Anda di halaman 1dari 18

MODUL PERKULIAHAN

Metodologi
Penelitian
Akuntansi

Pendekatan-Pendekatan Penelitian Ilmiah

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

02
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi MK12610001 Veronica Christina

Abstract Kompetensi
Materi ini menjelaskan pendekatan- Mampu memahami dan menjelaskan
pendekatan dalam penelitian ilmiah, karakteristik penelitian ilmiah dan
ciri-ciri utama penelitian ilmiah, dan tujuh langkah dalam the hypothetico
tahap-tahap atau proses dalam deductive method
sebuah penelitian ilmiah.
PENDEKATAN-PENDEKATAN PENELITIAN ILMIAH

Pada bagian sebelumnya, penelitian atau riset didefinisikan sebagai rangkaian


kegiatan pencarian atau investigasi yang terorganisir, sistematis, berdasarkan data,
kritis, dan objektif terhadap sebuah masalah yang memerlukan penyelesaian.
Penelitian harus dilakukan dengan cara yang ilmiah. Penting untuk dipahami tentang
apa yang dimaksudkan dengan penelitian yang ilmiah. Penelitian ilmiah fokusnya
adalah pada penyelesaian masalah yang dilakukan dengan tahap-tahap yang logis,
terorganisir, dan menggunakan metode yang ketat dan teliti dalam mengidentifikasi
masalah, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan yang
benar. Penelitian ilmiah dengan demikian tidak didasarkan pada firasat,
pengalaman, dan intuisi saja. Penelitian yang ilmiah membuat para peneliti dapat
menyajikan temuannya dengan teliti/cermat dan meyakinkan. Lebih jauh, penelitian
yang ilmiah cenderung lebih obyektif, dan membuat manajer mampu menunjukkan
factor-faktor kritis dalamsebuah lingkungan kerja yang membutuhkan penanganan
agar masalah dapat dihindari atau bahkan diselesaikan. Pengertian penelitian yang
ilmiah berlakuk baik untuk penelitian dasar (basic research) maupun untuk penelitian
terapan (applied research).
Apakah peneliti selalu menggunakan metode ilmiah dalam melakukan riset?
Jawabannya: tidak. Adakalanya peneliti memiliki perspektif yang berbeda dalam
melakukan riset. Peneliti mungkin menganggap masalah yang perlu diselesaikan
sangatlah sederhana sehingga peneliti tidak menganggap perlu untuk melakukan
penelitian, dan berdasarkan pengalamannya, peneliti mengajukan solusi yang
dianggapnya baik. Adakalanya juga manajer mengambil keputusan untuk
menyelesaikan masalah berdasarkan firasat saja. Hal ini kemungkinan disebabkan
antara lain karena: waktu yang sangat mendesak untuk segera mengambil
keputusan, keengganan untuk mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk
melakukan penelitian ilmiah yang baik, kurangnya pengetahuan, dan factor-faktor
lain yang kemudian membuat manajer mengambil keputusan berdasarkan firasatnya
saja. Namun demikian, kemungkinan terjadinya kesalahan pengambilan keputusan
tentunya tinggi. CEO terkenal seperti Richard Branson dan Steve Jobs pernah
mengakui pernah membuat keputusan yang salah karena keputusan yang mereka
ambil hanyalah berdasarkan pertimbangan/ perasaan/ firasat mereka saja.

‘20 Methodologi Penelitian Akuntansi Biro Akademik dan Pembelajaran


2 Veronica Christina http://www.widyatama.ac.id
CIRI-CIRI UTAMA PENELITIAN ILMIAH
Sekaran dan Bougie (2016) mengemukakan delapan hal yang menjadi ciri utama
dari sebuah penelitian yang ilmiah. Ke delapan ciri tersebut adalah:

1. Purposiveness
2. Rigor
3. Testability
4. Replicability
5. Precision & Confidence
6. Objectivity
7. Generalizability
8. Parsimony.

PURPOSIVENESS
Penelitian ilmiah harus memiliki tujuan atau saran yang jelas. Tujuan penelitian jelas
ketika masalah dapat dirumuskan dengan jelas pula. Misal, seorang manajer ingin
menyelidiki bagaimana cara meningkatkan komitmen organisasi para karyawan.
Meningkatnya komitmen organisasi karyawan akan berdampak pada penurunan
turnover, berkurangnya absensi, dan pada akhirnya kinerja juga akan meningkat.
Pada contoh ini dapat dilihat bahwa masalah yang dihadapi manajer adalah mungkin
menurunnya kinerja, dan dugaan manajer tersebut menurunnya kinerja mungkin
disebabkan oleh kurang baiknya komitmen organisasi karyawan. Jelas pada contoh
ini tujuannya adalah pada usaha mencari cara bagaimana meningkatkan komitmen
organisasi agar kinerja meningkat. Manajer tersebut memiliki fokus tujuan yang jelas
dalam penyelidikannya.

