Anda di halaman 1dari 48

RESUME METODE PENELITIAN

Chapter 1 dan 2

Research adalah proses untuk menemuka solusi dari permasalahan setelah melalui
pembelajaran literasi atau studi dan analisis faktor-faktor situaional. Sebagai peneliti kita
harus mampu menemukan the right problem dan mencari permasalahan itu susah. Hal ini
karena problem itu gak keliatan dan yang keliatan itu adalah gejala. Jadi, penting bagi
peneliti untuk membedakan antara problem dan gejala.

Step-step dalam research: mengetahui masalah, menentukan faktor, mengumpulkan


informasi, menganalisis data, menjelaskan masalah, menyelesaikan masalah.

teori, artinya: ide yang dimiliki seseorang, konsep atau framework utk bantu solve probs,
gambarin fenomena, lebih paham ttg topik. Dan teori bisa bervariasi.

 Applied research vs basic research:


 applied: memecahkan masalah saat ini yang dihadapi oleh manajer dalam
pengaturan kerja yang menuntut solusi tepat waktu
 dasar: menghasilkan pengetahuan tubuh dengan mencoba memahami bagaimana
masalah tertentu yang terjadi dalam organisasi dapat diselesaikan
 Jadi kalo applied research itu contohnya mengapa penjualan perusahaan A turun
dalam 6 bulan terakhir sedangkan basic contohnya : mencari tahu tentag motivation,
job satisfaction, job involvement, dll. Basic itu digunakan untuk pengetahuan atau
teori untuk memahami fenomena yang terjadi di dalam organisasi
 Kenapa penting untuk research bagi manajer ? ada di halaman 9 buku (halaman 35 PDF)
 untuk identifikasi dan secara efektif memecahkan masalah kecil di kerjaan
 Dapat membedakan “good” from “bad research”
 manajer jadi bisa mengapresiasi dan aware sama banyak penyebab dan efeknya
terhadap suatu situasi tertentu
 jadi bisa mengambil risko tetapi risiko yang sudah dipikirkan secara matang
dalam buat keputusan
 menghindari adanya kemungkinan vested interest (kepentingan pribadi) dalam
menggunakan pengaruhnya di situasi tertentu
 bisa berhubungan dengan peneliti dan konsultan dengan lebih efektif
 bisa mengombinasikan pengalaman dan pengetahuan scientific dalam buat
keputusan
 bagaimana caranya untuk hire peneliti dan konsultant yg tepat?
 peran dan eskpektasi dari kedua belah pihak harus jelas (dibuat secara eksplisit)
 filosofi dan value systems kedua belah pihak jg mesti distate dengan jelas dan kalau
ada ketidaksesuaian, kendala dikomunikasiin
 hubungan baik dan kesesuaian harus dibangun antara researchers, employees di
organisasi, sehingga dapat bekerjasama dengan baik
 Internal vs external consultant/researchers
 internal: memiliki departemen konsultan dan research department. advantages:
researcher internal mungkin lebih diterima oleh employee, tidak perlu waktu
penyesuaian untuk memahami organisasi, mudah untuk mengimplementasi
rekomendasinya kalo sudah diterima, cost less. Disadvantage: nanti researchernya
dapat terjebak strereotype dalam melihat organisasi, dapat kejebak sama conflict of
interest dalam menyajikan data/fakta, suka tidak diliat sebagai ahli atau bahkan
tidak didenger juga rekomendasinya
 external, advantagenya: kaya akan pengalaman (karena sudah kerja dengan
berbagai jenis masalah ), punya banyak pengetahuan tentang model problem solving
yang canggih melalui training. Kelemahannya: high cost, sering tidak diterima oleh
karyawan, tambahan biaya kalau misalnya perusahan butuh pendampingan pas
implementasi rekomendasi atau saat fase evaluasi.
 Etika dalam penelitian bisnis: kode etik atau norma perilaku masyarakat yang
diharapkan saat melakukan penelitian (sebagai kode/norma sosial tentang tingkah laku
dalam melakukan research)
 Researcher: itikad baik, perhatikan apa yang ditunjukkan oleh hasilnya, tidak
egois, kepentingan organisasi alih-alih kepentingan pribadi
 Yang membedakan scientific research (ciri-ciri dari scientific research):
 Purposevely made (fokus dengan tujuan untuk menyelesaikan masalahnya
benefit)
 rigor  tidak luwes atau kaku, karena harus mengikuti kaidah penelitian (ada
theoretical foundationnya, ada analisis faktornya dll)
 testability harus dapat diuji
 replicability  dapat diuji dengan metodologi yang sama.
 presisi (degree of closeness to reality) dan confidence (degree of estimations are
correct)  presisi itu adalah the degree of accuracy (tepat/ pas/ reality based on
sample. Apakah sesuai realita dan kaidahnya yang berlaku secara universal atau
tidak
 objective  sebagai peniliti pasti akan punya intuisi tentang hasil dari penelitian,
tetapi tidak boleh berdasarkan asumsi atau emosi kita ada di situ.
 generalibility  cakupan pengaplikasian dari research findingsnya bagaimana.
Harus dapat digeneralisakan paling tidak dengan populasinya
 parsimony  jumlah variabel yang lebih sedikit yang menjelaskan varians jauh
lebih efisien daripada sekumpulan variabel kompleks yang hanya sedikit
menambah varians yang dijelaskan
 Hypothetico-deductive method merupakan metode yg dikenalkan oleh Austria
philosopher Karl Popper, ini menyediakan pendekatan yang bermanfaat dan sistematis
dalam menghasilkan pengetahuan untuk memecahkan basic & managerial problems. 7
step process di dalamnya yaitu:
 Identify a broad problem area seperti penurunan penjualan, investasi dengan hasil
rendah, peralihan pelanggan
 Menentukan pernyataan masalah, membuat problem statement yang didalamnya
sudah termasuk general objective dan research questions. Di sini harus
mengumpulkan informasi tentang faktor faktor apa saja yang berhubungan dengan
masalah, Mempersempit masalah yang luas supaya dapat didefinisikan problem
statementnya. Lalu dapat preliminary information gathering melalui literature
review.
 Develop hypotheses, melihat kontribusi variabel dalam menjelaskan bagaimana
masalah itu bisa terjadi (apa hubungannya, bagaiamana pengaruhnya) yang
dilakukan dengan menghubungkan dengan teorinya. Syarat hipotesis
 Testable, harus dapat diuji
 Falsifiable, harus mungkin untuk disangkal juga
 Determine measures, operationalize variabel, misalnya seperti “unresponsive
employees” kita tidak tahu pengukuran pastinya.
 Data collection, datanya mesti dikumpulin intinya
 Data analysis, data gathered are statiscally analyzed to see if the hypotheses that
were generated have been supported (datanya dianalisis secara statistik)
 Interpretaion of data, menginterepretasikan arti/hasil dari data analysis
 Di dalam metode scientific itu menggunakan :
 Deduktif reasoning general theory baru hasilnya khusus, jadi sudah diplot di awal.
 Induktif reasoning  dari yg spesifik ke yang umum
 Pendekatan alternatif
 positivism, “there’s an objective truth out there” supaya kita bisa mengerti dunia
dengan baik dan supaya kita dapat memprediksinya dan mengkontrolnya. Dan
pandangan ini percaya bahwa dunia ini beroperasi berdasarkan hukum sebab akibat,
menekankan pada rigor dan replicability atas penelitiannya, dan menekankan pada
reliabilitas atas observasinya, dan generalizability akan penemuannya. Deductive
reasonings.
 constructionism, opposite view of positivism, jadi percaya, kalau dunia pada
dasarnya dibangun secara mental. Jadi tidak mencari objective truth gitu, tetapi
berusaha untuk mengerti “the rules people use to make sense the world” dengan
cara menginvestigasi atau meliat apa yang ada di pikiran org lain. Dan dia akan
tertarik untuk melihat bagaimana orang melihat dunia dari interaksinya dengan org
lain, dan bagaimana konteksnya..
 critical realism, diantara dua-duanya. Jadi mereka percaya bahwa ada objective truth
tetapi mereka menolak gitu kalau reality ini dapat diukur secara objektif, menurut
mereka observasi akan bergantung pada interpretasi. Jadi kalau tujuannya
positivisim  uncover the truth, kalau critical realism ini percaya kalo tujuan dari
penelitian untuk progress tujuan kedepannya meskipun hal tersebut sulit untuk
dicapai.
 pragmatism, mereka tidak menentukan mana yg baik dalam melakukan penelitian.
Menurut mereka research mau itu obejktif, fenomena tertentu, subjective
meanings, dapat menghasilkan ilmu yang bermanfaat, tergantung dengan research
questionsnya.

SUGIYONO :

4 KATA KUNCI METODE PENELITIAN:

 Cara ilmiah : kegiatan penelitian itu didasarkan ciri- ciri keilmuan yaitu rasional, empiris
dan sistematis.
 Rasional : Kegiatan penelitian dilakukan dengan cara yang masuk akal sehingga
terjangkau penalaran manusia.
 Empiris : cara- cara yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia sehingga orang
lain dapat mengetahui cara yang digunakan.
 Sistematis : proses yang digunakan menggunakan langkah- langkah yang bersifat logis.

Data itu valid ( ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi dengan yang dikumpulkan
peneliti.) dan reliable ( konsistensi data dalam interval waktu tertentu).

Tujuan penelitian , ada 3 :

- Penemuan : data yang diperoleh dari penelitian adalah data baru yang belum diketahui
sebelumnya.( metode kualitatif)
- Pembuktian : data yang diperoleh digunakan untuk membuktikan adanya keraguan
terhadap informasi/pengetahuan tertentu.( metode kuantitatif)
- Pengembangan: memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada.
Metode kuantitatif digunakan jika:

- Masalah penelitian sudah jelas


- Ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi tetapi tidak mendalam.
- Ingin mengetahui treatment tertentu terhadap yang lain ( missal pengaruh jamu bagi
kesehatan).
- Ingin menguji hipotesis penelitian
- Ingin mendapat data yang akurat berdasar fenomena yang empiris dan dapat diukur
- Ingin menguji adanya keraguan tentang validitas pengetahuan, teori dan produk
tertentu.

Metode kualitatif digunakan jika:

- Masalah penelitian belum jelas


- Memahamu makna dibalik data yang tampak
- Memahami interaksi social
- Memahami perasaan seseorang
- Mengembangkan teori
- Memastikan kebenaran data
- Meneliti sejarah perkembangan

Sumber masalah :

- Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan


- Terdapat penyimpangan antara apa yang direncanakan dengan kenyataan
- Adanya pengaduan
- Ada kompetisi

