Anda di halaman 1dari 1

Judul Jurnal : Riset Akuntansi Kritis: Pendekatan (non) Feminisme TjOEt Njak Dhien

Latar belakang: Sumber literasi tentang cut nyak dien masih minim, sedangkan beliau salah satu
pejuang melawan penjajahan dimana merupakan bukti semangat emansipasi dan perubahan yang
merupakan kita kenal sebagai paradigma kritis. Penulis ingin melestarikan pusaka kita dalam bentuk
tulisan.

Dua garis besar yang akan di bahas pada jurnal ini adalah

Pertama: Cut nyak dien adalah seorang perempuan, dimana perempuan bisa mmeiliki sifat maskulin
dan feminine, begitu pula laki- laki yang dapat memiliki sifat maskulin dan feminine. Serta budaya
timur dan barat akan dibahas dengan cara membandingkan teori kritis feminis indoensia dan barat.

Kedua, karena pemikiran kritis berasal dari kondisi lingkungan (ekonomi, sosial, politik), sehingga
artikel ini membahas bagaimana kondisi aceh pada saat itu, bagaimana lingkung cut nyak dien
sehingga ia memiliki semnagta kritis. Metodologi ini dilandasi harmoni kelembutan perempuan
timur islam dan ketangguhan juang melawan penjajahan .

Metodologi penelitian: Menngunakan radikal humanis, yang melihat perubahan dilakukan secara
sadar. Paradigma radikal humanis dibangun dari asumsi bahwa individu menciptakan dunia di mana
ia hidup dan menggunakan subjek untuk mengkritik, berfokus pada apa yang ditangkap oleh penulis
sebagai manusia yang secara esensi teralienasi.

Hasil Penelitian: :

memandang feminisme benar, merupakan perangkap orientalisme karena dengan demikian kita
menyetujui pemikiran Barat dan menganggapnya superior. Feminisme merupakan perjuangan yang
‘buta’ diakibatkan nafsu yang sama maskulinnya, sebagaimana karakter agresif dan dominan yang
disampaikan Capra (2000). Ini terjadi karena kejahilan manusia yang tidak memahami fitrah.

Bukan berarti bahwa dunia ini sudah menempatkan perempuan sebagaimana mestinya.
Ketidakadilan terhadap perempuan harus diakui ada, namun pembebasan terhadapnya seyogyanya
dilakukan berdasarkan nilai yang tidak one-sided. Baik laki-laki dan perempuan memiliki kemuliaan
sesuai fitrahnya.

Teori ‘non-feminisme’ Tjoet Njak Dhien yang telah dijabarkan adalah teori yang diturunkan dari
hidup dan pemikiran seorang perempuan; yang tidak bersandar pada feminisme Barat baik Liberal,
Radikal, Marxis/ Sosialis, Psikoanalisis dan Posmoderen. Teori ‘non-feminisme’ Tjoet Njak Dhien
tidak semata meletakkan diskusi pada tataran perempuan dan laki-laki. Teorinya tidak menyatakan
bahwa satu adalah musuh bagi yang lain, namun pembebasan perlu dilakukan pada musuh bersama
yaitu para penjajah yang tidak sesuai dengan nilai Islam.

Anda mungkin juga menyukai