PENDAHULUAN
2017 terdapat 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting,
angka ini sudah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan angka stunting
pada tahun 2000 yaitu 32,6%. Pada tahun 2017, lebih dari setengah balita stunting
di dunia berasal dari Asia (55%) , lebih dari sepertiganya (39%) tinggal di Afrika.
Dari 83,6 juta balita stunting di Asia, proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan
(58,7%) dan proporsi paling sedikit di Asia Tengah (0,9%).( Indonesia KKR.
78.,DR Buku Epidemiologi Stunting, tahun 2020 ) Data prevalensi balita stunting
posisi tertinggi ke-3 setelah setelah Timur Leste dan India. Prevalensi stunting di
1
Gross Development Per Capita. 2018. Available at https: // data. Worldbank
Di Indinesia sendiri Saat ini data tentang stunting berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mencapai 30,81 % dan ini menurun dari 37,
2% di tahun 2013. Prevalensi stunting di Jawa Barat tahun 2013, 2018 dan 2019
karena angka prevalensi stunting masih di atas 20%.hal ini sesuai dengan WHO
Study Status Gizi Indonesia (SSGI ) dan data yang didapat dari e-PPGBM.
serial 5 tahunan, dan banyak dipakai sebagai bahan penyusunan kebijakan baik
Riskesdas 2018 )
2
Data yang diperoleh dari hasil Study Status Gizi Indonesia ( SSGI )
Aplikasi ini merupakan sistem pencatatan dan pelaporan gizi anak berbasis
masyarakat. dengan aplikasi ini, tenaga pelaksana gizi dan pemangku kebijakan di
apa yang akan dilakukan, baik secara komunitas maupun individu.selain dalam
khusus dari pusat karena peran pemberdayaan masyarakat yang lebih dominan.
tahun satu kali, SSGI dilakukan setiap tahun dan e-PPGBM dilakukan setiap 6
bulan sekali walaupun pada kenyataan pelaksanaannya tidak seperti itu karena
3
pada kenyataannya dilakukan penimbangan setiap bulan hanya saja tidak di entri
kedalam sistem
dengan desain potong lintang menggunakan kerangka sampel Blok Sensus (BS)
Susenas bulan Maret 2018 dari BPS, Dengan populasi adalah rumah tangga
mencakup seluruh provinsi dan kabupaten/kota (34 Provinsi, 416 kabupaten dan
Kabupaten, unit sampel BS, jumlah sampel Bs 30.000m jumlah Rumah tangga per
(7,3 – 18,1) stunting 30,8 % ( gizi sangat pendek 11,5 % dan pendek 19,3 )
14.889 Blok Sensus, Susenas Maret 2021Data hasil SSGI th 2019. Populasi dan
Sampel : RUTA yang mempunyai balita yang dikunjungi oleh Susenas Maret
Instrumen Formulir Pengukuran Status Gizi Balita Timbangan berat badan digital
dengan ketelitian 0,1 kg Alat ukur panjang/tinggi badan dengan ketelitian 0,1 cm ,
badan (BB) dan panjang/tinggi badan (PB/TB) Balita,untuk tahun 219 SSGI
diintegrasikan dengan Susenas 2019 ,metode ke dua Variabel Berat Badan balita,
4
Panjang/Tinggi Badan balita, Umur, jenis kelamin, kondisi sakit/ sehat, oedema,
2019 (mulai dari pengurusan etik sampai laporan pelaksanaan) Maret – April
2019 dan SSGBI, metode ke tiga : SSGBI sama dengan sampel Susenas Maret
2019 ,Setelah dicacah Susenas : Rumah Tangga yang ada Balita dikunjungi dan
diukur antropometrinya (BB dan TB), ditanyakan umurnya, dan variable lainnya ,
Data Susenas dan SSGBI dilakukan integrasi oleh Tim Balitbangkes dan BPS,
Data dianalisis bersama oleh Tim Balitbangkes dan BPS, INTEGRASI SSGI 2019
& SUSENAS MARET 2019, integrasi sampel susenas maret 2019 yang
BPS termasuk proses merging antara data stunting dengan susenas, integrasi
rse (relative standar error) , analisis perhtiungan angka prevalensi stunting, pada
SGGI ini target balita sebesar 24050 baliya dan yang dikunjungi sebesar 24010
balita artinya sebesar 99,8 % dari target berhasil dikunjungi dan hasil SSGi yang
kader posyandu untuk melakukan pencatatan dan pelaporan status gizi ibu dan
dan kader posyandu yang berada pada usia 40 tahun keatas membuat aplikasi ini
5
dirasa mempersulit para pengurus dan kader, Sistem ini merupakan
penanggulangan masalah gizi dengan waktu, tempat, sasaran dan jenis tindakan
yang tepat. e-PPGBM ini merupakan RR (report & redord) rutin posyandu
sebagai bentuk surveilans gizi online yang dapat dijangkau langsung oleh
diimput oleh enumerator selama beberapa hari tergantung dari kebijaan setempat
dan nantinya akan dimonitoring setiap bulan oleh puskesmas, kabupaten/kota dan
provinsi.
strategi dalam rangka pencapaian visi dan misi Kemenkes RI dalam meningkatkan
Balita yang tumbuh dan berkembang dengan baik akan menjadi sumber
daya manusia yang berkualitas dikemuadian hari, mereka akan menjadi sumber
daya manusia yang selain sehat, cerdas, kreatif, juga akan mampu berdaya saing.
