Anda di halaman 1dari 16

METODELOGI

PENELITIAN

Tugas Kelompok
Mata Kuliah Metode Penelitian

Disusun Oleh :
 Ade Mulyani (1616220099)
 Heni Oktaviani (1616220133)
 Rika Nur Oktaviani (1616220
 Dicky Prodoni.S (1616220

DOSEN : ERDY DAMANIK

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PUTRA PERDANA INDONESIA
Jl.Citra Raya Utama Barat no.29 Griya Harsa II Citra Raya, Cikupa Tangerang
 Telp. 021 5963015, 021 70247554
1. Bab I : (Pengantar Penelitian)
a) Jelaskan apa yang dimaksud dengan penelitian?
Jawab: Penelitian (research) adalah proses menemukan solusi untuk suatu masalah
setelah melakukan studi yang menyeluruh dan menganalisis faktor situasi.
Penelitian meliputi proses penyelidikan, investigasi, pemeriksaan, dan
eksperimen. Seluruh proses tersebut harus dilakukan secara sistematis, tekun,
kritis, objektif, dan logis. Hasil akhir yang diharapkan akan menjadi penemuan
yang dapat membantu untuk menghadapi situasi yang bermasalah.

b) Jelaskan apa yang dimaksud dengan penelitian bisnis, dan sebutkan bidang-bidang
yang biasa diteliti dalam bisnis?
Jawab: Penelitian bisnis merupakan usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk
menyelidiki masalah spesifik yang dihadapi dalam konteks dunia kerja yang
membutuhkan solusi.
Bidang-bidang yang bisa diteliti dalam bisnis diantaranya sebagai berikut :
 Perilaku Karyawan. Contohnya : kinerja dan absensi.
 Sikap Karyawan. Contohnya : kepuasan kerja, loyalitas, dan komitmen
organisasi.
 Keluaran Organisasi. Contohnya : peningkatan penjualan, pangsa pasar,
laba, pertumbuhan, dan efektivitas.
 Biaya modal, penilaian perusahaan, kebijakan dividen, dan keputusan
investasi.
 Program pensiun yang memenuhi syarat dan jenis tunjangan bagi
karyawan.

c) Bisakah penelitian diterapkan dalam kehidupan kita? Jelaskan jawaban dengan


menggunakan contoh anda sendiri
Jawab: Bisa. Contohnya seperti dibawah ini :

“Sakit Gusi”

Metode ilmiah yang dapat dilakukan :


