Anda di halaman 1dari 11

ANALISA DATA SEKUNDER

IMPLEMENTASI INDEKS DESA MEMBANGUN (IDM)


DI KECAMATAN GUNUNGPUTRI KAB.BOGOR

Fajar Imani Nurismawan


I3530211009

MAGISTER SOSIOLOGI PEDESAAN SEKOLAH PASCASARJANA


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
IPB UNIVERSITY
BOGOR
2021
I. PENDAHULUAN

Desa menjadi sentralistik data yang mendorong pada pembangunan dan pengambilan kebijakan
dimulai dari Pemerintah Pusa hingga lingkup terkecil Kelembagaan Pemerintah Desa.
Terbangunnya data akurat dan tepat sasaran tentu mendukung penentuan kebijakan yang
strategis dan berdaya guna dalam berbagai elemen pembangunan masyarakat. Data yang baik
yang diambil dan disusun dari sumbernya yaitu Desa, akan mendorong kebijakan yang baik pula,
sebaliknya data yang buruk akan mendorong pada kebijakan yang tidak baik atau salah sasaran
serta jika tidak ada data maka tidak aka nada kebijakan karena tidak terhubung dan terserap
kebutuhan yang diharapkan masyarakat sebagai input dan pertimbangan dalam pengambilan
kebijakan.

Adanya peraturan yang mengatur keberjalanan tata kelola desa melalui UU No.6 Tahun 2014
yang menerangkan bahwa desa atau juga disebut dengan desa adat, sebagai sebuah kesatuan
masyarakat hukum yang hidup dalam sebuah kawasan wilayah dengan batas tertentu yang
memberi keleluasaan untuk mengatur dan mengorganisir wewenang serta urusan pemerintahan
yang berkaitan dengen kepentingan warga desa dilingkungan tersebut berdasarkan usulan, hak
radisional yang diakui serta dihormati dan berbagai respon masyarakat dalam system
pemerintahan Negara Indonesia.

Desa dalam menyukseskan tujuan Negara, berkewajiban mengupayakan pembangunan yang


bersifat fisik maupun non fisik seperti pengelolaan sumberdaya manusia yang dinilai dapat
meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan yang di desain agar
berkelanjutan merupakan pembangunan yang ramah ekologis yang tidak merusak lingkungan
serta memberi keleluasaan terhadap ruang-ruang pembangunan yang ada di desa (Susetiawan,
2011).

Peraturan yang menerangkan tentang Desa sebagai bentuk dorongan terhadap ruang publik yang
memberi keleluasaan sebanyak-banyaknya kepada Pemerintah Desa sehingga terjadi proses
adaptif dan aspiratif pada penyerapan aspirasi dan pengambilan keputusan oleh komunitas desa
sebagai struktur terkecil pelaksanaan kehidupan di Desa sehingga ruang-ruang musyawarah,
diskusi dan keterbukaan informasi dapat dimulai dan merealisasikannya dengan dorongan
kebijakan yang tepat sasaran dan pertimbangan hasil musyawarah dengan berkeadilan dan
berkelanjutan memperhatikan semua golongan tidak hanya kepentingan sebagian kelompok.
Pembangunan akan berjalan dengan baik jika didorong dengan minimnya egosentrisme dalam
setiap wilayah desa dan berupaya membangun kolaboratif deliberatif guna mencapai kestabilan
dan ketahanan kondisi sosial, kesehatan dan ekonomi.

Pengukuran dan tersedianya data yang mendukung sangat diperlukan untuk pengembangan
pembangunan dan intervensi dalam bentuk kebijakan sebagai langkah solutif menjawab
persoalan masyarakat sehingga pemberdayaan masyarakat desa menjadi nilai yang selalu
diterapkan dalam berbagai lini peraturan dan kebijakan berbasis swadaya. Pengukuran konteks
desa dengan Metode Indeks Membangun Desa sebagai dorongan kebijakan Kementerian Desa
dalam mensukseskan kemajuan pembangunan dari berbagai sektor (lingkungan, sosial dan
kesehatan) yang dapat terwujud di Desa. Pembangunan perdesaan dilaksanakan dalam rangka
intervensi untuk mengurangi tingkat kesejangan kemajuan antara wilayah perdesaan dan
perkotaan sebagai akibat dari pembangunan ekonomi sebelumnya yang cenderung berorientasi
pada wilayah perkotaan (Bappenas dan BPS, 2015).

