan

pengambilan tindakan yang dirancang untuk menciptakan kekayaan (wealth). Penggerak

kewirausahaan strategis adalah pemimpin kewirausahaan (entrepreneurial leadership) yang

fokus pada pengembangan tindakan yang mengarah pada pengambilan keputusan berbasis

peluang. Kemampuan untuk membuat rencana strategis untuk masa depan dibutuhkan oleh para

pemimpin wirausaha untuk mempertahankan pencapaian tujuan. Strategic Entrepreneurship dan

entrepreneurial leadership merupakan hal yang sangat pentin g bagi setiap bisnis tak

terkecuali UKM.

UKM membutuhkan strategi yang fleksibilitas dari pemimpinnya, yaitu kemampuan

untuk bertahan hidup dengan sumber daya yang terbatas. Ada salah satu karakteristik UKM yaitu
perusahaan keluarga. Perusahaan keluarga memiliki sumber daya yang membedakan mereka dari

perusahaan non-keluarga: yaitu kekeluargaan, yang menawarkan peluang untuk penciptaan

keunggulan kompetitif. Kekeluargaan dapat didefinisikan sebagai kumpulan sumber daya yang

unik yang dimiliki perusahaan tertentu karena interaksi sistem antara keluarga, anggota individu

dan bisnis.

Mengingat bahwa kekeluargaan secara umum dianggap sebagai sumber daya, penelitian

ini mengadopsi konsep kekeluargaan di mana kekeluargaan didefinisikan sesuai dengan sumber

daya yang tersedia untuk perusahaan keluarga. Sumber daya ini dapat dikelompokkan dalam tiga

dimensi: struktural (kontak social dan ikatan jaringan), relasional (kepercayaan, norma,

kewajiban, identifikasi) dan kognitif (visi bersama, bahasa bersama).

Dalam penelitian ini tiga dimensi kekeluargaan ini diteliti apakah berkontribusi dalam

memahami bagaimana hubungan keluarga terkait dengan kepemimpinan kewirausahaan.

Penelitian ini mempelajari bagaimana kepemimpinan kewirausahaan berkontribusi pada

pengetahuan kewirausahaan strategis dengan menunjukkan bagaimana mencari peluang,

bagaimana berinovasi, pengambilan risiko, dan proaktif dalam sebuah organisasi.

Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan keterkaitan antara Familiness dan Entrepreneurial Leadership

dalam perusahaan keluarga

Teori

Kewirausahaan strategis (Strategic Entrepreneurship) adalah kewirausahaan (yaitu

perilaku mencari peluang) dan perencanaan (pengambilan keuntungan) strategis dan

pengambilan tindakan yang dirancang untuk menciptakan kekayaan (wealth).


Kepemimpinan kewirausahaan didasarkan pada keterampilan individu seperti mencapai

tujuan secara inovatif dan mengumpulkan sumber daya yang diperlukan. Dengan cara ini,

melalui pengambilan risiko dan inisiatif, kepemimpinan kewirausahaan bertujuan untuk

menciptakan inovasi. Para pemimpin wirausaha dapat mengenali peluang dan mengevaluasinya

melalui peningkatan arus informasi. Pengambilan risiko, proaktif, dan inovasi menjadi ciri

kepemimpinan kewirausahaan. Kepemimpinan wirausaha dibutuhkan dalam mengatasi

ketidakpastian.

Kekeluargaan adalah sumber daya yang berasal dari hubungan keluarga, dan telah

dikonseptualisasikan sebagai memiliki tiga dimensi: struktural (jaringan), relasional

(kepercayaan, norma, kewajiban, identifikasi) dan kognitif (visi dan bahasa bersama). Dari sudut

pandang berbasis sumber daya, kekeluargaan dipandang sebagai sumber daya karena dapat

menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Kekeluargaan adalah sumber daya

dalam perusahaan keluarga multigenerasi di mana generasi yang berbeda berpartisipasi dalam

operasi bisnis melalui manajemen, kepemilikan, dan / atau tata kelola. Istilah kekeluargaan

merupakan kumpulan sumber daya dan kemampuan istimewa yang dihasilkan dari pengaruh

keluarga.

Metodologi

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan

kualitatif. Kebutuhan untuk melakukan penelitian kualitatif untuk lebih memahami

kepemimpinan kewirausahaan di perusahaan keluarga dan interaksi dan partisipasi anggota

keluarga dan non-keluarga dalam kepemimpinan bisnis keluarga.