Untuk mendapatkan hal tersebut maka persiapan sumber daya manusia haruslah
dilakukan sedini mungkin dan hal ini adalah merupakan tanggung jawab kita
6
bersama. Di Indonesia saat ini pemerintah telah melakukan pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan semua balita yang ada melalui kegiatan Pos
Yandu dan dua kali dalam setahun melakukan kegiatan yang dinamai dengan “
Bulan penimbangan balita “ yang diadakan pada bulan Februari dan Agustus yang
2024 yang mengamanatkan Stunting sebagai salah satu program prioritas nasional
2024 )
tentang bagaimana keadaan balita yang datang untuk ditimbang dan dengan
Systems ) Data yang terkumpul dalam sebuah sistem e-PPGBM akhirnya dapat
tersebut oleh semua pihak ( Health metric network Framwork and Standard for
Country Health Infoermatioan Systen ). Data2 gizi tersebut yang mengacu pada
7
mentransfer data dan informasi yang digunakan untuk merencanakan, mengelola,
dilakukan oleh kader kesehatan dan tenaga Kesehatan seperti bidan, perawat,
tenaga gizi atau tenaga kesehatan lainnya yg mendapatkan tugas dan sudah dilatih
untuk Perlu dilihat pula bahwa saat ini tenaga tersebut terbebani dengan tugas
yang berlebihan untuk permintaan data dan pelaporan hal lainnya selain buruknya
subsistem koordinasi satu dengan lainnya. Selain itu data gizi diproduksi dan
.Masalah lainnya data gizi sering dikumpulkan tanpa dianalisis secara kritis atau
atau perencanaan jangka panjang. Selain tenaga kesehatan terbebani pula oleh
data yang berlebihan dan tuntutan pelaporan dari berbagai dan subsistem yang
tidak terkoordinasi dengan baik. Sumber daya yang untuk memperkuat sistem
informasi Gizi biasanya akan berasal dari anggaran Nasional yang terbatas .Disisi
lainnya Sistem informasi Gizi harus dibuat responsif terhadap kebutuhan dan
Gizi termasuk mereka yang memberikan perawatan dan mereka yang bertanggung
jawab untuk mengelola dan merencanakan program Gizi baik di dalam Negara
8
(kementerian kesehatan dan keuangan) dan di luar (donor, ) Diperlukan pelatihan
yang tepat bagi petugas Kesehatan dalam menginput data, data harus tepat waktu,
sumber data standar dan daftar standar indikator kesehatan yang dibutuhkan
yang paling penting untuk stunting ini adalah pengukuran antropometri, dan
badan bayi sampai umur 2 tahun itu sangat sulit dilakukan sehingga diperlukan
setelah itu ireversibel ( DR Deni K ,2020 ) Studi kasus di Lima negara yang
% melalui intervensi nutrisi prenatal dan Kesehatan ibu. panjang lahir, yang
periode pertumbuhan yang rawan di semua negara pada, Kerangka waktu 6–23
bulan mencerminkan praktik diet dan manajemen penyakit menular saat makanan
dan air diperkenalkan ke makanan bayi selama periode waktu ini. Data ini
menunjukkan bahwa ada beberapa periode waktu yang dapat menjadi target
9
secara rutin (RGM). Hal ini memberikan peluang untuk implementasi intervensi
yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian balita, penyakit menular dan
Pandemi Covid 19 yang diumumkan pada 11 Maret 2020 oleh badan kesehatan
dunia / World Health Organization (WHO) hal ini berdampak luas untuk semua
dan kegiatan pada saat bulan penimbangan balita akibat restriksi bepergian,
seluruh wilayah Indonesia saat libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 (Nataru).
2019 pada Saat Natal Tahun 2021 dan Tahun Baru Tahun 2022 (Nataru) yang
salah satu pesannya adalah menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang lebih
untuk menghindari penyebaran infeksi dan kasus aktif yang meluas. Pengetatan
bulan balita.
10
Di masa pandemi ini, kelompok anak-anak dan remaja termasuk kelompok
rentan yang akan mengalami defisit konsumsi dan akhirnya akan berisiko
mengalami kurang gizi. (lestari 2021, ) Organisasi kesehatan anak dunia / United
akibat pandemi yang meningkat selain akan rentan diserang oleh berbagai
penyakit hal ini tentu merupakan kerugian ekonomi yang menurut World Bank
dapat mencapai 2 hingga 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) per-tahun
memperbaiki status gizi balita ini tentu akan berhasil apabila ada kejelasan dalam
penurunan stunting.
dapat dilakukan seutuhnya oleh pelaksana di daerah?; Apakah semua balita yang
ada di daerah tersebut semuanya tercatat dan ditimbang setiap bulannya di Pos
Yandu atau di sarana Kesehatan lainnya dan hal yang sama apakah dilakukan
11
pada bulan penimbanagan balita yang diadakan dua kali dalam setahun yakni pada
bulan februari dan agustus?; Sehingga bagaimana besaran stunting pada saat
penimbangan bulan balita?; Bagaimana pula persepsi para penentu kebijakan dan
pelaksanaan program Gizi dan KIA yang secara langsung menggawangi kegiatan
stunting?.
berdasarkan data dari e-PPGBM tahun 2020 dan tahun 2021, mengetahui
Penelitian ini hanya melihat hasil penimbangan bulan balita dengan tidak
12
2. Bagaimana persepsi Stakeholder tentang magnitude stunting dan wasting
stunting?
di tingkat masyarakat?
stunting?
tingkat masyarakat?
13
1.4.1. Manfaat Teoritis
berdasarkan bulan penimbangan balita tahun 2020 dan tahun 2021, diketahuinya
perkembangan bayi dan balita untuk percepatan penurunan stunting, serta apakah
masyarakat
tahun 2021. Pemilihan untuk mempergunakan data e-PPGBM adalah karena data
score <2SD sesuai WHO (2006). Data tunting yang saya dapatkan dari EPPGBM
yang isinya meliputi no balita pada saat penimbangan , NIK, Nama balita, jenis
kelamin, tanggal lahir, Berat badan lahir, nama orang tua, prov, Kab/kota,
14
Kecamatan, Puskesmas, Desa/kelurahan , pos yandu, tanggal penimbangan, berat
Dalam penelitian ini mempunyai ukuran sampel yang besar dengan jumlah
balita sebesar 3 juta dan cakupan geografi yang luas meliputi 27 kabupaten dan
kota, dan 5.300 desa. Sehingga dari data ini mempunyai kekuatan yang cukup
besar,dari data yang didapatkan dari e-PPGBM ini, hanya diketahui merupakan
PosYandu atau difasilitas lainnya, tidak mengetahui pasti siapa yang melakukan
pengukuran berat badan dan tinggi badan, serta apakah mereka yang
melakukannya sudah dilatih dan terampil dalam melakukannya. Dan apakah data
monitoring terhadap hasil penimbangn bulan balita dan apakah data tersebut
dipantau terus sampai ada perbaikannya, serta apakah ada tindakan intervensi
data tersebut maka kriteria inklusi: (1) yakni data hasil penimbangan bulan balita
yang lengkap meliputi no balita pada saat penimbangan; (2) NIK; (3) Nama balita,
jenis kelamin, tanggal lahir; (4) Berat badan lahir; (5) nama orang tua; (6) prov;
(7) Kab/kota; (8) Kecamatan; (9) Puskesmas; (10) Desa/kelurahan; (11) pos
yandu; (12) tanggal penimbangan; (13) berat badan saat ditimbang; (14) Tinggi
badan saat ditimbang; (15)m umur balita 0 bulan/baru lahir sampai berumur 2
tahun , nalita yang datang ke penimbangan minimal dua kali datang tanpa melihat
urutannya dan mengeluarkan data-data balita yang tidak lengkap seperti diatas.