II. PEMBAHASAN

Fungsi Negara dijalankan melalui Kementerian Desa, PDTT dan Transigrasi yang berupaya
mendorong regulasi terkait Indeks Desa Membangun. Kebijakan tersebut diharapkan dapat
menjadi acuan serta pencapaian pembangunan sumberdaya desa dan kebijakan kawasan
perdesaan yang berkelanjutan. Kebijakan tersebut diatur dalam Permendes, PDTT, dan
Transmigrasi No. 02 tahun 2016 tentang Indeks Desa Membangun (IDM).

Selaras pada kondisi masyarakat desa, Produktivitas masyarakat perlu didorong guna
mendukung pembangunan sumber daya manusia yang terencana dan menyeluruh dari berbagai
aspek dapat dilihat dari dari keterpenuhan Indeks Desa Membangun yang mendorong pada
pembangunan yang merata dan berkelanjutan. Arahan dan intervensi mempertimbangkan sosio-
kultur wilayah yang berbeda atau dengan pendekatan potensi dan inovasi lokal yang
meminamilsir kesenjangan dan memulai proses kemandirian masyarakat.

Nilai-nilai dalam IDM merupakan gambaran dari nilai komposit kondisi desa yang dibagi
kedalam tiga kategori, mulai dari indeks ketahanan lingkungan, indeks ketahanan social dan
indeks ketahanan ekonomi. Indikator yang menjadi acuan penilaian dalam IDM tersebut
mendorong setiap kondisi desa secara menyeluruh mencapai status desa mau hingga menjadi
desa mandiri yang terhubung dalam nawacita pembangunan dalam ketiga sector tersebut yang
berkelanjutan serta meningkatkan kesejahteraan penghidupan masyarakat desa. Jawa Barat masih
mencapai nilai yang rendah dalam pengembangan IDM pada indeks dimensi pendukung
Ketahanan Lingkungan dan Ekonomi.

Nilai Indeks Desa Membangun selain menjadi acuan, dapat dijadikan intervensi dalam
mendorong Pemerintah sebagai pembuat kebijakan yang terhubung dengan tepat dalam
menyongsong pembangunan masyarakat desa dengan tingkat partisipatifnya tinggi dan adaptif
terhadap karakteristik wilayah desa berdasarkan tipologi dan mosal sosial. Perkembangan upaya
desa dalam mencapai kemandirian desa dengan dukungan penggunaan Dana Desa yang
tearlokasi dengan maksimal dan partisipatif dalam pelibatan dan penyalurannya serta
Pendamping Desa yang kompeten dan menguasai mapping wilayah desa dan karakteristik
masyarakatnya.