Tiga perusahaan keluarga dipilih untuk penelitian ini dengan menggunakan kiteria

sebagai berikut.
a. Pemilik bekerja sebagai CEO dan / atau ketua dewan direksi dalam bisnis utama

perusahaan.

b. Setidaknya satu pemilik anggota keluarga (jika ada) aktif di bisnis utama perusahaan

(minimal sebagai anggota dewan direksi).

c. Setidaknya satu anggota keluarga yang mewakili perspektif generasi yang berbeda dari

yang ada di dua kriteria sebelumnya aktif dalam bisnis utama perusahaan (minimal

sebagai anggota dewan direksi).

d. Setidaknya satu anggota non-keluarga aktif di tingkat manajemen puncak bisnis utama

perusahaan.

Pembahasan

1. Alpha

Perusahaan keluarga ini percaya akan etos bekerja keras, menghormati satu sama lain

sebagai individu, jujur, memiliki dan memberikan kebebasan untuk berbicara, dan mereka

percaya bahwa itu bukan hanya hak untuk berinovasi tetapi juga merupakan tanggung jawab

(Relational and Innovation).

Perusahaan keluarga ini memiliki kepercayaan dan pemahaman yang sama bahwa

membangun relasi bisnis itu penting karena dengan itu perusahaan bisa mencari peluang

bisnis (Relational, Structural and Opportunity recognition).

Bob telah memberi Joe kebebasan dan ruang untuk membawa perusahaan maju dengan

caranya sendiri melalui toleransi kreativitas dan kegagalan. Perusahaan memiliki budaya

organisasi seperti satu keluarga besar. Ketika organisasi ini merayakan ulang tahunnya yang

kedua puluh, Bob mengundang semua orang ke rumahnya sendiri untuk merayakannya,

sehingga 160 orang akhirnya datang ke pesta itu dan merasa dihargai dan dihargai karena hal
itu. Seperti yang telah disebutkan, Bob dan Joe melihat nilai dalam komunikasi yang baik

dan ingin suasana di antara manajemen dan karyawan sama-sama menjadi salah satu dari

keterbukaan (structural and proactiveness).

Baik Bob dan Joe memiliki jaringan dan social kontak yang luas sehingga modal ini

membantu perusahaan berani mengambil risiko untuk mengembangkan perusahaan ke

Negara lain (structural and Risk Taking).

Baik Joe maupun Bob sangat terbuka terhadap pendapat dan pandangan beberapa pakar

yang mungkin menguntungkan perusahaan mereka, yang memperluas pandangan mereka

tidak hanya berkutad dalam pandangan pribadi. Karena alasan inilah mereka memiliki

anggota dewan yang berasal dari non keluarga (Structural).

Kekeluargaan sebagai sumber daya yang mempengaruhi kepemimpinan kewirausahaan,

ditemukan dalam kasus Alpha. Awalnya Bob (pendiri perusahaan) telah memimpin

perusahaan sesuai dengan visinya sendiri, tetapi begitu perusahaan itu mencapai tingkat

pertumbuhan dan posisi pasar, ia mengarahkan pandangannya pada berbagai kepentingan

yang secara bertahap membuatnya perusahaan ini semakin berkembang. Baik Joe (penerus)

maupun Bob sangat terbuka terhadap pendapat dan pandangan pakar (eksternal) yang

mungkin menguntungkan perusahaan mereka, yang mencegah mereka dari terkunci dalam

pandangan mereka sendiri. Karena alasan inilah mereka memiliki anggota eksternal di dewan

yang terus-menerus membawa keahlian mereka sendiri. Kepemimpinan ini mengadopsi

orientasi kewirausahaan karena Bob telah memberi Joe rasa kebebasan dan ruang yang kuat

untuk membawa perusahaan maju dengan caranya sendiri serta melalui kreativitas dan

inovasi. Bob memiliki jaringan kontak yang luas mulai dari kontak bisnis hingga kontak

politik. Melalui relasi yang dibangun perusahaan telah banyak mendapatkan keuntungan.
Keluarga / perusahaan percaya untuk bekerja keras, menghormati satu sama lain sebagai

individu, jujur, memiliki dan memberikan kebebasan untuk berbicara, dan mereka percaya

bahwa itu bukan hanya hak untuk berinovasi tetapi juga merupakan tanggung jawab.

Kekeluargaan sebagai sumber daya yang mampu menciptakan sifat-sifat kepemimpinan

kewirausahaan sehingga akan menciptakan keunggulan bersaing.

2. Beta

Sejak awal Perusahaan dibangun bersasarkan budaya kerja sama dan kooperatif, yang

berarti perusahaan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk berinovasi terus-

menerus dan karenanya akan menumbuhkan mental kewirausahaan di dalam perusahaan

(Structural, relational and innovativeness).