1) Menentukan objek penelitian  Gusi.
2) Mengidentifikasi permasalahan  Gusi sedang sakit, tetapi kita tidak tahu apa
penyebabnya.
3) Menetapkan kerangka berpikir  Kita ingin mencari tahu penyebab gusi kita sakit,
sehingga kita menetapkan beberapa parameter pengujian untuk mengetahui penyebabnya.
4) Menyusun teori atau hipotesis  Gusi kita sakit karena ada makanan yang tersangkut.
5) Melakukan penelitian untuk membuktikan hipotesis  Kita pergi ke dokter untuk
memeriksakan gusi kita.
6) Menyusun hipotesis baru berdasarkan penelitian jika hipotesis yang lama kurang tepat 
setelah melalui pemeriksaan dokter, ternyata tidak ditemukan makanan yang menyangkut,
tetapi ada bagian gigi yang berlubang.
7) Menjelaskan hasil penelitian  Kita mengetahui bahwa gigi kita ternyata ada yang
berlubang.sehingga menyebabkan sakit pada gusi.
8) Menyajikan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.
2. Bab II : (Pendekatan Untuk Investigasi)
a) Sebutkan ciri penelitian ilmiah?
Jawab: Ciri atau karakteristik utama penelitian ilmiah terdapat dalam daftar berikut :
 Tujuan yang jelas
Sebuah penelitian dijalankan karena adanya suatu tujuan yang ingin
dicapai. Tujuan harus bersifat jelas agar memberikan dampak secara
langsung kepada lingkungan bisnis.
 Ketepatan
Tujuan yang jelas akan membawa peneliti pada cara yang tepat dalam
mengidentifikasi masalah sehingga tidak terburu-buru menganalisis data
dan informasi yang diperoleh. Hal ini akan meningkatkan level ketelitian
dalam penelitian. Dengan demikian akan menghasilkan informasi yang
akurat.
 Dapat diuji
Penelitian yang dilakukan bisa berdasarkan hasil penelitian atau data
penelitian sebelumnya. Penelitian ilmiah harus dapat diuji kebenarannya
dengan melakukan uji statistik atas penelitian yang telah dilakukan
sebelumya.
 Dapat ditiru
Pada dasarnya penelitian bisa berujung pada hasil yang hampir mirip.
Perbedaannya terdapat pada kemampuan mendukung hipotesa yang telah
ada jika penelitian dilakukan pada lingkungan bisnis yang bergerak pada
bidang yang sama.
 Ketelitian dan keyakinan
Seorang peneliti harus mendesain suatu metode penelitian yang terstruktur
dan objektif agar hasil penelitian sedapat mungkin dekat dengan realitas
agar pengguna informasi dapat menaruh kepercayaan terhadap hasil
penelitian. Dengan kata lain, ketelitian mencerminkan tingkat keakuratan
atau keyakinan hasil berdasarkan sample.
 Objektivitas
Penelitian harus didasarkan ada fakta yang didukung oleh data yang actual
sehingga tidak bersifat subjektif atau berdasarkan perasaa dan intuisi
peneliti. Subjektifitas harus dihindari karena tidak akan memberikan
dampak yang besar bagi lingkungan organisasi bisnis. Semakin objektif
penelitian maka semakin ilmiahlah penelitian.
 Dapat digeneralisasikan
Hasil penelitian ilmiah harus dapat digeneralisasi pada berbagai konteks
yang berkaitan. Semakin luas konteksnya, semakin berguna penelitian
ilmiah yang dilakukan bagi para pengguna informasinya.
 Hemat
Seorang peneliti harus mendesain metode dan struktur proses penelitiannya
secara sederhana. Hal ini untuk menghindari sifat kompleks yang membuat
pengguna merasa sulit untuk mengerti hasil penelitian.
b) Apa saja langkah dalam penelitian hipotesis-deduktif?
Jawab: Tujuh langkah dalam penelitian hipotesis-deduktif diantaranya :
 Mengidentifikasi bidang masalah yang luas
Identifikasi masalah dilakukan dengan mengamati perubahan yang terjadi
pada suatu lingkungan tertentu, misalnya adanya perubahan dalam jumlah
penjualan, adanya hasil akuntansi yang tidak benar. Identifikasi masalah
harus memerhatikan situasi dan kondisi lingkungan yang bermasalah.
 Menentukan rumusan masalah
Seorang peneliti harus mengembangkan masalah yang ditentukan
berdasarkan informasi awal yang diperoleh yakni faktor-faktor yang
berkaitan dengan masalah yang terjadi. Menentukan rumusan masalah ini
harus sampai ke level paling dasar. Hal ini dapat dilakukan dengan
observasi literatur dan komunikasi dengan pihak yang berkaitan dengan apa
yang sedang terjadi atau dihadapi.
 Membuat hipotesis
Membuat hipotesis dilakukan dengan memeriksa variabel-variabel yang
menjelasakan mengapa masalah terjadi. Sebuah hipotesis harus dapat diuji
(testable) dan (falsifiable). Dengan adanya dua kriteria ini, sangat
memungkinkan jika sebuah hipotesis disanggah karena hipotesis tidak
dapat diuji kebenarannya, pada saat tertentu bisa saja menjadi masalah.
 Menentukan ukuran
Pengukuran variabel hipotesis harus jelas dan diidentifkasi secara cermat
sehingga tidak terjadi kesalahan pengukuran atas penelitian isu yang sedang
dihadapi.
 Pengumpulan data
Pengukuran membutuhkan data yang mendukung pengujian variabel-
variabel hipotesis. Oleh karena itu, data harus faktual dan akurat.
 Analisis data
Dalam tahap analisis, data yang dikumpulkan dianalisis secara statistik
untuk melihat apakah hipotesis yang dibuat mendukung. Sebagai contoh,
untuk melihat apakah ketidaktanggapan karyawan memengaruhi customer
switching, kita dapat melakukan analisis korelasional untuk menentukan
hubungan di antara variable-variabel tersebut.
 Interpretasi data
Interpretasi data berkaitan erat dengan analisis data yang diperoleh yang
bermuara pada penentuan keputusan yang dapat diterapkan dalam
lingkungan organisasi. Seorang peneliti harus memberikan rekomendasi
atas informasi atau data yang diinterpretasi agar pengguna bisa memilah-
milah informasi sesuai dnegan kepentingannya.
c) Jelaskan proses deduksi dan induksi?
Jawab: Pengertian Deduksi
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum
ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, selain itu metode deduksi ialah cara
penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan jalan menarik kesimpulan
mengenai hal-hal yang bersifat umum. Logika deduktif adalah suatu ragam logika
yang mempelajari asas-asas penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu
penalaran yang menurunkan suatu kesimpulan sebagai kemestian dari pangkal
pikirnya sehingga bersifat betul menurut bentuk saja.

Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola pikir yang


dinamakan silogismus[9]. Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut
premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai permis mayor dan permis minor.
Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif
berdasarkan kedua permis tersebut.

Contoh Deduksi :
Contoh membuat silogismus sebagai berikut:
Semua makhluk hidup memerlukan udara (Premis mayor)
Dewi adalah makhluk hidup (Premis minor)
Jadi Dewi memerlukan udara (Kesimpulan)

Kesimpulan yang diambil bahwa si Dewi memerlukan udara adalah sah menurut
penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua permis yang
mendukungnnya. Pertanyaan apakah kesimpulan itu benar maka dapat dipastikan
bahwa kesimpulan yang ditariknya juga adalah benar. Mungkin saja kesimpulan itu
salah, meskipun kedua premisnya benar, sekiranya cara penarikan kesimpulannya
adalah tidak sah. Dengan demikian maka ketepatan penarikan kesimpulan
tergantung dari tiga hal yakni kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor
dan keabsahan pengambilan kesimpulan.

Pengertian induksi
Induksi merupakan cara berpikir di mana ditarik kesimpulan umum dari
berbagai kasus yang bersifat individual, selain itu metode induksi ialah cara
penanganan terhadap suatu objek tertentu dengn jalan menarik kesimpulan yang
bersifat umum atau bersifat lebih umum berdasarkan atas pemahaman atau
pengamatan terhadap sejumlah hal yang bersifat khusus. Logika induktif
merupakan suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang betul
dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh
jadi. Kesimpulan yang bersifat umum ini penting artinya sebab mempunyai dua
keuntungan. Keuntungan yang pertama ialah bahwa pernyataan yang bersifat
umum ini bersifat ekonomis.
Kehidupan yang beranekaragam dengan berbagai corak dan segi dapat
direduksikan menjadi beberapa pernyataan. Pengetahuan yang dikumpulkan
manusia bukanlah merupakan koleksi dari berbagai fakta melainkan esensi dan
fakta-fakta tersebut. Demikian juga dalam pernyataan mengenai fakta yang
dipaparkan, pengetahuan tidak bermaksud membuat reproduksi dari obyek tertentu,
melainkan menekankan kepada struktur dasar yang menyangga wujud fakta
tersebut. pernyataan bagaimanapun lengkap dan cermatnya tidak bisa
mereproduksikan betapa manisnya semangkuk kopi atau pahitnya sebutir pil kina.
Pengetahuan cukup puas dengan pernyataan elementer yang bersifat kategoris
bahwa kopi itu manis dan pil kina itu pahit. Pernyataan seperti ini sudah cukup bagi
manusia untuk bersifat fungsional dalam kehidupan praktis dan berpikir teoritis.

Keuntungan yang kedua dari pernyataan yang bersifat umum adalah dimungkinkan
proses penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun deduktif. Secara induktif
maka dari berbagai pernyataan yang bersifat umum dapat disimpulkan pernyataan
yang bersifat lebih umum lagi. Melihat dari contoh bahwa semua binatang
mempunyai mata dan semua manusia mata, dapat ditarik kesimpulan bahwa semua
makhluk mempunyai mata. Penalaran ini memungkinkan disusunnya pengetahuan
secara sistematis yang mengarah kepada pernyataan-pernyataan yang makin lama
makin bersifat fudamental.

