Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

PERAN DAN STRATEGI DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK, KELUARGA


BERENCANA, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
(DP2KBP3A) KABUPATEN GUNUNG MAS MELALUI PROGRAM JAGA HUMA LEWU
(JAGA HUbungan kerjasaMA Lintas sEktor leWat satU data) DALAM MEWUJUDKAN
KABUPATEN GUNUNG MAS BEBAS STUNTING

Sebagai Salah Satu Syarat Lelang Jabatan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Gunung Mas Tahun 2023

DISUSUN OLEH :
HERIYANTO, SKM., MM.
I. LATAR BELAKANG
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat
kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi
badannya berada di bawah standar yang ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan (sumber : Perpres 72 Tahun 2021), Keadaan
pendek (stunting) menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1995/ MENKES/ SK/ XII/ 2010 tentang standar antropometri penilaian status gizi anak
adalah suatu keadaan dimana hasil pengukuran Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) berada di antara -3 Standar Deviasi (SD) sampai -2
SD. Sangat pendek (severe stunting) adalah keadaan dimana hasil pengukuran PB/U atau
TB/U di bawah -3 SD (Kemenkes RI, 2015).
Berdasarkan data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan oleh WHO, pada
tahun 2020 sebanyak 22% atau sekitar 149,2 juta balita di dunia mengalami kejadian
stunting (World Health Organization, 2021). Berdasarkan data prevalensi balita stunting
menurut SSGI 2021 dan 2022 menunjukkan kasus stunting sebesar 24,4% dan pada tahun
2022 sebesar 21,6%. Angka ini menunjukkan terjadinya penurunan kasus stunting di
Indonesia sebesar 2,8% (SSGI, 2022). Hasil laporan SSGI tahun 2022 menunjukkan masih
adanya 18 provinsi di Indonesia yang memiliki prevalensi stunting melebihi angka
nasional (21,6%), seperti Provinsi Kalimantan Tengah (26,9%). Di Kabupaten Gunung
Mas angka kejadian stunting sebesar 17,9%.
Meski terlihat ada penurunan angka prevalensi, tetapi stunting dinilai masih
menjadi permasalahan serius di Indonesia karena angka prevalensinya yang masih di atas
20% (Ruswati, 2021). Dalam intervensi pencegahan dan penurunan stunting sangat
diperlukan data yang valid dan terintegrasi antar dinas/ badan pengampu intervensi
stunting. Pengelolaan data di tingkat kabupaten/ kota sampai dengan tingkat desa yang
akan digunakan untuk mendukung pelaksanaan dan pengelolan program/atau kegiatan
pencegahan dan penurunan stunting.
BKKBN melakukan pendataan keluarga tahun 2022 sebagai amanat UU 52 tahun
2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dan Peraturan
Pemerintah No 87 tentang Perkembangan Kependudukan, Pembangunan Keluarga,
Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga. tahun 2022 menjadi sesuatu yang
penting bagi pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyediakan basis data keluarga
untuk intervensi Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, Keluarga Berencana
(Bangga Kencana), Negara menjamin dan melindungi setiap warganya untuk mendapatkan
haknya, dan pendataan keluarga ini dilakukan dalam usaha melindungi dan memenuhi hak
tiap warga negara, termasuk keluarga.
Pendataan Keluarga tahun 2022 ini penting dilakukan untuk memotret dan mengenali
keluarga Indonesia. Selain itu, pendataan juga dilakukan untuk mengetahui potensi dan
kendala keluarga Indonesia dalam fungsi vital di bidang kesehatan, pendidikan, serta
ekonomi. Pendataan Keluarga tahun 2022, menyediakan profil pasangan usia subur,
keluarga dengan balita, keluarga dengan remaja, keluarga dengan lansia, keluarga berisiko
stunting, dan aspek kesejahteraan keluarga by name by address. Pendataan Keluarga Tahun
2022 dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia kepada seluruh keluarga Indonesia yang
berjumlah kurang lebih 77,9 juta kepala keluarga. Petugas Pendataan Keluarga tahun 2022
terdiri dari pemerintah dan masyarakat, yakni petugas lini lapangan KB dari BKKBN dan
Kader Keluarga Berencana. di Kabupaten Gunung Mas pendataan keluarga dilakukan pada
Tahun 2022 dengan jumlah 28.707 keluarga dari 29.913 total keluarga yang ada di
kabupaten Gunung Mas.

