Anda di halaman 1dari 9

PENGAUDITAN 2

BAB 15

PENGAUDITAN SIKLUS PEMBELIAN DAN PEMBAYARAN

Dosen Pengampu:

Dr.Drs.I Dewa Gede Dharma Suputra.MSi.,Ak.

OLEH: KELOMPOK 12

NAMA NIM / ABSEN

Ni Kadek Puspita Yadnya Dewi 1607532014 / 13

Ni Kadek Sri Rahayu 1607532013 / 12

Ni Kadek Indri Pradnyavita 1607532020 / 18

PROGRAM STUDI AKUNTANSI NON REGULER

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2018
1. AKUN-AKUN DAN GOLONGAN TRANSAKSI DALAM SIKLUS
PEMBELIAN DAN PEMBAYARAN
Tujuan pengauditan atas siklus pembelian dan pembayaran adalah untuk menilai apakah
akun-akun yang dipengaruhi oleh pembelian barang dan jasa serta pengeluaran kas untuk
pembeian tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
Ada 3 kelompok transaksi yang tercakup dalam siklus ini: (1) pembelian barang dan jasa,
(2) pengeluaran kas, (3) retur pembelian dan potongan pembelian.
2. FUNGSI BISNIS DAN DOKUMEN SERTA CATATAN DALAM
SIKLUS PEMBELIAN DAN PEMBAYARAN
Siklus pembelian dan pembayaran menyangkut pengambilan keputusan dan proses untuk
mendapatkan barang dan jasa untuk menyelenggarakan suatu bisnis.
A. PEMBUATAN ORDE PEMBELIAN
Permintaan untuk membeli barang dan jasa oleh personil klien merupakan titik awal
bagi siklus ini. Formulir yang digunakan dan pemberian persetujuan tergantung pada
sifat barang dan jasa serta kebijakan yang diterapkan perusahaan. Pengajuan
permintaan untuk membeli barang atau jasa oleh pejabat perusahaan klien adalah
kegiatan awal siklus ini. Dokumen-dokumen yang lazim digunakan meliputi:
 Permintaan Pembelian
Formulir permintaan pembelian digunakan untuk meminta barang dan jasa oleh
penjabat perusahaan yang diberi kewenangan untuk mengajukan permintaan
pembelian.
 Orde Pembelian
Orde pembelian adalah dokumen yang digunakan untuk memesan barang dan jasa
dari pemasok.
B. PENERIMAAN BARANG DAN JASA
Penerimaan barang dan jasa oleh perusahaan dari pemasok adalah saat yang paling
kritis dalam siklus ini, karena saat ini oleh kebanyakan perusahaan dipakai pertama
kali untuk mengakui pembelian dan utang yang bersangkutan. Laporan penerimaan
adalah dokumen berupa kertas atau elektronik yang dibuat pada saat barang diterima
yang mencantumkan keterangan mengenai barang, jumlah yang diterima, tanggal
penerimaan, dana data yang relevan.
C. PENGAKUAN KEWAJIBAN (UTANG)
Pencatatan awal akan mempengaruhi laporan keuangan dan pengeluaran kas aktual,
oleh karena itu perusahaan harus dengan seksama dalam memasukkan semua
transaksi pembelian, yaitu pembelian yang sesungguhnya terjadi dengan jurnal yang
benar. Pencatatan pertama kali mempengaruhi laporan keuangan dan pengeluaran kas
yang sesungguhnya. Dokumen-dokumen dan catatan yang lazim digunakan ialah:
 Faktur dari Pemasok
Faktur dari pemasok adalah dokumen yang diterima dari penjual dan menunjukkan
jumlah yang terhutang yang berasal dari pembelian barang dan jasa.
 Memo Debet
Memo debet merupakan dokumen yang diterima dari pemasok dan menunjukkan
pengurangan atas jumlah yang terhutang yang disebabkan karena adanya
pengembalian barang (retur) barang ke pemasok atau diterimanya pengurangan harga.
 Voucer
Voucer biasanya digunakan suatu organisasi untuk menetapkan cara yang formal
dalam pencatatan dan pengawasan pembelian, terutama dengan membuat agar setiap
transaksi pembelian bernomor urut.
 File Transaksi Pembelian
File transaksi pembelian adalah file yang dihasilakan komputer yang mencakup
semua transaksi pembelian yang diproses oleh sistem akuntansi suatu periode
tertentu.
 Jurnal Pembelian
Jurnal pembelian dihasilkan dari file transaksi pembelian dan biasanya berisikan
nama pemasok, tanggal, jumlah, dan kelompok akun untuk setiap transaksinya.
 Master File Utang Usaha
Master file utang usaha mencatat transaksi pembelian, pengeluaran kas, dan retur
pembelian untuk setiap pemasok.