15
data eklusi : data yang tidak lengkap , data balita yg umurnya lebih dari 2 tahun,
balita yang datang hanya satu kali .Penelitian ini tidak melihat jenis intervensi
gizi apa yang diberikan tetapi melihat apakah dilakukan monitoring terhadap hasil
bulan penimbangan balita tersebut sehingga dapat diketahui faktor apa yang
berhubungan dengan monitoring ini ada beberapa variable yang dilihat antara lain:
proyeksi )
7. diketahuinya intervensi
Beberapa pemikiran :
1. Bila pengukuran berat badan dan tinggi badan dan pencatatan hasilnya
timely, reliable, comprehensive, dan sesuai dengan kondisi balita saat tsb
16
balita maka akan diketahui balita yang stunting tersebut apakah ada
3. Bila ada perspektif yang sama mulai dari pelaksanan sampai penentu
memperbaikinya
HIPOTESIS
1. Besaran stunting akan tergambarkan dengan benar bila seluruh balita yang
ada ditimbang pada bulan penimbangan balita dapat ditimbang dan diukur
tinggi badannya
tersedia dan alat tsb sudah ditera maka akan menghasilkan data yg dapat
dipercaya
3. Bila penimbngan tsb dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih makan
5. Bila ada perhatian dari orang tua, petugas, kepala desa. camat, kepala
piskesmas, dinas Kesehatan kan kota, lintas sector terkait dan masyarakat
17
makan maja data yg dihasilkan akan menjadi perhatian mereka untuk jadi
7. Apabila ada kejelasan out put dan out come maka aka nada kejelasan
(kades/camat/bupati).
2. Dan Fakta apa yang berpengaruh pada tindakan positif terhadap persepsi
camat/bupati
LITERATUR :
hingga 2020
stunting )???????
18
yang dilakukan …. Yang akan ada. Meliputi kurang memenuhi
sector ,
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Stunting
2.1.1. Definisi
yang dialami anak-anak akibat asupan gizi yang kurang dalam waktu lama,
penyakit infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang tidak adekuat. ( Endang
19
l achyadi at All. 2020 buku pencegahan stunting , pentingnya peran 1000 hari
pertama kehidupan ). Stunting adalah kondisi tinggi badan seseorang yang kurang
dari normal berdasarkan usia dan jenis kelamin. Tinggi badan merupakan salah
Adanya stunting menunjukkan status gizi yang kurang (malnutrisi) dalam jangka
waktu yang lama (kronis). (Dr. Aryu Candra MKes(Epid) Fakultas Kedokteran
selama periode kritis dan didiagnosis sebagai tinggi badan untuk usia kurang dari
Dunia WHO (WHO, 2006 ). Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak
balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak lebih pendek untuk usianya,
kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
kehidupana setelah lahir tetapi baru tampak setetalah anak berusia 2 tahun. ( ditjen
2.1.2 Epidemiologi
Angka stunting di Dunia pada tahun 2000 yaitu sebesar 32,6% dan
menurun pada tahun 2017 menjadi 22,2% yang artinya sekitar 150,8 juta balita di
dunia mengalami stunting dan lebih dari setengah balita stunting di dunia berasal
dari 83,6 juta balita di Asia (55%) dan lebih dari sepertiganya (39%) tinggal di
Afrika. Dari balita 83,6 juta stunting di Asia, proporsi terbanyak berasal dari Asia
Selatan (58,7%) dan proporsi paling sedikit di Asia Tengah (0,9%).( Indonesia
20
78.) Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di
lebih tinggi dibanding tehun 2013 (19,2%) dan tahun 2007 (18%). Sehingga bila
dilihat prevalensi stunting secara keseluruhan baik yang mild maupun severe
(pendek dan sangat pendek), maka prevalensinya sebesar 30,8% (Badan Penelitian
prevalensi stunting di dunia yang sebesar 22%. Dengan maka dapat dikatakan
posisi tertinggi ke-3 setelah Timor Leste dan India, dan Prevalensi stunting di
tahun 2007 hingga tahun 2018 terdapat penurunan balita sangat pendek 12
(stunting berat) sebesar 6,4 %. Namun prevalensi balita pendek atau stunting
21
mengalami peningkatan sebesar 1,3%. Prevalensi balita sangat pendek dan
pendek usia 0-59 bulan di Indonesia tahun 2017 adalah 9,8% dan 19,8%. Kondisi
ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu prevalensi balita sangat pendek
sebesar 8,5% dan balita pendek sebesar 19%. Provinsi dengan prevalensi tertinggi
balita sangat pendek dan pendek pada usia 0-59 bulan tahun 2017 adalah Nusa
Tenggara Timur, sedangkan provinsi dengan prevalensi terendah adalah Bali.( Dr.