Jenis-jenis induksi
a) Penyimpulan secara kausal
Jenis induksi lainnya adalah yang berusaha unutk menemukan sebab-sebab
dari hal-hal yang terjadi. Bila telah diajukan suatu perangkat kejadian, maka
haruslah diajukan pernyataan: “Apakah yang menyebabkan kejadian-kejadian
itu?” Misalnya, terjadi suatu wabah penyakit tipus: “Apakah yang
menyebabkan timbulnya wabah tipus?” Ada suatu perangkat apa yang
dinamakan canons (aturan, hukum), yang dikenal sebagai metode-metode Mill,
yang mengajukan suatu pernagkat kemungkinan unutk melakukan
penyimpulan secara kausal. Metode-metode ini kadang kala berguna. Metode-
metode tersebut ialah:
 Metode kesesuain
 Metode kelainan
 Metode gabungan kesesuaian dan kelahiran
 Metode sisa
 Metode keragaman beriringan

Penalaran berdasarkan probabilitas dan penalaran secara statistik.


Digambarkan dengan cara probabilitas dan secara statistik. Misalnya kita
mengetahui bahwa John Smith adalah seorang guru dan kita ingin bertaruh
bahwa usianya akan mencapai 65 tahun. Berapakah taksiran kita mengenai
usianya? Untuk menjawabnya kita perlu mempunyai statistik mengenai
panjangnya usia seorang guru. Dari hal-hal ini, yang diringkas dalam bangun
matematis yang tepat, dengan mempergunakan teori matematik tetang
probabilitas, maka akan dapat dilakukan penaksiran.

b) Analogi dan komparasi


Dua bentuk penyimpulan yang sangat lazim dipakai dalam perenungan
kefilsafatan ialah analogi dan komparasi. Penalaran secara analogi adalah
berusaha mencapai kesimpulan dengan secara analogi adalah berusaha
mencapai kesimpulan dengan menggantikan apa yang dicoba buktikan dengan
sesuatu yang serupa dengan hal tersebut, namun yang lebih dikenal, dan
kemudian menyimpulkan kembali apa yang mengawali penalaran tersebut.
Misalnya kita ingin membuktikan adanya Tuhan berdasarkan susunan dunia
tempat kita hidup. Dalam hal ini dapat mengatakan sebagai berikut.
Perhatikanlah sebuah jam. Seperti halnya dunia, jam tersebut juga merupakan
mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian yang sangat erat hubungannya yang
satu dengan yang lain. Kiranya tidak seorang pun beranggapan bahwa sebuah
jam dapat membuat dorongnya sendiri atau terjadi secara kebetulan.
Susunanya sangat rumit menunjukan bahwa ada yang membuatnya. Dengan
demikian secara analogi adanya dunia juga menunjukan ada pembuatnya;
karena dunia kita ini juga sangat rumit susunannya dan bagian-bagiannya
berhubungan sangat erat yang satu dengan yang lain secara baik.

c) Metode verifikasi
Agar suatu penalaran dapat diterima maka perlu kiranya untuk mencapai
kesimpulan yang dapat diterima, maka perlu kiranya unutk menetapkan tidak
hanya lurusnya atau sahnya penalaran seseorang, melainkan juga kebenaran
bahan yang mengawali penalaran tadi. Penalaran yang sah yang didasarkan
atas fakta-fakta yang diperkirakan benar dapat membwa kita kepada
kesimpulan yang sesat atau benar, namun mungkin kita tidak mengetahui yang
manakah yang salah dan manakah yang benar. Penalaran yang sah yang
didasarkan atas fakta-fakta akan membawa kita kepada kebenaran. Pada
dasarnya hanya ada dua metode unutk melakukan verifikasi terhadap
pernyataan-pernyataan yang satu adalah melalui observasi , dan yang lain,
dengan mempergunakan hukum kontradiksi.