 Daftar Utang Usaha


Daftar utang usaha berisi daftar jumlah yang terutang kepada masing-masing
pemasok atau untuk setiap faktur atau voucher pada suatu saat tertentu.
 Laporan dari Pemasok
Laporan dari pemasok adalah dokumen yang dibuat oleh pemasok setiap akhir bulan
untuk menunjukkan saldo awal, pemelian, retur pembelian, dan pembayaran ke
pemasok tersebut, serta saldo akhir.
D. PENGOLAHAN DAN PENCATATAN PENGELUARAN KAS
Pembayaran dan pembelian barang dan jasa merupakan aktivitas yang signifikan yang
secara langsung akan mengurangi saldo akun kewajiban, utang usaha. Dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan proses pembayaran yang akan diperiksa auditor
meliputi
 Check
Dokumen ini biasa digunakan untuk pembayar pembelian pada saat kewajiban
jatuh tempo.
 File Transaksi Pengeluaran
File transaksi pengeluaran adalah file yang dihasilakan komputer yang mencakup
seluruh transaksi pengeluaran kas yang diolah oleh sistem akuntansi suatu periode
tertentu.
 Jurnal Pengeluaran Kas
Jurnal pengeluaran kas adalah daftar atau laporan yang dihasilkan oleh file
transaksi pengeluaran kas yang mencakup seluruh transaksi pada suatu periode
tertentu.
3. METODOLOGI UNTUK PERENCANAAN PENGUJIAN
PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF GOLONGAN
TRANSAKSI
A. PEMAHAMAN PENGENDALIAN INTERNAL
Untuk memahami pengendalian internal sikus pembelian dan pembayaran, auditor
mempelajari bagan alir perusahaan klien, mereview daftar pertanyaan pengendalian
internal, serta melaksanakan pengujian mengikuti jejak transaksi pembelian dan
pengeluaran kas.
B. MENILAI RISIKO PENGENDALIAN YANG DIRENCANAKAN
Selanjutnya pemeriksakan di lakukan atas pengendalian internal kunci untuk setiap fungsi
bisnis seperti:

1. Otorisasi Pembelian
Memastikan bahwa barang dan jasa yang diperoleh adalah demi memenuhi tujuan
perusahaan yang diotorisasi, dan menghindari pembelian yang berlebihan atau tidak
diperlukan.
2. Pemisahan Pemegang Aset Dari Fungsi Lainnya
Untuk mencegah pencurian dan penyalahgunaan, barang harus dikendalikan secara fisik
dari saat penerimaannya hingga penggunaan atau pelepasannya. Personel di departemen
harus independen dari bagian gudang dan departemen akuntansi.
3. Pencatatan Tepat Waktu dan Review Independen Atas Transaksi
Pembelian harus dicatat tepat waktu tergantung kebijakan perusahaan, bisa pada saat
penerimaan barang atau ditangguhkan sampai faktur pemasok diterima. Pencatat
pembelian tidak boleh memiliki akses ke kas, sekuritas, dan aktiva lainnya. Dokumen dan
catatan yang memadai, prosedur yang tepat untuk menyimpan catatan, dan pengecekan
independen atas kinerja juga merupakan pengendalian yang penting
4. Otorisasi pembayaran
Pengendalian terpenting atas pengeluaran kas meliputi :
 Penandatanganan check oleh individu yang diberi otorisasi oleh perusahaan
 Pemisahan tanggungjawab untuk menandatangani check dan melaksanakan fungsi
utang usaha
 Pemisahan yang cermat atas dokumen pendukung oleh penandatanganan check
sebelum suatu check ditandatangani.
C. MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN PENGENDALIAN

Apabila auditor bermaksud untuk mengandalkan pada pengendalian untuk


mendukung penilaian risiko pengendalian pendahuluan di bawah maksimum, auditor
melakukan pengujian penegndalian untuk mendapatkan bukti bahwa pengendalian
telah beroperasi denga efektif. Dengan telah beroperasinya pengendalian secara
efektif yang didukung dengan tambahan pengujian pengendalian, auditor akan bisa
menurunkan pengujian substantifnya.

D. MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN


SUBSTANTIF GOLONGAN TRANSAKSI UNTUK PEMBELIAN

Bukti audit untuk suatu perikatan audit akan bervariasi tergantung pada pengendalian
internal serta keadaan lainnya. Efisiensi audit yang signifikan akan tercapai dalam
audit apabila pengendalian beroperasi secara efektif. Empat dari enam tujuan audit
golongan transaksi pantas untuk mendapatkan perhatian khusus oleh karena itu akan
dibahas lebih dalam dibawah ini :

a. Pembelian terbukukan adalah untuk barang dan jasa yang diterima (keterjaadian)

Pengendalian yang memadai bisa mencegah terjadinya pencatatan transaksi yang


tidak pernah terjadi secara tidak sengaja, terutama yang berupa pencatatan
pembelian ganda. Pengendalian yang memadai juga bisa mencegah klien dari
kesalahan mencatat beban bukan beban perusahaan, atau ttransaksi
penyalahgunaan aset atau hal-hal yang mendatangkan keuntungan bagi
manajemen dan bukan untuk kepentingan perusahaan yang diaudit.
b. Pembelian yang terjadi telah dibukukan (kelengkapan)

Kegagalan mencatat pembelian barang dan jasa yang diterima menyebabkan


utang usaha kurang saji dan mengakibatkan laba bersih dan ekuitas pemilik lebih
saji. Auditor kadang kesulitan melakukan audit rinci saldo untuk menentukan
apakah suatu transaksi tidak tercatat, maka lebih mengandalkan pengendalian dan
pengujian substantif golongan transaksi untuk tujuan ini.

c. Pembelian dicatat dengan akurat (ketelitian)

Apabila auditor yakin bahwa transaksi aset tetap dicatat dengan benar dalam
jurnal pembelian, maka bisa diterima apabila auditor memutuskan untuk
memeriksa dokumen pendukung pembelian periode ini yang lebih sedikit selama
melakukan pengujian rinci saldo dibandingkan dengan apabila pengendalian tidak
memadai. Apabila klien mengunakan catatan persediaan perpetual, pengujian rinci
saldo juga dapat dikurangi secara signifikan seandainya auditor percaya bahwa
catatan perpetual adalah akurat.

d. Pembelian digolongkan dengan benar (penggolongan)