Mendukung Visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat yaitu “Terwujudnya Jawa Barat Juara Lahir
Batin dengan Inovasi dan Kolaborasi” dengan membangun percepatan dan pembangunan yang
merata guna pertumbuhan wilayah yang berkelanjutan. Pemerintah senantiasa mendorong
dengan berbagai program prioritas (unggulan) mulai dari gerakan membangun desa, sistem
pasokan pangan berkelanjutan, ekonomi kerakyatan berbasis pemberdayaan masyarakat dan
inovasi temuan, dan membangun insfratuktur jaringan dan konektivitas yang menjangkau
wilayah pedesaan. Sasaran program tersebut yaitu agar meningkatnya pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat dalam kawasan pedesaan.
Perkembangan IDM di Provinsi Jawa Barat semakin membaik dengan giat kerja pembangunan
berbagai sektor, dan menetapkan rencana strategis peningkat nilai indek komposit IDM, mulai
dari 2019 dengan nilai 0,64 Point, 2020 dengan 0,66 Point yang sudah tercapai melebihi target
yang ditentukan. Tahun 2021 dengan 0,70 Point, 2022 dengan 0, 71 Point dan 2023 dengan
target 0, 72 Point. Capaian terkait Peningkatan Jumlah Desa Mandiri (Desa/Tahun) di Jawa Barat
pada tahun 2021 adalah 172 Desa dan Pengurangan Desa Tertinggal (Desa/Tahun) pada tahun
2021 adalah 60 Desa. Target Strategis kemajuan Pemerintah yang ingin dicapai ini dirumuskan
dalam RPJMDes (Tahun 2018-2023) sebagai bentuk transapasi dan akuntabilitas rencana kerja
sebagai nawacita pembangunan Masyarakat Jawa Barat. Adapun dorongan arah kebijakan yang
dilakukan adalah dengan melakukan penguatan pembangunan insfratuktur yang ter-konektif
pada kawasan pedesaan yang secara tidak langsung memperkuat sektor ekonomi serta
pengelolaan sumberdaya pada Pemerintah Desa .

Penggunaan data statistic dekriptif didasarkan pada kondisi wilayah masyarakat yang heterogen
sehingga akan mendorong pada kesimpulan penangan dan intervensi yang harus dilakukan oleh
pemangku kepentingan dalam membuat kebijakan pembangunan yang mendasar yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Tahapan penanganan dan intervensi yang dilakukan akan
mendorong percepatan pertumbuhan nilai IDM serta menjawab tantangan terkait basis data yang
dibangun ditingkat satuan terkecil seperti Kecamatan.

Pada Tahun 2020, Kabupaten Bogor dengan 416 Desa, memiliki nilai IKS 0.8183, Nilai pada
IKE 0.6518, dan Nilai IKL 0.6303 dengan total Nilai IDM 0,7001 dan masuk kedalam kategori
Kabupaten dengan status Berkembang. Banyaknya desa-desa dengan status berkembang di
Kabupaten bogor menjadi faktor penyebab status Kab.Bogor masih berkembang. Intervensi yang
perlu dilakukan oleh Kabupaten guna mendorong kenaikan nilai menjadi tugas bersama dalam
menegdepankan kebijakan yang menyasar pada kebutuhan dan wewenang desa. Selain itu,
memperhatikan dimensi yang diiringi dengan indikator yang tepat sehingga dapat di intervensi.

Tabel 1.1 Nilai Dimensi & Indikator IDM

Indk. Komposit Jumlah Jumlah Perangkat Jumlah Jumlah Data


Dimensi Indikator Indikator
Sosial (IKS) 4 14 32 337
Ekonomi (IKE) 1 6 12 120
Lingkungan (IKL) 1 2 3 23
Total 6 22 47 480

Tabel tersebut menunjukan bahwa Indeks Desa Membangun memiliki perbedaan tingkat
kebutuhan setiap Dimensi dengan kesesuaian Indikator yang berbeda. Indikator paling banyak
ada pada dimensi Ketahan Sosial (IKS) dengan 32 Indikator dan 337 Data. Sedangkan dimensi
yang sedikit memiliki Indikator adalah Dimensi Lingkungan (IKL) meski memiliki sub-dimensi
yang lebih banyak karena sector lingkungan banyak pembagiannya, tetapi jumlah Indikatornya
hanya 3 dan 23 Data. Bagaimanapun, implementasi pelaksanaan dan peningkatan nilai indeks
adalah tugas besar masyarakat sebagai penjagaan atas sumberdaya yang ada dan tidak mudah
melakukan aktivitas peningkatan nilai indeks tanpa kesadaran tugas dan wewenang kawasan
yang dapat lebih efektif jika dilakukan secara kolaboratif dan terintegrasi.
Tabel 1.2 Jumlah Indikator Tanggungan Wewenang Kawasan

Wewenang Kawasan Beban (Indikator)