bawah usia 2 tahun (baduta) di Indonesia juga masih tinggi yaitu 29,9%. Propinsi
dengan prevalensi stunting pada baduta paling tinggi adalah Aceh, sedangkan
paling rendah adalah DKI Jakarta. Periode usia 0-2 tahun adalah periode yang
sangat penting dalam kehidupan. Periode ini disebut periode emas (golden period)
karena pada periode ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat
yang akan mempengaruhi masa depan seorang anak. Malnutrisi yang terjadi pada
periode ini dan tidak segera diatasi dapat menetap sampai di usia dewasa. Anak
yang mengalami malnutrisi pada periode ini juga lebih berisiko menderita
penyakit degeneratif lebih cepat dibandingkan anak dengan status gizi normal. (
22
Indonesia masih tinggi. Pengetahuan tentang stunting tidak hanya dibutuhkan oleh
ahli gizi namun juga dibutuhkan oleh semua pihak yang terlibat dalam bidang
di Indonesia masih banyak yang mengalami kurang gizi kronis dan program
seperti data yg didapat dari hasil Riskesdas, studi status gisi Indonesia ( SSGI ),
dan e-PPGBM. Data stunting dapat menggambarkan besaran masalah status gizi
balita ( Kemkes Buku saku studi status gisi Indonesia des 2021 kementrian
address sehingga dengan aplikasi e PPGBM ini akan membantu surveilans gizi
Untuk mendapatkan data gizi yang dapat dipercaya dari e-PPGBM maka
Input, proses dan out put harus di penuhi ( Donabedian ). Pengujian kualitas data
merupakan tahap penting yang harus dilaksanakan seperti disarankan oleh WHO
dan UNICEF sebelum melakukan analisis data. Uji plausibilitas adalah uji
kualitas data antropometri yang disarankan oleh WHO dan UNICEF dengan
23
menggunakan data tinggi badan, berat badan, umur, dan jenis kelamin ( buku
Salah satu masalah terbesar dalam masalah data adalah bagaimana orang akan
mempercayai data tersebut, perusahaan besar seperti Nielsen dan Comscore pun
merasa sulit untuk memiliki kumpulan kebenaran data yang cukup besar , padahal
kepada umum untuk turut terlibat dan kunci kesuksesannya adalah “ melalui
penggunaan data pengguna “ ( Forbes , 9 Feb 2021 ) hal ini sesuai dengan yang
dunia saat ini data digital, merupakan sebuah kebutuhan yang hadir dengan
banyak tantangan dan peluang yang menuntut berbagai strategi dan solusi
2.1.4. Etiologi
24
serius [Moridi G, Fathi M. Malnutrition in children under five in Iran. J Nurs
of malnutrition among Iran’s under five-year-old children and the related factors:
masa pertimbuhan bayi dan anak untuk mencapai tinggi dan berat badan optimal
dibutuhkan seluruh zat gizi ( mikro dan makro ) secara seimbang yang diperoleh
dari menyusui secara eklusif sampai 6 bulan diteruskan dengan ASI dan MP Asi
sampai berumur 2 tahun.( ditjen gizi kemkes 2019 ). Pertambahan berat badan
selama hamil yang di bawah standar dan asupan zat gizi yang di bawah angka
kecupan gizi,selain itu faktor pendidikan dan status ekonomi jelas berpengaruh
pada status gizi pendek ( buku pendek/ stunting, trihono at all 2015 ). Riskesdas
2013 menunjukkan bahwa prevalensi BBLR dengan panjang badan bayi baru lahir
lahir kurang dari 48 cm adalah 20,2 %. Dan untuk tingkat nasional terjadi
penurunan prevalensi pendek pada balita pada tahun 2001 yaitu dari 29,5%
menjadi 28,5% pada tahun 2004, selanjutnya menjadi 36,8% tahun 2007, lalu
menurun menjadi 35,6% pada tahun 2010 dan meningkat lagi pada tahun 2013
menjadi 37,2% Untuk anak usia sekolah, terjadi fluktuasi prevalensi pendek, 32%
tahun 2001, menjadi 30% tahun 2004, meningkat menjadi 33,4% pada tahun
2007, menurun kembali pada tahun 2010 menjadi 28,3%, namun kembali
meningkat pada tahun 2013 menjadi 31,7%. Bayi yang dilahirkan kurang dari 48
Cm mengalami fluktuasi nutrisi yang tidak memadai pada periode 1000 hari
pertama kehidupan begitu penting hingga ketidak cukupan gisi pada masa tersebut
25
kognitif gangguan dan pengurangan kinerja [ Monitoring the Situation of
children under 5 years old in Iran: a policy analysis. PLoS One. 2019;14(3):
e0213136 6].
Bayi yang lahir dengan panjang badan pendek pada tahun 2013 tercatat
20,2% berdampak pada jumlah balita pendek sebanyak 8,9 juta dan pendek pada
anak usia sekolah (5-18 tahun) 20,8 juta ( Buku Pendek/Stunting, TrihonoAt All
sarana perawatan kesehatan yang paling penting dari anak-anak, dan gangguan
pertumbuhan adalah tanda pertama yang dapat dikenali dari masalah medis,
sosial, dan terutama gizi, Gizi buruk adalah suatu keadaan kekurangan, kelebihan
terdekat seperti status gizi ibu, praktik menyusui, praktik pemberian makanan
pendamping, dan paparan infeksi serta faktor penentu distal terkait seperti
stunting , pentingnya peran 1000 hari pertama kehidupan) kerangka kerja WHO
mencakup elemen faktor ibu dan lingkungan rumah. Ada delapan faktor ibu yang
26
kelahiran pendek; dan hipertensi. Dari jumlah tersebut, gizi buruk selama
prakonsepsi, kehamilan, dan menyusui; perawakan ibu yang pendek; IUGR dan
hubungan sederhana antara berat badan kurang ibu dan pengerdilan anak (Rachmi,
Agho, Li, & Baur, 2016b ; Sari et al., 2010 . Semba, de Pee, Sun, dkk. (2008) juga
menganalisis data dari NSS (2000-2003) dan menemukan bahwa tinggi badan ibu
yang lebih tinggi dikaitkan dengan penurunan stunting pada anak 0-59 bulan .