Rigor
Dasar teori dan rancangan metodologi yang baik akan membuat sebuah penelitian
“rigor”. Rigor berkonotasi pada kehati-hatian, ketelitian, dan tingkat ketepatan dalam
sebuah penelitian. Pada contoh di atas, misalkan manajer tersebut bertanya kepada
10 orang karyawan tentang hal-hal apa saja yang dapat meningkatkan komitmen
organisasi karyawan. Jika manajer tersebut mengambil kesimpulan hanya

‘20 Methodologi Penelitian Akuntansi Biro Akademik dan Pembelajaran


3 Veronica Christina http://www.widyatama.ac.id
berdasarkan jawaban dari 10 orang karyawan tersebut, maka penyelidikan tersebut
tidak dapat dianggap sebagai penyelidikan yang ilmiah, karena:
1. Kesimpulan tidak tepat karena hanya berdasarkan jawaban dari
sejumlah kecil karyawan, yang mungkin bukan merupakan
representasi dari keseluruhan karyawan;
2. Cara menyusun dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan mungkin
menghasilkan respon yang bias dan tidak tepat;
3. Mungkin saja ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi
komitmen organisasi yang tidak mampu diungkapkan, atau tidak
dipahami oleh responden, sehingga hal tersebut tidak akan
terungkap dalam penyelidikan.

Penelitian yang rigor berhubungan dengan penggunaan teori yang baik, dan
metodologi yang disusun dengan teliti dan berhati-hati. Hal ini perlu dilakukan agar
peneliti dapat mencari dan mendapatkan informasi atau data yang tepat melalui
sebuah sampel yang cukup dengan bias yang minimum.

Testability
Pengujian dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian. Hipotesis merupakan
pernyataan tentative yang dapat diuji kebenarannya. Hipotesis diturunkan melalui
teori, yang didasarkan pada keyakinan logis peneliti dan berdasarkan temuan-
temuan penelitian terdahulu. Hipetesis ilmiah harus dapat diuji (testable). Ada juga
hipotesis yang tidak dapat diuji, karena hipotesis tersebut disusun dalam sebuah
pernyataan yang tidak jelas, atau disusun dalam pernyataan yang tidak mungkin
diuji secara eksperimental. Contoh yang terkenal tentang hipotesis yang tidak dapat
diuji adalah hipotesis: “Tuhan menciptakan bumi”.
Berdasarkan contoh sebelumnya, setelah melalui studi yang mendalam dari temuan-
temuan penelitian sebelumnya mengenai komitmen organisasi, manajer
mengembangkan beberapa hipotesis yang berhubungan dengan bagaimana
komitmen organisasi karyawan dapat ditingkatkan, dan selanjutnya hipotesis ini
akan dapat diuji dengan menggunakan alat uji statistik terhadap data yang telah
dikumpulkan. Salah satu hipotesisnya misal: “Karyawan yang merasa memiliki
kesempatan lebih besar untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan akan

‘20 Methodologi Penelitian Akuntansi Biro Akademik dan Pembelajaran


4 Veronica Christina http://www.widyatama.ac.id
memiliki tingkat komitmen organisasi yang lebih tinggi”. Hipotesis ini dapat diuji
ketika data telah berhasil dikumpulkan.

Replicability
Misalkan manajer pada contoh di atas telah menguji hipotesis penelitiannya tadi, dan
menemukan bahwa partisipasi dalam pengambilan keputusan merupakan faktor
terpenting yang mempengaruhi komitmen organisasi karyawan. Kita akan lebih yakin
dan percaya akan hasil ini jika ada penelitian lain yang juga menggunakan metode
yang sama menemukan hal yang sama seperti temuan manajer tadi. Artinya, kita
semakin yakin akan hasil penelitian jika temuan penelitian dapat direplikasi pada
penelitian lain. Replikasi mengindikasikan bahwa hipotesis yang dibuat tidak
dibangun secara kebetulan, melainkan merupakan refleksi atau cerminan keadaan
sebenarnya dari populasi. Replikasi dapat dilakukan ketika peneliti menjelaskan
secara detil deskripsi rancangan penelitiannya, seperti metode sampling yang
digunakan, dan metode pengumpulan data yang digunakan. Informasi ini akan
memungkinkan peneliti berikutnya untuk melakukan replikasi.

Precision & Confidence


Penelitian-penelitian di bidang manajemen, dan/atau dalam bidang sosial, jarang
sekali ditemukan kesimpulan yang bersifat pasti dari hasil analisis data. Hal ini
disebabkan dalam penelitian sosial tidak mungkin untuk memasukkan seluruh hal,
peristiwa-peristiwa, atau seluruh anggota populasi, sehingga dalam penelitian sosial
temuan penelitian umumnya didasarkan pada sebuah sampel yang diambil dari
populasi. Persoalannya, dalam segala kemungkinan, sampel yang diambil tidak
akan dapat merefleksikan atau mencerminkan secara pasti karakteristik atau
fenomena dari populasi. Artinya, ketika kita menggunakan sebuah sampel dari
populasi, maka besar sekali kemungkinan akan terjadi bias atau kesalahan
pengukuran dalam temuan penelitian. Agar temuan penelitian yang didasarkan pada
sebuah sampel dapat sedekat mungkin menjelaskan populasi, maka peneliti perlu
merancang penelitiannya sedemikian rupa sehingga temuan penelitian bisa sedekat
mungkin atau sebaik mungkin menjelaskan populasi sehingga hasil penelitian
tersebut meyakinkan secara ilmiah.

