Anda di halaman 1dari 3

MK Data Presisi, Ekonomi Politik, Dan Kebudayaan Digital (KPM 53F)

Gilang Tresna Putra Anugrah


I3503221008
FONDASI PEMBANGUNAN DESA
A. Prolog
Pemerintahan Indonesia yang mana sebagian besar wilayah terrdiri dari desa-desa
yaitu sebanyak 74.961 desa (ditjenbinaadwil 2022) merupakan suatu kekuatan yang
menopang negara ini bahkan di situasi sulit sehingga desa sepatutnya dikuatkan dan
menjadi dasar bagi embangunan. Desa memiliki peran menjadi fondasi bagi kemajuan dan
keberhasilan negara ini dalam menghadapi berbagai tantangan. Bahkan ketika pandemi
Covid-19 desa memiliki peran sebagai penghasil sumber pangan dan pemerintah pun
menyadar hal itu (antaranews.com 2020), dan itu adalah sebuah keniscayaan. Negara
Indonesia sangat membutuhkan desa sebagai fondasinya. Fondasi sendiri di dalam
pembangunan dimaknai sebagai sesuatu yang sangat dibutuhkan guna menyangga atau
menerima beban dari struktur di atasnya (Prilia, Manoppo, and Manaroinsong 2021).
Fondasi itu haruslah kuat. Maka fondasi pembangunan negara harus dimulai dari penguatan
fondasi pembangunan desa. Kemudian di dalam fondasi pembangunan desa itu terdapat
unsur-unsur yang mengkonstruksikannya sehingga kokoh. Jika fondasi desa sebagai dasar
penopang negara tidak kokoh, maka negara pun tidak akan kokoh. Hal yang harus
dilakukan agar negara menjadi kuat dan kokoh menghadapi apapun saat ini ataupun yang
akan terjadi kedepan maka yang harus dilakukan adalah menguatkan fondasi pembangunan
desanya.
B. Kerangka analisis

Big Data Policy Makers

Data Desa Presisi


Policy:
dan BPS
1. Undang-Undang
2. PERDA
3. PERGUB
Desa dan
4. PERDES
Masyarakat
5. Peraturan lainnya

C. Analisis

Rujukan Logika Pembuat Kebijakan


Dalam menjalankan fungsinya, pemerintah memiliki peran untuk membuat
kebijakan yang akan digunakan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. Kebijakan
dapat dimaknai sebagai sebuah strategi yang dirumuskan dalam menyelesaikan
permasalahan dan dilakukan guna menggapai suatu tujuan tetentu yang dirancang oleh
individu, kelompok, atau pemerintah (Winata et al. 2021). Pembuatan kebijakan setidaknya
diatur dan dibuat dengan keterlbatan 3 jenis aktor yaitu aktor state, aktor private, dan aktor
masyarakat (Fauzi and Rostyaningsih 2018). Aktor state terdiri dari eksekutif, legislatif,
dan yudikatif, kemudian aktor private itu ialah pihak swasta atau pengusaha, dan aktor
masyarakat seperti partai politik, NGO, ataupun para akademisi. Tentunya tidak semua
orang dalam kelompok yang telah disebutkan itu ikut, tetapi hanya perwakilan yang
memiliki kepentingan terhadap kebijakan yang akan dibuat baik di tingkat negara hingga
di tingkat desa.
Pihak pemerintah ataupun para aktor yang terlibat dalam perumusan kebijakan tidak
serta merta merumuskan kebijakan tanpa memakai logika. Logika-logika yang dipakai oleh
para aktor tersebut akan didasarkan pada data-data baik yang sudah dipublikasi ataupun
yang belum dipublikasi. Data menjadi sangat penting bagi perumusan suatu kebijakan
bahkan dengan data yang akurat guna merumuskan strategi suatu negara dapat
memenangkan pertempuran (Negara 2022). Maka dari itu data yang akurat dan aktual
menjadi penting agar kebijakan yang akan diputuskan dapat menjadi kebijakan yang tepat.
Saat ini sistem penerimaan, pengumpulan dan pengolahan data Indonesia terpusat
di BPS yang dilakukan melalu metode Canvassing (sensus, survey, kompilasi produk
administrasi), dan hal itu berbeda dengan yang dilakukan oleh Korea Selatan yang mana
data itu diperoleh dari berbagai wilayah dan kementerian yang disebut inter-
operationalizing sehingga datanya dapat dipercayai secara akurat (Negara 2022). Maka
diperlukan data yang dapat dipercaya dengan tingkat akurasi yang tinggi supaya para aktor
perumus kebijakan dapat memberikan analisa dan putusan yang benar pula sehingga logical
fallacy akibat data yang tidak akurat dapat dihindari.