Pusat 12
Provinsi 16
Kabupaten 37
Steakholder (CSR) 27
Desa 31

Tugas Wewenang Kawasan juga memiliki peran penting dalam peningkatan Nilai IDM di suatu
Desa dan Kawasan. Tugas dari setiap wewenang kawasan mendorong dalam berbagai bentuk
aturan, regulasi atau kebijakan dan aksi yang mendorong pada terhubungnya maksud dan tujuan
dari setiap wewenang yang ada. Dalam grafik ini, tugas wewenang paling besar ada pada
Kabupaten dan Desa sebagai ujung tombak pembangunan masyarakat dengan 37 dan 31
Indikator sedangkan dengan wewenang paling sedikit adalah Pemerintah Pusat karena secara
tupoksi mengurus lebih banyak urusan negara secara internal dan eksternal.
Informasi baru yang kita dapatkan dari pengolahan data ini adalah Tindakan-tindakan kerjasama
multipihak perlu dibangun guna memenfaatkan peran Steakholder atau dalam bentuk CSR yang
dijadikan pendukung peningkatan Nilai IDM Desa yang Desentralisasi ter-Integrasi dengan
semua pihak. Pemanfaatan Steakholder menjadi minim dilakukan oleh Pemerintahan Desa atau
Kecamatan sehingga keterhubungan ini perlu disadari didukung dengan Kecamatan Gunung
Putri sebagai salah satu Kawasan Industri di Kabupaten Bogor yang tersedia pabrik dan industri
di wilayah tersebut hendaknya dapat berupaya meningkatkan nilai dari Indek Desa Membangun
di Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor.

Grafik 1.1 Nilai IDM 2020 Kecamatan Gunung Putri Kab.Bogor


Nilai Indeks Desa Membangun (IDM) 2020
Kecamatan Gunungputri, Bogor
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
i
s tr ik
an
g ur n a
gk
a
di
k
ra
k
ga
n
da u Ud ul sa g
ica gp er k g n U
Na an
C un ng ah n g
a n Na as ar
sa n aj
u
an jo Ci ng ke sa K
Gu Tl Bo jo Ci De sa
De W sa o sa
sa sa sa sa De B De
De De De De sa De
De

Column2

Grafik tersebut menjelaskan bahwa nilai Indeks Desa Membangun di Kecamatan Gunung Putri,
Kabupaten Bogor menunjukan pada angka yang baik, Desa dengan nilai IDM Tertinggi di
Kecamatan Gunung Putri adalah Desa Bojongkulur dengan Indeks Komposit 0.9644 dengan
status desa Mandiri. Sedangkan desa dengan nilai IDM Terendah di Kecamatan Gunung Putri
adalah Desa Gunung Putri dengan Indeks Komposit 0.6805 dengan status desa Berkembang.
Data ini berfungsi untuk merumuskan intervensi kebijakan yang dapat mendorong perlakuan
khsusus terhadap desa-desa yang masih memiliki nilai IDM rendah sehingga terwujud langkah
yang lebih kecil dalam pembangunan Ketahanan Sosial, Ketahanan Lingkungan dan Ketahanan
Ekonomi.
Status IDM 2020 Kecamatan Gunung Putri, Kab.Bogor