d) Observasi (pengamatan)
Suatu pernyataan yang maknanya dapat diuji dengan pengalaman yang dapat
diulangi, baik oleh orang yang mempergunakan pernyataam tersebut maupun
oleh orang lain, pada prinsipnya dapat dilakukan verifikasi terhadapnya. Jika
pernyataan itu lulus dalam ujian pengalaman, maka pengalaman itu
dikukuhkan, meskipun tidak sepenuhnya terbukti benar. Jika saya berkata, “Di
luar hujan turun”, dan saya pergi ke luar serta melihat dan merasakan turunnya
hujan, maka pernyataan saya tersebut menurut ukuran tadi telah diverifikasi.
e) Penalaran berdasarkan kontradiksi
Metode verifikasi yang kedua, yakni dengan menunjukan kesesatan pernyataan
yang dipersoalkan karena bertentangan degan dirinya, atau mengakibatkan
pertentangan dengan pernyataan-pernyataan lain yang telah ditetapkan dengan
baik. Misalnya, untuk membuktikan bahwa garis-garis yang sejajar tidak pernah
bertemu, orang mengambil cara dengan mengandalkan bahwa hal yang
demikian ini akan membawa kita kepada kontradiksi. Demikian pula,
mengandaikan bahwa suatu sudut didalam segitiga ada yang besarnya nil derajat
dan ada yang lebih dari nol derajat.

Contoh Induksi
Dalam deduksi kesimpulannya hanya bersifat probabilitas berdasarkan atas
pernyataan-pertanyaan yang telah diajukan. Penalaran secara induktif dimulai
dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup
yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan
pernyataan yang bersifat umum. Umpamanya kita mempunyai fakta bahwa
kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, demikian juga dengan
singa, kucing, dan berbagai binatang lainnya. Dari kenyataan –kenyataan ini kita
dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum yakni semua binatang
mempunyai mata.
3. Bab III : (Bidang Masalah Yang Luas Dan Menentukan Rumusan Masalah)
a) Mengapa kita harus menentukan definisi masalah jika telah mengetahui bidang
masalah luas yang akan dipelajari?
Jawab: Masalah penelitian adalah fokos penelitian, tepat seperti namanya yaitu suatu
masalah yang ingin diteliti oleh peneliti. Masalah penelitian sering dinyatakan
sebagai pertanyaan penelitian. Di sini kita akan membahas tentang sifat dari
pertanyaan penelitian dan karakteristiknya. Juga beberapa cara untuk
menjernihkan hal-hal yang tidak jelas dalam pertanyaan penelitian. di akhir kita
menampilkan beberapa prinsip etik penting sebagai pertimbangan peneliti.

Apa yang dimaksud dengan masalah penelitian?


Masalah penelitian adalah masalah yang ingin diteliti seseorang, masalahnya bisa
apa saja yang ditemukan tidak memuaskan atau tidak ada penyelesaian,
pernyataan perkara yang harus diubah, apa saja yang tidak berjalan seperti
seharusnya, masalah meliputi daerah yang menjadi perhatian peneliti sebagai
pendidik, keadaan yang ingin diperbaiki, kesulitan yang ingin di atasi, pertanyaan
yang membutuhkan jawaban.

Karakteristik pertanyaan penelitian yang baik


Setelah pertanyaan penelitian dirumuskan ,peneliti akan mengubahnya kedalam
pertanyaan yang baik, pertanyaan penelitian yang baik memiliki 4 karakteristik
penting yaitu :
1. Pertanyaan itu mudah (bisa diteliti tanpa menghabiskan banyak
waktu,tenaga dan uang)
2. Pertanyaan itu jelas
3. Pertanyaan itu signifikan (berharga untuk diteliti karena akan memberikan
kontribusi pengetahuan penting tentang kondisi manusia )
4. Pertanyaan itu sopan (tidak mengakibatkan gangguan fisik atau
psikologipada orang atau lingkungan social dimana dia berada)
Mari kita membahas tiap karakteristik ini satu persatu secara lebih detail.
Pertanyaan penelitian haruslah mudah
Hal penting dalam merancang penelitian adalah kemudahan.sebuah
pertanyaan mudah bisa kita teliti dengan sumber sumber yang tersedia.

b) Jelaskan metode pengumpulan data awal?


Jawab: Metode pengumpulan data awal adalah teknik atau cara yang dilakukan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.
Sementara itu instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen pengumpulan data dapat
berupa check list, kuesioner, pedoman wawancara, hingga kamera untuk foto atau
untuk merekam gambar.
Beberapa metode pengumpulan data antara lain :

1) Wawancara, adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap


muka dan tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber.

