Anda di halaman 1dari 45

INVESTIGASI ILMIAH

Tujuan Pembelajaran & Pokok Bahasan


 Tujuan Pembelajaran:
1. Menjelaskan apa makna penyelidikan ilmiah, dan
memberikan contoh baik penyelidikan ilmiah maupun
penyelidikan non-ilmiah
2. Menjelaskan delapan ciri metode ilmiah
3. Menjelaskan secara ringkas kenapa penelitian dalam
area perilaku organisasi dan manajemen tidak
sepenuhnya ilmiah.
Tujuan Pembelajaran & Pokok Bahasan
 Tujuan Pembelajaran:
4. Menjelaskan building block of science
5. Membahas tujuh langkah metode hypothetico-
deductive dengan menggunakan contoh yang anda buat
sendiri
6. Menjelaskan proses induksi dan deduksi
7. Menjelaskan keunggulan pengetahuan yang diperoleh
dengan metode ilmiah
Pokok Bahasan
1. Hallmark of science (ciri-ciri sain)
1. Purposiveness
2. Rigor
3. Testability
4. Replicability
5. Precision and confidence
6. Objectivity
7. Generalizability
8. Parsimony
Pokok Bahasan
2. Limitasi riset ilmiah dalam manajemen
3. Building block of science dan hypothetico-deductive method of
research
4. Tujuh langkah hypothetico-deductive method
1. Identify of broad problem area (Identifikasi Masalah)
2. Define the problem statement (rumusan masalah)
3. Develop hypotheses (Perumusan Hipotesis)
4. Determine measures (Menentukan Pengukuran)
5. Data collection (Pengumpulan Data)
6. Data analysis (Analisis data)
7. Interpretation of data (Interpretasi data)
Pokok Bahasan
5. Type penelitain yang lain
1. Studi Kasus
2. Action Research (Riset tindakan)
Pendahuluan
 Manajer sering kali dihadapkan dengan kasus yang
membutuhkan pengambilan keputusan kritis;
 Pengambilan keputusan yang didasarkan atas penelitian
ilmiah cenderung menghasilkan keputusan yang efektif;
 Penelitian adalah: proses aktivitas yang dilakukan secara
terorganisir, sistematik, berdasar data, kritis, objektif,
ilmiah terhadap suatu masalah spesifik yang
membutuhkan solusi.
Pendahuluan
 Keputusan yang didasarkan atas hasil studi ilmiah cenderung
hasilnya sesuai harapan;
 Masalahnya adalah apa yang dimaksud dengan ILMIAH;
 Saintifik riset (Riset Ilmiah) focus pada solving problem yang
dilakukan tahap demi tahap secara logis, terorganisir dan
taat azas untuk mengidentifikasi suatu masalah,
mengumpulkan data, menganalisisnya dan membuat
kesimpulan yang valid.
Pendahuluan
 Jadi saintifik riset (riset ilmiah) bukan dilakukan dengan:
 Prasangka

 Pengalaman

 Intuisi

 Riset saintifik dilakukan secara:


 Berketujuan

 Taat azas (rigorous)


Pendahuluan
 Kegiatan Riset ilmiah yang dilakukan berdasar rigorous (taat
azas) memungkinkan:
 Semua orang yang tertarik dalam riset dengan tema yang sama
atau mirip, hasilnya akan dapat dibandingkan ketika data telah
dianalisis;
 Riset saintifik (Riset Ilmiah) membantu peneliti membuat:
 pernyataan atas temuannya secara akurat dan meyakinkan;
 Membantu organisasi lain mengaplikasikan solusi yang
ditemukannya ketika masalah yang dihadapi mirip.
Pendahuluan
 Riset saintifik cenderung:
 Lebih objektif
 Membantu manager memiliki pandangan lebih kritis atas suatu
masalah yang dihadapi dalam pekerjaanya untuk dihindari,
dinimimumkan atau diselesaikan;
 Investigasi ilmiah dan keputusan managerial merupakan
aspek yang integral dari problem solving yang efektif.
Pendahuluan
 Saintifik riset diaplikasikan dalam basic riset maupun applaid
riset;
 Riset terapan adalah riset yang boleh jadi dapat
digeneralisasikan bagi organisasi lain atau tidak, tergantung
pada:
 Derajat perbedaan yang terjadi dalam:
 Ukuran organisasi
 Sifat pekerjaan
 Karakteristik karyawan
 Struktur organisasi
Pendahuluan
 Applaid Research dapat dilakukan secara terorganisir dan
sistematis terhadap suatu masalah yang telah diidentifikasi
secara hati-hati, data dikumpulkan dan dianalisis secara
ilmiah (saintifik) dan kesimpulan dibuat sesuai dengan
tujuan untuk menyelesaikan masalah.
 Apakah organisasi selalu mengikuti proses langkah demi
langkah secara ketat?
 Jawabannya : Tidak
Pendahuluan
 Kadang suatu masalah demikian sederhana sehingga tidak
perlu dilakukan riset untuk menyelesaikannya, pengalaman
sudah cukup untuk menyelesaikan masalah tersebut.
 Alasan lain mengapa tidak semua masalah perlu dipecahkan
dengan riset:
 Karena keterbatasan waktu
 Terbatasnya sumberdaya

