Anda di halaman 1dari 7

Ringkasan Artikel

“Pengenalan Metodologi Riset”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Metodologi Penelitian Kuantitatif

Dosen Pegampu
Imam Subekti, SE., M.Si., Ph.D., Ak., CA

Oleh:
Nurul Azizah 216020301111008
Gustamin Abjan 226020301111002

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


PASCASARJANA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2022
Penelitian tidak saja dilakukan dalam laboratorium, tetapi penelitian bisa dalam beberapa
bentuk lainya, misalnya membantu manajer dalam organisasi untuk membuat keputusan di
tempat kerja. Menjadi manajer yang sukses, penting untuk mengetahui bagaimana membuat
keputusan yang tepat dengan mengetahui berbagai langkah yang terlibat dalam menemukan
solusi untuk masalah - masalah yang menarik bagi organisasi dan/atau pemangku kepentingan.

Riset bisnis dapat digambarkan sebagai upaya sistematis dan terorganisir untuk menyelidiki
masalah spesifik yang dihadapi di lingkungan kerja, yang membutuhkan solusi. Ini terdiri dari
serangkaian langkah yang dirancang dan dijalankan dengan tujuan menemukan jawaban atas
masalah yang menjadi perhatian manajer di lingkungan kerja.

Jenis Riset Bisnis ada dua yaitu: Penelitian terapan dan Penelitian dasar.

Penelitian Terapan

Penelitian terapan bertujuan untuk memecahkan masalah saat ini yang dihadapi oleh manajer
di lingkungan kerja dan menuntut solusi tepat waktu. Misalnya, produk tertentu mungkin tidak
terjual dengan baik dan manajer mungkin ingin menemukan alasannya untuk mengambil
tindakan korektif.

Penelitian Dasar/Fundamental

Penelitian dasar yaitu menghasilkan kumpulan pengetahuan dengan mencoba memahami


bagaimana masalah tertentu yang terjadi dalam organisasi dapat diselesaikan. Tujuan utama
melakukan penelitian dasar adalah untuk menghasilkan lebih banyak pengetahuan dan
pemahaman tentang fenomena yang menarik dan untuk membangun teori berdasarkan hasil
penelitian.

Etika dan Riset Bisnis

Etika dalam penelitian bisnis mengacu pada kode etik atau norma perilaku masyarakat yang
diharapkan saat melakukan penelitian. Perilaku etis berlaku untuk organisasi dan anggota yang
mensponsori penelitian, peneliti yang melakukan penelitian, dan responden yang memberi
mereka data yang diperlukan. Ketaatan etika dimulai dengan orang yang melembagakan
penelitian, yang harus melakukannya dengan itikad baik, memperhatikan hasil yang
ditunjukkan, dan, mengurangi ego, mengejar kepentingan organisasi daripada kepentingan
pribadi. Perilaku etis juga harus tercermin dalam perilaku peneliti yang melakukan investigasi,
partisipan yang memberikan data, analis yang memberikan hasil, dan seluruh tim peneliti yang
menyajikan interpretasi hasil dan menyarankan solusi alternatif.

Dengan demikian, perilaku etis meliputi setiap langkah proses penelitian – pengumpulan data,
analisis data, pelaporan, dan penyebaran informasi di Internet, jika aktivitas semacam itu
dilakukan. Bagaimana subjek diperlakukan dan bagaimana informasi rahasia dijaga semuanya
dipandu oleh etika bisnis. Kami akan menyoroti ini karena mereka berhubungan dengan
berbagai aspek penelitian dalam bab-bab yang relevan dari buku ini.

Ada jurnal bisnis seperti Jurnal Etika Bisnis dan Triwulanan Etika Bisnis yang terutama
dikhususkan untuk masalah etika dalam bisnis. American Psychological Association telah
menetapkan pedoman tertentu untuk melakukan penelitian, untuk memastikan bahwa
penelitian organisasi dilakukan dengan cara yang etis dan kepentingan semua pihak
terlindungi. Sebagaimana dinyatakan, kita akan membahas peran etika dalam bab-bab
berikutnya, sejauh relevan dengan berbagai langkah dalam proses penelitian.