‘20 Methodologi Penelitian Akuntansi Biro Akademik dan Pembelajaran


5 Veronica Christina http://www.widyatama.ac.id
• Precision menyangkut pengertian seberapa dekat hasil temuan
penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari sebuah sampel
terhadap populasinya, atau dengan kata lain, seberapa dekat nilai-
nilai sampel terhadap nilai-nilai populasi. Hal ini pada dasarnya
menyangkut sebaik apa sebuah sampel merepresentasikan
populasi. Contoh: jika saya memperkirakan jumlah hari produksi
yang hilang dalam setahun akibat absensi sebesar 30 sampai 40
hari, dan data actual (kenyataan) menunjukkan angka sebesar 35
hari, maka perkiraan saya akan lebih akurat (presisi) dibanding jika
saya memperkirakan sebesar 20 sampai 50 hari. Mengapa?,
karena interval yang pertama (30-40)lebih mendekati angka
populasi yang sebenarnya dibanding interval yang kedua (20-50)
• Confidence berhubungan dengan peluang atau probabilitas
estimasi peneliti adalah benar. Presisi dalam penelitian ilmiah
merupakan hal penting, tetapi presisi saja tidaklah cukup. Penelitian
ilmiah juga harus meyakinkan (confidence). Misalnya sebuah
penelitian menyatakan bahwa tingkat keyakinannya 95%, artinya
hasil penelitian tersebut 95% benar dan hanya ada kemungkinan
sebesar 5% hasil penelitian tersebut salah. Inilah yang disebut
tingkat keyakinan atau confidence level. Jika jika peneliti
menyatakan bahwa tingkat keyakinannya 95%, artinya hasil
penelitiannya 95% benar, dan hanya ada kemungkinan kesalahan
sebesar 5%. Pada penelitian-penelitian sosial angka tingkat
keyakinan 95% ini telah berterima secara umum.

Objectivity
Kesimpulan yang ditarik melalui interpretasi atas hasil analisis data harus dilakukan
dengan obyektif, artinya kesimpulan tersebut harus diambil berdasarkan fakta yang
dihasilkan dari data, dan bukan berdasarkan nilai-nilai subyektif dan emosional.
Misal, jika hipotesis sang manajer yang menyatakan bahwa partisipasi dalam
pengambilan keputusan akan meningkatkan komitmen organisasi, dan berdasarkan
pengujian hipotesis tersebut ditolak, maka sangat tidak masuk akal jika kemudian
manajer tersebut tetap mengatakan bahwa partisipasi dalam pengambilan

‘20 Methodologi Penelitian Akuntansi Biro Akademik dan Pembelajaran


6 Veronica Christina http://www.widyatama.ac.id
keputusan akan meningkatkan komitmen organisasi karyawan, dan mengatakan
bahwa partisipasi karyawan dalam pengambilan keputusan tetap perlu ditingkatkan.
Jika demikan, maka manajer tersebut membuat kesimpulan tidak berdasarkan data
obyektif, melainkan berdasarkan opini subyektifnya saja. Bila hal ini terjadi,
sesungguhnya penelitian tersebut tidak perlu dilakukan sejak awal. Semakin obyektif
peneliti dalam menginterpretasikan data dan hasil analisis data, maka penelitian itu
dapat dikatakan semakin ilmiah.

Generalizability
Generalisasi menyangkut sejauh dan seluas apa sebuah hasil penelitian dapat
berlaku atau diaplikasikan. Semakin luas cakupan aplikasi sebuah hasil penelitian,
maka semakin baik pula hasil penelitian tersebut dapat digunakan. Contoh, jika
manajer pada contoh sebelumnya, berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai
jenis perusahaan, baik perusahaan manufaktur maupun jasa, dan menemukan
bahwa partisipasi dalam pengambilan keputusan ternyata terbukti meningkatkan
komitmen organisasi, maka tingkat generalisasi hasil penelitian tersebut menjadi
lebih tinggi. Artinya, temuan atau hasil penelitian manajer tersebut bukan saja benar
berlakuk untuk kasus perusahaannya, tetapi juga berlaku bagi perusahaan-
perusahaan lain. Jadi tingkat generalisasi pada dasarnya berhubungan dengan
cakupan atau keluasan penelitian. Semakin tinggi tingkat generalisasi, maka
semakin tinggi pula kegunaan atau manfaat hasil peneltian tersebut. Agar tingkat
generalisasi tinggi, maka peneliti harus berhati-hati dan cermat ketika menyusun
rancangan sampel penelitian, dan menyusun rancangan riset. Pada umumnya
penelitian terapan dilakukan dalam cakupan yang terbatas, yaitu pada perusahaan
yang sedang memiliki masalah saja, sehingga tingkat generalisasi penelitian tidak
begitu tinggi, dan hasil penelitian berlaku hanya pada perusahaan itu saja. Hal ini
bukan berarti penelitian tersebut tidak ilmiah, tetap ilmiah, hanya saja tingkat
generalisasinya terbatas.