Desa Berkembang Desa Maju Desa Mandiri


Grafik 1.2 Status IDM 2020 Kecamatan Gunung Putri Kab.Bogor

Ambang batas dari Indeks Desa Membangun dinyatakan dalam bentuk angka adalah:
Desa Sangat Tertinggal memiliki rentang nilai IDM ≤ 0,4907, Sedangkan Desa Tertinggal
dengan rentang 0,4908 - 0,5989, Desa Berkembang dengan rentang Nilai 0,5990 - 0,7072, Desa
Maju dengan rentang Nilai 0,7073 - 0,8155 dan Desa Mandiri dengan Nilai IDM > 0,8155.
Grafik tersebut menjelaskan bahwa sebagian desa di Kecamatan Gunungputri, dengan status desa
Mandiri dan Maju dengan 4 desa masing-masingnya serta 2 desa dengan status berkembang.
Peran intervensi kebijakan dapat diatur dengan pemenuhan kebutuhan pada desa-desa
berkembang dan maju yang perlu dorongan kolaborasi pentahelix guna mendukung pemenuhan
intervensi. Desa dengan status mandiri sudah dapat melakukan segala bentuk pembangunan dan
melakukan pemenuhan kebutuhannya dengan Inisiatif yang dibangun secara kemasyarakatan
untuk selanjutnya dapat terus bertahan dan mendesign pembangunan berkelanjutan. Sedang
tanggung jawab dan wewenang pada desa dengan status Berkembang perlu mendapatkan banyak
perhatian dalam menyelesaikan berbagai bentuk persoalan yang dibangun dengan
mengintegrasikan dan mengkomunikasinyakan secara berkala dengan target capaian
pembangunan yang dapat dimusyawarahakan dalam Musyawarah Desa.

Data Sekunder yang disajikan menjangkau secara spesifik berkaitan dengan metodologi
penghimpunan berbasis sistem sehingga keakuratan data dapat dipertanggungjawabkan dengan
baik dan update data dilakukan secara berkala setiap tahunnya. Tujuan data terkait IDM
dihimpun agar dapat digunakan sebagai bentuk evaluasi bagi desa guna mencapai status desa
yang lebih baik serta penyesuaian rencana pembangunan di desa dapat disesuaikan dengan
pengembangan ketiga sektor indeks ketahanan. Kelemahan data tersebut adalah subjektivitas
yang dilakukan oleh pendamping desa sebagai penilai membatasi ruang pengembangan dan
keadaan sebenarnya dari kondisi desa yang kompleks. Selain itu, pengolahan data untuk setiap
wilayah satuan terkecil seperti kecamatan minim dilakukan oleh para pelaksana sehingga
interpretasi pembangunan desa tidak mengarah serta pencapaian yang membutuhkan waktu lama
karena proses integrasi yang dilakukan cenderung lamban.

Selain itu, peran yang dapat dilakukan dalam membangun integrasi sebagai bentuk kebbaharuan
informasi yaitu diharapkan Pemerintah tingkat Kecamatan dapat berperan aktif dalam
mendorong kebijakan apa saja yang direkomendasikan sehingga menjadi sebuah intervensi dan
kolaborasi multipihak dalam membangun kerangka pembangunan yang tidak hanya berdayaguna
bagi masyarakat sebagai fasilitasi atau dukungan yang dibutuhkan, tetapi juga secara tidak
langsung mendorong pada peningkatan nilai IDM sebagai indikator kemajuan sebuah desa.
Kebijakan yang dibuat dan dirumuskan oleh Kecamatan Gunungputri dapat dimulai dengan
mengatur pembangunan yang meningkatkan nilai Indeks tersebut dan mendorong musyawarah
terhadap kebutuhan pembangunan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Grafik 1.3 Nilai IDM Pendidikan Desa Gunung Putri (Desa Berkembang)

Nilai IDM Pendidikan Desa Gunung Putri


Taman Bacaan Masyarakat atau Perpusatkaan Desa

Kegiatan Kursus

Kegiatan PKBM/Paket A-B-C

Kegiatan PAUD

Akses Pendidikan SMA/SMK/MA < 6 KM

Akses Pendidikan SMP/MTs < 6 KM

Akses Pendidikan Dasar SD/MI < 3 KM

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

Column2

Bagan diatas menjelaskan salah satu bentuk kegiatan Intervensi yang dapat dilakukan oleh
Masyarakat Desa Gunungputri sebegai Desa dengan Indeks terendah di Kecamatan Gunungputri
salah satunya dengan melakukan intervensi pada Kegiatan PAUD dan Kegiatan PKBM/Paket
yang menunjang pada pembangun kualitas Sumberdaya Manusia di desa tersebut.
Mengkomunikasi bentuk intervensi tersebut dengan Pemerintah daerah dan Kecamatan agar
dapat melakukan penyelenggaran PKBM di desa yang membentuk keterjangkauan Pendidikan.
Selanjutnya peningkatan Nilai Indeks IDM dapat dimulai dengan Melihat Hasil IDM dan
membuka Lembar Quisionernya (excel). Buka grafik IKS, IKE dan IKL lalu cermati angka yang <
1.00 bila < 1.00 berarti di desa tersebut masih belum terpenuhi. Langkah selanjutny adalah
menginfentarisir semua kebutuhan masyarakat di kegiatan parameter tersebut sampaikan kepada
musyawarah desa agar dimasukan dalam RKPDes dan selanjutnya didanai menggunakan Dana
Desa tahun berikutnya. Dengan bantuan pembacaan grafik IDM maka arah pembangunan desa utuk
meningkatkan status desa akan menjadi lebih mudah dan dapat dikendalikan berdasarkan kebutuhan
masyarakat.
III. DAFTAR PUSTAKA

Alifia Octavia A. Gani, A. G. (2020). Dampak Penggunaan Dana Desa Terhadap Indikator
Ketahanan Sosial, Ekonomi dan Ekologi Desa Tertinggal Kecamatan Bulukumpa
Kabupaten Bulukumba . PARADOKS : Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 3 No. 01 Hal. 85-
86.
Asa Ria Pranoto, D. Y. (2014). Program CSR Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Menuju
Kemandirian Ekonomi Pasca Tambang di Desa Sarijaya. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik , Volume 18, Nomor 01, ISSN 1410-4946 Hal. 49-51.
Barat, B. D. (2020). Fasilitasi dan Pembinaan Penaikan Nilai IDM. Bandung: Publikasi Ilmiah
pada Peminaan dan Fasilitasi Kepala Desa.
Barat, B. P. (2020). Provinsi Jawa Barat dalam Angka. Bandung: Badan Pusat Statistik Provinsi
Jawa Barat.
Desa, B. (2020). Nilai Indeks Desa Membangun 2020 Kecamatan Gunungputri. From DMPD
Prov.Jabar: https://dashboard.dpmdesa.jabarprov.go.id/statistik/
Desa, B. (2020). Rekomendasi dan Analisis IDM Kabupaten Kota 2020. Paparan Publikasi
Program Patriot Desa Jawa Barat. Bandung: DMPDes Prov. Jabar.
Desa, K. (2019). SOP Pengukuran IDM Tahun 2019. From
https://idm.kemendesa.go.id/view/detil/3/publikasi
Faturohman, D. (2020). Penyusunan RKP Desa Berbasis IDM dan SDG's Desa. Bahan Publikasi
Ilmiah. Bandung.
Jabar, B. D. (2020). Nilai IDM 2020 Kabupaten Kota. Bandung: Bahan Paparan Fasilitator Desa.
Kemendes. (2014). UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa. Jakarta: Kementerian Desa RI.
Kemendes. (2016). Permendes, PDT dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks
Desa Membangun. Indonesia: Kementerian Desa RI.
Oktaviana, O. &. (2019). Upaya Peningkatan Indeks Desa Membangun (IDM) di Wilayah
Provinsi Banten Melalui Intervensi Kebijakan Pemrov. KP3B Bappeda Provinsi Banten.
Prov.Jabar, B. D. (2020). Status IDM Jawa Barat 2020. Bandung: Bahan Paparan Fasilitator
Desa.
Setyobakti, M. (2017). Identifikasi Masalah dan Potensi Desa berbasis Indeks Desa Membangun
di Desa Gondowangi Kec.Wagir Kab.Malang. Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA,
Vol.7 Hal 1-14.
Susetiawan, M. &. (2018). Penguatan Peran Warga Masyarakat dalam Perencanaan,
Penganggaran dan Evaluasi Hasil Pembangunan Desa. Jurnal Pusat Studi Pengabdian
Kepada Masyarakat, Vol.4, No.1 Hal. 109-118.

Anda mungkin juga menyukai