Anda di halaman 1dari 9

MAK 205

METODE PENELITIAN KUALITATIF DALAM AKUNTANSI


“Case Study Research”

Oleh :

NAMA : NI KADEK PUSPITA YADNYA DEWI


NIM : 2181611004
NO. ABSEN : 04

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
Studi kasus adalah penekanan pada produksi pengetahuan rinci dan holistik, yang
didasarkan pada analisis berbagai sumber empiris yang kaya konteks. Penelitian studi kasus
bertujuan untuk memberi ruang bagi keragaman dan kompleksitas dan menghindari rancangan
penelitian yang terlalu sederhana. Studi kasus dapat dibedakan menjadi dua yaitu penelitian
studi kasus intensif dan penelitian studi kasus ektensif. Ada beberapa cara untuk merancang
dan melaksanakan studi kasus yang berhubungan dengan bisnis, dengan lebih menekankan
pada pengembangan dan pengujian teori atau menyediakan literatur yang baik untuk dibaca.

I. Kasus Sebagai Fitur yang Paling Sentral dari Penelitian Studi Kasus
Penelitian studi kasus memiliki sejarah panjang tindakan akademis, seperti psikologi,
kedokteran. Fitur utama dari penelitian studi kasus adalah konstruksi 'kasus atau beberapa
'kasus'. Tujuan utamanya adalah untuk menyelidiki kasus dalam kaitannya dengan
histonik, ekonomi, teknologi, sosial. dan konteks budaya,

II. Pengertian Penelitian Studi Kasus


Penelitian studi kasus adalah pendekatan kualitatif dimana peneliti mengeksplorasi sistem
yang dibatasi, atau beberapa sistem yang dibatasi dari waktu ke waktu, melalui
pengumpulan data mendalam yang mendetail dengan berbagai sumber informasi dan
laporan deskripsi kasus dan tema berbasis kasus. Menurut Crəswell (1998: 61), studi kasus
adalah eksplorasi tentang: 'sistem yang dibatasi', yang dapat didefinisikan dalam istilah
waktu dan tempat (misalnya suatu peristiwa, aktivitas, individu atau kelompok orang) dari
waktu ke waktu dan melalui pengumpulan data yang terperinci dan mendalam yang
melibatkan berbagai sumber informasi yang kaya akan konteks. Definisi penelitian studi
kasus adalah penekanan pada produksi pengetahuan rinci dan holistik, yang didasarkan
pada analisis berbagai sumber empiris yang kaya konteks (Tellis, 1997). Secara
keseluruhan, penelitian studi kasus bertujuan untuk memberi ruang bagi keragaman dan
kompleksitas dan menghindari rancangan penelitian yang terlalu sederhana. Menurut
Stake (1995), penelitian studi kasus bukanlah metodologi tetapi pilihan apa yang akan
dipelajari (kasus dalam sistem terikat dimana dibatasi oleh waktu dan tempat), sedangkan
yang lain menyajikannya sebagai strategi (metode) penelitian yang komperehensif.

III. Cara Melakukan Penelitian Studi Kasus


Cara melakukan penelitian studi kasus, tergantung dari latar belakang filosofis dan disiplin
ilmu, tujuan penelitian, sifat pertanyaan penelitian dan desain penelitian, termasuk jumlah

1
kasusnya. Oleh karena itu, sifat pertanyaan penelitian sangat penting dalam mengarahkan
cara melakukan penelitian. Tujuan utamanya adalah untuk memahami dan mengeksplorasi
kasus dari 'dalam' dan mengembangkan pemahaman dari perspektif orang-orang yang
terlibat dalam kasus tersebut. Penelitian studi kasus luas, lebih mengandalkan cita-cita
penelitian kuantitatif dan positivis, dan berfokus pada pemetaan pola umum, mekanisme
dan properti dalam konteks yang dipilih untuk tujuan mengembangkan, menguraikan, atau
menguji teori.