Big Data: Kekuatan di antara kefatalan (uraikan hasil analisis terkait kekuatan data
jika data akurat dan presisi, dan kekuatan data jika tidak akurat dan tidak presisi dengan
metodenya masing-masing)
Big data berperan sangat penting bagi pengelolaan pemerintah (Couldry and Powell
2014) supaya pemerintah dapat memberikan kinerja yang baik dan tepat sehingga
dampaknya juga sesuai yang diharapkan. Penggunaan big data di era digital ini menjadi
senjata utama dan jauh lebih mudah diperoleh dibanding era sebelumnya, namun yang
menjadi persoalannya adalah keabsahan dari big data itu. Big data yang merupakan
serangkaian proses mengumpulkan data, memproses data, dan penyajian data dalam jumlah
data yang banyak (Couldry and Powell 2014).
Hal yang masih menjadi permasalahan di Indonesia adalah mengenai data dimulai
dari tingkat desa yang tingkat akurasinya rendah sehingga dari total 74.961 desa di
Indonesia jika memberikan data yang akurasinya rendah maka dampaknya sangat buruk.
Hal ini terkait dengan metode pengambilan data yang selama ini digunakan oleh
pemerintah. Pemerintah selama ini memperoleh data semisal Podes (Potensi Desa) dan
Prodeskel (Profil Desa/Kelurahan) yang mana sumber penggalian datanya hanya dari aparat
desa yang secara kapasitas tidak cukup paham dan tidak dapat dipertenggungjawabkan
untuk memetakan semua data-data karena berbasis mengira-ngira atau datanya tidak update
(Sjaf et al. 2020). Lalu BPS pun melalui metode Canvassing seperti sensus itu hanya dapat
dilakukan tiap 10 tahun karena memerlukan dana yang besar yaitu sebesar 4 triliyun untuk
sensus tahun 2020 (Group 2019) sehingga hal itu tidak efektif dan efisien serta data pun
tidak dapat diupdate tiap bulannya secara akurat dan presisi.
Dalam upaya menyelesaikan permasalahan data itu ada sebuah terobosan baru
dalam metode pengambilan data yaitu menggabungkan metode pengambilan data secara
spasial, partisipatif, dan sensus yang digunakan oleh DDP (Data Desa Presisi). Partisipatif
artinya melibatkan warga yang telah diberikan pembekalanoleh pihak DDP. Pelaksanaan
pengumpulan data-data tersebut pun dilakukan dengan menggunakan drone dan platform
digital sehingga akurasinya tinggi dan datanya dapat diperoleh secara aktual tidak perlu
setahun atau sepuluh tahun sekali.
Hasil dari pengumpulan data dari metode tersebut dapat memperoleh data yang
akurat dan presisi sehingga ketika para aktor yang terlibat dalam merumuskan kebijakan
pada tingkat desa atau kebijakannya memiliki pengaruh terhadap desa dapat memberikan
implikasi yang baik. Misalnya ketika jumlah pengangguran dan orang miskin di desa telah
terpetakan secara akurat dan presisi maka kebijakan dan bantuan yang berimplikasi pada
mereka dapat memberikan dampak yang positif. Sebaliknya jika datanya tidak akurat dan
presisi maka mereka yang miskin dan pengangguran bisa jadi terdata sebagian atau ada
kesalahan data (bisa datanya berlebih karena double atau ada data orang yang seharusnya
tidak masuk data itu) yang menyebabkan pemerintah akan salah memberikan bantuan atau
salah memberikan kebijakan.

DAFTAR PUSTAKA
antaranews.com. 2020. “Siapkan Desa Sebagai Sumber Pangan Saat Wabah Covid-19.” Antara
News. April 6, 2020. https://www.antaranews.com/berita/1405506/siapkan-desa-sebagai-
sumber-pangan-saat-wabah-covid-19.
Couldry, Nick, and Alison Powell. 2014. “Big Data from the Bottom Up.” Big Data & Society.
ditjenbinaadwil. 2022. “KEMENDAGRI MUTAKHIRKAN KODE, DATA WILAYAH
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAN PULAU DI SELURUH INDONESIA.”
2022. https://ditjenbinaadwil.kemendagri.go.id/berita/detail/kemendagri-mutakhirkan--
kode-data-wilayah-administrasi-pemerintahan--dan-pulau-di-seluruh-indonesia.
Fauzi, Achmad Nur, and Dewi Rostyaningsih. 2018. “ANALISIS PERAN AKTOR DALAM
FORMULASI KEBIJAKAN SEMARANG SMART CITY.” Journal of Public Policy
and Management Review 7 (4): 356–74. https://doi.org/10.14710/jppmr.v7i4.22052.
Group, Gatra Media. 2016. “Biaya Sensus 2020 Rp4 T, Upah Surveyor Habiskan Rp3,3 T |
Ekonomi.” May 20, 2016. https://www.gatra.com/news-443744-ekonomi-biaya-sensus-
2020-rp4-t-upah-surveyor-habiskan-rp33-t.html.
Negara, Kementerian Sekretariat. 2022. “Peran Data Dalam Perumusan Kebijakan | Sekretariat
Negara.” 2022.
https://www.setneg.go.id/baca/index/peran_data_dalam_perumusan_kebijakan.
Prilia, Ribka, Fabian J. Manoppo, and Lanny D. K. Manaroinsong. 2021. “Analisis Fondasi
Tiang Bor Dengan PLAXIS 3D (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Gedung Pendidikan
Fakultas Teknik Unsrat Jurusan Sipil).” TEKNO 19 (78).
https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/tekno/article/view/35543.
Sjaf, Sofyan, La Elson, Lukman Hakim, and I Made Godya. 2020. Data Desa Presisi. Bogor:
LPPM IPB University.
Winata, Koko Adya, Qiqi Yuliati Zaqiah, Supiana Supiana, and Helmawati Helmawati. 2021.
“KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI MASA PANDEMI.” Ad-Man-Pend : Jurnal
Administrasi Manajemen Pendidikan 4 (1): 1–6. https://doi.org/10.32502/amp.v4i1.3338.

Anda mungkin juga menyukai