antara tinggi badan ibu yang lebih tinggi dan penurunan stunting pada anak 6-59
(IFLS; 1993, 1997, 2000, dan 2007) cross-sectional berulang yang mencakup 13
provinsi, dan menemukan AOR stunting pada anak 24-59 bulan sebesar 2,21
rumah tangga yang buruk (fasilitas jamban yang tidak sesuai) dengan stunting
pada anak pedesaan 6-59 bulan (Bardosono et al., 2007 ). Demikian pula, Semba
et al. ( 2011) mengamati bahwa anak-anak berusia 6–59 bulan di rumah tangga
masyarakat pedesaan dan daerah kumuh perkotaan daripada rumah tangga dengan
jamban yang tidak layak. Dalam sebuah penelitian baru-baru ini, pembelian air
27
kemungkinan stunting pada anak 0-59 bulan di daerah kumuh perkotaan ( Semba
bulan yang tinggal di rumah tangga dengan air minum yang tidak diolah memiliki
kemungkinan stunting yang jauh lebih tinggi jika rumah tangga tersebut juga
kemungkinan pengerdilan yang lebih rendah pada anak 0-23 bulan di rumah
tangga yang mengonsumsi lebih dari dua kali sehari ( Ramli dkk., 2009 ) referensi
Pusat Statistik Kesehatan Nasional (NCHS): Barber & Gertler, 2009 ; Bardosono,
Sastroamidjojo, & Lukito, 2007 ; Berger, de Pee, Bloem, Halati, & Semba, 2007 ;
2007 ; Paknawin-Mock, Jarvis, Jahari, Husaini, & Pollitt, 2000 ; Semba, de Pee,
Stunting merupakan siklus yang akan berlangsung terus menerus jika tidak
segera ditasi maka akan terus berlangsung. Diperlukan perbaikan pola makan dan
pola asuh agar kebutuhan gizi pada 1000 hari pertama kehidupanan dapat
terpenuhi dengan baik. Tidak memadai nya nutrisi yang pada periode 1000 hari
status sosial ekonomi keluarga yang rendah, tingkat Pendidikan orang tua, indeks
28
kesehatan rumah tangga, literasi kesehatan, budaya gizi, karakteristik ibu seperti
BMI, nutrisi selama kehamilan, dan jumlah persalinan, karakteristik anak seperti
usia, jenis kelamin, berat lahir dan penyakit menular umum [. Demissie S, Worku
2.1.5. Klasifikasi
kekurangan gizi (undernutrition) pada anak menjadi berat badan kurang atau
underweight, stunting dan gizi kurang atau Wasting yang didasarkan kepada hasil
pengukuran berat badan, Panjang badan untuk bayi 0-23 bulan, tinggi badan untuk
anak 24-60 bulan dengan didasarkan pada nilai Z-score untuk masing-masing
Umur
z-score
(bulan)
Indikator
Antropometri
-3SD- -2SD- +1SD- >+2SD-
24-60
<-3SD >3SD
0-23
29
Sever Stunted
BB/PB √ Gizi Gizi
Gizi Buruk/ Beresiko
Kurang/ Lebih/ Obesitas/
Severe Normal Gizi
BB/TB √ Wasted/ Overweig Obese
Wasted/SAM Lebih
MAM ht
Gizi Gizi
Gizi Buruk/ Beresiko
Kurang/ Lebih/ Obesitas/
IMT/U √ Severe Normal Gizi
Thinnes Overweig Obese
Thinness Lebih
s ht
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Anak Berdasarkan WHO Child Growth Standard 2006
Berat badan kurang atau underweight adalah status gizi yang didasarkan
pada indeks berat badan menurut umur ( BB/U ). Disebut Berat badan kurang jika
BB/U berada pada < -2 SD hingga -3 SD dan berat badan sangat kurang (svere
underweight jika BB/U < -3 SD). Status berat badan kurang tidak dapat
menunjukan apakah seseorang mengalami masalah gizi yang akut (wasting) atau
kronis (stunting). Seorang anak yang mempunyai berat badan kurang dapat
merefleksikan bahwa anak tersebut kemungkinan kurus tetapi tidak pendek, tetapi
tidak kurus, atau keduanya kurus dan pendek. Oleh karena itu berat badan kurang
dikatakan sebagai indikator komposit untuk kurus dan pendek. Ketika asupan zat
gizi tidak tercukupi, terjadi perubahan atau penyesuaian fisiologis dalam tubuh
untuk memastikan agar organ-organ vital tetap dapat berfungsi dengan cara
memanfaatkan energi dari lemak dan otot. Jika disertai dengan infeksi maka
30
penurunan cadangan lemak dan masa otot akan semakin cepat terjadi. Pada awal
keduanya, maka akan terlihat terlebih dahulu adalah penurunan berat badan atau
anak tidak mengalami penambahan berat badan yang seharusnya terjadi pada
bulan berikutnya. Bila dapat dilakukan pengukuran berat atau panjang badan
maka akan terlihat apakah anak tersebut mempunyai berat badan yang rendah
untuk panjang badan nya atau masih normal. cari penelitian yg menggambarkan
hal ini
Tabel 1.1 Klasifikasi Status Gizi Anak Berdasarkan WHO Child Growth Standard 2006
2.1.4
31
Wasting adalah kondisi status gizi berdasarkan indeks berat badan menurut
Panjang badan (BB/PB ) untuk anak berumur 0-23 bulan atau berat badan
meunrut tinggi badan ( BB/TB ) untuk anak umur 2-5 tahun dengan nilai < -2SD
(table 1.1). Wasting merupakan tanda bahwa anak mengalami masalah gizi akut
yang biasanya oleh asupan gizi yang kurang dan atau mengalami infeksi, misalnya
diare. Anak dengan kondisi wasting mempunyai berat badan yang tidak
(Tabel 1.2), Yaitu wasting tingkat sedang (moderate wasting) atau juga disebut
sebagai Moderate Acute Malnutrition (MAM) dan wasting tingkat berat (server
wasting) atau Severe Acute Malnutrition (SAM). Seseorang anak dikatakan dalam
kondisi MAM jika BB/PB/ atau BB/TB berada di antara <-2 SD hinggan -3SD
atau nilai Lingkar Lengan Atas (LiLA) antara ≥11,5 cm hingga <12,5. Sementara,
seorang anak dikatakan dalam kondisi SAM jika BB/PB atau BB<-3SD, nilai
LilA < 11,5 cm, dan adanyan pembengkakan yang apabila ditekan tidak kembali
seperti semula (pitting edema). Wasting dikategoriikan sebagai masalah gizi akut,
dan seorang anak yang mengalami wasting parah akan lebih mudah terkena
menyebabkan kematian.
antara wasting dan stunting. Penelitian di Jamaika yang dilakukan oleh Wlaker
dan Golden (1988) terhadap 369 anak berusia di bawah dua tahun yang
mengalami SAM menunjukan bahwa dua pertiga dari total anak mengalami
32
pertambahan PB bila BB untuk PB nya mencapai paling tidak 85% berdasarkan
median National Center For Health Statistics (NHCS). Hal ini mengindikasikan
bahwa anak yang mempunyai BB ≥85% untuk PB-nya mempunyai cukup energi
wasting yang terjadi setelah usia 6 bulan berakitan dengan rendahnya PB/U pada
usia 17 bulan. Studi tersebut juga menunjukan bahwa wasting dapat menyebabkan
memiliki cadangan energi yang cukup untuk proses metabolisme di dalam tubuh.