Parsimony
Parsimony berhubungan dengan simplisitas atau kesederhanaan dalam
menjelaskan fenomena atau masalah, dan dalam menurunkan solusi-solusi untuk
menyelesaikan masalah. Lebih baik menyusun rerangka penelitian yang simpel dan

‘20 Methodologi Penelitian Akuntansi Biro Akademik dan Pembelajaran


7 Veronica Christina http://www.widyatama.ac.id
bisa dikelola baik, dibanding menyusun rerangka penelitian yang canggih dan
kompleks tetapi tidak dapat dikelola dengan baik. Contoh, jika manajer dalam contoh
sebelumnya, berhasil mengidentifikasi dua atau tiga variabel, dan dapat
meningkatkan komitmen organisasi karyawan sebesar 45%, maka hasil penelitian
tersebut akan lebih baik dibandingkan jika manajer tersebut mengidentifikasi sepuluh
variabel, dan dapat meningkatkan komitmen organisasi karyawan sebesar 48%.
Artinya, tambahan jumlah variabel sebanyak tujuh variabel tersebut ternyata hanya
meningkatkan komitmen organisasi sebesar 3% dari 45%. Hasil ini mungkin tidak
terlalu bermanfaat jika dibanding usaha yang harus dilakukan dalam mengelola
penelitian dengan sepuluh variabel. Hal penting yang perlu diingat adalah kehati-
hatian dan ketelitian dalam mengidentifikasi faktor-faktor atau variabel-variabel yang
penting tersebut.
Cara Memperoleh Pengetahuan (Gaya Berpikir)
Pengetahuan seseorang adalah segala sesuatu yang diketahui oleh manusia dan
tersimpan dalam memori otaknya. Pengetahuan seseorang akan mempengaruhi
perilaku, tindakan keputusan seseorang, untuk itu maka betapa pentingnya
pengetahuan bagi kehidupan manusia. Bagaimana manusia mendapatkan
pengetahuan, atau sumber pengetahuan meliputi apa saja.
Banyak cara manusia mendapatkan pengetahuan. Filsafat ilmu memberikan
penggolongan bagaimana cara manusia mendapatkan pengetahuan dan kebenaran
(Emory; 2003), jika disederhanakan dapat dipetakan dalam gambar kuadran berikut
ini :
Rasionalisme
*Metode Ilmiah*

Idealisme *Metode otoriti* Empirisme

Eksistensialisme

Gaya berpikir

‘20 Methodologi Penelitian Akuntansi Biro Akademik dan Pembelajaran


8 Veronica Christina http://www.widyatama.ac.id
Empirisme: Cara mengungkapkan kebenaran melalui pengamatan empiris dan
pengalaman. Pengalaman dan atau pengamatan empiris sebagai sumber utama
pengetahuan. Manusia memperoleh pengetahuan melalui panca inderanya, melihat
dan mendengarkan, merasakan dan menyentuh, dan sebagainya. Bagi kelompok
empirisme, sesuatu tersebut dapat dipandang sebagai pengetahuan dan kebenaran
jika telah dibuktikan secara empiris.

Rasionalisme: Cara mengungkapkan kebenaran melalui penalaran, atau


menggunakan akal sehat logika. Penalaran merupakan sumber utama pengetahuan.

Eksistensialisme. Cara mengungkapkan kebenaran karena keyakinannya bahwa


itu ‘benar’. Eksistensialisme merupakan bentuk pengetahuan yang tetap diyakini
kebenaraannya dan dijadikan acuan keputusan, meskipun ada bukti-bukti lain yang
tidak mendukung pengetahuan tersebut. Kelompok eksistensialisme menggunakan
pengetahuan tersebut karena mereka yakin atas pengetahuan tersebut. Misal ada
mitos kepercayaan atas “manfaat benda keramat untuk kemajuan usaha”, ada
sebagian orang meyakini jika memiliki benda keramat tersebut, maka usahanya
akan berhasil, meskipun belum ada bukti empiris terhadap keyakinannya tersebut.

Idealisme. Salah satunya adalah kebenaran karena otoritas atau kewenangannya


(knowing from authority). Pengetahuan atau kebenarana diperoleh dari sumber
yang memiliki otoritas. Otoritas di sini maknanya bisa orang yang memiliki otoritas
keilmuan, misalnya dokter atau otoritas karena kewenangannya. Pasien
mempercayai apa yang dikata dokter, karena dokter adalah expert pada bidang
kesehatan. Contoh lain Gubernur BI mengatakan bahwa tingkat suku bunga umum
saat ini 15 %, dan kita mempercayainya karena yang mengatakan seorang
Gubernur BI.

Metode Ilmiah. Cara mengungkapkan kebenaran melalui penalaran (kebenaran)


logika dan didukung oleh bukti empiris hasil pengamatan atau pengalaman
(kebenaran empiris). Metode ilmiah merupakan cara memperoleh pengetahuan
dengan menggagungkan dua cara berpikir yaitu cara berpikir rasional dan cara
berpikir empiris.

‘20 Methodologi Penelitian Akuntansi Biro Akademik dan Pembelajaran


9 Veronica Christina http://www.widyatama.ac.id
Proses Berpikir Ilmiah, Metode Ilmiah, dan Penelitian Ilmiah
Manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan karena mempunyai
kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Cara berpikir
seperti itu disebut penalaran (reasoning). Sebagai suatu kegiatan berpikir maka
penalaran mempunyai ciri-ciri, yaitu logis dan analitis (Suriasumantri, 1996). Berpikir
secara logis dan analitis ini merupakan proses berpikir ilmiah. Penalaran ilmiah pada
hakikatnya merupakan gabungan dari dua cara penalaran.
Ilmu pengetahuan berkembang pesat karena manusia diberi kemampuan untuk
dapat berpikir ilmiah, berkat kemampuan berpikir ilmiah pengetahuan-pengetahuan
baru ditemukan. Menurut John Dewey (Emory, 1996) Proses berpikir ilmiah
merupakan gabungan cara berpikir deduktif dan cara berpikir induktif yang dikenal
dengan gaya berpikir reflektif yang dapat diuraikan sebagai berikut:

Deduksi.
Penalaran deduktif terkait dengan rasionalisme, yaitu cara memperoleh
pengetahuan berdasarkan rasionalisme atau pemikiran adalah sumber kebenaran.
Deduksi adalah cara berpikir dengan menarik sebuah kesimpulan khusus dari
pernyataan-pernyaatan yang besifat umum; atau dari umum kekhusus.
Kesimpulan umum ini menggambarkan alasan-alasan (premis) yang dijadikan dasar
dalam menarik kesimpulam khusus. Alasan atau premis tersebut merupakan ilmu
atau terori sebelumnya yang sudah diakui kebenarannya. Dalam metode ilmiah.
Berpikir deduktif ini digunakan pada saat penyusunan hipotesis. Hipotesis disusun
secara deduktif dari teori-teori yang disusun secara jelas, logis, dan sistematis
sehingga menjadi kerangka pemikiran. Salah satu cara berpikir deduktif adalah
silogisme, yaitu dengan contoh berikut:

Contoh 1:
Premis pertama:
Setiap Manusia memiliki perasaan
Premis kedua:
Tn. Achmad adalah Manusia
Kesimpulan:
Jadi Tn. Achmad memiliki memiliki perasaan

‘20 Methodologi Penelitian Akuntansi Biro Akademik dan Pembelajaran


10 Veronica Christina http://www.widyatama.ac.id
Contoh 2:
Premis pertama:
Orang yang memiliki kompetensi tinggi biasanya memiliki kinerja Tinggi.
Premis kedua:
Tn.Ahmad memiliki kompetensi tinggi
Kesimpulan:
Tn. Akmad memiliki kinerja tinggi.

Induksi.
Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat
umum dari berbagai kasus yang bersifat individual; atau dari khusus ke umum.
Memang tidak ada keterkaitan erat antara alasan dan kesimpulan yang kuat seperti
dalam deduksi. Penalaran induktif terkait dengan empirisme, yaitu faham bahwa
pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran. Dalam metode ilmiah berpikir
induktif ini digunakan dalam pembuktian hipotesis. Berdasarkan satu atau lebih fakta
atau kejadian yang ditemukan, kita menarik kesimpulan bahwa fakta atau kejadian
tersebut juga berlaku umum.

Contoh 3 : Berdasarkan sample dari beberapa orang, kita menemukan orang yang
memiliki kinerja yang tinggi ternyata memiliki kompetensi tinggi. Dari hasil
pengamatan empiris (kasus ini) tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan umum
(generalisasi) bahwa orang yang memiliki kompetensi tinggi, memiliki kinerja tinggi.

Seperti telah diungkapkan sebelumnya Scientific Methods (metode ilmiah) adalah


salah satu cara manusia memperoleh pengetahuan untuk memecahkan berbagai
masalah kehidupannya. Pada metode ilmiah, pengetahuan dikembangkan dengan
menggunakan pendekatan proses berpikir ilmiah, yaitu cara berpikir yang
menggabungkan pendekatan berpikir rasional melalui pendekatan deduktif dan
empiris melalui pendekatan induktif.
Kebutuhan atas pengetahuan ilmiah timbul karena kita menghadapi sesuatu
masalah yang harus dipecahkan. Untuk mendapatkan pengetahuaan ilmiah:
langkah pertama, pengetahuan diturunkan dengan proses berpikir rasional
(rasionalisasi), dilakukan secara deduktif. Hasil dari proses berpikir deduktif akan