Hallmarks riset ilmiah

Karakteristik dari penelitian ilmiah menurut Sekaran (2016) adalah sebagai berikut:

1. Purposiveness

Setiap penelitian harus memiliki tujuan dan fokus yang jelas. Fokus dan tujuan dari sebuah
penelitian dimaksudkan agar memberi dampak positif bagi sektor bisnis. Terutama dalam
organisasi bisnis, penelitian diarahkan untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

2. Ketepatan

Setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki basis teoretis dan metodologi yang tepat agar
tujuan penelitian yang dikehendaki bisa tercapai. Dalam aktivitas penelitian, penyelidikan
dilakukan dengan lebih mengedepankan unsur kehati-hatian, ketelitian dan tingkat ketepatan.
Hal demikian diutamakan agar hasil penelitian yang diperoleh lebih akurat dan tingkat bias
yang minimum.

3. Dapat diuji

Penelitian yang ilmiah adalah penelitian yang bersumber dari pengujian hipotesis. Hipotesis
diartikan sebagai pernyataan tentatif tetapi bisa diuji, yang dapat memprediksi fenomena yang
akan ditemukan dalam data-data empiris. Hipotesis diturunkan dari teori yang berbasis pada
keyakinan logis peneliti dan penelitian-penelitian ilmiah sebelumnya.
4. Replikatif

Salah satu ciri penelitian ilmiah adalah memiliki daya replikatif. Replikasi dimaksudkan untuk
mengetahui konsistensi penelitian sebelumnya yang memiliki pendekatan yang serupa atau
memperkuat building block ilmu.

5. Ketelitian dan Keyakinan

Yang menjadi tantangan dalam melakukan penelitian salah satunya adalah menentukan sampel
yang tepat dalam mencerminkan karakteristik fenomena yang diteliti. Di samping itu, masalah
pengukuran yang menghasilkan unsur bias sering kali dijumpai dalam penelitian. Untuk
menimalisir hal tersebut diperlukan adanya rancangan riset yang memastikan temuan
penelitian sebaik mungkin mencerminkan kenyataan yang diteliti. Ini penting karena semakin
besar ketelitian dan keyakinan dalam penelitian maka semakin ilmiah dan hasilnya akan
bermanfaat.

6. Objektif

Dalam melakukan penelitian, kesimpulan yang ditarik melalui interpretasi analisis data harus
objektif. Artinya analisis yang dilakukan oleh peneliti harus berdasarkan data-data temuan
yang mencerminkan fakta yang sebenarnya dan actual tanpa dilandasi kepentingan subjektif
dari peneliti. Sebab interpretasi yang objektif menentukan tingkat ilmiah dari sebuah penelitian.

7. Generalisasi

Penelitian yang baik adalah penelitian yang bisa digeneralisasi. Generalisasi bermakna bahwa
hasil penelitian harus bisa diterapkan dalam ruang dan waktu yang berbeda. Karena semakin
luas jangkauan penerapannya, semakin bermanfaat penelitian tersebut bagi pengguna.

8. Sederhana

Penelitian yang mampu menjelaskan kompleksitas fenomena secara sederhana merupakan


penelitian yang lebih disukai. Penelitian yang sederhana dicirikan dengan penggunaan variabel
yang spesifik yang sesuai dengan realitas sosial yang terjadi. Dengan demikian model
pemecahan masalah yang sederhana bisa diterima dan diterapkan.

Pendekatan Riset Bisnis (Bussine Research Approach)

Pendekatan ilmiah dalam penelitian membantu peneliti untuk mengeksplorasi kebenaran


tentang apa yang diteliti. Tetapi standarisasi kebenaran dalam riset memiliki perbedaan sudut
pandang yang berbasis pada landasan filosofis (ontologi, epistemologi, dan seterusnya) yang
berbeda. Landasan filosofis tersebut menuntun peneliti untuk menjawab apa itu ilmu,
bagaimana memperoleh ilmu dan apa kebergunaan dari ilmu. Untuk menjawab pertanyaan
seperti itu, dalam aliran pemikiran, terutama dalam pendekatan riset dipetakan ke dalam
beberapa aliran menurut Neuman (2014), diantaranya positivisma, konstruksionisma, realisma
kritis dan pragmatisma.