risiko seorang anak mengalami stunting. Hal inilah yang menjadi dasar, mengapa
pada balita yang BB-nya tidak naik selama dua kali berturut-turut harus di rujuk
jauh lebih tinggi bila keadaan stunting dan wastingnya parah (<-3 SD) seperti
33
Gambar 1.1 Risiko Kematian pada Anak Wasting dan Stunting ( Gambar Kiri) dan Kombinasi
Efek Wasting dan Stunting terhadap Kematian Anak (Gambar Kanan)
2.1.5.3 Stunting
perkembangan yang dialami anak-anak akibat asupan gizi yang kurang dalam
waktu lama, penyakit infeksi berulang, dan stimulus psikososial yang tidak
adekuat. Anak yang mengalami stunting, terutama pada usia dini, kemungkinan
stunted didefinisikan sebagai Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi
Badan menurut Umur (TB/U) anak yang lebih rendah dari -2 Standar Deviasi
anak yang stunting pasti stunted, tetapi anak stunted belum tentu stunting.
Namun di sisi lain, anak yang mengalami stunted biasanya juga disertai
kekurangan gizi terjadi pada usia 1000 HPK, seperti otak, jantung, ginjal, dan
organ-organ lainnya. Oleh karena itu, istilah yang lebih banyak digunakan adalah
34
perkembangan anak dan kesehatannya pada usia dewasa tetap diperhitungkan
sebagai indikator terjadinya kekurangan asupan zat gizi yang kronis dan infeksi
Stunting Stunted
Kondisi gagal tumbuh kembang Kondisi gagal tumbuh ditandai
pada anak akibat asupan gizi yang dengan ukuran PB/U atau TB/U
tidak cukup dalam waktu lama, kurang dari -2 SD standart median
infeksi berulang, dan stimulus WHO Child Growth Standarts
psikologi yang tidak adekuat.
Ditandai salah satunya dengan Stunted hanya mengindikasikan
ukuran PB/U atau TB/U kurang ukuran fisik tanpa memperhitungkan
dari -2 SD standar median WHO dampak stunting.
Child Growth Standarts (stunted)
Stunting pasti stunted, tetapi stunted belum tentu stunting
Tabel 1.3 Perbedaan Stunting dan Stunted
stunting jangka Panjang, oleh karena dapat dikenali paling dini, bahkan pada saat
kelahiran, yaitu berdasarkan ukuran Panjang badan lahir (PBL). Sementara itu,
prasekolah, dan PTM bahkan muncul pada usia dewasa. Pengenalan stunting
sedini mungkin dapat mencegah dampak stunting dengan lebih efektif. Meskipun
35
untuk pertumbuhan linier (PB dan TB) diperlukan massa lemak dan otot yang
cukup, yang merupakan sumber energi tubuh bila kebutuhan tersebut tidak
didapatkan dari konsumsi, perlu juga diperhatikan pemenuhan zat gizi lainnya
asupan zat gizi mikro, yaitu vitamin dan mineral yang adekuat, seperti sulfur,
Perbedaan kekurangan gizi tertentu pada seorang anak akan dapat menyebabkan
kata stunting yang merupakan kata dalam bahasa Inggris. Namun demikian,
penggunaan kata kerdil sesungguhnya kurang tepat, Karena ternyata arti kata
kerdil tidak sama dengan makna kata stunting. Kesimpulan hasil penulusuran dari
Kerdil tidak sama dengan stunting. kerdil adalah dwarfism yang berarti
yang mempunyai tinggi badan 147 cm atau kurang yang di akibatkan faktor
genetik atau medis, baik pada perempuan maupun laki-laki. Rata-rata Tb orang
kerdil adalah 122 cm. Sementara itu, Menurut WHO Reference (2007), stunting
adalah bila seseorang mempunyai TB <-2 SD. stunting pada dewasa laki-laki yang
berusia 19 tahun, nilai -2 SD nya adalah 161,9 cm; sedangkan dewasa perempuan
36
nilai -2 SD nya adalah 150,1 cm. Artinya berdasarkan standar WHO, seorang laki-
laki dewasa dikatakan stunting bila mempunyai TB kurang dari 161,9 cm,
dari 150,1 cm. Dengan demikian, Batasan ukuran TB antara kerdil dan stunting
sangat berbeda, sehingga tidak dapat digunakan sebagai istilah yang sama.
Di pihak lain, walaupun arti atau makna kata stunting saat ini belum begitu
ado district, Somali region, Ethiopia. Sci J Public Health. 2013;1(4):175–83 19-
25].
berdasarkan jenis kelamin sesuai standar WHO 2006. Pada bayi yang baru lahir,
deteksi stunting dilihat dari Panjang Badan Lahir (PBL). Pada laki-laki, jika PBL
nya <46,1 cm dan pada perempuan <45,4 cm, maka bayi tersebut tergolong
stunted. Pada umur selanjutnya, proses deteksi stunted dilakukan dengan beberapa
langkah berikut :
1. Menghitung Umur
37
Umur adalah jarak waktu antara tanggal lahir dan tanggal dilakukan
pengukuran. Dalam kaitannya dengan status gizi anak, umur dihitung dalam
bulan penuh, sesuai standar pertumbuhan WHO 2006 untuk anak 0-59
bulan. Misalnya, seorang anak berusia 14 bulan 29 hari, maka umur anak
Pengukuran Panjang badan dilakukan pada anak yang berumur 0-23 bulan.
yang berumur 24 bulan atau lebih. Alat yang digunakan untu mengukur TB
anatar lain mikrotoa dan stadiometer. Tingkat ketelitian alat yang digunakan
1) tentukan table yang telah digunakan, table untuk anak laki-laki dan
anak perempuan;
38
3) perhatikan nilai hasil ukur berada pada range klasifikasi Z-score yang
mana;
kategori PB/U dan TB/U pada table 1.3 (klasifikasi status Gizi Anak
berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah melalui intervensi gizi spesifik
tahun 2019 di 160 kabupaten/kota dan sejak tahun 2020- 2024 pemerintah
Penyebab stunting pada bayi dan anak terbagi dalam 3 kelompok yaitu; a)
penyebab langsung, hal ini terjadi karena asupan makanan yang tidak adekuat
ataupun penyakit infeksi yang terjadi lama dan atau berulang; b) penyebab tidak
mencukupi akses terhadap pasar yang tidak terjangkau, sehingga ibu tidak
yang tidak sehat, kurangnya ketersediaan air bersih, akses terhadap pelayanan
kesahatan yang rendah; dan C) penyebab mendasar hal ini karena Pendidikan
39
makanan yang tidak adekuat, pencegahan infeksi dan rendahnya ikatan antara ibu
dan anak, hal ini sesuai seperti penelitian yang dilakukan oleh (blm ada jurnal)
Indonesia.
intervensi gizi yang mengukur dan memetakan berat badan anak dan
menggunakan informasi ini untuk menasihati orang tua sehingga mereka dapat
Growth monitoring system itu meliputi Input, proses, output, outcome, impact
dan inilah yang nanti akan dipergunakan untuk kegiatan pemantauan dan promosi
pertumbuhan (GMP) kepada para pelaksana, penentu kebijakan dan tentu kepada
para orang tua nya, untuk Input nya yang akan di lihat adalah, adanya sistrm
pencatatan yang disebut dengan e-PPBGM, jumlah kualitas kader, jumalah nakes,
apakah sudah pernah dilakukan pelatihan untuk dapat mengukur dan memetakan
berat badan anak serta mampu mengukur dengan benar Panjang badan / tinggi
badan dengan alat timbang badan yg suka diterapkan danlainnya. Proses kualitas
40
pengukuran oleh kader, pencatatan pelaporan, kehadirannya, monitoring,
dimonitor apakah sasaran nya hadir saat penimbangan , apakah hasil penimbangan
dicatat dalam e-PPGBM dengan lengkap, dimonitor apakah ada perbaikan status
gizi nya apakah dolakukan pemberian Vitamin atau makanan tambahan dan
apakah dilakukan pembahsan hasil nya di setiap tingkatan mulai dari pelaksanan
dilakukan evaluasi dan Out come apakah ada perbaikan gizi anak yang alami
untuk memonitor apakah anak balita yang ditimbang tersebut pertambahan berat
badan dan tinggi badannya sudah sesuai dengan pola yang seharusnya , dan
apakah data yang didapat tidak sesuai dengan pola yang seharusnya sudah
sehingga dapat langsung diketahui apa yang menyebabkan tidak sesuai tersebut
dan bagaimana hasil evalusinya, apakah ada pencapaian dari target yang sudah
41
2.1.5.6 Pengambilan Keputusan
Dari data hasil monitoring dan evaluasi penimbangan bulan balita dapat
balita ke penimbangan bulan balita yang tidak sesuai dengan jumlah balita yang
ada atau tercatat di suatu wilayah memerlukan keputusan apakah akan diundang
kembali ataukah petugas yang akan mengunjunginya ke rumah balita yang tidak
hadir, ataukah ada batasan minimal kunjungan balita, bila hasil monitoring
didapatkan banyak kolom yang tidak terisi atau terisi dengan data yang salah
apakah ada pengambilan keputusan untuk melatih ulang tata cara melakukan
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi bada yang benar, ataukah ada
kebijakan siapa saja yang boleh melakukan penimbangan berat badan dan
kemudian diolah untuk dijadikan kebijakan yang akan diusulkan kepada pembuat
pemanfaatan dana desa yang menyatakan bahwa dana desa dapat digunakan untuk
42
PERMENDESPDTT no 16 th 2018 disebutkan bahwa dana desa dapat
Kesehatan ibu hamil atau ibu menyusui; d) untuk mendukung kegiatan berkala iu
hamil atau ibu meyusui; e) pengembangan apotik hidup desa dan prosuk
BKKBN dll Salah satu contoh nyata adalah kegiatan di Posyandu yang
dilaksanakan secara reguler (1 bulan sekali) dan pihak yang terkait dengan
2.1.5.9 Pencagahan
2.1.5.10 Intervensi
berbiaya rendah dan dapat meningkatkan pertumbuhan dalam jangka pendek atau
43
menengah [Shrimpton R, Victora CG, de Onis M, Lima RC, Blössner M,
tinggi, biaya rendah dan intervensi jangka pendek mudah diterapkan dan efektif
menunjukkan bahwa intervensi ini harus dimulai dari awal kehamilan atau saat
suplemen zat besi dan vitamin tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan
60243]. Sebuah studi oleh Bandari et al. di daerah pedesaan India mengungkapkan
memperbaiki metode nutrisi untuk bayi dari 6 hingga 18 bulan tidak dapat
44
meningkatkan berat badan mereka [Bhandari N, Mazumder S, Bahl R, Martines J,
dapat dipantau secara berkala dan efektivitas intervensi dapat dikendalikan dalam
termasuk gizi, sangat berbeda dari kebijakan lain, serta kepentingan dan tujuan
of the nutrition policy making in Iran. PhD Thesis. Tehran: Teheran University of
politik yang kuat program merupakan kekuatan utama dari kebijakan gizi; dan
(East Asia and Pacific Regional Office); 1992, Gurney J. A situation analysis and
agenda for the turn of the century for countries of the south-east region of WHO,
part I: program file (nutrition). In: Paper discussed in the FAO/WHO Asia and
45
Indonesia dilakukan dengan proses konvergensi gizi spesifik dan sensitive didesa
ketahanan pangan kluarga , pola asuh balita , peningkatan asupan makanan dan
surveillance gizi
sumber daya kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, peran serta dan
serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna
pusat dan daerah dengan memperhatikan otonomi daerah dan otonomi fungsional
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui SKN. Pasal 3 (ayat 1) Komponen
46
kesehatan; e) sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan; f) manajemen,
dimaksud pada ayat (1) yang dibina oleh Menteri hanya bagi tenaga kesehatan dan
pada ayat (1) meliputi pemikiran tentang pelaksanaan, tujuan, dan prinsip dasar
pembangunan kesehatan.
pengalaman negara lain, dapat dijadikan model untuk mendapatjan data status gizi
yang dapat diperanggung jawabkan dan yang dapat dipergunakan untuk sumber
data melakukan intervensi dengan tepat sasaran yang ahirnya dapat diketahui
47
menyelaraskan kegiatan semua pemangku kepentingan secara komprehensif dan
National Document for child nutrition in Iran: a vital need. Ann Nutr Metab.