Pengujian rinci akun individual tertentu dapat dikurangi apabila auditor yakin
bahwa pengendalian internal mencukupi untuk dapat memberikan keyakinan yang
memadai mengenai penggolongan yang benar dalam jurnal pembelian. Auditor
akan banyak membutuhkan waktu untuk melaksanakan pengujian dokumen
pembelian aset tetap dan akun-akun beban periode ini guna memeriksa ketelitian
dan kebenaran penggolongan. Oleh karena itu akan sangat menghemat waktu
apabila pengendalian internal efektif.
4. METODELOGI UNTUK PERANCANGAN PENGUJIAN RINCI
SALDO UNTUK UTANG USAHA
Utang usaha adalah kewajiban yang belum dibayar yang timbul dari pembelian
barang darn jasa yang telah diterima dalam kegiatan normal perusahaan. Utang usaha
meliputi kewajiban yang timbul dari pembelian bahan baku, peralatan, listrik, reparasi
dan masih banyak jenis barang dan jasa lainnya yang diterima sebelum akhir tahun
buku. Utang usaha harus dibedakan dari utang biaya dan kewajiban utang bunga.
1. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien Yang Memengaruhi Utang Usaha (Tahap I)
Akhir-akhir ini banyak perusahaan fokus pada upaya memperbaiki
manajemen aktivitas rantai-pemasokan yang telah mengubah berbagai hal dalam
rancangan sistem yang digunakan untuk menginisiasi dan mencatat aktivitas
pembelian dan pembayaran.
Perubahan-perubahan ini bisa meningkatkan risiko bisnis secara signifikan.
Sebagai contoh, pemasok bisa memiliki akses yang lebih besar pada catatan utang
usaha yang memungkinkan untuk secara terus menerus memonitor saldo utang
usaha dan melakukan rekonsiliasi rinci transaksi.
2. Menetapkan Materialitas Kinerja dan Meniliai Risiko Inheren (Tahap I)
Seperti halnya piutang usaha , sejumlah besar transaksi bisa memengaruhi
utang usaha. Karena alasan tersebut auditor biasanya menetapkan materialitas
kinerja untuk utang usaha related tinggi. Dengan alasan yang sama , auditor sering
menilai tingkat risiko inheren pada Medium atau Tinggi.
3. Menilai Risiko Pengendalian dan Merancang Serta Melaksanakan Pengujian
Pengendalian dan Pengujian Bustantif Golongan Transaksi (Tahap I dan II)
Setelah auditor menetapkan materialitas kinerja dan risiko inheren untuk utang
usaha, mereka menilai risiko pengendalian berdasarkan pemahaman atas
pengendalian internal. Pengujian substantif yang dilakukan auditor pada akhirnya
akan ter gantung pada efektivitas pengendalian internal yang berkaitan dengan utang
usaha. Oleh karena itu, auditor harus memiliki pemahaman yang dalam tentang
bagaimana pengendalian yang berhubungan dengan utang usaha.
4. Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Penggunaan prosedur analitis merupakan hal penting dalam siklus pembelian dan
pembayaran seperti halnya dalam siklus yang lain, terutama dalam menemukan
kesalahan penyajian dalam utang usaha. Apabila penggunaan pembukuan ber-
pasangan (double entry accounting), suatu kesalahan penyajian akun beban biasanya
juga akan berakibat kesalahan penyajian yang sama pada akun utang usaha. Oleh
karena itu, pembandingan beban-beban tahun ini seperti misalnya sewa, listrik, dan
beban-beban yang terjadwal dengan reguler dengan tahun sebelumnya merupakan
prosedur yang ektif dalam menganalisis utang usaha apabila beban dari tahunk ke
tahun relatif stabil.
5. Merancang dan Melaksanakan Pengujian Rinci Saldo Akun Utang Usaha (Tahap III)
Tujuan keseluruhan audit utang usaha adalah untuk menentukan apakah saldo
utang usaha telah disajikan secara wajar dan diungkapkan dengan tepat. Ada
perbedaan penting dalam penekanan audit atas lialibilitas dan aset. Perbedaan
penekanan dalam audit aset dan kewajiban berakibat langsung pada kewajiban hukum
akuntan publik. Apabila penanaman modal, kreditur, dan pengguna lainnya setelah
diterbitkannya laporan keuangan auditn menentukan bahwa laba dan ekuitas pemilik
telah lebih saji material, maka tuntutan hukum kepada KPA layak untuk dilakukan.
Tujuan audit saldo yang diterapkan dalam mengaudit piutang usaha, untuk
pengauditan utang usaha dengan tiga modifikasi kecil berikut yaitu :
a. Tujuan nilai bersih bisa direalisasi tidak diterapkan untuk liabilitas. Nilai bersih
bisa direalisasi hanya diterapkan untuk aset.
b. Aspek hak kepemilikan dari tujuan hak dan kewajiban tidak diterapkan untuk
lialibilitas. Untuk aset, auditor sangat menekankan pada hak klien atas
penggunaaan dan penghapusbukuan aset.
c. Untuk liabilitas, lebih ditekankan pada pencarian kurang saji daripada atas lebih
saji.
6. Pengujian Liabilitas Sesudah Tanggal Neraca
Karena penekanan audit pada kurang saji dlam akun-akun liabilitas, pengujian
sesudah tanggal neraca sangat penting artinya bagi utang usaha. Luasnya pengujian
untuk menemukan utang yang tidak dicatat (sering disebut mencari utang yang tidak
dicatat), sangat tergantung pada penilaian risiko pengendalian dan materialitas saldo
potensial dalam akun yang bersangkutan. Prosedur audit yang sama yang digunakan
untuk mencari utang tidak dicatat diterapkan pula untuk tujuan ketelitian. Berikut
adalah prosedur-prosedur yang lazim dilakukan:
a. Periksalah Dokumen Pendukung untuk Pengeluaran Kas Sesudah Tanggal Neraca
b. Periksalah Dokumen Pendukung untuk Faktur Tagihan yang Belum Dibayar
Sampai beberapa Minggu Setelah Akhir Tahun
c. Telusur Laporan Penerimaan Barang yang diterbitkan Sebelum Akhir Tahun
dengan faktur Penjualan yang Bersangkutan
d. Telusur Laporan dari Pemasok yang Menunjukkan Saldo Terutang ke Daftar
Saldo Utang Usaha
e. Pengiriman Konfirmasi Pemasok yang Memiliki Hubungan Bisnis dengan klien.
7. Keandalan Bukti
Auditor harus memahami keandalan relatif tiga tipe utama bukti yang biasa
digunakan untuk memeriksa utang usaha, yaitu: faktur penjual, laporan dari penjual
(pemasok), dan konfirmasi.
8. Ukuran Sampel
Pembahasan tentang pengujian rinci atas saldo utang usaha di atas dititikberatkan
pada prosedur-prosedur audit yang lazim dilakukan, dokumen dan catatan yang
diperiksa, serta saat pengujian. Auditor harus juga mempertimbangkan ukuran sampel
dalam audit atas utang usaha. Ukuran sampel dalam pengujian utang usaha sangat
bervariasi, tergantung pada berbagai faktor seperti misalnya: materialitas utang usaha,
jumlah akun yang ada, hasil penilaian risiko pengendalian, dan hasil audit tahun yang
lalu. Sampling statistikal kurang lazim digunakan untuk pengauditan utang usaha
dibandingkan dengan untuk piutang usaha. Perumusan populai dan penentuan ukuran
populasi sering lebih sulit untuk utang usaha. Karena tekanan audit adalah pada utang
usaha yang tidak dicatat, auditor harus mencoba agar populasi mencakup semua
kewajiban potensial.

Referensi :
AL. Haryono JUSUP, 2014, Auditing Pengauditan Berbasis ISA, STIE YKPN, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai