PENDAHULUAN
daya manusia yang berkualitas dikemuadian hari, mereka akan menjadi sumber
daya manusia yang selain sehat, cerdas, kreatif, juga akan mampu berdaya saing.
Untuk mendapatkan hal tersebut maka persiapan sumber daya manusia haruslah
dilakukan sedini mungkin dan hal ini adalah merupakan tanggung jawab kita
bersama. Hampir di semua negara saat ini gizi masih merupakan permasalahan.
gizi ( ……….. ) menurut data yang bersumber dari Asian Develepment Bank
dan perkembangan semua balita yang ada melalui kegiatan Pos Yandunya dan dua
penimbangan balita “ yang diadakan pada bulan februari dan agustus yang
normal, stunting, wasting. Untuk mendapatkan data tentang stunting bisa didapat
dari hasil Riskesdas dan dari hasil penimbangan bulan balita yang diadakan dua
1
kali dalam setiap tahun,. Arahan Presiden Joko Widodo untuk melakukan
2024 yang mengamanatkan Stunting sebagai salah satu program prioritas nasional
Saat ini data tentang stunting berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
dan ini menurun dari 37, 2% di tahun 2013. Walaupun menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) presentase stunting yang masih dapat ditolelir paling
yang diadakan pada bulan Februari dan Agustus setiap tahun pencatatannya sudah
mempergunakan sistem elektronik yang terkoneksi mulai dari pos yandu sampai
dengan kementrian Kesehatan, sistem ini disebut dengan EPPGBM. Data tersebut
selain dapat dipergunakan untuk monitoring dan evaluasi program perbaikan gizi,
juga dapat dipergunakan sebagai data dasar untuk merencanakan penurunan angka
stunting oleh lembaga pemerintah dan non-pemerintah. Hal ini dapat tercapai
apabila didukung dengan tersedianya data yang valid dan dapat dipercaya. yang
ahirnya dapat mencapai tujuan untuk menurunkan angka stunting dan menjadikan
balita tumbuh dan berkembang dengan sehat. Untuk itu diperlukan sebuah konsep
terintegrasi berbasis bukti hal ini dapat diwujudkan ketika bayi sudah terdeteksi
pertama kali saat dilahirkan karena Berat Badan Lahir nya kurang dari 2500 gram
dan atau panjang badan lahirnya kurang dari 48 cm. Data tersebut saat ini sudah
tercatat dalam system yang dikenal dengan EPPGBM. Diharapkan bila sudah
2
terdeteksi dan tercatat terus-menerus pada bulan penimbangan berikutnya
terdeteksi dangan resiko stunting atau wasting tersebut dapat dimonitor dan
……apakah sudah menjadi normal atau belum. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang lebih besar untuk menderita stunting dan wasting. Sehingga apabila
dilakukan intervensi di masa ini dan dimonitor terus maka diharapkan akan
menjadi lebih baik. Stunting didefinisikan sebagai keadaan tubuh yang pendek
dan sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD di bawah median panjang atau
Linier (RPL) yang muncul pada dua sampai tiga tahun awal kehidupan dan
merupakan refleksi dari akibat atau pengaruh dari asupan energi dan zat gizi yang
kurang serta pengaruh dari penyakit infeksi, karena dalam keadaan normal berat
badan seseorang akan berbanding lurus atau linier dengan tinggi badannya.
Status kesehatan dan gizi anak dapat dinilai melalui pemantauan tumbuh
kembang secara rutin (RGM). Hal ini memberikan peluang untuk implementasi
Pandemi Covid 19 yang diumumkan pada 11 Maret 2020 oleh badan kesehatan
dunia / World Health Organization (WHO) hal ini berdampak luas untuk semua
3
aspek kehidupan termasuk berlangsungnya kegiatan penimbangan di Pos Yandu
dan kegiatan pada saat bulan penimbangan balita akibat restriksi bepergian,
seluruh wilayah Indonesia saat libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 (Nataru).
2019 pada Saat Natal Tahun 2021 dan Tahun Baru Tahun 2022 (Nataru) yang
salah satu pesannya adalah menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang lebih
untuk menghindari penyebaran infeksi dan kasus aktif yang meluas. Pengetatan
nasional jumlah baduta yang dikategorikan gizi buruk dan kurang mencapai
15,2% pendek 29,9% serta kurus dan sangat kurus 11,7%. Proporsi stunting ini
ternyata berbeda untuk setiap propinsi dan kabupaten /kota. Data di Propinsi Jawa
Barat dari Riskesda 2018 diketahui Panjang badan / umur Baduta umur 6-11 bulan
sangat pendek 9,45 %, pendek 9,19 % dan normal 81 36 % ( dengan jumah baduta
yg ditimbang sebesar 609 baduta ), untuk umur 12- 23 bulan sangat pendek 14,43
4
%, pendek 22,10 % , normal 63,47 % ( dengan jumlah baduta yg ditimbang
sebasar 1.130 baduta ) sehingga menurut Riskesda baduta stunting 6-11 bulan
sebesar 18,62% dan baduta umur 12- 23 bulan sebesar 36,53 %). Hasis survei
SSGBI Jawa Barat tahun 2019 didapatkan data prevalensi stunting 26,2 %
didapatkannya angka yang berbeda beda dari setiap kabupaten /kota sementara
kebijakan Stranas dan Rencana aksi Nasional (sebagaimana yang dimaksud pada
keluarga beresiko stunting; (c) pendampingan semua calon pasangan usia subur;
(d) surveillance keluarga beresiko stunting; (e) audit kasus stunting. Hal ini harus
dengan jumlah bayi balita yang sangat besar jumlahnya. Di masa pandemi ini,
kelompok anak-anak dan remaja termasuk kelompok rentan yang akan mengalami
defisit konsumsi dan akhirnya akan berisiko mengalami kurang gizi. (lestari 2021,
selain akan rentan diserang oleh berbagai penyakit hal ini tentu merupakan
5
kerugian ekonomi yang menurut World Bank dapat mencapai 2 hingga 3 persen
memperbaiki status gizi balita ini tentu akan berhasil apabila ada kejelasan dalam
penurunan stunting.
1.85 % dari luas wilayah indonesia, provinsi jawa barat memiliki kondisi alam
6
Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok,
Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar, serta terdiri dari 627
statistik BPS Jawa Barat edisi Desember 2020 sebanyak 49.935.858 jiwa. Adapun
Kabupaten Bandung, Kota Bekasi dan Kabupaten Garut. Jumlah Balita tahun
tahun 2020 secara kumulatif sampai Triwulan III 2020 terkontraksi 2,52% sebagai
dampak dari pandemic Covid-19 sehingga hal ini akan mempengaruhi pula
Pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat pada tahun 2020 mengalami penurunan jika
Covid-19. Secara umum, pada periode September 2019 sampai dengan September
pemerintah untuk menurunkan prevalensi stunting, upaya ini dilakukan mulai dari
tingkat pelayanan primer yakni Puskesmas dan pelayanan sekunder dalam hal ini
7
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan,
Provinsi Jawa Barat tahun 2020 tercatat sebanyak 1.093 puskesmas, yang terdiri
dari 299 puskesmas rawat inap dan 794 Puskesmas non rawat inap. Pelayanan
dengan masyarakat seperti yang kita kenal dengan nam Pos Yandu, untuk tahun
2020 jumlah Pos yandu sebanyak 52.445 buah yang salah satu kegiatannya adalah
melakukan penimbangan berat badan dan tinggi badan balita, selain kegiatan
kesehatan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2020 sebanyak 129.115 orang dan tenaga
tenaga kesehatan di Jawa Barat adalah tenaga perawat sebesar 55.467 orang,
terdapat sebanyak 2.648, dokter spesialis terdapat sebanyak 10.523 orang dan
dokter umum sebanyak 10.079, jumlah tenaga dokter spesialis lebih banyak dari
tenaga dokter umum karena adanya double entry pada pencatatan dokter spesialis.
Untuk tenaga gizi dan dokter gigi masing-masing sebanyak 2.469 orang dan 2.220
orang. Dua urutan terbawah jumlah tenaga kesehatan adalah tanaga keterafian
fisik sebanyak 1.251 orang dan Tenaga Kesehatan Lingkungan sebanyak 1.356
orang.demikian pula dengan jumlah tenaga kader kesehatan yang jumlahnya turun
8
naik, menurut peraturan untuk setiap pos yandu memerlukan 5 orang kader
sehingga apabila terdapat 52.445 posyandu maka akan terdapat 262.225 kader.
Upaya kesehatan anak termasuk upaya untuk menurunkan stunting diatur dalam
permenkes Nomor 25 Tahun 2014 bahwa setiap anak barhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
kunjungan bayi dan balita untuk mendapatkan akses bayi terhadap pelayanan
kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila hasil penimbangan berat badan
dan pengukuran tinggi badan yang tidak sesuai dengan polanya untuk cepat
mendapat tindak lanjut sehingga diharapkan ada peningkatan kualitas hidup bayi
balita dengan stimulasi tumbuh kembang dengan demikian hak anak mendapatkan
bayi termasuk salah satu dari beberapa indikator yang bisa menjadi ukuran
bayi ditujukan pada bayi usia 29 hari sampai dengan 11 bulan (Penapisan keluarga
dapat dilakukan seutuhnya oleh pelaksana di daerah?; Apakah semua balita yang
ada di daerah tersebut semuanya tercatat dan ditimbang setiap bulannya di Pos
Yandu atau di sarana Kesehatan lainnya dan hal yang sama apakah dilakukan
9
pada bulan penimbanagan balita yang diadakan dua kali dalam setahun yakni pada
bulan februari dan agustus?; Sehingga bagaimana besaran stunting pada saat
penimbangan bulan balita?; Bagaimana pula persepsi para penentu kebijakan dan
pelaksanaan program Gizi dan KIA yang secara langsung menggawangi kegiatan
stunting?.