2) Observasi, adalah metode pengumpulan data yang kompleks karena


melibatkan berbagai faktor dalam pelaksanaannya. Metode pengumpulan data
observasi tidak hanya mengukur sikap dari responden, namun juga dapat
digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi. Teknik
pengumpulan data observasi cocok digunakan untuk penelitian yang bertujuan
untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam.
Metode ini juga tepat dilakukan pada responden yang kuantitasnya tidak terlalu
besar.

3) Angket (kuisioner), adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan


cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data
yang lebih efisien bila peneliti telah mengetahui dengan pasti variabel yag akan
diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden. Selain itu kuesioner juga
cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah
yang luas.

4) Studi Dokumen, adalah metode pengumpulan data yang tidak ditujukan


langsung kepada subjek penelitian. Studi dokumen adalah jenis pengumpulan
data yang meneliti berbagai macam dokumen yang berguna untuk bahan
analisis.

c) Berikan rumusan masalah yang focus dan jelas dalam bidang masalah yang luas
dari metode perkuliahan mahasiswa kelas karyawan?
Jawab: “Apakah terdapat hubungan antara motivasi berprestasi akademik dengan
prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang bekerja?”
4. Bab IV : (Tinjauan Literatur Kritis)
a) Apa tujuan dari tinjauan literature kritis?
Jawab: Tujuan Critical Literature Review

Literatur Review merupakan dokumentasi dari tinjauan menyeluruh


terhadap karya publikasi dan nonpublikasi dari sumber data sekunder dalam bidang
minat yang diteliti. Peneliti meninjau literatur berkaitan dengan bidang topik yang
sedang diteliti, sehingga tinjauan literatur membantu peneliti dalam
mendeskripsikan suatu permasalahan dengan baik juga mengembangkan
pengetahuan yang relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Critical
Literature Review memastikan bahwa tidak ada variabel penting di masa lalu yang
ditemukan berulang kali mempunyai pengaruh atas masalah, yang terlewatkan.
Karena dapat saja terjadi ketika sejumlah variabel penting tidak pernah
mengemuka dalam wawancara, entah karena orang yang diwawancarai tidak dapat
mengungkapkannya atau tidak menyadari dampaknya, atau bahkan karena variabel
tersebut tampak sangat jelas bagi yang diwawancara sehingga tidak dinyatakan
secara spesifik. Bila terdapat variabel penting yang tidak terungkap selama
wawancara, maka penelitian tersebut akan menjadi penelitian gagal karena variabel
penting tersebut merupakan variable yang sangat mempengaruhi masalah dimana
variabel tersebut dapat saja menjadi alasan sebenarnya dibalik permasalahaan yang
sedang diteliti.

Critical Literature Review tidak saja menolong peneliti untuk menyertakan


semua variable yang relevan ke dalam penelitian, tetapi juga memfasilitasi
penggabungan informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan apa yang
ditemukan dalam penelitian sebelumnya. Critical Literature Review yang baik
dapat memberikan kerangka dasar yang baik untuk diproses lebih lanjut, sehingga
kerangka teoritis yang komprehensif dapat disusun dengan hipotesis yang dapat
diuji. Secara umum, tinjauan literatur memastikan bahwa :
1) Upaya penelitian diposisikan secara relatif pada pengetahuan yang ada dan
dibangun dengan pengetahuan tersebut.+.
2) Resiko “menemukan kembali” yaitu memboroskan usaha dengan mencoba
menemukan kembali sesuatu yang sudah diketahui tidak dialami oleh peneliti.
3) Adanya latar belakang yang membantu untuk melihat masalah dari sudut
spesifik, membentuk pola pikir juga menambah wawasan yang berguna dalam
topik penelitian.
4) Ide yang jelas akan muncul, misalnya variabel apa yang paling penting untuk
dipertimbangkan, mengapa variabel tersebut penting, dan bagaimana variabel
diinvestigasi untuk memecahkan masalah (dengan demikian membantu
penyusunan kerangka teoritis dan hipotesis untuk pengujian).
5) Peneliti memungkinkan untuk mengenalkan terminologi yang relevan dan
mendefinisikan konsep-konsep apa saja yang akan digunakan pada kerangka
teoritis.
6) Peneliti memungkinkan untuk memberikan argumen terhadap keterkaitan
antara variabel-variabel pada konsep model.
7) Sifat dapat diuji dan dapat ditiru dari temuan penelitian saat ini meningkat.
8) Penelitian dapat saling terkait dengan penelitian yang lain.