 Pengetahuan yang terbatas


Pendahuluan
 Ketika masalah diselesaikan tidak dengan riset maka peluang
membuat keputusan salah, besar.
 Guru Bisnis “ Lee Iacocca menyatakan:
 Diakui
bahwa kesalahan yang besar dapat terjadi karena
pertimbangan yang salah;
 Majalah bisnis terkemuka (business week, Fortune, Wall
street Journal): mengungkapkan bahwa banyak organisasi
menghadapi kesulitan karena WRONG DECISION.
Pendahuluan
 Wrong decision dibuat karena:
 HUNCHES (firasat/prasangka)
 Informasi yang tidak memadai

 Banyak perencaan gagal dalam pelaksanaan karena:


 Penelitian yang tidak memadai dalam menghasilkan informasi.
Hall Marks (Karakteristik) Riset Ilmiah yang baik
 Karakteristik Riset Ilmiah yang baik:
1. Purposiveness (memiliki tujuan yang jelas)
2. Rigor (Taat Azas)
3. Testability (dapat diuji)
4. Replicability (dapat diulang)
5. Presision and Confidence (tepat dan meyakinkan)
6. Objectivity (apa adanya)
7. Generalizability (dapat digeneralisasikan)
8. Parsimony
Hall Marks (Karakteristik) Riset Ilmiah yang baik
 Ciri penelitian yang baik tersebut dapat dijelaskan dalam
contoh yang kongkrit:
 Misalkan kita tertarik untuk mengkaji Bagaimana
Komitmen Karyawan Terhadap Organisasi Dapat
Ditingkatkan
 Kitaakan menguji bagaimana delapan ciri of science
diterapkan bagi kajian ini sehingga kita sampai pada
kesimpulan bahwa kajian tersebut bersifat ILMIAH
Purposiveness (memiliki Tujuan yang Jelas)
 Manager telah mengawali riset dengan menetapkan maksud
atau tujuan:
 Fokus manajer pada peningkatan komitmen karyawan
terhadap organisasi, karena meningkatnya komitmen
menimbulkan banyak manfaat bagi organisasi:
 Turnover menurun;
 Absensi menurun;

 peluang peningkatan kinerja;

 Jadi riset has purposive focus (tujuan yang jelas)


Rigor
 Riset yang base on a good theoretical dan desain
methodological yang jelas menambah Rigor/ketaatan bagi
kajian yang memiliki tujuan yang jelas;
 Rigor identic dengan :
 Carefulness (hati-hati)
 Scrupulousness (seksama, teliti)

 Degree of exactitude (derajat kepastian)


Rigor
 Kembali ke contoh kita:
 Katakan bahwa manajer suatu organisasi bertanya kepada 10 –
12 orang karyawannya untuk mengindikasikan apakah akan
terjadi peningkatan level komitmen karyawan. Jika, hanya atas
dasar respon mereka, manajer mendapat beberapa
keseimpulan tentang bagaimana komitmen karyawan dapat
ditingkatkan, keseluruhan pendekatan tersebut untuk kajian
tersebut tidak ilmiah; karena:
Rigor
 Kembali ke contoh kita:
 ; karena:
1. Konklusi diturunkan dengan cara tidak benar:kesimpulan berdasar
pada respon beberpa karyawan yang boleh jadi pendapatnya tidak
representative bagi seluruh karyawan;
2. Framing (bingkai) dan addressing (kepada siapa ditujukan)
pertanyaan dapat menjadi awal bias atau menimbulkan respon yang
yang incorrectness (tidak benar)
3. Boleh jadi banyak hal penting lain yang mempengaruhi komitmen
keorganisasian yang dalam sampel yang kecil tidak terungkap selama
melakukan interview dan paneliti gagal memasukannya.
Rigor
 Dengan demikian: KESIMPULAN yang diturunkan dari teorititical
foundation yang lemah (alasan ke-3) dan metodologi yang lemah
(alasan 2 dan 1) adalah tidak ilmiah
 Penelitian yang Rigorous mencakup:
 Good theoretical base (berbasis teori yang baik)
 Carefully thought methodology (metode yang di tetapkan
dengan hati-hati)
 Ketiga alasan tersebut memungkinkan peneliti
mengumpulkan jenis informasi yang tepat dari sampel
yang tepat dengan derajat bias minimum dan analisis data
yang tepat.
Testability (dapat diuji)
 Jika, karyawan telah dipilih secara random dan study
penelitian terdahulu telah dilakukan dalam bidang
komitmen organisasi, maka manajer atau peneliti
mengembangkan hipotesis tertentu tentang
bagaimana komitmen karyawan dapat di tingkatkan;
 Hipotesis ini dapat diuji dengan uji statistic tertentu
terhadap data yang telah dikumpulkan sesuai dengan
tujuan.
Testability (dapat diuji)
 Misalkan: Peneliti menghipotesiskan bahwa karyawan
yang menerima peluang lebih besar untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan akan
memiliki level komitmen yang lebih tinggi.
 Hipotesis ini dapat diuji ketikda data telah terkumpul.
 Analisis korelasi akan mengindikasikan apakah
hipotesis hipotesis tersebut
terdukung/dibenarkan/diperkuat (substantiated) atau
tidak
Testability (dapat diuji)
 Riset saintifik menjamin (lends) dirinya untuk diuji
secara logis melalui pengembangan hipotesis untuk
mengetahui apakah terdukung oleh data atau tidak
sesuai dengan estimasi yang dihipotesisnya yang
dibangun dengan hati-hati dalam mengkaji suatu
masalah.
 Testability dengan demikian menjadi hallmark darai
riset saintifik (riset ilmiah)
Replicability (Dapat ulang)
 Katakan bahwa seorang manajer/peneliti, berdasarkan
hasil penelitian, menyimpulkan:
 bahwa partisipasi dalam pengambilan keputusan adalah
salah satu factor sangat penting yang mempengaruhi
komitmen kayawan terhadap organisasi.
 Kita akan lebih yakin dan percaya atas temuan ini dan
menyimpulkan jika temuan yang baru mirip atas dasar
data yang dikumpulkan oleh organisasi lain dengan
menggunakan metode yang sama.
Replicability (Dapat ulang)
 Untuk membedakan satu penelitian dengan penelitian
yang lain, hasil uji hipotesis seharusnya didukung kembali
dan akan terdukung kembali ketika jenis penelitiannya
sama yang diulang kembali dalam lingkungan lain yang
mirip;
 Untuk mengembangkan bahwa hal ini terjadi (hasilnya
dapat di replicated atau repeated/diulang), kita akan
mendapat keyakinan dalam karakteristik ilmiah penelitian.
 Artinya hipotesis kita belum terdukung hanya karena keb,
tetapi terefleksi karena keadaan yang benar atas suatu
populasi.
Presision & Confidence (Dapat ulang)
 Dalam penelitian manajemen, jarang sekali kita memiliki
kemewahan sehingga kita dapat membuat kesimpulan
yang definitive berdasarkan hasil analisis data;
 Penyebabnya adalah karena kita tidak dapat mengkaji
seluruh item dalam universe, seluruh peristiwa atau
seluruh populasi yang menarik perhatian kita;
 Dalam semua kemungkinan, maka suatu sampel mungkin
masih dapat dipertanyakan apakah merefleksikan secara
pasti karakterisistik phenomena yang tengah dikaji
Presision & Confidence (Dapat ulang)
 Kesalahan pengukuran dan masalah-masalah lain juga
selalu mengitari sehingga besar kemungkinan
menimbulkan bias atau error dalam temuan penelitian.
 Kita dapat mendesain penelitian untuk memastikan
bahwa:
 temuan penelitian sesuai dengan realitas; (maksudnya suatu
keadaan yang benar yang sesuai dengan populasi) sehingga
kita dapat mengatakan bahwa hasil penelitian meyakinkan
Presision & Confidence (Dapat ulang)
 Precision merujuk pada:
 Sesuaidengan temuan realitas berdasarkan sampel
 Merefleksikan derajat keakuratan atau ketepatan
temuan yang terdapat dalam sampel yang
merefleksikan populasi.
 Misaljika kita mengestimasi jumlah produksi yang hilang
selama satu tahun karena absennya karyawan adalah 30
– 40.
Presision & Confidence (Dapat ulang)
 Precision merujuk pada:
 Jumlah kehilangan sesungguhnya 35, maka presision
estimasi kita lebih baik dibandingkan jika kita
mengestimasi kehilangan produksi antara 20 – 50
 Precision & confidence berkaitan dengan confidence
interval dalam istilah statistika.
 Confidence merujuk pada probability bahwa estimasi
kita adalah benar.
 Seorang peneliti perlu memiliki keyakinan tidak hanya
memiliki ketelitian.
Presision & Confidence (Dapat ulang)
 Kita sering mengatakan bahwa tingkat keyakinan 95%
ketika kita menemukan hasil penelitian artinya temuan
kita hanya 5% berpeluang salah.
 Dalam statistika istilah ini sering disebut sebagai
confidence interval.
 Semakin kecil interval keyakinan maka temuan
penelitian semakin bermanfaat.
 Dalam ilmu social, confidence level 95% lazim
digunakan
Presision & Confidence (Dapat ulang)
 Tingkat keyakinan sering dikatakan sebagai significance
level of 0.05 (alpha = 0,05)
 Presision dan confidence adalah aspek penting
penelitian.
 Precision dan confidence diperoleh melalui desain
sampel.
Objectivity
 Kesimpulan penelitian yang didasarkan atas
interpretasi analisis data should be objective
 Kesimpulan should be base on:
 fact of the finding yang diperoleh dari data actual.
 Not base on subjective/emotion value.

 Much damage can be sustained by organizations


that implement non-data-based or misleading
conclusions drawn from research.
Objectivity
 Semakin objective interpretasi data, maka penelitian
semakin ilmiah.
 Pandangan manajer & Peneliti mungkin diawali
dengan nilai keyakinan dan value subjective tapi
interpretation of the data should be terlepas dari
personal values and bias.
 If managers attempt to do their own research, they
should be particularly sensitive to this aspect.
Generalizability
 Generalibility berkenaan dengan:
 Ruang lingkup aplikasi temuan riset
 Semakin luas penerapan temuan penelitian maka semakin
tinggi nilai manfaat penelitian tersebut.
 not many research findings can be generalized to all other
settings, situations, or organizations.
Generalizability
 For wider generalizability:
 theresearch sampling design has to be logically developed.
 Data collection method harus meticulously (sangat teliti)

 Most applied research is generally confined to research


within the particular organization where the problem arises;
 Though such limited applicability does not necessarily
decrease its scientific value.
Parsimony
 Phenomena atau masalah dan solusi masalah yang dijelaskan
dengan simple lebih baik dibandingkan dengan penjelasan yang
kompleks yang menjelaskan sejumlah faktor yang tidak dapat
dikendalikan.
 Misal: jika dua atau tiga variabel lingkungan kerja akan mempu
meningkatkan komitmen organisasi sebesar 45%. Temuan ini
lebih baik dari pada 10 variabel hanya mampu menjelaskan 48%
komitmen organisasi.
 the achievement of a meaningful and parsimonious, rather than
an elaborate and cumbersome, model for problem solution
becomes a critical issue in research.
Parsimony
 Economis dalam model penelitian dicapai ketika:
 Kitadapat membuat kerangka penelitian dengan jumlah
variabel yang lebih sedikit dalam menjelaskan variance suatu
dependen variabel
 Parsimony dapat dicapai melalui:
A good understanding of the problem
 A good understanding the important factors that influence it.

 Review literature penelitian terdahulu


Kesulitan penelitian dalam bidang manajemen
 Kesulitan penelitian yang dihadapi dalam bidang
manajemen adalah:
 Mengkuantifikasi human behavior.
 Memperoleh sampel yang representative

 Generalisasi temuan

 Camparability, consistency dan generalizability sulit untuk


dicapai.
 Desain penelitian hanya mampu memastikan purposiveness,
rigor.
Kesulitan penelitian dalam bidang manajemen
 Kesulitan penelitian yang dihadapi dalam bidang
manajemen adalah:
 Riset hanya mampu kemungkinan untuk memaksimumkan:
 Testability
 Replicability
 Generalizability
 Objectivity
 Parsimony
 Precison dan confidence
METODE HYPOTETICO-DEDUCTIVE METHOD
 Riset ilmiah dilakukan:
 step-by-step
 Terorganisir
 Patuhtergadap metode
 Untuk menemukan solusi suatu masalah
 The hypothetico-deductive method (HDM), yang
dipopulerkan oleh Karl Popper adalah jenis metode ilmiah
yang berguna.
 HDM adalah pendekatan sistematis untuk menyelesaikan
masalah fundamental dan manajerial
METODE HYPOTETICO-DEDUCTIVE METHOD
 Tujuh Langkah dalam proses HDM
1. Identify broad problem area (identifikasi ruang lingkup
masalah)
2. Define the problem statement (Mendefinisikan/menetapkan
problem statement)
3. Develop hypotheses (merumuskan hipotesis)
4. Determine measure (menentukan ukuran)
5. Data collection (mengumpulkan data)
6. Data analysis (analisis data)
7. Interpretation of data (interpretasi data)
Identify broad problem area (identifikasi ruang lingkup
masalah)

Anda mungkin juga menyukai