‘20 Methodologi Penelitian Akuntansi Biro Akademik dan Pembelajaran


11 Veronica Christina http://www.widyatama.ac.id
menghasilkan kesimpulan-kesimpulan sementara berdasarkan pada: pengalaman
empiris masa lalu baik yang dialami sendiri maupun yang dialami orang lain,
kepercayaan terhadap orang lain yang memiliki otoritas, kesimpulan argumentasi
sendiri (logika). Kemudian kesimpulan sementara yang telah dirumuskan secara
deduktif ini harus diuji secara empiris (research, riset), untuk membuktikan bahwa
pernyataan secara deduktif tersebut, realitas empirisnya menunjukkan hal yang
sama. Pengujian empiris ini, dilakukan secara induktif. Jika pengetahuan didukung
dengan kebenaran rasional dan didukung oleh hasil uji empiris, maka pengetahuan
tersebut menjadi pengetahuan ilmiah. Pengetahuan ilmiah inilah akan dijadikan
informasi dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah.

Metode Hipotetiko-Deduktif
Sebuah penelitian ilmiah harus melalui langkah demi langkah yang tertata secara
logis, terorganisir, dan cermat/ teliti dalam usaha mencari solusi atas sebuah
masalah. Metode ilmiah dikembangkan dalam konteks ilmu alam, dimana ilmu alam
telah menjadi dasar bagi banyak penemuan-penemuan penting. Walaupun banyak
keberatan atas penggunaan metode ini dalam penelitian-penelitian sosial dan bisnis
tetap saja metode ini paling banyak digunakan dalam bidang sosial dan bisnis.
Metode hipitetiko-deduktif dipopulerkan oleh filsuf dari Austria yang bernama Karl
Popper, dimana metode ini sebenarnya adalah sebuah versi umum dari sebuah
metode ilmiah. Metode hipotetiko-deduktif merupakan metode yang sangat berguna,
dengan pendekatan yang sistematis dalam menghasilkan pengetahuan yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah-masalah dasar dan masalah-masalah
manajerial. Metode hipotetiko-deduktif terdiri dari tujuh buah tahap proses, yaitu:

1. Mengidentifikasi masalah secara luas;


2. Mendefinisiksan pernyataan masalah;
3. Mengembangkan hipotesis;
4. Menentukan ukuran dan alat ukur;
5. Pengumpulan data;
6. Analisis data;
7. Interpretasi hasil analisis data.

‘20 Methodologi Penelitian Akuntansi Biro Akademik dan Pembelajaran


12 Veronica Christina http://www.widyatama.ac.id
Mengidentifikasi Masalah Secara Luas
Tahap pertama dalam sebuah penelitian ilmiah adalah mengidentifikasi masalah
secara luas, dalam artian menentukan dimana area masalah tersebut terjadi.
Misalnya, terjadi penurunan penjualan, sering terjadi gangguan dalam proses
produksi, investasi yang hasilnya mengecewakan, adanya perpindahan konsumen,
kurang bergairahnya karyawan dalam melakukan pekerjaannya, dan lain
sebagainya. Mengidentifikasi area masalah secara luas akan sangat menentukan
perumusan masalah yang akan diteliti.

Mengidentifikasi Pernyataan Masalah


Penelitian ilmiah dimulai dengan sebuah tujuan atau sasaran yang jelas. Agar dapat
menemukan solusi-solusi terhadap sebuah masalah, sebuah pernyataan masalah
(problem statement), yang di dalamnya terdapat tujuan dan pertanyaan penelitian
(research question), harus dikembangkan. Pengumpulan informasi awal tentang
faktor-faktor yang kemungkinan berhubungan dengan sebuah masalah akan sangat
membantu dalam mempersempit area masalah yang luas hingga dapat dirumuskan
pernyataan masalah yang lebih spesifik. Pengumpulan informasi awal ini dapat
dilakukan dengan membaca literatur-literatur yang relevan, melakukan pembicaraan
atau wawancara dengan beberapa karyawan dalam, atau melakukan pembicaraan-
pembicaraan dengan pihak-pihak yang dianggap mengetahui situasi yang sedang
terjadi. Berdasarkan informasi-informasi ini, peneliti dapat lebih merasakan apa dan
mengapa suatu situasi (masalah) tertentu terjadi. Hal ini kemudian akan mengerucut
pada rumusan pernyataan masalah (problem statement).

Mengembangkan Hipotesis
Pada tahap ini, tiap variabel yang diidentifikasi harus diperiksa dengan teliti untuk
memastikan kontribusi atau pengaruhnya dalam menjelaskan mengapa sebuah
masalah dapat terjadi, dan bagaimana cara menyelesaikannya. Jaringan asosiasi-
asosiasi yang teridentifikasi dari variabel-variabel yang ada selanjutnya harus dirajut
atau dibingkai secara teoritis agar dapat menjustifikasi mengapa variabel-variabel
tersebut kemungkinan berpengaruh terhadap terjadinya sebuah masalah. Justifikasi
secara teoritis inilah yang kemudian membuat peneliti dapat menurunkan hipotesis
penelitian.