b) Bagaimana anda akan melakukan tinjauan literatur pada area metode perkuliahan
mahasiswa kelas karyawan?
Jawab: 1) Tujuan Mahasiswa Bekerja
Tujuan Mahasiswa Bekerja Sudah bukan rahasia lagi, sebagian
masyarakat menyekolahkan anaknya adalah untuk memudahkan mencari
pekerjaan. Intitusi perguruan tinggi yang diminati adalah perguruan tinggi
yang lulusannya cepat mendapat kerja setelah lulus. Ditambah lagi, dunia
kerja selalu menuntut agar perguruan tinggi mampu menghasilkan lulusan
yang siap pakai. Jika ada intitusi pendidikan yang lulusannya yang tidak begitu
menguasai ketrampilan-ketrampilan yang dipersyaratkan dunia kerja, maka
lembaga tersebut akan dicap sebagai lembaga pendidikan yang tidak bermutu.
Prestasi dan pendidikan saja tidak cukup untuk menjadi bekal mencari
pekerjaan dan bertahan hidup.

2) Faktor-faktor yang Memengaruhi Mahasiswa Bekerja.


Berdasarkan UU ketenagakerjaan pengertian dari tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat,
setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk
memperoleh pekerjaan. Dalam hal ini mahasiswa adalah termasuk salah satu
individu yang berhak untuk bekerja dan memperoleh penghasilan yang layak.
”Keinginan-keinginan yang mendorong seseorang mau bekerja yaitu:
a) Keinginan untuk dapat hidup.
b) Keinginan untuk dapat memiliki
c) Keinginan untuk adanya pengakuan
d) Keinginan untuk berkuasa”.
5. Bab V : (Kerangka Teoritis Dan Penggunaan Hipotesis)
a) Apa yang dimaksud dengan kerangka teoritis?
Jawab: Kerangka teoretis adalah model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana
seseorang menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang
dianggap penting untuk masalah. Secara singkat, kerangka teoritis adalah
membahas saling ketergantungan antarvariabel yang dianggap perlu untuk
melengkapi situasi yang akan diteliti. Penyusunan kerangka yang berkonsep akan
membantu kita untuk menghipotesiskan dan menguji hubungan tertentu.
Kerangka teoritis akan memberikan dasar konseptual bagi penelitian, dan kerangka
teoritis adalah mengidentifikasikan jaringan hubungan antarvariabel yang dianggap
penting bagi studi terhadap situasi masalah apapun. Oleh karena itu, sangat penting
untuk kita mengetahui apa arti variabel dan apa saja jenis variabel yang ada
(Sekaran, 2014).

b) Mengapa kita membutuhkan kerangka teoritis?