II. PERMASALAHAN
Data yang baik dimulai dari pengelolaan sumber informasi yang mencakup semua
kegiatan mulai dari identifikasi kebutuhan data, pengumpulan data hingga pemanfaatan
data untuk memastikan informasi yang akurat dan mutakhir. Kegiatan ini bersinggungan
dengan aspek kebijakan, menggunakan dan mendukung mekanisme yang telah berjalan di
kabupaten sesuai dengan alur pelaksanaan, serta tidak terlepas dari dukungan teknologi
informatika dalam pengumpulan dan pengelolaan data. Kebutuhan data yang akan
digunakan dalam pelaksanaan intervensi gizi terintegrasi dimulai di tingkat desa, data
digunakan untuk analisis situasi tingkat desa, proses perencanaan, penentuan sasaran
program, pemantauan pelaksanaan kegiatan intervensi, dan penilaian kinerja (score card).
Ditingkat kecamatan, data digunakan untuk sosialisasi dan advokasi kepada Kepala Desa,
penentuan target desa, dan pemantauan kemajuan kegiatan di tingkat kabupaten/ kota,
masing-masing Perangkat Daerah yang membidangi sektor yang memerlukan data untuk
melakukan perencanaan kegiatan seperti dalam analisis situasi, rembuk stunting, melihat
dan melakukan reviu capaian layanan program mereka/ kinerja program, dan mengambil
keputusan untuk perbaikan dan peningkatan pelaksanaan program. Pengelola program di
kabupaten/ kota melalui Bappeda dapat menggunakan data pencegahan dan penurunan
stunting untuk keperluan advokasi ke kepala daerah dan juga memenuhi fungsi pelaporan
ke pemerintah provinsi dan pusat. Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2022 di kabupaten
Gunung Mas belum dimanfaatkan secara maksimal karena belum ada sistim penyandingan
data antara lintas sektor terkait. seperti halnya data balita E-PPGBM yang ada di Dinas
Kesehatan dan data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang ada di Dinas Sosial.
III. ANALISIS PERMASALAHAN DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

1. Analisis Masalah
Hasil pendataan keluarga tahun 2022 di kabupaten Gunung Mas ini bisa
dimanfaatkan dalam berbagai bentuk kerja sama lintas sektor antara pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan seluruh pemangku kepentingan. Tetapi pada prakteknya data ini
belum dimanfaatkan secara lintas sektor lingkup kabupaten Gunung Mas, karena belum
adanya sistim penyandingan data antara lintas sektor terkait, seperti data hasil pendataan
keluarga tahun 2022 by name by address, disandingkan dengan data terpadu
kesejahteraan sosial (DTKS) di Dinas Sosial kabupaten Gunung Mas yaitu data induk
yang berisi data Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial, bantuan dan pemberdayaan
sosial, serta potensi dan sumber kesejahteraan sosial. Serta disandingkan dengan data
balita by name by addres di Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Mas. Hal inilah yang
mendasari perlu disusun suatu Program Satu Data dalam mewujudkan Kabupaten
Gunung Mas Bebas Stunting.

2. Isu Strategis
Sebagai upaya menurunkan angka stunting agar lebih efektif, penyatuan
berbagai program atau konvergensi di seluruh wilayah Indonesia perlu dilakukan.
Namun, dalam implementasinya tidaklah mudah, karena membutuhkan sinergi antar
pihak. Untuk itu, setiap lembaga yang terlibat harus menghilangkan ego sektoral agar
konvergensi dapat berjalan dengan baik dan tepat sasaran. Konvergensi adalah kata
yang mudah diucapkan, tetapi seringkali tidak mudah untuk diwujudkan. Untuk
mewujudkannya diperlukan upaya keras dari semua pihak. Setiap lembaga/ badan yang
terlibat memiliki ego sektoral, karena konvergensi membutuhkan kerja sama antar
pihak, hal ini dimulai dengan satu data yang bisa diakses dan dipakai bersama sebagai
data dasar dalam penyusunan program dan intervensi yang terfokus berdasarkan tugas
dan wewenang masing-masing perangkat daerah terkait. Isu yang tidak kalah
pentingnya adalah beberapa permasalahan yang mungkin terjadi dalam memastikan
kualitas data, seperti: data tidak dapat dikumpulkan (misalnya: ada balita yang tidak
dibawa ke posyandu dan tidak tercatat dalam sistem pemantauan). Data dapat
dikumpulkan, tetapi terjadi kekeliruan (misalnya: terjadi perubahan data dalam
pemindahan data dari catatan posyandu ke laporan puskesmas dan ke laporan Perangkat
Daerah). Data dikumpulkan menggunakan lebih dari satu sistem, dan sistem-sistem
tersebut tidak terintegrasi satu sama lain. Penyimpanan data atau handover yang kurang
baik (misalnya: data disimpan dalam komputer).
3. Alternatif Kebijakan
Berdasarkan Peraturan Bupati (PERBUP) Kabupaten Gunung Mas Nomor 3
Tahun 2022 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata
Kerja Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Gunung Mas, adalah unsur pelaksana Urusan
Pemerintahan di bidang Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana dan bidang
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dengan salah satu tugas yaitu
pelaksanaan pendayagunaan tenaga Penyuluh Keluarga Berencana/ Petugas Lapangan
Keluarga Berencana dan kader Keluarga Berencana. Hal ini memungkinkan dalam
pendayagunaan tenaga Penyuluh Keluarga Berencana/ Petugas Lapangan Keluarga
Berencana dan kader Keluarga Berencana dalam pengumpulan data mulai dari tingkat
individu dan keluarga.
Peran DP2KBP3A Kabupaten Gunung Mas sebagai tim sekretariat Tim
Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), memungkinkan untuk mengorganisir
penyandingan data antar lintas sektor terkait, sehingga data bisa dipakai bersama
sebagai data dasar dalam penyusunan program dan intervensi yang terfokus dalam
penanganan stunting terintegrasi.