‘20 Methodologi Penelitian Akuntansi Biro Akademik dan Pembelajaran


13 Veronica Christina http://www.widyatama.ac.id
Hipotesis ilmiah harus memenuhi dua persyaratan, yaitu:
1. Hipotesis harus dapat diuji;
2. Hipotesis harus falsifiable – hipotesis harus dapat disanggah.

Menentukan Ukuran dan Alat Ukur


Peneliti bisa menguji hipotesis hanya jika dia dapat mengukur variabel-variabel yang
ada pada rerangka kerja teoritisnya. Agar variabel-variabel dapat diukur, maka
peneliti harus mengoperasionalkan tiap variabel yang ada sedemikian rupa hingga
variabel tersebut dapat diukur.

Pengumpulan Data
Setelah peneliti berhasil menentukan ukuran dan alat ukur untuk setiap variabel
yang ada dalam rerangka kerja teoritis, maka selanjutnya peneliti akan turun
kelapangan untuk melakukan pengumpulan data.

Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data selanjutnya akan dianalisis secara
statistika untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak.

Interpretasi Hasil Analisis Data


Hasil analisis data yang dilakukan secara statistika, selanjutnya harus
diinterpretasikan sehingga hasil statistika tersebut menjadi bermakna. Interpretasi
inilah yang kemudian akan menyimpulkan apakah hipotessa diterima atau ditolak,
dan bagaimana kemudian solusi-solusi pemecahan masalah dapat diturunkan.

Beberapa Kendala Melakukan Penelitian Ilmiah Dalam Bidang


Manajemen/Bisnis
Penelitian-penelitian dalam bidang manajemen, bisnis, dan perilaku tidak selalu bisa
dilakukan 100% ilmiah, tidak seperti dalam bidang ilmu pasti. Faktor utama
penyebab hal ini adalah berkaitan dengan pengukuran dan pengumpulan data,
dimana dalam penelitian sosial data yang dikumpulkan merupakan data yang
bersifat subyektif, yang berhubungan dengan perasaan, emosi, sikap dan persepsi.
Dalam penelitian sosial, hal-hal yang diukur umumnya konstruk yang bersifat abstrak

‘20 Methodologi Penelitian Akuntansi Biro Akademik dan Pembelajaran


14 Veronica Christina http://www.widyatama.ac.id
dan subyektif. Kesulitan lain juga bisa disebabkan masalah mendapatkan sampel
yang representative sehingga sulit untuk mendapatkan tingkat generalisasi yang
tinggi.

Pendekatan-Pendekatan Alternatif Dalam Penelitian


Terdapat beberapa pendekatan sebagai alternative dalam melakukan penelitian
ilmiah, yaitu:
1. Positivism
2. Constructionism
3. Critical Realism
4. Pragmatism

Positivism
Penganut aliran positivism meyakini bahwa ilmu pengetahuan dan penelitian ilmiah
merupakan cara atau jalan untuk mendapatkan kebenaran, karena mereka percaya
bahwa ada kebenaran obyektif di luar sana – untuk memahami dengan dunia
dengan cukup baik sehingga dapat dilakukan prediksi dan pengendalian
terhadapnya. Bagi penganut positivism, dunia ini beroperasi karena hukum sebab
dan akibat dimana hal ini dapat dilihat dengan menggunakan pendekatan ilmiah
dalam penelitian. Kalangan positivism dalam melakukan penelitian sangat
memperhatikan hal-hal yang menyangkut ketelitian (rigor), replicability, reliabilitas
pengamatan, dan tingkat generalisasi dari hasil penelitiannya. Mereka menggunakan
penalaran deduktif dengan mengedepankan teori yang akan mereka uji melalui
desain penelitian yang telah ditentukan sebelumnya dan ukuran yang obyektif.
Pendekatan utama peneliti positivism adalah dengan melakukan eksperimen, yang
memungkinkan mereka untuk menguji hubungan sebab akibat melalui proses
manipulasi dan observasi. Peneliti positivism meyakini bahwa tujuan penelitian
adalah hanya mendeskripsikan fenomena yang dapat diamati dan diukur secara
obyektif. Bagi penganut positivism, pengetahuan yang diperoleh diluar cara tersebut
di atas (misal emosi, perasaan, dan pikiran-pikiran) adalah tidak mungkin.

‘20 Methodologi Penelitian Akuntansi Biro Akademik dan Pembelajaran


15 Veronica Christina http://www.widyatama.ac.id
Constructionism
Pendekatan penelitian lain yang sangat berbeda, dan car acara bagaimana sebuah
penelitian seharusnya dilakukan adalah pendekatan constructionism. Aliran
constructionism mengkritik penganut aliran positivism yang berkeyakinan bahwa
dalam dunia terdapat kebenaran yang obyektif. Penganut aliran constructionism
memiliki pandangan yang bertolak belakang, dimana mereka menyatakan bahwa
dalam dunia ini secara fundamental bersifat mental atau dibangun secara mental.
Berdasarkan keyakinan ini, mereka tidak mencari kebenaran obyektif, melainkan
sebaliknya, mereka bertujuan untuk memahami aturan atau cara yang digunakan
oleh manusia untuk memahami dunia dengan cara menyelidiki apa yang terjadi
dalam pikiran orang. Metode penelitian bagi aliran ini pada umumnya bersifat
kualitatif, dengan menggunakan focus group discussion dan wawancara tidak
terstruktur untuk mengumpulkan data.