IV. Penelitian Studi Kasus Intensif


4.1 Fokus pada Deskripsi dan Interpretasi yang Tebal dan Kontekstual
Tujuan dari penelitian studi kasus yang intensif adalah untuk mempelajari cara kerja kasus
yang spesifik dan unik. Ini dilakukan melalui kontekstual dan 'deskripsi tebal'. tujuan
deskripsi yang tebal adalah untuk memberikan interpretasi yang membuat maknanya
menjadi jelas. Peneliti bisnis adalah penerjemah yang menyusun kasus dan
menganalisisnya, dengan fokus pada perspektif, konsepsi, pengalaman, interaksi, dan
proses pengambilan akal dari orang-orang yang terlibat dalam penelitian. Intensif
keseluruhan penelitian studi kasus intensif adalah untuk membangun sebuah narasi,
sebuah cerita yang baik layak untuk didengar '(Dyer dan Wilkins, 1991).
4.2 Peran Teori
Tantangan untuk penelitian studi kasus intensif adalah menghubungkan konsep teoritis
dengan penyelidikan empiris yang melibatkan pembacanya untuk belajar dan mengambil
tindakan. Dubois dan Gadde. (2002) memberikan satu ilustrasi dari proses ini dalam artikel
mereka tentang pendekatan abduktif untuk penelitian kasus dalam penandaan industri.
Humphrey dan Scapens (1996) juga memberikan argumen yang meyakinkan tentang
bagaimana teori selalu terintegrasi dengan penyelidikan data empiris dalam penelitian
studi kasus di bidang akuntansi.
4.3 Generalisasi
Tantangan untuk penelitian studi kasus intensif adalah menghubungkan konsep teoritis
dengan penyelidikan empiris yang melibatkan pembacanya untuk belajar dan mengambil
tindakan. Dubois dan Gadde. (2002) memberikan satu ilustrasi dari proses ini dalam artikel
mereka tentang pendekatan abduktif untuk penelitian kasus dalam penandaan industri.
Humphrey dan Scapens (1996) juga memberikan argumen yang meyakinkan tentang
bagaimana teori selalu terintegrasi dengan penyelidikan data empiris dalam penelitian
studi kasus di bidang akuntansi.

2
V. Penelitian Studi Kasus Ekstensif
5.1 Menguji dan Memperluas Teori
Penelitian memandang kasus sebagai instrument yang dapat digunakan dalam
mengeksplorasi fenomena yang terkait dengan bisnis tertentu, dan dalam mengembangkan
proposisi teoritis yang dapat diuji dan digeneralisasikan ke konteks bisnis lain atau ke teori.
Pada desain studi kasus yang ekstensif, peneliti akan mencoba mengumpulkan data
empiris yang serupa pada setiap kasus, karena mereka harus memiliki bahan untuk
dijadikan dasar dalam membandingkan atau mereplikasi kasus secara kumulatif.
5.2 Theory Building
Eisenhardt (1989, 1991) mempromosikan pembangunan teori sebagai tujuan utama untuk
penelitian studi kasus (lihat juga Woodside dan Wilson, 2003). Dia menyarankan bahwa
ini harus dilakukan dengan desain penelitian multi-kasus dan komparatif yang mencakup
pengembangan konstruksi teoritis yang dapat diuji selama proses studi. Pendekatannya
secara khusus diilhami oleh pendekatan teori dasar yang berfokus pada pengembangan
teori substantif (atau menengah) dari data empiris dan mengubahnya menjadi teori formal
(atau teori umum) yang berlaku
5.3 Studi Kasus Multiple, Kumulatif dan Instrumental
Ketika melakukan penelitian studi kasus kasus ganda yang ekstensif (Yin, 2002), kolektif
(Stake, 1995), atau kumulatif (Shank, 2002), tidak semua fitur kasus perlu dianalisis
dengan detail yang sama. seperti dalam desain penelitian intensif satu kasus. Lebih jauh
lagi, seringkali tema, masalah dan pertanyaan yang akan dipelajari kurang lebih ditentukan
sebelumnya.
5.4 Pemilihan Kasus
Eisenhardt (1989) menyarankan bahwa kasus-kasus harus mengikuti replikasi daripada
logika sampling, yang merupakan karakteristik penelitian survei. Pemilihan jumlah kasus
sangat dipengaruhi oleh pertanyaan penelitian dan pertanyaan penelitian. Setiap kasus
dalam desain kasus ganda secara bertahap meningkatkan kemampuan peneliti untuk
menggeneralisasi perluasannya
5.5 Generalisasi
Fokus utama dalam penelitian ini terletak pada penyelidikan, menguraikan dan
menjelaskan sebuah fenomena. Pada penelitian studi kasus yang luas tidak dapat
menghasilkan generalisasi yang akan berlaku untuk populasi tertentu (generalisasi statis),
namun dapat melakukan generalisasi analitik, yaitu generalisasi teori yang di luar temuan
empiris.