Dalam perusahaan Steven memegang posisi ganda atau rangkap jabatan. Di satu sisi ia

adalah pemilik utama perusahaan dan di sisi lain ia adalah Direktur Utama. Jill dan suaminya

melihat lebih banyak keuntungan daripada kendala dalam situasi ini. Fokus Steven adalah

pada target investasi jangka panjang, misalnya lini produk mana yang sesuai dengan visi

perusahaan dan pasar mana yang baik untuk berinvestasi. Dia mengaku melakukan diskusi

yang mengejutkan dengan anggota keluarga lainnya, terutama dengan ayahnya yang sudah

pensiun. Menurut pendapat Steven, ayahnya selalu memiliki ide bagus (Structual and

Opportunity recognition).

Steven menyatakan bahwa perusahaan memiliki kecenderungan untuk berinvestasi lebih

agresif daripada yang mungkin terjadi di perusahaan keluarga lain dengan ukuran yang sama.

Fokusnya masih pada pengembangan bisnis karena ada sedikit properti yang terlibat

(Relational, Cognitive and Risk Taking).


Mereka percaya bahwa bisnis keluarga adalah sumber daya kewirausahaan yang sangat

positif karena keluarga ingin mengembangkan kewirausahaan di antara karyawan mereka.

Tujuannya adalah untuk mendorong proaktif, orientasi tujuan, dan komitmen, yang juga

merangsang pemikiran berorientasi masa depan (Cognitive, relational and vision making).

Dalam Beta, keluarga terus memiliki pengaruh yang kuat pada perusahaan karena mereka

memiliki kepemilikan saham mayoritas. Keluarga mempraktikkan filosofi bisnis saat pertama

kali berdiri, dengan fokus pada hasil kinerja karena mereka harus memenuhi harapan

pemegang saham. Sumber daya dan kemampuan kekeluargaan, tidak hanya menunjukkan

keunggulan kompetitif perusahaan, tetapi juga tantangan dan kelemahan yang harus dihadapi

oleh perusahaan dan keluarga. Hal ini dilakukan dengancara meningkatkan komunikasi,

pelatihan dan pembelajaran serta mengimplementasikan badan tata kelola keluarga seperti

dewan keluarga atau protokol keluarga selama tahun-tahun mendatang untuk mempersiapkan

suksesi selanjutnya.

3. Gamma

Kepemimpinan kewirausahaan dapat dikarakteristikkan dengan inovasi, proaktif, dan

pengambilan risiko dalam gaya kepemimpinan. Tipe kepemimpinan kepemimpinan ini dapat

ditemukan di Gamma. Tetapi Gamma berbeda dari kasus perusahaan lain karena saat

pergantian generasi, generasi selanjutnya tidak mengambil alih perusahaan dan pihak

eksternal (non-keluarga) yang ambil alih. Suksesi tidak mungkin terjadi tanpa jembatan

antara generasi. Gamma telah berkinerja kurang baik secara finansial. Ini tidak boleh

dianggap sebagai bukti ketidakmampuan perusahaan untuk melakukan bisnis dengan benar.

Melalui pengaruh non keluarga, Gamma tidak menerbitkan dividen tetapi menginvestasikan

kembali laba ke dalam pengembangan jangka panjang perusahaan. Ini adalah strategi yang
baik dari sudut pandang bisnis dan mengecewakan bagi sudut pandang pemegang saham,

yang mengharapkan kompensasi untuk investasinya. Seperti yang disebutkan sebelumnya,

kekeluargaan di Gamma mengambil bentuk yang lebih individual.

Suasana inovatif Gamma telah diperkuat melalui tingginya jumlah kebebasan yang

diberikan kepada karyawan. Kebebasan ini membuat lingkungan terbuka untuk menciptakan

ide-ide baru dan bereksperimen. Selain itu, untuk benar-benar mendukung inovasi, Gamma

telah meningkatkan pengeluaran Litbang setiap tahun antara 2005 dan 2009 (Relational and

Innovativeness).

Simpulan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa pengaruh kekeluargaan terhadap

kepemimpinan kewirausahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan betapa heterogennya

kepemimpinan kewirausahaan perusahaan. Dalam prakteknya, yang dominan dalam Alpha

adalah jenis kepemimpinan kewirausahaan di mana kekeluargaan adalah sumber daya

perusahaan yang sangat penting. Keterbukaan terhadap hubungan pemangku kepentingan

merupakan ciri khas kepemimpinan kewirausahaan di Alpha, Beta, dan Gamma. Beta adalah

organisasi besar dengan menganut asas kekeluarga buktinya bisnis ini masih bertahan di generasi

kedua. Gamma berbeda dari Alpha dan Beta dalam hal berpusat pada pendiri dan ikatan keluarga

yang lemah.

Anda mungkin juga menyukai