1. Positivisma

aliran positivisma menggunakan penalaran deduktif dalam menggali kebenaran. Penalaran


deduktif digunakan dalam mengajukan teori-teori untuk diuji melalui rancangan penelitian
yang telah ditentukan sebelumnya dan ukuran-ukuran objektif. Inti dari positivisma adalah
eksperimen. Artinya menguji hubungan kausalitas melalaui observasi. Tujuan dari pendekatan
positivisma adalah menggambarkan dan memprediksi fenomena yang dapat diamati secara
langsung dan diukur dengan objektif. Sasaran dari riset ini bersifat material dengan
menyampingkan sesuatu dibalik material. Misalnya perasaan, emosi dan pikiran dianggap tidak
mungkin dalam penelitian positivisma.

2. Konstruksionisma

Konstruksionisma merupakan aliran yang anti terhadap positivisma. Kaum konstruksionisma


ini tidak meyakini adanya kebenaran objektif. Bagi mereka, realitas kebenaran merupakan
konstruksi mental sehingga tidak dimungkinkan bersifat objektif. Aliran ini pula terfokus pada
bagiamana manusia membangun sebuah pengetahuan yang bersumber dari interaksi di mana
mereka berada. Motoda yang digunakan dalam konstruksionisma cenderung kualitatif dengan
topik atau pemahaman kasus tertentu secara spesifik sehingga generalisasi disingkirkan.

3. Realisma Kristis

Realisma kritis merupakan aliran pemikiran yang mendamaikan pertentangan antara


positivisma dan konstruksionisma. Realisma kritis meyakini adanya kebenaran objektif di satu
sisi dan penolakan atas klaim bahwa realitas eksternal dapat diukur secara objektif berupa
pengamatan di sisi lain, terutama pengamatan terhadap fenomena yang tidak dapat diamati dan
diukur secara langsung seperti motivasi, kepuasan dan budaya akan selalu dapat
diinterpretasikan. Artinya realisma kritis dengan demikian kritis terhadap kemampuan kita
dalam memahami realitas. Bila kaum positivisma beranggapan bahwa tujuan penelitian adalah
untuk menemukan kebenaran, maka kaum realisma kritis lebih dari itu kendati sulit untuk
dicapai. Dalam pandangan realisma kritis, ukuran fenomena, perasaan dan sikap sering kali
bersifat subjektif, bahkan pengumpulan data secara umum tidak sempurna dan bias. Dengan
demikian, realisma kritis mendorong untuk menggunakan triangulasi di beberapa metoda agar
hasil yang didapatkan lebih baik.

4. Pragmatisma

Pendekatan pragmatisma memilih tidak berada di posisi tertentu dalam menentukan penelitian
yang baik seperti apa. Mereka menganggap bahwa penelitian tentang fenomena objektif yang
dapat diamati dan pemaknaan yang subjektif dapat menghasilkan pengetahuan yang
bermanfaat. Fokus pragmatisma adalah penelitian praktis dan terapan di mana perbedaan sudut
pandang pada penilitian dan subjek yang diteliti sangat membantu dalam memecahkan
masalah. Pragmatisma melihat penelitian sebagai proses di mana konsep dan makna adalah
generalisasi dari tindakan dan pengalaman masa lalu kita, dan interaksi yang kita miliki dengan
lingkungan. Lebih lanjut, bagi pragmatisma perbedaan teori, perspektif, ide dan teori yang akan
memperkaya pemahaman kita tentang dunia. Dalam hal ini pragmatisma berpijak pada
eklektisma dan pruralisma. Pragmatisma juga menganggap bahwa teori berasal dari praktik dan
kemudian teori tersebut digunakan untuk membentuk praktik menjadi ideal. Dengan demikian,
penganut pragmatisma menganggap nilai penilitian terletak pada relevansi praktisnya. Tujuan
teori adalah menginformasikan praktik.
DAFTAR PUSTAKA

Sekaran, U. and Bougie, R. (2016) Research Methods for Business: A Skill-Building


Approach. 7th Edition, Wiley & Sons, West Sussex.

Neuman, W. (2014) Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches.


Pearson, Essex, UK.

Anda mungkin juga menyukai