3
VI. Data Empiris yang Digunakan dalam Studi Kasus
Data empiris yang ada yaitu:
a) Dokumen (notulen pertemuan, surat, agenda, laporan tahunan, statistik),
b) Catatan arsip,
c) Teks artikel di media koran dan majalah proffesional, iklan cetak, dan brosur,
d) Catatan harian pribadi anggota organisasi,
e) Materi digital, dan
f) Artefak fisik.
Wawancara mendalam sering digunakan sebagai sumber utama data empiris,
sedangkan sumber lain digunakan sebagai pelengkap. Namun, sumber lain selain
wawancara kadang-kadang lebih baik dalam hal bukti. Studi kasus biasanya dianggap
lebih akurat, meyakinkan, beragam dan kaya jika didasarkan pada beberapa sumber data
empiris..

VII. Strategi Teknik Analisis


7.1 Rekaman Kasus
konstruksi kasus dimulai dengan mengatur semua data empiris ke dalam paket sumber
utama, yang disebut rekaman kasus. Rekaman kasus dapat diperoleh secara sistematik atau
kronologis, yang kemudian semua informasi tentang kasus tersebut dapat diedit sehingga
mudah dipahami responden.
7.2 Pengkodean
Penelitian kualitatif menggunakan pengkodean di setiap data empiris mereka. Peneliti
kualitatif mengejar pengkodean sehari-hari dari data empiris mereka saat membuat catatan
lapangan dan menyusun catatan data mereka, pengkodean tematik juga dapat digunakan
sebagai kegiatan yang direncanakan dan tersistem sejak awal penelitian
7.3 Dua Strategi Analisis
Membedakan antara dua strategi utama analisis ini. Yang pertama didasarkan pada
proposisi teoritis yang telah dirumuskan sebelumnya dan sistem pengkodean masing-
masing. Yang kedua didasarkan pada pengembangan deskripsi kasus tersebut, yang
mungkin terstruktur baik dalam urutan kronologis (masalah, actor, tindakan dan proses)
atau dalam tatanan tematik (tema, masalah, dan kategori konseptual) yang akan menjadi
dasar untuk pertanyaan penyelamatan yang muncul dan kerangka untuk studi kasus.

4
7.4 Memperhatikan Konsep
Saat menggunakan konsep yang membuat peka, Anda mencari konsep teoritis dari
penelitian sebelumnya yang membantu Anda mendeskripsikan dan menganalisis fitur
pengorganisasian sentral dari data enpinical dan makna yang ditanamkan di dalamnya.
Beberapa peneliti menyebut jenis pendekatan ini sebagai menggunakan logika abduktif
7.5 Teknik Analisis
Analisis kasus individual sering kali mencakup penyusunan deskripsi umum kasus
tersebut, yang mungkin terstruktur baik dalam urutan kronologis (masalah, actor, tindakan
dan proses) atau dalam tatanan tematik (tema, masalah, dan kategori konseptual).

Penulisan dan Evaluasi Penelitian Studi Kasus


1) Audiens Peneliti : peneliti harus memikirkan secara matang bagaimana membuat laporan
yang menarik, dapat dibaca, dan dipahami dari sudut pandang praktisi bisnis selain
akademisi.
2) Bentuk Narrative dan Struktur Lainnya : Yin (2002) menguraikan lima cara pelaporan
yang berbeda studi kasus, diantaranya, (1) struktur analisis linier dimulai dengan garis
besar perumusan masalah dan pertanyaan penelitian, kemudian meninjau literatur dan
menjelaskan kerangka teoritis, melanjutkan ke bagian metodologi dan analisis, dan
diakhiri dengan menyajikan temuan dan kesimpulan; (2) struktur komparatif menyajikan
beberapa kasus satu demi satu, membandingkannya, juga dapat mengeksplorasi hanya satu
kasus dari berbagai perspektif teoritis, penjelasan, atau aktor dan kemudian
membandingkannya; (3) alternatif, struktur kronologis, menyajikan bukti dalam urutan
logis, masing-masing bagian menggambarkan satu fase dari fase penelitian studi kasus; (4)
struktur bangunan teori dibangun di sekitar teori membangun logika penelitian; (5) struktur
ketegangan dimulai dengan hasil penelitian dan kemudian mengungkapkan bukti empiris
secara bertahap selangkah demi selangkah.
3) Kontekstualisasi : bentuk klasik laporan studi kasus intensif adalah narasi yang akrab
dengan tradisi penelitian etnografi. Laporan penelitian menyajikan narasi rinci dan jelas
tentang kejadian aktual dan realitis dalam konteks mereka. Narasi ini memiliki pertanyaan
penelitian utama, sebuah plotm eksposisim konteks, karakter, dan terkadang dialog.
Kontekstual yang mencakup: 1) bersikap eksplisit mengenai posisi teoritis dan
menggambarkan bagaimana teori mendorong penyelidikan yang dilakukan, 2)
memberikan informasi yang cukup tentang latar belakang peserta dan proses pengumpulan
dataa, dan 3) membuat hubugan data empiris dan kesimpulan yang jelas.

5
4) Evaluasi Pada Penelitian Studi Kasus : evaluasi penelitian studi kasus dapat dilakukan
dengan cara yang sama seperti penelitian lainnya, namun juga ada kriteria evaluasi khusus
yang dikembangkan. Penelitian studi kasus yang baik harus signifikan dalam satu atau cara
lain, isu yang dipelajari harus menarik dan relevan serta lengkap.
5) Further Reading : Bawa pembaca ke dalam setting kehidupan nyata dari kasus yang
diteliti dan juga masalah teoritis yang dimaksud. Peneliti berkewajiban menjelaskan
bagaimana kutipan bahan empiris dipilih untuk dimasukkan dalam laporan kasus dan
bagaimana bukti ditafsirkan. Penting bagi peneliti untuk memikirkan bagaimana dan
sejauh mana peneliti ingin memberi tahu praktisi bisnis dan pemangku kepentingan
sebagai pembaca penelitian mereka dan sejauh mana diasumsikan bahwa ada perbedaan
antara pembaca ini.

VIII. Artikel Terkait


8.1 Judul Artikel : The Interplay of Different Levers of Control: A Case Study of Introducing
A New Performance Measurement System (Terro,2005)

8.2 Theoretical Foundation


1. Teori yang digunakan dalam riset ini adalah Teori Simons. Simons (1995) telah
mengembangkan kerangka kerja untuk pengendalian strategis yang ditujukan untuk
menangani beberapa aspek dan definisi strategi yang muncul. Simons menjelaskan bahwa
sistem kendali manajemen prosedur dan rutinitas formal berbasis informasi yang
digunakan manajer untuk memelihara atau mengubah pola dalam aktivitas organisasi.
2. Reseacrh Gap Tujuan utama dari studi ini adalah untuk menguraikan desain dan
penggunaan ukuran kinerja untuk kontrol interaktif dan konsekuensi dari penggunaan
sistem pengukuran kinerja strategis. Klasifikasi Otley (1999) akan digunakan untuk
mengkategorikan temuan kasus. Dalam kerangka kerja ini, lima aspek dari sistem kendali
manajemen ditujukan untuk mencapai pandangan yang komprehensif.

8.3 Methodology
Dalam artikel ini, peran sistem pengukuran kinerja dipertimbangkan dalam kaitannya
dengan kerangka kendali strategis Simons (1995). Sementara literatur sebelumnya, baik
secara eksplisit maupun implisit, biasanya mengasumsikan penggunaan ukuran kinerja
dalam cara diagnostik, tujuan utama dari studi ini adalah untuk menguraikan desain dan
penggunaan ukuran kinerja untuk kontrol interaktif dan konsekuensi dari penggunaan

6
sistem pengukuran kinerja strategis dengan cara khusus ini. Selain itu, hubungan antara
ukuran kinerja dan dua tuas kontrol lainnya yaitu sistem kepercayaan dan sistem batas,
akan ditekiti. Sejalan dengan saran Dent (1990), Langfield-Smith (1997) dan Otley (1999)
studi kasus longitudinal, yang mencakup periode 4 tahun di lapangan, dilakukan untuk
memahami sifat kompleks interaksi antara manajemen, sistem kontrol dan strategi.

8.4 Finding
Peran utama dari 3K Scorecard adalah untuk memfasilitasi dialog organisasi di antara
manajer puncak melalui mpembelajaran strategis. Dalam hal ini, penggunaan Kartu Skor
3K sebagai sistem kontrol interaktif memainkan peran penting dalam perusahaan. Sikap
terhadap 3K Scorecard sebagai proses pembelajaran yang berkelanjutan menekankan pada
kemungkinan munculnya strategi meskipun sistem pengukuran dibangun untuk memenuhi
sebagian besar strategi yang dimaksudkan. Dalam studi ini,manajer FinABB
mendefinisikan strategi mereka sebagian besar dalam kaitannya dengan tujuan yang akan
dicapai melalui strategidaripada strategi itu sendiri. Dalam mempelajari dokumen strategi
FinABB , adalah mungkin untuk mengekstrak yang pastihubungan sebab-akibat, tapi itu
sulit untuk tepat menentukan yang strategi.

8.5 Conclusions
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk menyelidiki peran system pengukuran
kinerja strategis diantara tuas control yang berbeda. Dua dari temuan paling menarik dalam
studi kasus kami terkait dengan resep normatif yang umumnya digunakan terkait dengan
penggunaan ukuran non-keuangan dalam sistem seperti Balanced Scorecard, yaitu: (1)
Verifikasi sebab-akibat ex ante; dan (2) Koneksi yang erat ke sistem bonus manajerial.
Meskipun penggunaan ukuran kinerja secara interaktif menjelaskan sedikit perbedaan
pada manajemen kinerja, hal itu juga dapat menimbulkan masalah. Setidaknya dua
masalah tetap ada dengan pengukuran kinerja danbahkan mungkin memburuk ketika
sistem pengukuran kinerja strategis terutama digunakan untuk pengendalian interaktif.
Penggunaan ukuran kinerja secara interaktif cenderung untuk meningkatkan kualitas
manajemen strategis dan untuk meningkatkan komitmen terhadap target strategis. Cara di
mana sistem pengukuran kinerja strategis digunakan memiliki beberapa implikasi untuk
manfaat dan masalah yang terkait dengan penggunaannya. Temuan ini konsisten dengan
hasil sebelumnya bahwa tidak hanya alat kontrol khusus (seperti Balanced Scorecard) yang
digunakan tetapi juga cara penerapannya yang harus diperhitungkan. Perlu diperhitungkan

7
kinerja sistem pengukuran yang memiliki implikasi untuk semua pengungkit kontrol dan
bahwa penggunaan interaktif dari sistem manajemen kinerja memiliki beberapa manfaat
dan tantangan khusus bila dibandingkan dengan pengendalian diagnostik.

8.6 Recommendations and Futher Researches


Manajemen harus memperhitungkan bahwa sistem pengukuran kinerja memiliki implikasi
untuk semua sistem kendali manajemen dan bahwa penggunaan interaktif sistem
manajemen kinerja memiliki beberapa manfaat dan tantangan khusus bila dibandingkan
dengan pengendalian diagnostik. Penelitian berikutnya diharapkan dapat lebih melihat
bagaimana sistem kendali manajemen dan system pengukuran kinerja berinteraksi dalam
konteks perusahaan atau lembaga yang ada di Indonesia. Dan juga di perlukan waktu
tambahan dikarenakan waktu yang dihabiskan untuk pengumpulan data dan penggunaan
informasi yang sebenarnya menciptakan masalah lebih lanjut. Sehubungan dengan
penggunaan interaktif informasi kinerja strategis, manajer menengah dan fungsional
manajer diinstruksikan untuk mengumpulkan beberapa data yang diperlukan untuk Kartu
Skor 3K.

DAFTAR PUSTAKA
Paivi Eriksson dan Anne Kovalainen (E&K). 2008. Qualitative Methods in Business Research.
London: SAGE Publications Ltd
Creswell, John W. 2013. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed Edisi
Ketiga.Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Tero-Seppo Tuomela (2005). The interplay of different levers of control: A case study of
introducing a new performance measurement system. , 16(3), 0–320.
doi:10.1016/j.mar.2005.06.003

Anda mungkin juga menyukai