CHAPTER 3

 The Broad Problem Area


Suatu masalah tidak selalu diartikan sebagai sesuatu yang “salah” atau “seriously
wrong” dengan situasi saat ini, yang butuh untuk diperbaiki segera. Suatu masalah bisa
mengindikasikan sebuah perhatian atau ketertarikan di dalam isu di mana menemukan
jawaban yang tepat atau menemukan jawaban yang benar mungkin dapat membantu
untuk memperbaiki situasi yang telah ada. Jadi, ini berguna untuk mendefinisikan atau
mengartikan sebuah masalah, sebagai situasi apa pun di mana terdapat sebuah gap
(celah) ini hadir/ada di antara keadaan aktual dan keadaan ideal yang diinginkan.
 Ada beberapa contoh permasalahan yang manager mungkin temukan di dalam work
setting:
 Tingkat turnover (pergantian) staff yang tinggi dari pada yang telah diantisipasi
 Minoritas yang tidak ada peningkatan/maju di karirnya
 IT sistem yang udah installed- atau terpasang- tidak terpakai oleh manager yang
memang didesain primarily untuk menggunakan IT sistem itu
 Pekerja muda yang menunjukkan level komitmen yang rendah
 Masalah-masalah sebelumnya ini menyediakan cukup informasi untuk memulai
penelitian kita. Bagaimana pun, kesamaan apa yang masalah-masalah ini punya adalah
mereka masih harus ditransformasikan kepada researchable topic (artinya
ditransformasikan kepada topik yang bisa diteliti) untuk keperluan investigasi. Ketika
kita udah mengidentifikasi bahwa ternyata ada masalah di dalam management, kita
harus memperkecil/menyempitkan masalahnya itu menjadi researchable topic. Sangat
sering, banyak pekerjaan dibutuhkan untuk mengartikan masalah yang broad
(umum/besar) menjadi “feasible research topic” jadi topik yang memang bisa dikerjakan
dengan mudah.
 Problems vs Symptoms of Problems
Contohnya misal manajer mencoba untuk menurunkan tingkat turnover orang-orang
terbaiknya perusahaan, dengan meningkatkan gaji mereka. Namun, bisa jadi problem
atau masalahnya itu ternyata adalah yang lain. Tingkat turnover yang tinggi itu bisa saja
hanya menjadi symptoms/ gejala, atas kehadiran masalah utamanya, contohnya dalam
kasus ini, masalah utamanya adalah motivational problems (mereka merasa tidak
termotivasi sebab mereka merasa tidak dianggap dan dilibatkan , atau bisa juga mereka
tidak temotivasi karena merasa tidak punya control atas pekerjaan yang mereka
lakukan.
 Jadi percuma menaikkan gaji, kalau masalah utamanya bukan gaji yang kurang. Jadi
sebelum penelitian, perlu dan sangat penting untuk menyadari bahwa identifikasi
problem yg tepat itu critical (penting) untuk menemukan solusi dari masalah yang
menyusahkan perusahaan.
 Cara supaya benar dalam mengidentifikasinya dan akurat, manajer bisa melakukan
teknik “5 whys” atau “5 times why”, intinya dengan teknik ini kita menanyakan terus
menerus “kenapa” sampai kepada basic cause-nya.
 Misalnya dalam kasus: Orang-orang terbaik perusahaan, meninggalkan perusahaan
(resign).
 Why? karena mereka tidak puas dengan pekerjaan mereka?
 Why? karena mereka merasa tidak tertantang dengan pekerjaannya?
 Why? karena mereka merasa tidak memiliki kontrol atas pekerjaannya?
 Why? karena mereka tidak punya pengaruh dalam planning, executing, and
evaluating pekerjaan yang mereka lakukan ?
 Why? Karena perusahaan enggan untuk mendelegasikan authority?
 Untuk transform dari yg tadinya broad problem ke bentuk feasible topic for research
dengan cara (McEvoy:2012):
 Membuatnya lebih spesifik dan tepat
 Menetapkan batasan yang jelas
 Pilih perspektif dari mana kami menyelidiki subjek
 Membawa kejelasan dan fokus pada masalah
 Rahasianya utk membawa clarity and focus to your problem adalah dengan mengisolasi
key ideas di first version of the problem statement. A broad, first statement dari
masalah itu seringnya memasukkan di dalamnya beberapa kata atau frasa yang butuh
definisi.
 Contoh : “Minority group members in organizations are not advancing in their careers”
Untuk mengidentifikasi key terms dari problem statement ini dengan melihat subject
(careers), verbs (advancing), and objects (minority group members) di statement-mu.
Definisi yang presisi atau tepat itu bisa memudahkan kita untuk explore literature.
Dengan melakukan review atau melihat literature nantinya akan membantu untuk
refine (menyaring) apa sih sebenernya objectives dari penelitan dan pertanyaan
penelitian dan jadi mengembangkan topic research yang feasible (feasible itu artinya
layak atau mungkin untuk dilakukan practicable).
 How the selection of an academic perspective will help us to narrow down our research
Pertimbangkan masalah berikut: “Long and frequent delays membawa penumpang
untuk merasakan stress, yang bisa membuat penumpang mengganti pilihan
penerbangan, bisa juga si penumpang memberi umpan balik jelek, dan menimbulkan
komplain. Penelitian pendahuluan (awalnya) terhadap isu ini menyarankan bahwa
pelayanan waktu menunggu itu dikontrol dengan 2 teknik:
 Operations management untuk mengurangi actual, objective waiting times
(perspektif 1)
 Management of perception, yang akan membantu service providers untuk ngatur
pengalaman subjektifnya customer (perspektif 2)
 3 initial stages (3 tahap awal) dari proses penelitian dan mengilustrasikan bagaimana
dari yang punya broad management’s problem statement sampai feasible topic untuk
penelitian. Prosesnya tidak linear, di awal projek, kita harus move back and forth antara
preliminary reseach and (re)defining the problem.
 Step 1: Identification of the broad management problem
 Step 2: Preliminary Research
 Step 3: Definition of the research problem
 Eksperimental, terdapat rekayasa atau peniliti terdapat objek atau subjek penelitian,
namanya treatment. Misalnya ingin melakukan penelitian kinerja divisi marketing.
Mereka dapet insentif dengan skema dari proporsi penjualan (misal 5% dari gross profit
yg telah sso lakukan). Lalu misalnya mau dicoba bukan 5% dari gross profit, tetapi dari
hal lain misal dari penjualan harus di treat (dikasih percobaan) .
Chapter 4
 Cara yang paling pertama dilakukan dari Literature Review adalah: identifikasi berbagai
meteri yang diterbitkan dan tidak dipublikasikan dan mendapatkan akses ke ini.
 Data Sources
Kualitas dari literature review ini tergantung dengan bagaimana kita memilih dengan
hati-hati dan baca:
 Buku
 Jurnal akademik maupun professional
 Laporan
 Tesis
 Konferensi
 Manuskrip yang belum dipublish, Dll
 Bagaimana pun dengan baca jurnal, laporan, dan bahkan koran pun bisa sangat bernilai
dan berguna karena mereka dapat menyediakan informasi spesifik tentang keadaan
dunia sekarang tentang gimana pasar, industry, atau perusahaan. Sebagai aturan, kita
akan butuh untuk menggunakan kombiasi dari information resources. Kombinasi dari
sumber daya yang tepat bergantung pada sasaran penelitian kita.
 Textbooks
Buku akademik (buku pelajaran/buku pegangan sekolah) merupakan salah satu
sumber teori yang sangat berguna, dengan berfokus di area tertentu. Keuntungan
dari penggunaan textbooks ini adalah mereka bisa cover broad range of topics (bisa
menjangkau topik yang cukup luas). Ditambah lagi, textbooks ini jangkauannya lebih
luas dibandingkan dengan artikel. Karena itu, textbooks menawarkan starting point
yang baik untuk kemudian menemukan sources yang lebih detail lagi informasinya,
contohnya seperti jurnal, tesis, manuskrip dan lain-lain. Kekurangannya textbook
kurang up to date dari pada jurnal.
 Journals
Baik jurnal akademik maupun jurnal professional itu sumber informasi up to date
(terkini) yang penting. Artikel di dalam jurnal akademik ini sudah di-peer-reviewed,
yang mana artinya artikel ini sudah diawasi oleh ahli di bidang yang sama sebelum
dia betul-betul dipublikasikan.
 Review articles (yang bisa aja isi di dalamnya ada meta-analysis: jenis dari analisis
data di mana hasil dari banyak studi itu digabungkan dan dianalisis layaknya mereka
hasil dari satu studi besar) yang merangkum penemuan dari penelitian yang telah
dilaksanakan sebelumnya untuk menginformasikan pembaca tentang penelitian
yang sudah ada sebelumnya. Review articles ini sangat berguna sebab mereka dapat
memberikan overview dari semua penelitian penting di area yang spesifik.
 Research Articles adalah laporan dari penelitian empiris, yang menggambarkan satu
atau beberapa studi. Conceptual background section dari research articles ini
menyediakan gambaran yang padat dari literature yang relevan. Research article
juga memberikan penggambaran detail tentang tujuan dari studi yang dilakukan,
metode yang digunakan, serta hasilnya.
 Artikel di dalam jurnal professional merupakan sumber yang sangat berguna sebagai
pengembangan terbaru dan menjadi sumber yang berguna yang berisikan fakta-
fakta dan dan angka. Terlebih lagi, artikel ini bisa memberikan kita rasa “praktiknya
ini relevan dengan masalah kita”.
 Tesis
PhD theses seringnya berisikan sebuah ulasan dari literature di area spesik.
Kebanyakan PhD theses ini berisikan banyak chapter/bab empiris. Chapter-chapter
ini seringnya memiliki struktur dan karakteristik yang sama seperti artikel jurnal
akademik.
 Conference proceedings
Conference proceedings ini bisa jadi sangat berguna dalam menyediakan penelitian
terbaru atau penelitian yang belum pernah diterbitkan. CP ini sangat up to date dan
krn itu, sumber informasi ini cukup bernilai kalo kita mau neliti di area atau wilayah
yang relative baru. Tapi tidak semua manuskrip yang dipresentasikan atau disajikan
di dalam konferensi itu akhirnya diterbitin di dalam jurnal akademik, oleh karenanya,
kita harus secara kritis menilai kualitas dari sumber informasi ini.
 Unpublished manuscripts
APA mendefinisikan unpublished manuscripts sebagai sumber informasi yang tidak
secara resmi dirilis/dikeluarin oleh individu, penerbit, atau perusahaan lain.
Contohnya dari UM ini meliputi papers yang sudah diterima untuk diterbitkan tapi
masih dalam proses pencetakan, bisa bentuknya masih surat, masih dalam bentuk
tulisan (naskah), bisa juga dalam bentuk email. salah satu bentuk sumber informasi
yang cukup up to date.
 Reports
Departemen pemerintahan dan perusahaan ini biasanya melakukan penelitian
dalam jumlah besar. biasanya penemuan mereka yang diterbitin ini memberikan
sumber yang berguna untuk pasar, industry, juga informasi tentang perusahaan yang
sudah spesifik.
 Newspapers
menyediakan informasi bisnis yang up to date. Sumber informasi yang bergunna
karena menyediakan informasi tentang pasar, industry, dan perusahaan yang sudah
spesifik gitu. opini di dalam newspapers ini ga selamanya unbiased (bisa aja bias)
 The internet
Informasi yang bisa ditemukan di World Wide Web ini sangat sangat banyak. Kita
bisa mencari secara detail tentang buku, jurnal, artikel jurnal, dan conference
preoceedings, begitu pula data-data khusus seperti contohnya report dari
perusahaan. Begitu pula dengan majalah, koran yang tersedia di internet secara
online juga banyak.
Search engine seperti google dan yahoo bisa membantu kita untuk menemukan
informasi relevan.
 Landasan teori itu diploma, menyajikan teori garis besarnya gimana sebagai dasar untuk
mengembangkan penelitiannya.
 Mahasiswa stratat 1, tinjauan pustaka, soalnya ngasi overview atas teori yang relevan
atas penelitian kita.
 Grand theory, dasar lahirnya teori2 lain contohnya, teori manajemen dikemukakan oleh
Taylor, teori manajemen dikemukakan oleh Henry Fayol
 Middle range theory, di level medium, di makro dan mikro, teori SDM Gary Dessler thn
2009.
 Applied theory, level mikro, teori-teori kepemimpinan, motivasi, kinerja karyawan
Metaanalisis, contohnya, di marketing ada yang namanya purchase intention, kalo
diurut ke atas, itu sebenernya lahir dari ilmu sosial perilaku (psikologi).
Karena mengalami pengembangan, teori-teori bisa aja dekonstruksi yang dihasilkan dari
penelitian-penelitian
 Proposisi (pernyataan tentang sifat dari realita, contoh: misal temen-temen di kantor
byk yg stress grgr, boss galak) kalo udah bisa diterima secara sementara untuk diuji lagi
kebenarannya namanya hipotesis (kalo udah siap diuji kebenarannya, udah disiapin
datanya utk diteliti itu hipotesis)
 Teori utk kuantitatif dan kualitatif itu penting
 Identifikasi masalah
 Kerangkanya seperti apa
 Teori itu bersifat general (berlaku secara umum) tetapi relatif
Konsep merupakan pengetahuan ilmiah yang sangat penting dalam perkembangan
keilmuan. Konsep lahir dari penelitian empiris, pengetahuan ilmiah yang belum dijamin
secara universial.

Chapter 5

Kerangka teori dan pengembangan hipotesis

KEBUTUHAN KERANGKA TEORITIS

Kerangka teoritis mewakili keyakinan Anda tentang bagaimana fenomena tertentu (atau
variabel atau konsep) terkait satu sama lain (model) dan penjelasan mengapa Anda percaya
bahwa variabel-variabel ini terkait satu sama lain (teori). Baik model maupun teori mengalir
secara logis dari dokumentasi penelitian sebelumnya di area masalah. Mengintegrasikan
keyakinan logis Anda dengan penelitian yang dipublikasikan, dengan mempertimbangkan
batasan dan kendala yang mengatur situasi, sangat penting dalam mengembangkan dasar
ilmiah untuk menyelidiki masalah penelitian. Proses membangun kerangka teori meliputi:

1. Memperkenalkan definisi konsep atau variabel dalam model Anda.

2. Mengembangkan model konseptual yang memberikan representasi deskriptif dari teori


Anda.

3. Datang dengan teori yang memberikan penjelasan untuk hubungan antara variabel dalam
model Anda.

VARIABEL

Variabel adalah segala sesuatu yang dapat mengambil nilai yang berbeda atau bervariasi. Nilai
dapat berbeda pada waktu yang berbeda untuk objek atau orang yang sama, atau pada saat
yang sama untuk objek atau orang yang berbeda. Contoh variabelnya adalah unit produksi,
absensi, dan motivasi. Ada 4:

Dependent Variable

Variabel terikat merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti. Tujuan peneliti
adalah untuk memahami dan menggambarkan variabel dependen, atau menjelaskan
variabilitasnya, atau memprediksinya. Dengan kata lain, itu adalah variabel utama yang cocok
untuk diselidiki sebagai faktor yang layak. Melalui analisis variabel dependen (yaitu,
menemukan variabel apa yang mempengaruhinya), dimungkinkan untuk menemukan jawaban
atau solusi dari masalah tersebut. Untuk tujuan ini, peneliti akan tertarik untuk mengukur dan
mengukur variabel dependen, serta variabel lain yang mempengaruhi variabel ini.