berdasarkan data dari EPPGBM tahun 2020 dan tahun 2021, mengetahui
Penelitian ini hanya melihat hasil penimbangan bulan balita dengan tidak
.Note : Pendauhuluan merupakan sekilas pertanyaan penelitian, yang berisi tinjauan dari bab-bab
selanjutnya. Dalam pendahuluan memuat tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian.
Latar belakang memuat masalah/fenomena yang akan diteliti serta pentingnya untuk diteliti.
Identifikasi masalah berisi sejumlah permasalahan penelitian yang dapat muncul sehubungan
dengan pemicu masalah penelitian.
Pembatatasan masalah (apabila diperlukan) dilkaukan agar fokus penelitian tidak kabur atau
meluas kareana keterbatasan waktu, biaya, tenaga, dan teori. Tujuan penelitian memuat sasaran
yang ingin dicapai dan mengacu pada rumusan masalah. Sedangkan Manfaat penelitian
memaparkan hasil penelitian secara teoritis dan praktis.
10
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah yang timbul pada
stunting?
masyarakat?
stunting?
11
4. Mengevaluasi model konseptual sistem monitoring pertumbuhan
masyarakat?
berdasarkan bulan penimbangan balita tahun 2020 dan tahun 2021, diketahuinya
perkembangan bayi dan balita untuk percepatan penurunan stunting, serta apakah
12
data EPPGBM adalah karena ke dua data tersebut sudah banyak dipergunakan
score <2SD sesuai WHO (2006). Data tunting yang saya dapatkan dari EPPGBM
yang isinya meliputi no balita pada saat penimbangan , NIK, Nama balita, jenis
kelamin, tanggal lahir, Berat badan lahir, nama orang tua, prov, Kab/kota,
Dalam penelitian ini mempunyai ukuran sampel yang besar dengan jumlah
balita sebesar 3 juta dan cakupan geografi yang luas meliputi 27 kabupaten dan
kota, dan 5.300 desa. Sehingga dari data ini mempunyai kekuatan yang cukup
besar,dari data yang saya dapatkan dari EPPGBM ini, hanya diketahui
siapa yang melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan, serta apakah
bulan balita dan apakah data tersebut dipantau terus sampai ada perbaikannya,
13
serta apakah ada tindakan intervensi untuk memperbaikinya serta apakah ada
kebijakan yang dibuatnya. Saya membuat kriteria inklusi: (1) yakni data hasil
penimbangan; (2) NIK; (3) Nama balita, jenis kelamin, tanggal lahir; (4) Berat
badan lahir; (5) nama orang tua; (6) prov; (7) Kab/kota; (8) Kecamatan; (9)
Puskesmas; (10) Desa/kelurahan; (11) pos yandu; (12) tanggal penimbangan; (13)
berat badan saat ditimbang; (14) Tinggi badan saat ditimbang; (15) dan
mengeluarkan data-data balita yang tidak lengkap seperti diatas. Penelitian ini
tidak melihat jenis intervensi gizi apa yang diberikan tetapi melihat apakah
dapat diketahui faktor apa yang berhubungan dengan monitoring ini ada beberapa
proyeksi )
7. diketahuinya intervensi
Beberapa pemikiran :
14
1. Bila dilakukan monitoring bertahap mulai dari tingkat Puskesmas, tingkat
balita maka akan diketahui balita yang stunting tersebut apakah ada
2. Bila ada perspektif yang sama mulai dari pelaksanan sampai penentu
memperbaikinya
HIPOTESIS
1. Besaran stunting akan tergambarkan dengan benar bila seluruh balita yang
ada ditimbang pada bulan penimbangan balita dapat ditimbang dan diukur
tinggi badannya
stunting
(kades/camat/bupati).
15
2. Dan Fakta apa yang berpengaruh pada tindakan positif terhadap persepsi
camat/bupati
LITERATUR :
hingga 2020
stunting )
MONITORING
dan terendah akan dilakukan FGD untuk dilihat bagaimana persepsi bidan
16
17