Jawab: Setiap penelitian agar didapati hasil yang memuaskan lantas seorang peneliti
harus menyertakan teori didalamnya, dimana teori itu sendiri berperan sebagai
sebuah alat yang digunakan untuk memberikan kejelasan atas fenomena yang
terjadi. Pada pembahasan kali ini teori dan kerangka teori menjadi pembahasan
utama karena penting untuk mengetahui bahwasannya teori dan kerangka teori
dapat memudahkan kita untuk mengerti bagaimana fungsi dan aplikasi teori dalam
penelitian ilmiah maupun bagaimana cara peneliti mengoperalisasikan konsep.
Sebagai alat untuk menejalskan sebuah fenomena teori juga dijelaskan oleh
Manheim dan Rich (1995) sebagai sebuah proses pemahaman terhadap suatu
masalah dan fenomena tersebut yang pada akhirnya akan menghasilkan sebuah
teori. Hal tersebut juga selaras dengan apa yang dijelaskan oleh Syafril (2015)
bahwa setiap proses penelitian tidak akan pernah berakhir karena siklusnya
berputar sebagaimana siklus yang terjadi pada diagram Wallace. Siklus berputar
tersebut dijelaskan karena terdapat proses deduktif dan induktif dalam satu siklus,
yakni proses dari teori menuju fakta merupakan proses deduktif atau penggunaan
teori, sedangkan proses dari fakta menuju teori terdapat proses induktif atau
pembentukan teori.
Fungsi dari sebuah teori sudah jelas dimana berfungsi sebagai alat
menjelaskan fenomena, kendati demikian kita juga perlu mengetahui definisi dari
teori itu sendiri. Secara eksplisit Manhein dan Rich (1995: 21) mendefinisikan teori
sebagai, “theories are sets of logically related symbols that represent what we think
happens in the world”. Berdasarkan definisi tersebut dapat kita ketahui
bahwasannya teori merupakan sekelompok atau seperangkat prinsip yang
digunakan oleh seorang peneliti untuk menjelaskan fenomena yang sedang ia teliti.
Lalu yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah mengapa kita membutuhkan
teori? Menanggapi pertanyaan tersebut mengantarkan pembahasan ini pada
kegunaan dari sebuah teori. Setidaknya terdapat dua alasan mengapa seorang
peneliti menjadikan teori sebagai kebutuhan vital bagi penelitiannya. Pertama,
terbentuknya sebuah teori dapat memudahkan kita untuk menyederhanakan sebuah
fakta, sehingga akan semakin mudah bagi seorang peneliti untuk
menginterpretasikan fakta agar lebih mudah dipahami. Kedua, dengan hadirnya
sebuah teori akan memberikan sebuah alasan logis pada ekspetasi dan prediksi
terhadap dunia melalui pemahaman pada setiap fenomena yang terjadi atau dengan
kata lain apabila seorang peneliti telah mampu menyederhanakan fakta lantas
mudah saja bagi dirinya untuk menguji keakuratan fakta yang ada (Manheim &
Rich, 1995: 21).

c) Sebutkan dan jelaskan variable penelitian?


Jawab: Variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian,
sering juga disebut sebagai faktor yang berperan dalam penelitian atau gejala yang
akan diteliti. Menurut Kerlinger (2006: 49), variabel adalah konstruk atau sifat
yang akan dipelajari yang mempunyai nilai yang bervariasi. Kerlinger juga
mengatakan bahwa variabel adalah simbol/lambang yang padanya kita letakan
sebarang nilai atau bilangan. Menurut Sugiyono (2009: 60). Variabel adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. Selanjutnya menurut Suharsimi Arikunto (1998: 99).

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian
suatu titik perhatian suatu penelitian. Bertolak dari pendapat para ahli di atas maka
dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut dan sifat atau
nilai orang, faktor, perlakuan terhadap obyek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.

Jenis-jenis Variabel Penelitian

Sugiyono (2014: 91) menyebutkan hubungan antara satu variabel dengan variabel
yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi
4 macam:

1) Variabel Terikat (Dependent Variable)


Variabel terikat sering disebut sebagai variabel output, krtiteria, konsekuen.
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas.

2) Variabel Bebas (Independent Variable)


Variabel bebas sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,
antecedent. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebuah perubahannya atau timbulnya variabel terikat.

Gambar 1) Contoh hubungan variabel bebas – terikat

3) Variabel Moderator (Moderating Variable)


Variabel moderator yaitu variabel yang memperkuat atau memperlemah
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sebagai contoh,
hubungan suami istri akan semakin kuat dengan hadirnya anak dalam
pernikahan mereka dan akan menjadi renggang jika ada pihak ketiga yang
mempengaruhi hubungan tersebut.

Gambar 2) Contoh hubungan variabel bebas, terikat moderator

4) Variabel Antara (Intervening Variable)


Variabel antara adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat msenjadi suatu
hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur.
Contoh yang dapat kami berikan yaitu bahwa tinggi rendahnya
penghasilan akan mempengaruhi secara tidak langsung terhadap
harapan hidup (panjang pendeknya umur). Hal ini menjelaskan adanya
variabel antara, yaitu berupa gaya hidup seseorang. Antara variabel
pengahasilan dengan gaya hidup, terdapat variabel moderator, yang
berupa budaya lingkungan tempat tinggal.

Gambar 3) Contoh hubungan variabel bebas – moderator antara – terikat

Anda mungkin juga menyukai