Anda di halaman 1dari 5

METODE PENELITIAN KUALITATIF DALAM AKUNTANSI

“Case Study Research”


(SAP 4)

OLEH

KELOMPOK 3:

NAMA NIM / ABSEN

Angelia Putri Surya Haryanti 1981611040 / 09


Ni Luh Putu Purna Yogiswari 1981611045 / 14
Gede Teguh Prasetya Muttiwijaya 1981611048 / 17

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
RISET STUDI KASUS

1. Definisi Studi Kasus


Riset studi kasus mencakup studi tentang suatu kasus dalam kehidupan nyata, dalam
konteks atau setting kontemporer. studi kasus meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat
berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah
secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-
masing dengan maksud untuk mernahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-
variabelnya.
kasus bukanlah metodologi, melainkan pilihan tentang sesuatu yang hendak
dipelajari, yang lain menganggapnya sebagai strategi penelitian, metodologi, atau strategi
riset komperhensif (Denzin dan Lincoln, 2005; Merriam, 1998; Yin, 2009). Penelitian studi
kasus adalah pendekatan kualitatif yang penelitinya mengeksplorasi kehidupan nyata,
sistem terbatas kontemporer, melalui pengumpulan data yang detail dan mendalam yang
melibatkan beragam sumber informasi kasus dan tema kasus. Fitur utama dari semua
penelitian studi kasus adalah pembangunan kasus atau beberapa kasus. Ini berarti bahwa
pertanyaan penelitian selalu terkait dengan pemahaman dan penyelesaian kasus: apa
kasusnya dan apa yang dapat dipelajari dengan mempelajarinya. Tujuan utamanya adalah
untuk menyelidiki kasus tersebut dalam kaitannya dengan konteks historis, ekonomi,
teknologi, sosial, dan budaya.

2. Tipe Studi Kasus


Tipe studi kasus kulaitatif dibedakan berdasarkan ukuran batasan dari kasus
tersebut dan juga dapat dibedakan dalam hal tujuan dari analisis kasusnya yaitu studi kasus
instrumen tunggal, studi kasus kolektif, dan studi kasus intrinsik. Pada studi kasus intrumen
tunggal peneliti akan berfokus pada suatu masalah, dan kemudian memilih suatu kasus
terkait untuk menggambarkan masalah tersebut. Pada studi kasus kolektif peneliti akan
memilih kembali satu masalah, dengan menggunakan beberapa studi kasus untuk
menggambarkan masalah tersebut. Sedangkan, pada studi kasus intrinsik peneliti akan
berfokus pada suatu masalah saja karena permasalahan tersebut menyajikan suatu situasi
yang tidak biasa atau unik.

3. Prosedur Pelaksanaan Studi Kasus


Dalam melaksanakan studi kasus ada beberapa prosedur, yaitu:
a. Para peneliti menentukan terlebih dahulu apakah pendekatan studi kasus sudah
tepat untuk mempelajari permasalahan risetnya.
b. Para peneliti mengidentifikasi kasus atau beberapa kasus mereka.

1
c. Pengumpulan data dalam riset studi kasus biasanya meluas, mengambil beragam
sumber informasi.
d. Tipe analisis data dapat berupa analisis holistik dari keseluruhan kasus atau analisis
melekat dari salah satu aspek dari kasus tersebut. Peneliti dapat memfokuskan pada
sejumlah kecil masalah penting (analisis tema), bukan untuk membuat generalisasi
diluar kasus tersebut, namun untuk memahami kompleksitas kasus tersebut.
e. Peneliti melaporkan makna dari kasus tersebut, apakah makna datang dari
pembelajaran tentang persoalan dari kasus (kasus instrumental) atapun situasi yang
tidak biasa (kasus intrinsik).

4. Penelitian Studi Kasus Intensif


Tujuan penelitian studi kasus intensif adalah untuk mempelajari kerja kasus yang
spesifik dan unik. Karakteristik khas dari setiap penyelidikan kualitatif adalah penekanannya
pada interpretasi. Meskipun ada interpretasi dalam semua penelitian, tujuan utama studi
kasus intensif adalah untuk interpretasi kasus yang dibuat oleh peneliti, dan kadang-kadang
oleh pelaku bisnis yang terlibat dalam penelitian. Penelitian studi kasus intensif bertujuan
untuk membangun narasi. Tujuan utama dari studi kasus intensif adalah tidak menghasilkan
pengetahuan yang dapat digeneralisasikan ke konteks lain dalam arti konvensional.

5. Penelitian Studi Kasus Ekstensif


Desain studi kasus yang luas tidak akan fokus pada setiap individu sebagai kasus
yang menarik secara intrinsik. Peneliti akan berfokus pada isu-isu yang dapat dipelajari
dengan menggunakan beberapa individu sebagai instrumen dalam penelitian. Dalam studi
ini, minat utama terletak pada penyelidikan, menguraikan dan menjelaskan sebuah
fenomena, bukan kasus itu sendiri. Dengan pengetahuan empiris yang dihasilkan dari
kasus, peneliti diasumsikan mampu menambahkan sesuatu yang baru pada teori yang ada,
atau model konseptual, atau untuk mengembangkan konstruksi teoritis baru.

6. Data Empiris yang Digunakan dalam Studi Kasus


Dalam riset bisnis, wawancara mendalam sering digunakan sebagai sumber utama
data empiris, sedangkan sumber lain telah digunakan sebagai pelengkap atau mereka telah
diabaikan. Namun, sumber lain selain wawancara kadang-kadang lebih baik dalam hal bukti.
Studi kasus biasanya dianggap lebih akurat, meyakinkan, beragam dan kaya jika didasarkan
pada beberapa sumber data empiris. Fitur khusus dari penelitian studi kasus adalah bahwa
mungkin untuk menggabungkan bahan kualitatif dan kuantitatif. Triangulasi adalah cara
paling umum untuk menggabungkan bahan dan metode kualitatif dan kuantitatif dalam studi
kasus. Triangulasi dalam pengumpulan data dan analisis berarti bahwa temuan yang

2
dihasilkan dengan bahan dan metode tertentu dicocokkan dengan yang lain. Seperti dalam
penelitian deskriptif kualitatif, peneliti biasanya memulai studi mereka dengan satu atau
beberapa topik awal, pertanyaan, atau masalah mendorong pengumpulan data empiris.
Dalam penelitian studi kasus, adalah menguntungkan jika penelitian berkenan cukup
fleksibel untuk memungkinkan memfokuskan kembali kasus itu sendiri, pengumpulan
material dan analisis data, dan pertanyaan penelitian.

7. Tantangan Studi Kasus


Peneliti harus dapat mengidentifikasi kasus yang akan dipelajari. Kasus dapat saja
memiliki ruang lingkup yang luas, ataupun ruang lingkup yang sempit. Peneliti harus
menentukan sistem terbatas yang akan dipelajari dalam penelitian. Peneliti harus
mempertimbangkan apakah akan mempelajari kasus tunggal ataupun majemuk.
Mempelajari banyak kasus akan cenderung mendangkalkan analisis keseluruhan.
Berapakah jumlah kasus yang sebaiknya dipelajari? Tidak ada jawaban pasti mengenai hal
teserbut, namun sebagian besar peneliti menggunakan 4 sampai 5 kasus untuk dipelajari.
Dalam memilih kasus, peneliti harus menetapkan dasar pemikiran bagi strategi sampling
purposeful-nya untuk memilih kasus dan mengumpulkan informasi. Penting bagi peneliti
untuk menentukan batasan kasus, baik dibatasi oleh waktu, peristiwa ataupun proses.
Sebagian studi kasus mungkin tidak memiliki titik awal dan akhir yang jelas, sehingga
penting untuk menentukan batasan dari kasus tersebut.

8. Analisis dan Representasi Studi Kasus


Untuk studi kasus, seperti dalam etnografi, analisis terdiri dari membuat deskripsi
rinci tentang kasus dan pengaturannya. Jika kasus menyajikan kronologi peristiwa, peneliti
sebaiknya menganalisis berbagai sumber data untuk menentukan bukti untuk setiap langkah
atau fase dalam evolusi kasus. Stake (1995) menganjurkan empat bentuk analisis data dan
interpretasi dalam penelitian studi kasus. Dalam agregasi kategorikal, peneliti mencari
kumpulan contoh dari data, berharap makna yang relevan dengan isu akan muncul. Dalam
interpretasi langsung, di sisi lain, peneliti studi kasus melihat satu contoh dan mengambil
makna darinya tanpa mencari beberapa contoh. Juga
Peneliti juga menetapkan pola dan mencari korespondensi antara dua atau lebih
kategori. Korespondensi ini dapat berbentuk tabel yang menunjukkan hubungan antara dua
kategori. Yin (2003) memajukan sintesis lintas kasus sebagai teknik analitik ketika peneliti
mempelajari dua atau lebih kasus. Dia menyarankan bahwa tabel kata dapat dibuat untuk
menampilkan data dari masing-masing kasus sesuai dengan beberapa ragam kerangka.
Implikasinya adalah bahwa peneliti kemudian dapat mencari persamaan dan perbedaan di
antara kasus-kasus tersebut. Akhirnya, peneliti mengembangkan generalisasi naturalistik

3
dari menganalisis data, generalisasi yang dapat dipelajari orang dari kasus tersebut baik
untuk diri mereka sendiri atau untuk diterapkan pada populasi kasus.
REFERENSI

Paivi Eriksson dan Anne Kovalainen (E&K). 2008. Qualitative Methods in Busines Research.
London: SAGE Publications Ltd.

Anda mungkin juga menyukai