2018;73(3):250–149].
kekurangan gizi pada anak dengan menggunakan model yang sesuai untuk
menggunakan kombinasi beberapa model. Model dari UNICEF dan WHO adalah
Model UNICEF sendiri berdasarkan dari tiga tingkat penyebab yakni : dasar,
perlu diperhatikan untuk mencegah dan mengendalikan gizi buruk. Model WHO
National Document for child nutrition in Iran: a vital need. Ann Nutr Metab.
menganggap anak dan ibu sebagai dua pilar utama, dan memerlukan pemahaman
yang lebih dalam tentang budaya model di setiap daerah untuk merumuskan
program yang dibutuhkan [Stewart CP, Iannotti L, Dewey KG, Michaelsen KF,
for stunting prevention. Matern Child Nutr. 2013;9(S2):27–4553, Flax VL. ‘It
48
2.2. Kerangka Pemikiran (Premis)
yang termuat dalam data e-PPGBM. e-PPGBM adalah sebuah system yang
diseluruh Indonesia akan menerapkan system ini, system ini menampung semua
data penimbangan bulan balita yang dilakukan dua kali dalam satu tahun pada
bulan februari dan agustus, pada bulan tersebut bersamaan dengan pemberian
vitamin A pada balita. Selain data tersebut menampung data setiap balita mulai
dari nama, tanggal lahir, berat badan pada saat lahir, panjang badan saat lahir,
nama orang tua, nomor induk kependudukan orang tua, alamat rumah, tempat
pemberian vitamin A dan PMT. Sehingga sebetulnya apabila semua data tersebut
diisi dengan benar dan akurat , dimonitoring, maka kita dapat menganalisis
apakah tujuan dari dibuatkannya ePPGBM tersebut tercapai atau tidak ataukah
kita masih memerlukan sebuah alat untuk membantu tercapainya dari tujuan akhir
system ePPGBM yakni untuk memantau pertumbuhan balita dan banyak data
49
Peneliti berpikirian bahwa apabila seorang bayi/batita/balita dapat dimonitor
terus secara kontinyu, maka kita dapat sedini mungkin kita dapat lebih fokus
untuk melakukan intervensi agar ada progress yang membaik. Dengan cara
monitoring seperti ini diharapkan intervensi yang dilakukan dapat terpusat dengan
optimal dan pendampingan yang lebih jelas sehingga bantuan pemerintah atau
swasta tidak terhamburkan begitu saja, permasalahnnya yang ada saat ini adalah
tidak dilakukan monitoring berjenjang mulai dari tingkat pelaksana sampai tingkat
propinsi. Sehungga beberapa hal seperti bayi/batita/balita tidak rutin hadir saat
penimbangan tidak segera dientry kedalam system dukarenakan sulit log in , tidak
membawa buku KIA saat penimbangan, atau ada yang pindah, sedang tidak
berada di tempat, demikian pula tidak dimonitor dari sudut tenaga yang
melakukan penimbangan saat ini yang tidak selamanya dilakukan oleh tenaga
yang sudah yang akan menyebabkan tidak tepat cara pengukuran, tidak segera
menginput data ke dalam system, tidak benar cara menuliskan berat badan dan
tinggi badan dan bila dilihat dari sisi monitoring system nya tampak ada yang
yang hasilnya tidak dianalisis dan dimonitoring secara berkelanjutan setiap setelah
dilakukan penimbangan bulan balita. Pada penelitian ini peneliti hanya melihat
kepada data yang sudah terekam dalam data e-PPGBM yang diambil dari tingkat
provinsi, untuk mengambil data hasil ePPGBM pun Dinas Kesehatan Provinsi
tertentu yang diberi akses untuk dapat mengambil data tersebut, data ePPGBM
50
yang diinput dari tempat penimbangan akan langsung masuk kedalam sistem e-
memerlukan data tersebut maka petugas yang mempunyai akses yang dapat
mengambilnya. Hal ini lah mungkin salah satu sebab data hasil penimbangan
bulan balita tidak selalu di monitor atau dianalisis baik di tingkat kabupaten/Kota
maupun di tingkat provinsi. Pada akhirnya data yang terhimpun pada system
stunting (Pendek dan sangan pendek) untuk setiap kabupaten/kota dan provinsi
tetapi sulit untuk melacak apakah yang terjaring stunting tersebut diikuti
dimonitor bersama serta diikuti terus pada hasil penimbangan bulan balita
dirumahnnya, dan lain lain. Penelitian ini ingin melihat dari data yang termuat
dalam ePPGBM apakah sudah dilakukan monitoring tidak saja berapa banyak
stunting dan menjadi normal sesuai dengan pola pertumbuhannya dan dapat
dimonitor apakah bantuan pemerintah atau swasta selama ini baik intervensi
51
secara spesifik maupun intervensi lainnya tepat diberikan kepada yang stunting
atau diberikan masal begitu saja kepada setiap yang datang ke penimbangan,
sehingga apabila intervensi dilakukan bersama dan terfokus pada ssaaran yang
tepat.
Provinsi
- Validasi
- monitoring Data yang sudah diinput dari bawah bias
- Pengguna langsung diakses oleh setiap jaringan
Kab/Kota Puskesmas
Pos Yandu
Pengambilan Data
- Input Excel
- Input ePPGBM
2.3. Hipotesis
52
Pengertian hipotesis dapat diartikan sebagai dugaan sementara. Dikatakan
sebagai dugaan sementara karena bentuknya masih dugaan yang perlu dibuktikan
Research question
53
3) Bagaimana perkembangan Bayi pendek, sangat pendek selama 4 kali
pengukuran per kabupaten. dicari dari bayi baru lahir februari dan
3) Bagaimana Outcome:
4) Bagaimana Impak:
1) Bagaimana input:
2) Bagaimana Proses:
3) Bagaimana Outcome:
54
Desain:
a. In depth interview
b. FGD
c. Teori substantif
d. Instrumen survei
a. FGD
55
56
57