Independent Variable

Umumnya diduga bahwa variabel independen adalah salah satu yang mempengaruhi variabel
dependen baik secara positif atau negatif. Artinya, ketika variabel bebas ada, variabel terikat
juga ada, dan dengan setiap unit kenaikan variabel bebas, ada kenaikan atau penurunan
variabel terikat. Dengan kata lain, varians dalam variabel dependen diperhitungkan oleh
variabel independen. Untuk menetapkan bahwa perubahan variabel independen menyebabkan
perubahan variabel dependen, keempat kondisi berikut harus dipenuhi:

1. Variabel independen dan variabel dependen harus kovary: dengan kata lain, perubahan
variabel dependen harus dikaitkan dengan perubahan variabel independen.

2. Variabel bebas (faktor penyebab yang diduga) harus mendahului variabel terikat. Dengan
kata lain, harus ada urutan waktu di mana keduanya terjadi: sebab harus terjadi sebelum
akibat.

3. Tidak ada faktor lain yang mungkin menjadi penyebab perubahan variabel dependen. Oleh
karena itu, peneliti harus mengontrol efek dari variabel lain.

4. Diperlukan penjelasan yang logis (suatu teori) dan harus menjelaskan mengapa variabel
bebas mempengaruhi variabel terikat.

Variabel moderasi

Variabel pemoderasi adalah salah satu yang memiliki efek kontingen yang kuat pada hubungan
variabel independen-variabel dependen. Artinya, kehadiran variabel ketiga (variabel
moderator) memodifikasi hubungan asli antara variabel independen dan dependen.

Seperti dalam kasus di atas, setiap kali hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen menjadi kontingen atau bergantung pada variabel lain, kita mengatakan bahwa
variabel ketiga memiliki efek moderasi pada hubungan variabel independen-variabel dependen.
Variabel yang memoderasi hubungan dikenal sebagai variabel pemoderasi.

Variabel mediasi

Variabel mediasi (atau variabel intervening) adalah variabel yang muncul antara waktu variabel
independen mulai beroperasi untuk mempengaruhi variabel dependen dan waktu dampaknya
dirasakan di atasnya. Dengan demikian ada kualitas temporal atau dimensi waktu untuk
variabel mediasi. Dengan kata lain, membawa variabel mediasi ke dalam bermain membantu
Anda untuk memodelkan suatu proses. Variabel mediasi muncul sebagai fungsi dari variabel
independen yang beroperasi dalam situasi apa pun, dan membantu untuk membuat konsep
dan menjelaskan pengaruh variabel independen pada variabel dependen. Contoh berikut
mengilustrasikan hal ini.

Variabel independent membantu menjelaskan varians dalam variabel terikat; permukaan


variabel mediasi pada waktu sebagai fungsi dari variabel independen, yang juga membantu kita
untuk mengkonseptualisasikan hubungan antara variabel independen dan dependen; dan
variabel pemoderasi memiliki pengaruh kontingen terhadap hubungan antara dua variabel.

BAGAIMANA TEORI DIHASILKAN

Kerangka teoritis dengan demikian merupakan langkah penting dalam proses penelitian.
Hubungan antara tinjauan pustaka dan kerangka teoretis adalah bahwa yang pertama
memberikan dasar yang kuat untuk mengembangkan yang terakhir. Artinya, tinjauan pustaka
mengidentifikasi variabel-variabel yang mungkin penting, sebagaimana ditentukan oleh temuan
penelitian sebelumnya. Ini, di samping koneksi logis lain yang dapat dikonseptualisasikan,
membentuk dasar untuk model teoretis. Kerangka teoritis mewakili dan menguraikan
hubungan antar variabel, menjelaskan teori yang mendasari hubungan ini, dan menjelaskan
sifat dan arah hubungan. Sama seperti tinjauan literatur menetapkan panggung untuk kerangka
kerja teoretis yang baik

Komponen kerangka teori

Kerangka teoritis yang baik mengidentifikasi dan mendefinisikan variabel penting dalam situasi
yang relevan dengan masalah dan selanjutnya menjelaskan dan menjelaskan interkoneksi
antara variabel-variabel ini. Hubungan antara variabel independen, variabel dependen, dan, jika
berlaku, variabel moderasi dan mediasi diuraikan. Jika ada variabel pemoderasi, penting untuk
menjelaskan bagaimana dan hubungan spesifik apa yang dimoderasi. Penjelasan mengapa
mereka beroperasi sebagai moderator juga harus diberikan. Jika ada variabel mediasi, diskusi
tentang bagaimana atau mengapa mereka diperlakukan sebagai variabel mediasi diperlukan.
Setiap hubungan timbal balik antara variabel bebas itu sendiri, atau di antara variabel terikat itu
sendiri (jika ada dua atau lebih variabel terikat), juga harus dijabarkan dengan jelas dan
dijelaskan secara memadai. Perhatikan bahwa kerangka teoretis yang baik belum tentu
merupakan kerangka kerja yang kompleks. Sebelumnya dalam bab ini, kami telah menjelaskan
bahwa ada tiga fitur dasar yang harus dimasukkan dalam kerangka teori apa pun:

1. Variabel yang dianggap relevan dengan penelitian harus didefinisikan dengan jelas.

2. Sebuah model konseptual yang menggambarkan hubungan antara variabel dalam model
harus diberikan.

3. Harus ada penjelasan yang jelas mengapa kita mengharapkan hubungan ini ada.

Namun, hubungan antar variabel juga bisa cukup diungkapkan dengan kata-kata. Baik diagram
skematik model konseptual maupun deskripsi hubungan antar variabel dalam kata-kata harus
diberikan, sehingga pembaca dapat melihat dan dengan mudah memahami hubungan yang
diteorikan. Ini memfasilitasi dan merangsang diskusi tentang hubungan antara variabel dalam
model Anda. Oleh karena itu penting bahwa model Anda didasarkan pada teori suara. Sebuah
teori atau penjelasan yang jelas untuk hubungan dalam model Anda adalah komponen terakhir
dari kerangka teoritis. Sebuah teori mencoba menjelaskan hubungan antara variabel dalam
model Anda: penjelasan harus diberikan untuk semua hubungan penting yang diteorikan ada di
antara variabel. Jika sifat dan arah hubungan dapat diteorikan berdasarkan temuan penelitian
sebelumnya dan/atau gagasan Anda sendiri tentang subjek tersebut, maka harus ada indikasi
apakah hubungan tersebut harus positif atau negatif dan linier atau nonlinier. Dari kerangka
teori tersebut kemudian dapat dikembangkan hipotesis-hipotesis yang dapat diuji untuk
menguji apakah teori yang dirumuskan itu valid atau tidak.

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Setelah kita mengidentifikasi variabel penting dalam suatu situasi dan menetapkan hubungan di
antara mereka melalui penalaran logis dalam kerangka teoritis, kita berada dalam posisi untuk
menguji apakah hubungan yang telah diteorikan memang benar. Hasil tes ini memberi kita
beberapa petunjuk tentang apa yang bisa diubah dalam situasi untuk memecahkan masalah.
Merumuskan pernyataan yang dapat diuji seperti itu disebut pengembangan hipotesis.

Definisi hipotesis
Hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan tentatif, namun dapat diuji, yang memprediksi
apa yang Anda harapkan untuk ditemukan dalam data empiris Anda. Hipotesis diturunkan dari
teori yang menjadi dasar model konseptual Anda dan seringkali bersifat relasional. Sepanjang
garis ini, hipotesis dapat didefinisikan sebagai hubungan yang diduga secara logis antara dua
atau lebih variabel yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Dengan menguji
hipotesis dan mengkonfirmasi hubungan dugaan, diharapkan dapat ditemukan solusi untuk
memperbaiki masalah yang dihadapi.

Pernyataan hipotesis:

format pernyataan If–then

Seperti yang telah dinyatakan, hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan yang dapat diuji
tentang hubungan antar variabel. Hipotesis juga dapat menguji apakah ada perbedaan antara
dua kelompok (atau di antara beberapa kelompok) sehubungan dengan variabel atau variabel
apa pun. Untuk memeriksa ada atau tidaknya dugaan hubungan atau perbedaan, hipotesis ini
dapat ditetapkan baik sebagai proposisi atau dalam bentuk pernyataan jika-maka.

Hipotesis nol dan alternatif

Metode hipotetis-deduktif mensyaratkan bahwa hipotesis dapat difalsifikasi: mereka harus


ditulis sedemikian rupa sehingga peneliti lain dapat menunjukkan bahwa mereka salah. Untuk
alasan ini, hipotesis terkadang disertai dengan hipotesis nol. Hipotesis nol (H0 ) adalah hipotesis
yang dibuat untuk ditolak untuk mendukung hipotesis alternatif, diberi label HA. Ketika
digunakan, hipotesis nol dianggap benar sampai bukti statistik, dalam bentuk uji hipotesis,
menunjukkan sebaliknya. Misalnya, hipotesis nol dapat menyatakan bahwa iklan tidak
memengaruhi penjualan, atau bahwa wanita dan pria membeli sepatu dalam jumlah yang
sama. Dalam istilah yang lebih umum, hipotesis nol dapat menyatakan bahwa korelasi antara
dua variabel sama dengan nol atau bahwa perbedaan rata-rata dua kelompok dalam populasi
sama dengan nol (atau angka tertentu lainnya). Biasanya, pernyataan nol dinyatakan dalam hal
tidak ada hubungan (signifikan) antara dua variabel atau tidak ada perbedaan (signifikan) antara
dua kelompok. Hipotesis alternatif, yang merupakan kebalikan dari nol, adalah pernyataan yang
menyatakan hubungan antara dua variabel atau menunjukkan perbedaan antara kelompok.

IMPLIKASI MANAJERIAL

Pengetahuan tentang bagaimana dan untuk tujuan apa kerangka teoretis dikembangkan, dan
hipotesis dihasilkan, memungkinkan manajer untuk menjadi penilai yang cerdas atas laporan
penelitian yang diajukan oleh konsultan. Pada saat ini, menjadi jelas bahwa setelah masalah
didefinisikan, pemahaman yang baik tentang konsep "variabel independen" dan "variabel
dependen" memperluas pemahaman manajer tentang bagaimana beberapa faktor (variabel
independen dalam model) dapat memberikan kemungkinan solusi untuk masalah (variabel
dependen dalam model). Pemahaman tentang konsep "variabel moderasi" memungkinkan
manajer untuk memahami bahwa beberapa solusi yang diusulkan mungkin tidak menyelesaikan
masalah untuk semua orang atau dalam setiap situasi. Demikian juga, pengetahuan tentang arti
signifikansi, dan mengapa hipotesis tertentu diterima atau ditolak, membantu manajer untuk
bertahan atau berhenti mengikuti firasat, yang, meskipun masuk akal, tidak berhasil. Jika
pengetahuan tersebut tidak ada, banyak temuan melalui penelitian tidak akan masuk akal bagi
manajer dan pengambilan keputusan akan menimbulkan kebingungan.

CHAPTER 6

Elements of Resesearch Design

A. THE RESEARCH DESIGN


Kualitas desain penelitian tergantung pada seberapa cermat peneliti memilih alternative
desain yang sesuai. Dengan mempertimbangkan tujuan spesifik, pertanyaan penelitian,
dan kendala penelitian, seperti akses data, waktu, dan uang. Selain keputusan diatas
mengenai desain penelitian, pilihan harus dibuat untuk metode pengumpulan data yang
digunakan, seperti: jenis sampel, bagaimana variiabel akan diukur (pengukuran), dan
bagaimana mereka akan menganalisis untuk menguji hipotesis (analisis data)
B. ELEMENTS OF RESEARCH DESIGN
Research Strategies Pilihan untuk strategi penelitian tertentu akan bergantung pada
tujuan penelitian dan (jenis) pertanyaan penelitian dari studi Anda, tetapi juga pada
sudut pandang Anda tentang apa yang membuat penelitian yang baik dan pada aspek
praktis seperti akses ke sumber data dan batasan waktu
- Experiments Eksperimen biasanya berhubungan dengan penelitian deduktif dan
pendekatan ilmiah atau hipotesis-deduktif untuk penelitian. Desain eksperimental
kurang bermanfaat atau tepat untuk menjawab pertanyaan penelitian eksploratif
dan deskriptif dalam sebuah eksperimen, peneliti memanipulasi variabel
independen untuk mempelajari pengaruh manipulasi ini pada variabel dependen.
- Survey Research Pertanyaan-pertanyaan dalam instrument survey biasanya dibuat
untuk angket, dimana responden menyelesaikan pertanyaan secara individu,
instrument survey lainnya adalah wawancara dan observasi terstruktur.
- Ethnography Bertujuan untuk menghasilkan pemahaman tentang budaya dan
perilaku kelompok sosial dari "sudut pandang orang dalam. Etnografi dan observasi
partisipan kadang-kadang digunakan. Untuk yang lain etnografi adalah istilah yang
lebih inklusif, sedangkan observasi partisipan lebih spesifik dan terkait dengan
metode pengumpulan data tertentu. Dari perspektif ini, observasi partisipan adalah
sumber utama data etnografi.
- Case Studies Dalam studi kasusnya adalah individu, kelompok, organisasi, peristiwa,
atau situasi yang diminati peneliti. Perlu dicatat bahwa studi kasus dapat
memberikan data kualitatif dan kuantitatif untuk analisis dan interpretasi.
- Grounded Theory Setelah teori muncul dari proses ini, peneliti membandingkan data
dan dengan teori peneliti. Jika terdapat kesesuaian antara data atau antara data dan
teori, maka kategori dan teori harus diubah hingga kategori dan teori anda sesuai
dengan data.
- Action Research Penelitian Tindakan merupakan proyek yang berkembangkan secara
terus menerus dengan saling mempengaruhi antara masalah, solusi, pengaruh atau
konsekuensi dan solusi baru.

Extent of researcher interference with the study

Sebagai contoh, seorang peneliti mungkin ingin mempelajari pengaruh pencahayaan terhadap
kinerja pekerja; maka ia memanipulasi pencahayaan dalam situasi kerja ke berbagai intensitas.
Di sini, ada peneliti yang cukup mengganggu pengaturan alam dan normal. Dalam kasus lain,
peneliti mungkin bahkan ingin menciptakan sebuah manipulasi baru untuk menciptakan
pengaturan buatan di mana hubungan sebab-akibat dapat dipelajari oleh variabel tertentu dan
dengan ketat mengendalikan orang lain tertentu, seperti di laboratorium. Dengan demikian,
bisa ada berbagai perubahan interferensi oleh peneliti dalam manipulasi dan kontrol variabel
dalam penelitian penelitian, baik dalam pengaturan alam atau dalam pengaturan laboratorium
buatan dari gangguan minimal, moderat, dan berlebihan.

Study Setting : Contrived and noncontrived

Eksperimen yang dilakukan untuk membangun hubungan sebab-akibat di luar kemungkinan


keraguan setidaknya membutuhkan penciptaan lingkungan buatan yang dibuat-buat di mana
semua faktor asing secara ketat dikontrol. Subyek yang sama dipilih dengan hati-hati untuk
menanggapi rangsangan dimanipulasi tertentu.

Unit of analysis : individuals, dyads, groups, organizations, cultures

Di sini unit analisis adalah individu. Kami akan melihat data yang dikumpulkan dari
masingmasing individu dan memperlakukan setiap tanggapan karyawan sebagai sumber data
individual. Jika peneliti tertarik untuk mempelajari interaksi dua orang, maka beberapa
kelompok dua orang, juga dikenal sebagai dyad, akan menjadi unit analisis.

Time horizon : Cross-sectional versus longitudinal studies

1. Cross – sectional Studies Sebuah studi dapat dilakukan dengan data yang hanya sekali
dikumpulkan, mungkin selama periode hari, minggu, atau bulan, dalam ragka menjawab
pertanyaan penelitian, studi semacam itu disebut studi one – shot atau cross-sectional
2. Longitudinal studies Misalnya, peneliti mungkin ingin mempelajari perilaku karyawan
sebelum dan sesudah perubahan dalam manajemen puncak, untuk mengetahui efek
apa yang dicapai dari perubahan tersebut. Di sini, karena data dikumpulkan pada dua
titik waktu yang berbeda, penelitian ini tidak bersifat cross-sectional atau one-shot,
tetapi dilakukan secara longitudinal melintasi periode waktu tertentu. Studi semacam
itu, seperti ketika data pada variabel dependen dikumpulkan pada dua atau lebih titik
waktu untuk menjawab pertanyaan penelitian, disebut studi longitudinal.

MIXED METHODS

Penelitian metode campuran bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang tidak
dapat dijawab dengan pendekatan “kualitatif” atau “kuantitatif” saja. Penelitian metode
campuran berfokus pada pengumpulan, analisis, dan pencampuran data kuantitatif dan
kualitatif dalam satu studi atau serangkaian studi. Pendekatan metode campuran semakin
dianjurkan dalam penelitian bisnis. Daya tarik dari pendekatan ini adalah memungkinkan
peneliti untuk menggabungkan pemikiran induktif dan deduktif, menggunakan lebih dari satu
metode penelitian untuk mengatasi masalah penelitian, dan untuk memecahkan masalah ini
menggunakan berbagai jenis data. Di sisi lain, pendekatan metode campuran memperumit
desain penelitian dan oleh karena itu membutuhkan presentasi yang jelas untuk
memungkinkan pembaca memilah komponen yang berbeda.

C. TRADE-OFFS AND COMPROMISES

Misalnya, peneliti mungkin harus melakukan studi cross-sectional daripada studi longitudinal,
melakukan studi lapangan daripada desain eksperimental, memilih ukuran sampel yang lebih
kecil daripada yang lebih besar, dan seterusnya, sehingga mengurangi keputusan desain
penelitian dan menetapkan tingkat ketelitian ilmiah yang lebih rendah karena keterbatasan
sumber daya. Terlepas dari kerumitan desainnya, peneliti harus selalu sangat jelas tentang
setiap aspek yang dibahas dalam bab ini sebelum memulai pengumpulan data. Sekarang
lakukan exercise 6.1, 6.2, 6.3, dan 6.4.

D. MANAGERIAL IMPLICATIONS

Salah satu keuntungan utama dalam memahami sepenuhnya perbedaan antara studi kausal
dan korelasional adalah bahwa manajer tidak jatuh ke dalam perangkap membuat asumsi
kausal implisit ketika dua variabel hanya terkait satu sama lain. Mereka menyadari bahwa A
dapat menyebabkan B, atau B dapat menyebabkan A, atau keduanya A dan B dapat berubah
karena beberapa variabel ketiga. Pengetahuan tentang detail desain penelitian juga membantu
manajer untuk mempelajari dan secara cerdas mengomentari proposal penelitian dan laporan
penelitian.

CHAPTER 11

Measurement of variables:
Operational definition

HOW VARIABLES ARE MEASURED

Untuk menguji hipotesis bahwa keragaman tenaga kerja mempengaruhi efektivitas organisasi kita harus
mengukur keragaman tenaga kerja dan efektivitas organisasi. Pengukuran adalah penetapan angka atau
simbol lain untuk karakteristik (atau atribut) objek menurut seperangkat aturan yang telah ditentukan
sebelumnya. Objek meliputi orang, unit bisnis strategis, perusahaan, negara, sepeda, gajah, peralatan
dapur, restoran, sampo, yogurt, dan sebagainya. Contoh karakteristik objek adalah kecenderungan
mencari gairah, motivasi berprestasi, efektivitas organisasi, kenikmatan berbelanja, panjang, berat,
keragaman etnis, kualitas layanan, efek pengkondisian, dan rasa. Penting bagi Anda untuk menyadari
bahwa Anda tidak dapat mengukur objek (misalnya, perusahaan); Anda mengukur karakteristik atau
atribut objek (misalnya, efektivitas organisasi perusahaan). Dengan cara yang sama, Anda dapat
mengukur panjang (atribut) seseorang (objek), berat seekor gajah, kecenderungan mencari gairah dari
pialang saham, kenikmatan berbelanja wanita, kualitas layanan restoran, efek pengkondisian sampo,
dan rasa yoghurt merek tertentu. Untuk dapat mengukur Anda membutuhkan objek dan atribut objek,
tetapi Anda juga membutuhkan hakim. Seorang hakim adalah seseorang yang memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang diperlukan untuk menilai
"kualitas" sesuatu, seperti rasa yogurt, kecenderungan mencari gairah dari pialang saham, atau
keterampilan komunikasi siswa. Dalam banyak kasus, objek dan hakim adalah orang yang sama.
Misalnya, jika Anda ingin mengukur jenis kelamin (atribut) karyawan Anda (objek), atau kenikmatan
berbelanja (atribut) wanita (objek), Anda cukup meminta objek (karyawan dan wanita masing-masing)
untuk memberi Anda rincian yang diperlukan melalui kuesioner yang dikelola sendiri. Namun, kecil
kemungkinannya bahwa objek tersebut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
bertindak sebagai hakim ketika Anda ingin mengukur rasa (atribut) yogurt (objek), kualitas layanan
restoran, keterampilan komunikasi siswa, atau bahkan keahlian manajerial supervisor.

Atribut objek yang dapat diukur secara fisik oleh beberapa instrumen yang dikalibrasi tidak
menimbulkan masalah pengukuran. Misalnya, panjang dan lebar meja kantor persegi panjang dapat
dengan mudah diukur dengan pita pengukur atau penggaris. Hal yang sama berlaku untuk mengukur
area lantai kantor dan untuk mengukur berat seekor gajah (setidaknya sampai batas tertentu). Data
yang mewakili beberapa karakteristik demografis pegawai kantor juga mudah diperoleh dengan
mengajukan pertanyaan sederhana dan lugas kepada karyawan, seperti: “Sudah berapa lama Anda
bekerja di organisasi ini?” atau “Apa status pernikahan Anda?”

Namun, pengukuran atribut yang lebih abstrak dan subjektif lebih sulit. Misalnya, mengukur tingkat
motivasi berprestasi pegawai kantoran, kenikmatan berbelanja wanita, atau kebutuhan kognisi siswa
relatif sulit. Demikian juga, tidak mudah untuk menguji hipotesis tentang hubungan antara keragaman
tenaga kerja, keahlian manajerial, dan efektivitas organisasi. Masalahnya adalah kita tidak bisa begitu
saja mengajukan pertanyaan seperti “Seberapa beragam tenaga kerja perusahaan Anda?” atau
“Seberapa efektif organisasi Anda?” karena sifat abstrak dari variabel "keragaman tenaga kerja" dan
"efektivitas organisasi." Tentu saja, ada solusi untuk masalah ini. Salah satu solusi ini dibahas
selanjutnya. Tapi mari kita, sebelum kita membahas solusinya, meringkas masalahnya.

Variabel tertentu memungkinkan pengukuran yang mudah melalui penggunaan alat ukur yang tepat;
misalnya, fenomena fisiologis yang berkaitan dengan manusia, seperti tekanan darah, denyut nadi, dan
suhu tubuh, serta atribut fisik tertentu seperti panjang dan berat. Tetapi ketika kita masuk ke ranah
perasaan, sikap, dan persepsi subjektif orang, pengukuran faktor atau variabel ini menjadi lebih sulit.
Dengan demikian, setidaknya ada dua jenis variabel: satu cocok untuk pengukuran yang objektif dan
tepat; yang lain lebih samar dan tidak cocok untuk pengukuran yang akurat karena sifatnya yang abstrak
dan subjektif.

OPERATIONAL DEFINITION (OPERATIONALIZATION)

Meskipun kurangnya alat pengukur fisik untuk mengukur variabel yang lebih samar, ada cara untuk
memanfaatkan jenis variabel ini. Salah satu tekniknya adalah mereduksi gagasan atau konsep abstrak ini
menjadi perilaku dan/atau karakteristik yang dapat diamati. Dengan kata lain, gagasan abstrak dipecah
menjadi perilaku atau karakteristik yang dapat diamati. Misalnya, konsep haus itu abstrak; kita tidak bisa
melihatnya. Namun, kami mengharapkan orang yang haus untuk minum banyak cairan. Dengan kata
lain, reaksi yang diharapkan orang terhadap rasa haus adalah meminum cairan. Jika beberapa orang
mengatakan mereka haus, maka kita dapat menentukan tingkat kehausan masing-masing individu
dengan ukuran jumlah cairan yang mereka minum untuk memuaskan dahaga mereka. Dengan demikian
kita akan dapat mengukur tingkat kehausan mereka, meskipun konsep kehausan itu sendiri abstrak dan
samar-samar. Pengurangan konsep-konsep abstrak untuk menjadikannya dapat diukur dengan cara yang
nyata disebut mengoperasionalkan konsep.

Operasionalisasi dilakukan dengan melihat dimensi perilaku, segi, atau sifat yang dilambangkan dengan
konsep. Ini kemudian diterjemahkan ke dalam elemen yang dapat diamati dan diukur sehingga dapat
mengembangkan indeks pengukuran konsep. Mengoperasionalkan sebuah konsep melibatkan
serangkaian langkah. Langkah pertama adalah membuat definisi konstruk yang ingin Anda ukur.
Kemudian, perlu dipikirkan isi dari ukuran tersebut; yaitu, instrumen (satu atau lebih item atau
pertanyaan) yang benar-benar mengukur konsep yang ingin diukur harus dikembangkan. Selanjutnya,
format respons (misalnya, skala penilaian tujuh poin dengan titik akhir yang ditambatkan oleh "sangat
tidak setuju" dan "sangat setuju") diperlukan, dan, akhirnya, validitas dan reliabilitas skala pengukuran
harus dinilai.

Operationalization: dimensions and elements

Contoh rasa haus dan kebutuhan akan kognisi menggambarkan bagaimana konsep abstrak
dioperasionalkan dengan menggunakan elemen yang dapat diamati dan diukur, seperti jumlah minuman
yang digunakan orang untuk memuaskan dahaga mereka, dan sejauh mana orang lebih menyukai
masalah yang kompleks daripada masalah sederhana. Anda mungkin telah memperhatikan bahwa
sementara hanya satu item yang diperlukan untuk mengukur rasa haus ("berapa banyak minuman yang
Anda gunakan untuk memuaskan dahaga Anda?"), 34 item diperlukan untuk mengukur kebutuhan
kognisi. 34 item ini diperlukan karena jika kita menggunakan kurang dari 34 item ini, skala pengukuran
kita mungkin tidak akan mewakili seluruh domain atau semesta kebutuhan kognisi; dengan kata lain,
ukuran kami mungkin tidak akan mencakup satu set item (atau elemen) yang memadai dan
representatif. Akibatnya, ukuran kami tidak akan valid. Ukuran kebutuhan kognisi yang valid
mengandung 34 item meskipun kebutuhan kognisi adalah konstruksi unidimensional.

Contoh konstruk dengan lebih dari satu dimensi adalah agresi. Agresi setidaknya memiliki dua dimensi:
agresi verbal dan agresi fisik. Artinya, agresi mungkin termasuk perilaku seperti berteriak dan memaki
seseorang (agresi verbal), tetapi juga melempar benda, memukul dinding, dan menyakiti orang lain
secara fisik (agresi fisik). Skala pengukuran agresi yang valid harus mencakup item yang mengukur agresi
verbal dan item yang mengukur agresi fisik. Skala pengukuran yang hanya mencakup item yang
mengukur agresi fisik tidak akan valid jika tujuan kami adalah mengukur agresi. Demikian juga, skala
yang hanya mencakup item yang mengukur agresi verbal juga tidak akan menjadi ukuran agresi yang
valid. Dengan demikian, skala pengukuran yang valid mencakup pertanyaan atau item (atau elemen)
yang dapat diukur secara kuantitatif yang cukup mewakili domain atau alam semesta konstruk; jika
konstruk memiliki lebih dari satu domain atau dimensi, kita harus memastikan bahwa pertanyaan yang
cukup mewakili domain atau dimensi ini termasuk dalam ukuran kita.

Operationalizing the (multidimensional) concept of achievement motivation

Misalkan kita tertarik untuk membangun hubungan antara gender dan motivasi berprestasi. Untuk
menguji hubungan ini kita harus mengukur baik jenis kelamin maupun motivasi berprestasi. Pada titik
ini, Anda mungkin akan memahami bahwa mengukur gender tidak akan menimbulkan masalah,
mengukur motivasi berprestasi mungkin akan, karena konstruk yang terakhir bersifat abstrak dan
subjektif. Untuk alasan ini kita harus menyimpulkan motivasi berprestasi dengan mengukur dimensi
perilaku, segi, atau karakteristik yang kita harapkan ditemukan pada orang dengan motivasi berprestasi
tinggi. Memang, tanpa mengukur dimensi, aspek, atau karakteristik ini, kita tidak akan dapat sampai
pada pernyataan garis bawah tentang hubungan antara gender dan motivasi berprestasi.

Setelah kita mendefinisikan konstruk, langkah selanjutnya dalam proses pengukuran konstruk abstrak
seperti motivasi berprestasi adalah melalui literatur untuk mengetahui apakah ada ukuran konsep yang
ada. Baik jurnal ilmiah maupun “buku pegangan skala” merupakan sumber penting dari pengukuran
yang ada. Sebagai aturan, artikel empiris yang diterbitkan dalam jurnal akademik memberikan deskripsi
rinci tentang bagaimana konstruksi tertentu diukur; informasi sering diberikan tentang tindakan apa
yang digunakan, kapan dan bagaimana tindakan tersebut dikembangkan, oleh siapa, dan untuk berapa
lama mereka telah digunakan. Buku pegangan skala juga merupakan sumber yang berguna dari skala
pengukuran yang ada. Buku pegangan skala, seperti Buku Pegangan Timbangan Pemasaran atau Buku
Pegangan Pengukuran Organisasi, memberikan gambaran lengkap tentang skala pengukuran yang telah
muncul dalam literatur akademis.

Dimensi dan unsur motivasi berprestasi

Mari kita coba mengoperasionalkan “motivasi berprestasi”, sebuah konsep yang menarik bagi para
pendidik, manajer, dan siswa. Dimensi, aspek, atau karakteristik perilaku apa yang kita harapkan
ditemukan pada orang dengan motivasi berprestasi tinggi? Mereka mungkin memiliki lima karakteristik
umum berikut, yang akan kita sebut dimensi:

1. Mereka akan didorong oleh pekerjaan; yaitu, mereka akan bekerja hampir sepanjang waktu
untuk mendapatkan kepuasan karena telah “mencapai dan mencapai”.
2. Banyak dari mereka umumnya tidak berminat untuk bersantai dan mengarahkan perhatian
mereka pada hal lain selain aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan.
3. Karena ingin selalu berprestasi dan berprestasi, mereka lebih suka bekerja sendiri daripada
bersama orang lain.
4. Dengan pikiran dan hati yang tertuju pada pencapaian dan pencapaian, mereka lebih suka
terlibat dalam pekerjaan yang menantang daripada pekerjaan yang mudah dan membosankan.
Namun, mereka tidak ingin mengambil pekerjaan yang terlalu menantang karena harapan dan
kemungkinan pencapaian dan pencapaian dalam pekerjaan seperti itu tidak akan terlalu tinggi.
5. Mereka akan sangat ingin mengetahui bagaimana kemajuan mereka dalam pekerjaan mereka
seiring berjalannya waktu. Artinya, mereka ingin mendapatkan umpan balik yang sering secara
langsung dan halus dari atasan, kolega, dan kadang-kadang bahkan bawahan mereka, untuk
mengetahui kemajuan mereka.

Elemen dimensi 1 adalah mungkin untuk menggambarkan perilaku seseorang yang didorong oleh
pekerjaan. Orang seperti itu akan (1) berada di tempat kerja sepanjang waktu, (2) enggan mengambil
cuti dari pekerjaan, dan (3) bertahan bahkan dalam menghadapi beberapa kemunduran. Jenis perilaku
ini cocok untuk pengukuran. Misalnya, kita dapat menghitung jumlah jam karyawan terlibat dalam
kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan selama jam kerja, di luar jam kerja di tempat kerja, dan di
rumah, di mana mereka cenderung mengejar tugas mereka yang belum selesai. Dengan demikian,
jumlah jam yang mereka habiskan untuk pekerjaan mereka merupakan indeks sejauh mana pekerjaan
“mendorong” mereka.

Selanjutnya, melacak seberapa sering orang bertahan dengan pekerjaan mereka meskipun mengalami
kegagalan adalah cerminan dari seberapa gigih mereka dalam mencapai tujuan mereka. Seorang siswa
yang putus sekolah karena gagal lulus ujian pertama sama sekali tidak dapat dianggap sebagai individu
yang sangat gigih dan berorientasi pada prestasi. Namun, seorang siswa yang, meskipun mendapat nilai
D pada tiga kuis, bekerja keras siang dan malam tanpa henti untuk memahami dan menguasai mata
pelajaran yang dianggapnya sulit, menunjukkan ketekunan dan perilaku yang berorientasi pada prestasi.
Individu yang memiliki motivasi berprestasi biasanya tidak ingin menyerah pada tugas mereka bahkan
ketika dihadapkan pada kegagalan awal. Ketekunan mendorong mereka untuk melanjutkan. Oleh karena
itu, ukuran ketekunan dapat diperoleh dengan jumlah kemunduran yang dialami orang dalam tugas dan
terus bekerja, tidak gentar dengan kegagalan. Misalnya, seorang akuntan mungkin menemukan bahwa
dia tidak dapat menyeimbangkan pembukuan. Dia menghabiskan satu jam mencoba mendeteksi
kesalahan, gagal melakukannya, menyerah, dan meninggalkan tempat kerja. Karyawan lain di posisi
yang sama tetap sabar dalam pekerjaannya, menemukan kesalahan, dan menyeimbangkan pembukuan,
menghabiskan sepanjang malam dalam prosesnya. Dalam hal ini mudah untuk membedakan mana di
antara keduanya yang lebih gigih hanya dengan mengamati mereka.

Akhirnya, untuk mengukur keengganan mengambil cuti, kita hanya perlu mengetahui seberapa sering
orang mengambil cuti dari pekerjaan mereka, dan untuk alasan apa. Jika seorang karyawan diketahui
telah mengambil cuti selama tujuh hari selama enam bulan sebelumnya untuk menonton pertandingan
sepak bola, menghadiri sirkus luar kota, dan mengunjungi teman-teman, kita dapat menyimpulkan
bahwa individu tersebut mungkin tidak akan ragu-ragu untuk mengambil waktu luang dari
pekerjaannya. pekerjaan. Namun, jika seseorang tidak absen bahkan satu hari pun selama 15 bulan
terakhir, dan tidak melewatkan pekerjaan bahkan ketika sedikit tidak sehat, jelas bahwa dia terlalu
berdedikasi untuk bekerja untuk mengambil cuti dari pekerjaan.

Elemen dimensi 2 Tingkat keengganan untuk bersantai dapat diukur dengan mengajukan pertanyaan
seperti:

1. Seberapa sering Anda memikirkan pekerjaan saat Anda jauh dari tempat kerja?

2. Apa hobimu?

3. Bagaimana Anda menghabiskan waktu Anda ketika Anda jauh dari tempat kerja?

Elemen dimensi 3 Individu dengan motivasi berprestasi tinggi tidak memiliki kesabaran dengan orang
yang tidak efektif dan enggan bekerja dengan orang lain. Sementara orang-orang yang termotivasi untuk
berprestasi dalam organisasi mungkin memiliki peringkat yang sangat tinggi pada kecenderungan
perilaku ini, mungkin ada orang lain yang tidak termotivasi untuk berprestasi tinggi. Yang terakhir
mungkin sama sekali tidak memikirkan ketidakefektifan baik dalam diri mereka sendiri atau orang lain,
dan mungkin cukup bersedia untuk bekerja dengan hampir semua orang. Dengan demikian,
ketidaksabaran dengan ketidakefektifan juga dapat diukur dengan mengamati perilaku.

Elemen dimensi 4 Ukuran seberapa bersemangat orang dalam mencari pekerjaan yang menantang
dapat diperoleh dengan menanyakan kepada karyawan jenis pekerjaan apa yang mereka sukai.
Sejumlah deskripsi pekerjaan yang berbeda dapat disajikan – beberapa pekerjaan memerlukan
pekerjaan stereotip yang bersifat rutin, dan yang lain dengan gradasi tantangan yang ada di dalamnya.
Preferensi karyawan untuk berbagai jenis pekerjaan kemudian dapat ditempatkan pada kontinum mulai
dari mereka yang lebih menyukai pekerjaan yang cukup rutin hingga mereka yang lebih menyukai
pekerjaan dengan tantangan yang semakin meningkat.

Elemen dimensi 5 Mereka yang menginginkan umpan balik mencarinya dari atasan mereka, rekan kerja,
dan kadang-kadang bahkan dari bawahan mereka. Mereka ingin mengetahui pendapat orang lain
tentang seberapa baik kinerja mereka. Umpan balik, baik positif maupun negatif, menunjukkan kepada
mereka seberapa banyak yang mereka capai dan capai. Jika mereka menerima pesan yang menyarankan
perlunya perbaikan, mereka akan menindaklanjutinya. Oleh karena itu, mereka terus-menerus mencari
umpan balik dari beberapa sumber.

What operationalization is not

Sama pentingnya untuk memahami apa itu operasionalisasi, sama pentingnya untuk mengingat apa
yang bukan operasionalisasi. Sebuah operasionalisasi tidak menggambarkan korelasi konsep tersebut.
Misalnya, keberhasilan dalam kinerja tidak dapat menjadi dimensi motivasi berprestasi, meskipun orang
yang termotivasi kemungkinan besar akan memenuhinya. Dengan demikian, motivasi pencapaian dan
kinerja dan/atau kesuksesan mungkin sangat berkorelasi, tetapi kita tidak dapat mengukur tingkat
motivasi individu melalui kesuksesan dan kinerja. Kinerja dan kesuksesan mungkin dimungkinkan
sebagai konsekuensi dari motivasi berprestasi, tetapi keduanya bukanlah ukuran. Untuk lebih jelasnya,
seseorang dengan motivasi berprestasi tinggi mungkin gagal karena suatu alasan, mungkin di luar
kendalinya, untuk melakukan pekerjaan dengan sukses.

Review of operationalization

Sejauh ini kami telah memeriksa bagaimana mendefinisikan konsep secara operasional. Operasionalisasi
diperlukan untuk mengukur konsep abstrak dan subjektif seperti perasaan dan sikap. Variabel yang lebih
objektif seperti usia atau tingkat pendidikan mudah diukur melalui pertanyaan sederhana dan lugas dan
tidak harus dioperasionalkan. Kami telah menunjukkan bahwa operasionalisasi dimulai dengan definisi
konsep. Langkah selanjutnya adalah menemukan atau mengembangkan (set) pertanyaan tertutup yang
memadai yang memungkinkan Anda mengukur konsep dengan cara yang andal dan valid. Untungnya,
ukuran untuk banyak konsep yang relevan dalam penelitian bisnis telah dikembangkan oleh para
peneliti. Saat Anda meninjau literatur di area tertentu, Anda mungkin ingin secara khusus mencatat
referensi yang membahas instrumen yang digunakan untuk memanfaatkan konsep dalam penelitian,
dan membacanya. Artikel tersebut akan memberi tahu Anda kapan ukuran itu dikembangkan, oleh
siapa, dan untuk berapa lama telah digunakan. Jika Anda tidak dapat menemukan atau menggunakan
ukuran yang ada, Anda harus mengembangkan ukuran Anda sendiri.

INTERNATIONAL DIMENSIONS OF OPERATIONALIZATION

Dalam melakukan penelitian transnasional, penting untuk diingat bahwa variabel tertentu memiliki
makna dan konotasi yang berbeda dalam budaya yang berbeda. Misalnya, istilah "cinta" tunduk pada
beberapa interpretasi dalam budaya yang berbeda dan memiliki setidaknya 20 interpretasi yang
berbeda di beberapa negara. Demikian pula, konsep "pengetahuan" disamakan dengan "jnana" di
beberapa budaya Timur dan ditafsirkan sebagai "realisasi Yang Mahakuasa." Oleh karena itu, adalah
bijaksana bagi para peneliti yang berasal dari negara yang berbicara dalam bahasa yang berbeda untuk
merekrut bantuan para sarjana lokal untuk mengoperasionalkan konsep-konsep tertentu sambil terlibat
dalam penelitian lintas budaya.

CHAPTER 12

Measurement: Scaling,

reliability and validity

EMPAT TIPE DARI SKALA

Pengukuran berarti mengumpulkan data dalam bentuk angka-angka. Untuk dapat menetapkan angka ke
atribut objek kita membutuhkan skala. Skala adalah alat atau mekanisme yang membedakan individu
tentang bagaimana mereka berbeda satu sama lain pada variabel yang menarik untuk penelitian kami.
Scaling melibatkan penciptaan sebuah kontinum di mana objek kita berada.

Misalkan kita ingin mengukur sikap konsumen terhadap konsumsi minuman ringan. Setelah kita
mengembangkan satu atau lebih item skala atau pertanyaan, langkah selanjutnya dalam pengukuran
adalah memutuskan skala yang memungkinkan kita untuk menetapkan angka pada atribut (sikap
terhadap konsumsi minuman ringan) objek kita (konsumen). Hal ini memungkinkan kita untuk kemudian
mengklasifikasikan objek kita (konsumen) dalam hal seberapa tidak menguntungkan atau
menguntungkan mereka terhadap minum minuman ringan. Salah satu dari banyak pilihan yang kita
miliki untuk mengklasifikasikan konsumen adalah skala Likert. Skala Likert adalah skala yang dirancang
untuk menguji seberapa kuat responden setuju dengan pernyataan (seperti "Saya menikmati minuman
ringan") pada skala lima poin dengan jangkar berikut: 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju, 3 = Baik
Setuju Atau Tidak Setuju, 4 = Setuju, 5 = Sangat Setuju (selanjutnya dalam bab ini kita akan membahas
secara menyeluruh berbagai macam skala peringkat dan peringkat, termasuk skala Likert). Oleh karena
itu, skala Likert memungkinkan kita untuk membedakan konsumen dalam hal bagaimana mereka
berbeda satu sama lain dalam sikap mereka terhadap minuman ringan, masing-masing responden diberi
nomor yang menunjukkan kurang lebih tidak menguntungkan, netral, atau lebih atau kurang
menguntungkan.

Pertanyaan sejuta dolar adalah: Apa arti dari angka 1, 2, 3, 4, dan 5? Apakah skala yang kita gunakan
misalnya memungkinkan kita untuk mengurutkan objek kita (2 lebih dari 1)? Apakah itu memungkinkan
kita untuk membandingkan perbedaan antara objek (dengan kata lain apakah perbedaan antara 1 dan 2
sama dengan perbedaan antara 2 dan 3? Dan apakah itu memungkinkan kita untuk menghitung statistik
tertentu seperti mean (atau rata-rata) dan standar deviasi?Jawabannya adalah: tergantung.Tergantung
pada jenis skala (yaitu, tipe skala dasar) yang kita gunakan.

Ada empat jenis skala dasar: nominal, ordinal, interval, dan rasio. Tingkat kecanggihan di mana skala
disetel dengan baik meningkat secara progresif saat kita berpindah dari skala nominal ke skala rasio.
Itulah sebabnya informasi tentang variabel dapat diperoleh secara lebih rinci ketika kita menggunakan
skala interval atau rasio daripada menggunakan dua skala lainnya. Saat kalibrasi atau penyetelan skala
meningkat kecanggihannya, begitu juga kekuatan timbangan. Dengan skala yang lebih kuat, analisis data
yang semakin canggih dapat dilakukan, yang, pada gilirannya, berarti bahwa jawaban yang lebih
bermakna dapat ditemukan untuk pertanyaan penelitian kami. Namun, variabel tertentu memberikan
kemudahan yang lebih besar untuk penskalaan yang lebih kuat daripada yang lain. Sekarang mari kita
periksa masing-masing dari keempat skala ini.

Skala Nominal

Skala nominal adalah skala yang memungkinkan peneliti untuk menetapkan subjek ke kategori atau
kelompok tertentu. Misalnya, berkenaan dengan variabel jenis kelamin, responden dapat
dikelompokkan menjadi dua kategori – laki-laki dan perempuan. Kedua kelompok ini dapat diberi kode
nomor 1 dan 2. Angka-angka ini berfungsi sebagai label kategori sederhana dan nyaman tanpa nilai
intrinsik, selain untuk menetapkan responden ke salah satu dari dua kategori yang tidak tumpang tindih,
atau saling eksklusif. Perhatikan bahwa kategorinya juga lengkap secara kolektif. Dengan kata lain, tidak
ada kategori ketiga di mana responden biasanya jatuh. Dengan demikian, skala nominal
mengkategorikan individu atau objek ke dalam kelompok yang saling eksklusif dan lengkap secara
kolektif. Informasi yang dapat dihasilkan dari penskalaan nominal adalah perhitungan persentase (atau
frekuensi) laki-laki dan perempuan dalam sampel responden kami. Sebagai contoh, jika kita telah
mewawancarai 200 orang, dan memberikan kode nomor 1 untuk semua responden laki-laki dan nomor
2 untuk semua responden perempuan, maka analisis komputer terhadap data di akhir survei dapat
menunjukkan bahwa 98 responden adalah laki-laki dan 102 responden adalah wanita. Distribusi
frekuensi ini memberi tahu kita bahwa 49% responden survei adalah pria dan 51% wanita. Selain
informasi marjinal ini, penskalaan semacam itu tidak memberi tahu kita lebih banyak tentang kedua
kelompok tersebut. Dengan demikian, skala nominal memberikan beberapa informasi dasar, kategoris,
dan kasar.

Skala Ordinal

Skala ordinal tidak hanya mengkategorikan variabel sedemikian rupa untuk menunjukkan perbedaan di
antara berbagai kategori, tetapi juga mengurutkan kategori dalam beberapa cara yang berarti. Dengan
variabel apa pun yang kategorinya akan diurutkan menurut beberapa preferensi, skala ordinal akan
digunakan. Preferensi akan diberi peringkat (misalnya, dari terbaik ke terburuk; pertama hingga
terakhir) dan diberi nomor 1, 2, dan seterusnya. Misalnya, responden mungkin diminta untuk
menunjukkan preferensi mereka dengan membuat peringkat kepentingan yang mereka lekatkan pada
lima karakteristik berbeda dalam pekerjaan yang mungkin menarik bagi peneliti untuk dipelajari.
Pertanyaan semacam itu mungkin berbentuk seperti yang ditunjukkan dalam contoh berikut.

Skala ordinal membantu peneliti untuk menentukan persentase responden yang menganggap interaksi
dengan orang lain sebagai yang paling penting, mereka yang menganggap menggunakan sejumlah
keterampilan yang berbeda sebagai yang paling penting, dan seterusnya. Pengetahuan seperti itu
mungkin membantu dalam merancang pekerjaan yang dianggap paling kaya oleh sebagian besar
karyawan.
Skala interval

Dalam skala interval, atau skala interval yang sama, jarak yang sama secara numerik pada skala mewakili
nilai yang sama dalam karakteristik yang diukur. Sedangkan skala nominal memungkinkan kita hanya
untuk membedakan kelompok secara kualitatif dengan mengkategorikannya ke dalam set yang saling
eksklusif dan lengkap secara kolektif, dan skala ordinal untuk mengurutkan preferensi, skala interval
memungkinkan kita untuk membandingkan perbedaan antara objek. Perbedaan antara dua nilai pada
skala identik dengan perbedaan antara dua nilai skala tetangga lainnya. Termometer klinis adalah
contoh yang baik dari instrumen skala interval; itu memiliki asal yang sewenang-wenang dan besarnya
perbedaan antara 98,6 derajat (seharusnya suhu tubuh normal) dan 99. 6 derajat sama dengan besarnya
selisih antara 104 dan 105 derajat. Namun, perhatikan bahwa seseorang mungkin tidak terlalu khawatir
jika suhunya naik dari 98,6 menjadi 99,6, tetapi seseorang mungkin akan begitu khawatir jika suhunya
naik dari 104 menjadi 105 derajat! Skala interval, kemudian, menyentuh perbedaan, urutan, dan
kesetaraan besarnya perbedaan dalam variabel. Dengan demikian, ini adalah skala yang lebih kuat
daripada skala nominal dan ordinal, dan memiliki mean aritmatika untuk ukuran tendensi sentralnya.
Ukuran dispersinya adalah jangkauan, standar deviasi, dan varians. orde, dan persamaan besarnya
perbedaan peubah. Dengan demikian, ini adalah skala yang lebih kuat daripada skala nominal dan
ordinal, dan memiliki mean aritmatika untuk ukuran tendensi sentralnya. Ukuran dispersinya adalah
jangkauan, standar deviasi, dan varians. orde, dan persamaan besarnya perbedaan peubah. Dengan
demikian, ini adalah skala yang lebih kuat daripada skala nominal dan ordinal, dan memiliki mean
aritmatika untuk ukuran tendensi sentralnya. Ukuran dispersinya adalah jangkauan, standar deviasi, dan
varians.

Skala rasio

Skala rasio mengatasi kelemahan titik asal arbitrer dari skala interval, karena memiliki titik nol mutlak
(berlawanan dengan sembarang), yang merupakan titik pengukuran yang berarti. Dengan demikian,
skala rasio tidak hanya mengukur besarnya perbedaan antara titik-titik pada skala, tetapi juga mengukur
proporsi perbedaan tersebut. Ini adalah yang paling kuat dari empat skala karena memiliki asal nol yang
unik (bukan asal yang sewenang-wenang) dan memasukkan semua properti dari tiga skala lainnya.
Timbangan timbangan adalah contoh yang baik dari skala rasio. Ini memiliki asal nol mutlak (dan tidak
sewenang-wenang) yang dikalibrasi di atasnya, yang memungkinkan kita untuk menghitung rasio bobot
dua individu. Misalnya, seseorang dengan berat 250 pon dua kali lebih berat dari orang yang berbobot
125 pon. Perhatikan bahwa mengalikan atau membagi kedua angka ini (250 dan 125) dengan angka
tertentu akan mempertahankan rasio 2:1. Ukuran tendensi sentral dari skala rasio dapat berupa rata-
rata aritmatika atau geometrik dan ukuran dispersi dapat berupa simpangan baku, atau varians, atau
koefisien variasi. Beberapa contoh skala rasio adalah yang berkaitan dengan usia aktual, pendapatan,
dan jumlah organisasi tempat individu bekerja

Ordinal atau interval?

Skala likert (dibahas nanti dalam bab ini) adalah cara yang umum digunakan untuk mengukur pendapat
dan sikap. Mereka mengukur sejauh mana peserta setuju atau tidak setuju dengan pernyataan yang
diberikan, dan biasanya berkisar dari 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju) dengan titik netral
di tengah (misalnya tidak setuju atau tidak setuju). Apakah skala ini ordinal atau interval masih menjadi
bahan perdebatan. Beberapa orang berpendapat bahwa skala Likert bersifat ordinal. Mereka dengan
benar menunjukkan bahwa seseorang tidak dapat berasumsi bahwa semua pasangan yang berdekatan

levelnya berjarak sama (dengan jarak yang sama). Meskipun demikian, skala Likert (dan beberapa skala
lainnya, yaitu skala diferensial semantik dan skala numerik - juga dibahas nanti dalam bab ini) umumnya
diperlakukan seolah-olah mereka adalah skala interval, karena memungkinkan peneliti untuk
menghitung rata-rata dan standar. penyimpangan dan untuk menerapkan teknik statistik lain yang lebih
maju (misalnya, untuk menguji hipotesis).
Ulasan timbangan

Empat skala yang dapat diterapkan untuk pengukuran variabel adalah skala nominal, ordinal, interval,
dan rasio. Skala nominal menyoroti perbedaan dengan mengklasifikasikan objek atau orang ke dalam
kelompok, dan memberikan paling sedikit informasi tentang variabel. Skala ordinal memberikan
beberapa informasi tambahan dengan mengurutkan kategori-kategori skala nominal. Skala interval tidak
hanya memberi peringkat, tetapi juga memberi kita informasi tentang besarnya perbedaan variabel.
Skala rasio menunjukkan tidak hanya besarnya perbedaan tetapi juga proporsinya. Perkalian atau
pembagian akan mempertahankan rasio ini. Saat kami berpindah dari skala nominal ke skala rasio, kami
memperoleh presisi yang semakin meningkat dalam mengkuantifikasi data, dan fleksibilitas yang lebih
besar dalam menggunakan uji statistik yang lebih kuat. Karenanya,

Teknik penskalaan khusus yang biasa digunakan dalam penelitian bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam
skala peringkat dan skala peringkat. Dalam skala penilaian, setiap objek diskalakan secara independen
dari objek lain yang diteliti. Skala peringkat, di sisi lain, membuat perbandingan antara atau di antara
objek dan memperoleh pilihan dan peringkat yang disukai di antara mereka. Peringkat khusus dan skala
peringkat dibahas selanjutnya.

SKALA PERINGKAT

Skala penilaian berikut sering digunakan dalam riset bisnis:

● Skala dikotomis

● Skala kategori

● Skala diferensial semantik

● Skala numerik

● Skala penilaian yang diperinci

● Skala likert

● Skala penilaian jumlah tetap atau konstan

● Skala stapel
● Skala penilaian grafis

● Skala konsensus

Skala lain, seperti Thurstone Equal Appearing Interval Scale, dan skala multidimensi, lebih jarang
digunakan. Kami akan menjelaskan secara singkat masing-masing skala sikap di atas.

Skala Dikotomis Skala dikotomis digunakan untuk memperoleh jawaban Ya atau Tidak, seperti pada
contoh di bawah ini. Perhatikan bahwa skala nominal digunakan untuk memperoleh respons.

Skala diferensial semantik

Beberapa atribut bipolar diidentifikasi pada skala ekstrem, dan responden diminta untuk menunjukkan
sikap mereka, pada apa yang disebut ruang semantik, terhadap individu, objek, atau peristiwa tertentu
pada masing-masing atribut. Kata sifat bipolar yang digunakan mungkin menggunakan istilah-istilah
seperti Baik-Buruk; Kuat lemah; Panas dingin. Skala diferensial semantik digunakan untuk menilai sikap
responden terhadap merek, iklan, objek, atau individu tertentu. Tanggapan dapat diplot untuk
mendapatkan ide yang baik dari persepsi mereka. Skala diferensial semantik bersifat ordinal. Namun,
sering diperlakukan sebagai skala interval. Contoh skala diferensial semantik berikut.

Skala numerik

Skala numerik mirip dengan skala diferensial semantik, dengan perbedaan bahwa angka pada skala lima
poin atau tujuh poin disediakan, dengan kata sifat bipolar di kedua ujungnya, seperti yang diilustrasikan
di bawah ini. Skala ini juga sering diperlakukan sebagai skala interval, meskipun secara formal sifatnya
ordinal.

Skala penilaian terperinci

Sebuah skala lima poin atau tujuh poin dengan jangkar, sesuai kebutuhan, disediakan untuk setiap item
dan responden menyatakan nomor yang sesuai di sisi setiap item, atau melingkari nomor yang relevan
terhadap setiap item, sesuai contoh berikut. Tanggapan terhadap item tersebut kemudian dijumlahkan.
Ini menggunakan skala interval.
Skala peringkat yang diperinci memberikan fleksibilitas untuk menggunakan poin dalam skala sebanyak
yang dianggap perlu (4, 5, 7, 9, atau apa pun), dan juga memungkinkan untuk menggunakan jangkar
yang berbeda (misalnya, Sangat Tidak Penting hingga Sangat Penting; Sangat Rendah hingga Sangat
Tinggi). Ketika titik netral diberikan, itu adalah skala penilaian yang seimbang, dan jika tidak, itu adalah
skala penilaian yang tidak seimbang.

Penelitian menunjukkan bahwa skala lima poin sama baiknya dengan apa pun, dan peningkatan dari
lima menjadi tujuh atau sembilan poin pada skala peringkat tidak meningkatkan keandalan peringkat
(Elmore & Beggs, 1975).

Skala penilaian yang diperinci sering digunakan dalam penelitian bisnis, karena menyesuaikan diri
dengan jumlah poin yang ingin digunakan peneliti, serta nomenklatur jangkar, yang dianggap perlu
untuk mengakomodasi kebutuhan peneliti untuk mengetuk variabel .

skala likert

Skala Likert dirancang untuk menguji seberapa kuat subjek setuju atau tidak setuju dengan pernyataan
pada skala lima poin dengan jangkar berikut:

Tanggapan atas sejumlah item yang menyentuh konsep atau variabel tertentu dapat dianalisis item
demi item, tetapi juga memungkinkan untuk menghitung skor total atau penjumlahan untuk setiap
responden dengan menjumlahkan seluruh item. Pendekatan summated banyak digunakan, oleh karena
itu skala likert juga disebut sebagai skala summated.

Pada contoh berikut, skor pada item kedua harus dibalik sebelum menghitung skor penjumlahan, karena
skor yang tinggi pada item ini mencerminkan sikap yang kurang baik untuk bekerja, sedangkan skor yang
tinggi pada item 1 dan 3 mencerminkan sikap yang baik untuk bekerja. . Hal ini akan menyebabkan skor
total yang tinggi untuk responden yang memiliki sikap yang baik terhadap pekerjaan dan skor total yang
rendah untuk responden yang memiliki sikap yang tidak menguntungkan terhadap pekerjaan.

Skala jumlah tetap atau konstan


Responden di sini diminta untuk mendistribusikan sejumlah poin tertentu di berbagai item sesuai
contoh di bawah ini. Ini lebih bersifat skala ordinal.

Skala stapel

Skala ini sekaligus mengukur baik arah maupun intensitas sikap terhadap item-item yang diteliti.
Karakteristik yang menarik untuk penelitian ditempatkan di tengah dengan skala numerik mulai,
katakanlah, dari +3 hingga 3, di kedua sisi item, seperti yang diilustrasikan pada contoh di bawah ini. Ini
memberikan gambaran tentang seberapa dekat atau jauh respons individu terhadap stimulus. Karena ini
tidak memiliki titik nol mutlak, ini adalah skala interval.

Skala peringkat grafis

Representasi grafis membantu responden untuk menunjukkan pada skala ini jawaban mereka atas
pertanyaan tertentu dengan memberi tanda pada titik yang sesuai pada garis, seperti pada contoh
berikut. Ini adalah skala ordinal, meskipun contoh berikut mungkin membuatnya terlihat seperti skala
interval.

Skala konsensus

Timbangan juga dapat dikembangkan dengan konsensus, di mana majelis hakim memilih item tertentu,
yang dalam pandangannya mengukur konsep yang relevan. Item dipilih terutama berdasarkan relevansi
atau relevansinya dengan konsep. Skala konsensus semacam itu dikembangkan setelah item yang dipilih
diperiksa dan diuji validitas dan reliabilitasnya. Salah satu skala konsensus tersebut adalah Thurstone
Equal Appearing Interval Scale, di mana sebuah konsep diukur melalui proses kompleks yang diikuti oleh
panel juri. Dengan menggunakan setumpuk kartu yang berisi beberapa deskripsi konsep, dewan juri
memberikan masukan untuk menunjukkan seberapa dekat atau tidak pernyataan tersebut dengan
konsep yang diteliti. Skala tersebut kemudian dikembangkan berdasarkan konsensus yang dicapai.
Namun,

timbangan lainnya
Ada juga beberapa metode penskalaan lanjutan seperti penskalaan multidimensi, di mana objek, orang,
atau keduanya, diskalakan secara visual, dan analisis konjoin dilakukan. Ini memberikan gambaran visual
tentang hubungan dalam ruang di antara dimensi konstruksi. Perlu dicatat bahwa Likert atau beberapa
bentuk skala numerik adalah yang paling sering digunakan untuk mengukur sikap dan perilaku dalam
penelitian bisnis.

SKALA PERINGKAT

Seperti yang telah disebutkan, skala peringkat digunakan untuk memilih preferensi antara dua atau di
antara lebih banyak objek atau item (bersifat ordinal). Namun, peringkat tersebut mungkin tidak
memberikan petunjuk pasti untuk beberapa jawaban yang dicari. Misalnya, katakanlah ada empat lini
produk dan manajer mencari informasi yang akan membantu memutuskan lini produk mana yang paling
banyak mendapat perhatian.

Perbandingan berpasangan

Skala perbandingan berpasangan digunakan ketika, di antara sejumlah kecil objek, responden diminta
untuk memilih di antara dua objek sekaligus. Ini membantu menilai preferensi. Jika, misalnya, dalam
contoh sebelumnya, selama perbandingan berpasangan, responden secara konsisten menunjukkan
preferensi untuk produk satu daripada produk dua, tiga, dan empat, manajer dapat dengan andal
memahami lini produk mana yang menuntut perhatian penuhnya. Namun, karena jumlah objek yang
akan dibandingkan meningkat, demikian juga jumlah perbandingan berpasangan.

Pilihan yang dipaksakan

Pilihan paksa memungkinkan responden untuk membuat peringkat objek relatif satu sama lain, di antara
alternatif yang disediakan. Hal ini memudahkan responden, terutama jika jumlah pilihan yang akan
dirangking jumlahnya terbatas.

Skala komparatif

Skala komparatif memberikan tolak ukur atau titik acuan untuk menilai sikap terhadap objek, peristiwa,
atau situasi saat ini yang diteliti.
Singkatnya, data nominal cocok untuk skala dikotomis atau kategori; data ordinal ke salah satu skala
peringkat – perbandingan berpasangan, pilihan paksa, atau skala komparatif; dan data interval atau
seperti interval ke skala penilaian lainnya, seperti yang terlihat dari berbagai contoh di atas. Diferensial
semantik dan skala numerik, sebenarnya, bukan skala interval, meskipun mereka sering diperlakukan
seperti itu dalam analisis data. Skala penilaian digunakan untuk mengukur sebagian besar konsep
perilaku. Skala rangking digunakan untuk membuat perbandingan atau rangking variabel yang telah
disadap pada skala nominal.

DIMENSI SKALA INTERNASIONAL

Terlepas dari kepekaan terhadap definisi operasional konsep dalam budaya lain, masalah penskalaan
juga perlu ditangani dalam penelitian lintas budaya. Budaya yang berbeda bereaksi secara berbeda
terhadap masalah penskalaan. Misalnya, skala lima poin atau tujuh poin mungkin tidak membuat
perbedaan di Amerika Serikat, tetapi bisa dalam tanggapan subjek di negara lain (lihat Sekaran & Martin,
1982; Sekaran & Trafton, 1978). Barry (1969), misalnya, menemukan bahwa di beberapa negara, skala
tujuh poin lebih sensitif daripada skala empat poin dalam memunculkan tanggapan yang tidak bias.

KEBAIKAN UKURAN

Sekarang kita telah melihat bagaimana mendefinisikan variabel secara operasional dan menerapkan
teknik penskalaan yang berbeda, penting untuk memastikan bahwa instrumen yang kita kembangkan
untuk mengukur konsep tertentu memang mengukur variabel secara akurat, dan faktanya, kita benar-
benar mengukurnya. konsep yang akan kita ukur. Ini memastikan bahwa dalam mendefinisikan variabel
persepsi dan sikap secara operasional, kita tidak mengabaikan beberapa dimensi dan elemen penting
atau memasukkan beberapa yang tidak relevan. Skala yang dikembangkan seringkali tidak sempurna,
dan kesalahan cenderung terjadi dalam pengukuran variabel sikap. Penggunaan instrumen yang lebih
baik akan memastikan akurasi hasil yang lebih tinggi, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas
ilmiah penelitian

Analisis barang

Analisis butir dilakukan untuk melihat apakah butir-butir dalam instrumen tersebut layak atau tidak.
Setiap item diperiksa kemampuannya untuk membedakan antara mata pelajaran yang skor totalnya
tinggi dan yang skornya rendah. Dalam analisis item, mean antara kelompok skor tinggi dan kelompok
skor rendah diuji untuk mendeteksi perbedaan yang signifikan melalui nilai-t. Butir-butir yang memiliki
nilai t tinggi (tes yang mampu mengidentifikasi butir-butir yang sangat diskriminatif dalam instrumen)
kemudian dimasukkan ke dalam instrumen. Setelah itu dilakukan uji reliabilitas instrumen dan
ditetapkan validitas ukuran.

Secara singkat, reliabilitas adalah tes tentang seberapa konsisten alat ukur mengukur konsep apa pun
yang diukurnya. Validitas adalah tes seberapa baik instrumen yang dikembangkan mengukur konsep
tertentu yang ingin diukur. Dengan kata lain, validitas berkaitan dengan apakah kita mengukur konsep
yang benar, dan reliabilitas dengan stabilitas dan konsistensi pengukuran. Validitas dan reliabilitas
ukuran membuktikan ketelitian ilmiah yang telah masuk ke dalam studi penelitian. Kedua kriteria ini
sekarang akan dibahas. Berbagai bentuk reliabilitas dan validitas digambarkan pada Gambar 12.1.

Keabsahan

Dalam Bab 10 kami memeriksa istilah validitas internal dan validitas eksternal dalam konteks desain
eksperimental. Artinya, kita akan prihatin tentang masalah keaslian hubungan sebab-akibat (validitas
internal), dan generalisasi mereka ke lingkungan eksternal (validitas eksternal). Untuk saat ini, kita akan
menguji validitas alat ukur itu sendiri. Artinya, ketika kita mengajukan serangkaian pertanyaan (yaitu,
mengembangkan alat ukur) dengan harapan bahwa kita menggunakan konsep, bagaimana kita bisa
cukup yakin bahwa kita memang mengukur konsep yang kita ukur dan bukan sesuatu yang lain. ? Hal ini
dapat ditentukan dengan menerapkan uji validitas tertentu.

Beberapa jenis uji validitas digunakan untuk menguji kebaikan ukuran dan penulis menggunakan istilah
yang berbeda untuk menyatakannya. Demi kejelasan, kita dapat mengelompokkan tes validitas di bawah
tiga judul besar: validitas isi, validitas terkait kriteria, dan validitas konstruk.
Validitas konten

Validitas konten memastikan bahwa ukuran tersebut mencakup seperangkat item yang memadai dan
representatif yang menyentuh konsep tersebut. Semakin banyak item skala mewakili domain atau
semesta dari konsep yang diukur, semakin besar validitas isi. Dengan kata lain, validitas isi adalah fungsi
dari seberapa baik dimensi dan elemen dari suatu konsep telah digambarkan.

Majelis hakim dapat membuktikan validitas isi instrumen. Kidder dan Judd (1986) mengutip contoh di
mana tes yang dirancang untuk mengukur tingkat gangguan bicara dapat dianggap memiliki validitas jika
dievaluasi oleh sekelompok hakim ahli (yaitu, terapis wicara profesional). Validitas wajah dianggap oleh
beberapa orang sebagai indeks validitas isi dasar dan minimum. Validitas wajah menunjukkan bahwa
item-item yang dimaksudkan untuk mengukur suatu konsep, apakah, secara sepintas, terlihat seperti
mereka mengukur konsep tersebut. Beberapa peneliti tidak melihat kecocokan untuk memperlakukan
validitas wajah sebagai komponen validitas isi yang valid.

Validitas terkait kriteria

Validitas terkait kriteriaditetapkan ketika ukuran membedakan individu pada kriteria yang diharapkan
untuk diprediksi. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan validitas konkuren atau validitas prediktif,
seperti yang dijelaskan di bawah ini. Validitas konkuren ditetapkan ketika skala mendiskriminasi individu
yang diketahui berbeda; yaitu, mereka harus memberikan skor yang berbeda pada instrumen, seperti
pada contoh berikut.
Validitas prediktifmenunjukkan kemampuan alat ukur untuk membedakan antara individu dengan
mengacu pada kriteria masa depan.

Validitas konstruk

Validitas konstrukbersaksi seberapa baik hasil yang diperoleh dari penggunaan ukuran sesuai dengan
teori di mana tes dirancang. Hal ini dinilai melalui validitas konvergen dan diskriminan, yang dijelaskan di
bawah ini.

Validitas konvergen ditetapkan ketika skor yang diperoleh dengan dua instrumen berbeda yang
mengukur konsep yang sama sangat berkorelasi.

Validitas diskriminanditetapkan ketika, berdasarkan teori, dua variabel diprediksi tidak berkorelasi, dan
skor yang diperoleh dengan mengukurnya memang ditemukan secara empiris. Validitas dengan
demikian dapat ditetapkan dengan cara yang berbeda. Ukuran yang dipublikasikan untuk berbagai
konsep biasanya melaporkan jenis validitas yang telah ditetapkan untuk instrumen tersebut, sehingga
pengguna atau pembaca dapat menilai “kebaikan” pengukuran tersebut. Tabel 12.2 merangkum jenis
validitas yang dibahas di sini. Beberapa cara di mana bentuk-bentuk validitas di atas dapat ditetapkan
adalah melalui yang berikut:

1. Analisis korelasional (seperti dalam kasus penetapan validitas konkuren dan prediktif atau
validitas konvergen dan diskriminan).
2. Analisis faktor, teknik multivariat yang menegaskan dimensi konsep yang telah didefinisikan
secara operasional, serta menunjukkan item mana yang paling sesuai untuk setiap dimensi
(membangun validitas konstruk).
3. Matriks korelasi multi-sifat dan multimetode yang diturunkan dari konsep pengukuran dengan
berbagai bentuk dan metode yang berbeda, selain itu menetapkan kekokohan pengukuran.
Keandalan

Keandalan pengukuran menunjukkan sejauh mana tanpa bias (bebas kesalahan) dan karenanya
memastikan pengukuran yang konsisten sepanjang waktu dan di berbagai item dalam instrumen.
Dengan kata lain, reliabilitas suatu ukuran adalah indikasi stabilitas dan konsistensi yang digunakan
instrumen untuk mengukur konsep dan membantu menilai “kebaikan” suatu ukuran.

Stabilitas tindakan

Kemampuan suatu ukuran untuk tetap sama dari waktu ke waktu – meskipun kondisi pengujian tidak
terkendali atau keadaan responden itu sendiri – menunjukkan stabilitas dan kerentanannya yang rendah
terhadap perubahan situasi. Ini membuktikan "kebaikannya" karena konsepnya diukur secara stabil,
tidak peduli kapan itu dilakukan. Dua tes stabilitas adalah reliabilitas tes-tes ulang dan reliabilitas bentuk
paralel.

Reliabilitas Tes UlangKoefisien reliabilitas yang diperoleh dengan pengulangan ukuran yang sama pada
kesempatan kedua disebut reliabilitas tes-tes ulang. Artinya, ketika kuesioner yang berisi beberapa item
yang seharusnya mengukur suatu konsep diberikan kepada sekelompok responden, kadang-kadang
kepada responden yang sama, katakanlah beberapa minggu hingga enam bulan kemudian, maka
korelasi antara skor yang diperoleh pada keduanya waktu yang berbeda dari satu dan kumpulan
responden yang sama disebut koefisien tes-tes ulang. Semakin tinggi, semakin baik reliabilitas tes-tes
ulang dan, akibatnya, stabilitas ukuran sepanjang waktu.
Keandalan bentuk paralelKetika tanggapan pada dua set tindakan yang sebanding yang menggunakan
konstruksi yang sama sangat berkorelasi, kami memiliki keandalan bentuk paralel. Kedua formulir
memiliki item yang serupa dan format respons yang sama, satu-satunya perubahan adalah kata-kata dan
urutan atau urutan pertanyaan.

Konsistensi tindakan internal

Konsistensi internal ukuran menunjukkan homogenitas item dalam ukuran yang menyentuh konstruk.
Dengan kata lain, item-item tersebut harus “menggantung bersama sebagai satu set”, dan mampu
secara mandiri mengukur konsep yang sama sehingga responden memberikan makna keseluruhan yang
sama pada setiap item. Hal ini dapat dilihat dengan memeriksa apakah item dan subset item dalam alat
ukur berkorelasi tinggi. Konsistensi dapat diperiksa melalui reliabilitas konsistensi interitem dan uji
reliabilitas split-half.

Keandalan konsistensi interitemReliabilitas konsistensi interitem merupakan uji konsistensi jawaban


responden terhadap semua item dalam suatu ukuran. Sejauh item adalah ukuran independen dari
konsep yang sama, mereka akan berkorelasi satu sama lain.

Keandalan setengah-setengahReliabilitas split-half mencerminkan korelasi antara dua bagian


instrumen. Perkiraan akan bervariasi tergantung pada bagaimana item dalam ukuran dibagi menjadi dua
bagian. Keandalan split-half mungkin lebih tinggi daripada alfa Cronbach hanya dalam keadaan ada lebih
dari satu dimensi respons yang mendasari yang disadap oleh ukuran dan ketika kondisi tertentu lainnya
terpenuhi juga (untuk perincian lengkap, lihat Campbell, 1976). Oleh karena itu, dalam hampir semua
kasus, alfa Cronbach dapat dianggap sebagai indeks yang sangat memadai untuk keandalan konsistensi
antar-item.

SKALA PENGUKURAN REFLEKTIF VS FORMATIVE

Apa itu skala reflektif?

Dalam skala reflektif, item (semuanya!) diharapkan berkorelasi. Berbeda dengan item yang digunakan
dalam skala formatif, dibahas selanjutnya, setiap item dalam skala reflektif diasumsikan memiliki dasar
yang sama (konstruk yang mendasari minat). Oleh karena itu, peningkatan nilai konstruk akan
diterjemahkan ke dalam peningkatan nilai untuk semua item yang mewakili konstruk. Contoh skala
reflektif adalah skala Attitude Toward the Offer yang dikembangkan oleh Burton dan Lichtenstein
(1988). Ini adalah skala penilaian enam item, sembilan poin yang dijumlahkan yang mengukur sikap
seseorang tentang produk tertentu yang ditawarkan dengan harga tertentu. Skala ini terdiri dari lima
kata sifat bipolar (tidak menguntungkan-menguntungkan; buruk-baik; berbahaya-menguntungkan; tidak
menarik-menarik; buruk-sangat baik) dan satu item tidak setuju-setuju (diperkenalkan oleh batang:
"Saya suka kesepakatan ini"), diukur pada skala grafis sembilan poin. Memang, kami berharap bahwa
sikap yang lebih baik terhadap tawaran itu akan diterjemahkan ke dalam peningkatan nilai keenam item
yang mewakili sikap terhadap tawaran itu. Oleh karena itu, kami berharap keenam item tersebut
berkorelasi. Perhatikan bahwa arah "kausalitas" adalah dari konstruk ke item.

Apa yang dimaksud dengan skala formatif dan mengapa butir-butir skala formatif tidak selalu
menyatu?

Skala formatif digunakan ketika sebuah konstruk dipandang sebagai kombinasi penjelas dari indikator-
indikatornya (Fornell, 1987; Fornell & Bookstein, 1982). Ambil Indeks Deskripsi Pekerjaan (Smith, Kendall
& Hulin, 1969), ukuran gabungan yang dimaksudkan untuk mengevaluasi kepuasan kerja. Ukuran ini
mencakup lima dimensi: jenis pekerjaan (18 item), peluang untuk promosi (9 item), kepuasan dengan
pengawasan (18 item), rekan kerja (18 item), dan gaji (9 item). Kelima dimensi tersebut dilihat sebagai
lima karakteristik yang menentukan kepuasan kerja.

Kelima dimensi tersebut diterjemahkan ke dalam 72 elemen yang dapat diamati dan diukur seperti
“Kesempatan bagus untuk maju”, “Promosi rutin”, “Kesempatan yang cukup bagus untuk promosi”,
“Penghasilan yang cukup untuk pengeluaran normal”, “Berbayar tinggi”, dan “Memberikan pengertian
pencapaian.” Idenya adalah bahwa kita mengharapkan tiga item pertama ("Kesempatan yang baik untuk
kemajuan," "Promosi reguler," dan "Kesempatan yang cukup baik untuk promosi") untuk dikorelasikan
(setelah semua, mereka semua bertujuan untuk mengukur satu dimensi pekerjaan tertentu. kepuasan,
yaitu, "peluang untuk promosi"). Namun, item ini tidak selalu berkorelasi dengan item yang mengukur
"Pembayaran" (dimensi kedua), seperti "Penghasilan yang memadai untuk pengeluaran normal" dan
"Pembayaran tinggi", karena dimensi "Kesempatan bagus untuk maju" belum tentu terkait ke dimensi
"Bayar." Memang,
Demikian juga, kami mengharapkan item "Penghasilan yang memadai untuk pengeluaran normal" dan
"Dibayar tinggi" untuk dikorelasikan satu sama lain (karena kedua item mengukur pembayaran), tetapi
kami tidak selalu mengharapkan item ini berkorelasi dengan item "Memberikan rasa pencapaian”
(karena item terakhir ini tidak mengukur gaji tetapi dimensi lain dari Indeks Deskripsi Pekerjaan).

Singkatnya, Indeks Deskripsi Pekerjaan mencakup lima dimensi dan 72 item. 72 item ini belum tentu
berkaitan satu sama lain, karena kelima dimensi yang diwakilinya tidak serta merta menggantung
bersama.

Anda mungkin juga menyukai