IV. RENCANA AKSI, INOVASI DAN REKOMENDASI

1. Rencana Aksi
Tahapan Program JAGA HUMA LEWU (JAGA HUbungan kerjasaMA
Lintas sEktor leWat satU data) dalam mewujudkan kabupaten Gunung Mas bebas
stunting meliputi hal-hal berikut:

a. Tahap 1: Identifikasi Kebutuhan dan Kesenjangan Data.


Memahami kebutuhan data yang akan digunakan dalam melaksanakan intervensi
pencegahan dan penurunan stunting. Kebutuhan data tersebut disusun berdasarkan
jenis intervensi dan tingkatan wilayah pemerintahan (Desa, Kecamatan, Dan
Kabupaten).
b. Tahap 2: Penilaian Ketersediaan Data Saat Ini.
Identifikasi Data yang tersedia masing-masing Perangkat Daerah untuk
menentukan penyandingan data.
c. Tahap 3: Menyusun Rencana Tindak Lanjut Perbaikan Sistem Data.
d. Tahap 4: Melakukan Penyandingan Data.
e. Tahap 5: Evaluasi.
f. Tahap 6: Pemantauan Perbaikan dan Pemanfaatan Sistem Data.
g. Pengembangan Aplikasi.
2. Inovasi

Program JAGA HUMA LEWU Cegah Stunting (JAGA HUbungan


kerjasaMA Lintas sEktor leWat satU data) Cegah Stunting adalah sebuah program
inovasi untuk meyatukan data, bukan untuk membangun sistem manajemen data baru
tetapi untuk memperkuat sistem-sistem yang sudah ada di perangkat daerah, guna
meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas maupun kualitas data tentang intervensi
stunting gizi terintegrasi sehingga terwujudnya Kabupaten Gunung Mas bebas
stunting.

Adapun tujuan dan menjawab kebutuhan Permasalahan di atas, dari


pelaksanaan Program JAGA HUMA LEWU (JAGA HUbungan kerjasaMA Lintas
sEktor leWat satU data) Cegah Stunting di kabupaten Gunung Mas ini adalah
menyediakan akses data dalam pencegahan dan penurunan stunting terintegrasi
sehingga kebutuhan data dalam aksi terintegrasi lainnya dapat terpenuhi dengan cara
merangkum dan mengolah data dari beberapa perangkat daerah terkait. hasil data yang
terangkum itu diolah untuk dilakukan penyandingan data secara teratur dalam suatu
aplikasi yang tersusun dan tersimpan untuk digunakan setiap saat dalam upaya
menghasilkan informasi yang akurat dalam intervensi terpadu lintas program dan
lintas sektor baik intervensi gizi spesifik maupun intervensi gizi sensitif sehingga
tercapai suatu tujuan dalam pengentasan kemiskinan ekstrim demi menuju masyarakat
kabupaten gunung mas yang sejahtera dan mandiri mengarah ke Visi dan Misi Bupati
Gunung Mas dengan meningkatkan dan mempercepat pembangunan infrastruktur
wilayah secara adil dan proporsional dengan 3 Konsep Smart yaitu Smart Human
Resources, Smart Tourism dan Smart Agro dengan tujuan pembangunan berkelanjutan
desa (SDG’s)/ indeks desa membangun.

Bentuk fisik Program JAGA HUMA LEWU Cegah Stunting tersebut adalah
aplikasi software windows yang berisi database/ informasi data keluarga yang akurat
sehingga dapat dilakukan intervensi oleh berbagai Aksi dalama pelaksana percepatan
penurunan stunting.

3. Rekomendasi

Diperlukan kerja sama yang berkesinambungan dengan menghilangkan ego


program dan ego sektoral dalam upaya menjadikan kabupaten Gunung Mas bebas
stunting, masyarakat sehat, sejahtera dan mandiri.

Anda mungkin juga menyukai