Critical Realism
Diantara kedua pendekatan ekstrim di atas, terdapat beberapa pendekatan lain
tentang bagaimana seharusnya sebuah penelitian dilakukan, dan salah satunya
adalah aliran critical realism. Critical realism merupakan kombinasi dari keyakinan
terhadap realitas eksternal (yang obyektif) dengan menolak klaim yang menyatakan
bahwa realitas eksternal dapat diukur secara obyektif. Menurut mereka observasi,
misalnya, terutama observasi terhadap fenomena yang tidak akan dapat diamati dan
diukur secara langsug, seperti kepuasan, dan motivasi, selalu memerlukan
interpretasi dalam memahaminya (tidak obyektif). Menurut penganut critical realism
data yang diperoleh dari pengukuran terhadap emosi, perasaan, dan sikap pada
umumnya akan bersifat subyektif, dan proses pengukuran atau pengumpulan data
tersebut juga tidak mungkin sempurna, sehingga aka nada kemungkinan terjadi bias.
Menurut penganut aliran ini, untuk mengatasi hal tersebut (bias), maka perlu
dilakukan proses triangulation terhadap cacat, atau kesalahan pada pengamatan
dan pada peneliti sendiri, agar dapat diperoleh pemahaman yang lebih baik.

Pragmatism
Aliran pragmatis tidak mengambil sikap apapun terhadap pendekatan-pedekatan
atau aliran-aliran sebelumnya. Mereka meyakini bahwa penelitian baik terhadap
fenomena-fenomena yang obyektif dan terukur maupun terhadap yang subyektif

‘20 Methodologi Penelitian Akuntansi Biro Akademik dan Pembelajaran


16 Veronica Christina http://www.widyatama.ac.id
tetap dapat menghasilkan pengetahuan yang berguna, tergantung pada pertanyaan-
pertanyaan penelitian yang diajukan. Fokus aliran pragmatis ini adalah kepraktisan
penggunaan penelitian dimana perbedaan -perbedaan pandangan atas peneltian
dan subyek yang diteliti dapat membantu penyelesaian masalah. Aliran pragmatis
menggambarkan penelitian sebagai sebuah proses dimana konsep-konsep dan
pengertian-pengertian – teori – adalah merupakan generalisasi dari tindakan-
tindakan dan pengalaman-pengalaman masa lalu, dan interaksi yang kita alami
dengan lingkungan kita. Aliran pragmatis menekankan sifat penelitian yang dibangun
secara sosial; dimana tiap peneliti kemungkinan memiliki perbedaan tentang ide
atau gagasan, penjelasan-penjelasan tentang apa yang terjadi disekitar kehidupan
kita. Bagi penganut aliran pragmatis, perbedaan-perbedaan ide, gagasan, dan teori-
teori akan sangat membantu kita dalam memahami dunia. Aliran pragmatis dengan
demikian sangat mendukung eclecticism dan pluralism. Hal penting lainnya yang
diyakini oleh aliran pragmatis adalah bahwa kebenaraan saat in bersifat tentatif dan
kemungkinan dapat berubah sejalan dengan waktu.

Pertanyaan – Kuis
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan the hallmarks of scientific research.
2. Jelaskan logika proses metode hipotetiko-deduktif.
3. Pada bagian sebelumnya dijelaskan bahwa penelitian dalam bidang
manajemen atau bisnis tidak akan bisa 100% ilmiah. Jelaskan apa
maksudnya dan jelaskan mengapat demikian.
4. Menurut saudara, dari beberapa perspektif atau pendekatan dalam
melakukan penelitian ilmiah, yang mana yang terbaik, jelaskan pandangan
saudara.
5. Metode hipotetiko-deduktif terdiri atas tujuh langkah proses. Menurut
saudara, tahap atau langkah mana yang paling kritis.

‘20 Methodologi Penelitian Akuntansi Biro Akademik dan Pembelajaran


17 Veronica Christina http://www.widyatama.ac.id
Kepustakaan
1. Cooper, R. Donald., & Emory, C. William (1995). Business Research Methods.
5th Edition. Chicago: Irwin.
2. Uma Sekaran & Roger Bougie (2016). Research Methods For Business: A Skill
Building Approach. Chichester, West Sussex: John Wiley & Son.
3. Nuryaman & Veronica (2015). Metodologi Penelitian Akuntansi dan Bisnis: Teori
dan Praktik. Bogor, Galia Indonesia.

‘20 Methodologi Penelitian Akuntansi Biro Akademik dan Pembelajaran


18 Veronica Christina http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai