Anda di halaman 1dari 35

Pendekatan dan metodologi bertujuan untuk mencapai maksud dan tujuan dari kegiatan Penyusunan Arah Kebijakan dan

Strategi Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat yang meliputi pendekatan pekerjaan, metodologi pekerjaan dan analisis yang digunakan. 6.1 Pendekatan Pekerjaan Pendekatan pelaksanaan pekerjaan disusun dengan mengacu pada

pemahaman Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2007 tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan Bebasis Masyarakat. Pembangunan Kawasan Perdesaan dilakukan atas prakarsa masyarakat meliputi penataan ruang partisipatif, pengembangan pusat pertumbuhan terpadu antardesa, dan penguatan kapasitas masyarakat, kelembagaan dan kemitraan. Dalam rangka mengurangi kesenjangan antarwilayah (RPJMN 2010-2014), salah satu kebijakan diarahkan untuk pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan. Strategi yang diterapkan adalah mendorong keterkaitan ekonomi wilayah perkotaan dan perdesaan dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi. Apabila ditelaah lebih dalam, uraian kebijakan dan strategis pembangunan kawasan perdesaan terkait erat dengan penyelenggaraan penataan ruang kawasan perdesaan yang berbasis masyarakat. Dengan adanya arah kebijakan dan strategi pembangunan kawasan perdesaan berbasis masyarakat maka menjadi pedoman atau acuan bagi pemangku kepentingan untuk membangun dan mengembangkan suatu wilayah/kawasan perdesaan. Pemangku kepentingan adalah para pihak yang mempunyai kepentingan langsung maupun tidak langsung dalam PKPBM antara lain Instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pemerintahan Desa, Lembaga Swadaya Masyarakat, Perguruan Tinggi, Swasta dan Lembaga Kemasyarakatan.

VI 1

Pendekatan yang digunakan dalam Penyusunan Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat pada dasarnya

menggunakan pendekatan normatif dan partisipatif.

1. Pendekatan Normatif Pendekatan normatif dalam pekerjaan ini menekankan pada kajian terhadap produk peraturan dan kebijakan yang terkait dengan Pembangunan Kawasan Perdesaan. Pendekatan normatif yang digunakan dalam Penyusunan Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat ini, pada dasarnya merupakan pendekatan yang digunakan untuk merumuskan suatu kebijakan dan strategi berdasarkan data dan informasi yang tersedia serta mengacu pada produk peraturan dan perundangan yang terkait dengan substansi Pembangunan Kawasan Perdesaan. Terkait dengan kajian ini, pendekatan normatif ini tidak dipandang sekedar sebagai pendekatan untuk merumuskan kebijakan yang sifatnya konseptual. Pendekatan ini dilakukan secara komparatif mulai dengan membandingkan kondisi eksisting permasalahan kawasan perdesaan dengan kriteria dan standar yang ada sampai dengan perumusan kebijakan dan strategi yang tepat untuk mengatasi kondisi dan permasalahan tersebut.

2. Pendekatan Partisipatif Perencanaan partisipatif, didefinisikan sebagai upaya perencanaan yang dilakukan bersama antara unsur pemerintah dan masyarakat. Dalam hal ini, peran masyarakat ditekankan pada penentuan tingkat kebutuhan, skala prioritas, dan alokasi sumber daya masyarakat. Penyusunan Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan

Perdesaan Berbasis Masyarakat ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan perencanaan participatory planning (pendekatan perencanaan partisipatif), dengan melibatkan berbagai pihak khususnya masyarakat sebagai subjek pembangunan. Pihakpihak yang terlibat, dengan kata lain berpartisipasi, selanjutnya melakukan

kerjasama dalam mencapai suatu tujuan yang melibatkan kepentingankepentingan masingmasing pihak. Atas dasar hal tersebut maka Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat dilakukan dengan prinsip: 1. Adil, yaitu setiap orang atau warga masayarakat di desa berhak untuk berpartisipasi dan menikmati manfaat dan hasil serta memperoleh kompensasi dari akibat yang ditimbulkan oleh pelaksanaan PKPBM; 2. Partisipatif yaitu bahwa PKPBM dilakukan bersama masyarakat dengan melibatkan Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan pemangku kepentingan lainnya termasuk lembaga swasta mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan serta pengendalian; 3. Holistik yaitu bahwa PKPBM dilakukan melalui upaya yang mampu merespon permasalahan masyarakat perdesaan yang multi dimensional meliputi dimensi sosial budaya, kelembagaan, ekonomi, sumber daya alam, lingkungan dan infrastruktur; 4. Keseimbangan yaitu bahwa PKPBM menekankan keharmonisan antara pencapaian tujuan ekonomi dalam rangka menciptakan kemakmuran bagi masyarakat banyak dan tujuan sosial dalam bentuk memelihara kelestarian lingkungan serta konservasi sumber daya alam; 5. Keanekaragaman yaitu bahwa PKPBM dilakukan dengan mengakui perbedaan ciri masing-masing komunitas perdesaan, adapt istiadat dan sosial budaya yang hidup dalam masyarakat, ciri ekologis dan berbagi peran antar berbagai pelaku dan pemangku kepentingan. 6. Keterkaitan ekologis yaitu bahwa PKPBM dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara satu tipologi kawasan pertanian terkait dengan kawasan lindung dan sebagainya. 7. Sinergis yaitu bahwa PKPBM dilakukan secara sinergi antar penataan ruang, PPTAD, dan penguatan kapasitas masyarakat, kelembagaan dan kemitraan.

8. Keberpihakan yaitu bahwa PKPBM dilakukan dengan berpihak pada kepentingan penduduk miskin, penciptaan lapangan kerja, dan mendorong kegiatan ekonomi serta produksi rakyat yang berorientasi pasar. 9. Transparan yaitu bahwa PKPBM dilaksanakan dengan semangat

keterbukaan sehingga seluruh masyarakat dan pelaku memiliki akses yang sama terhadap informasi tentang rencana dan pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan. 10. Akuntabel yaitu bahwa dalam pelaksanaan PKPBM, pelaksana dapat diminta tanggung gugat dan tanggung jawab oleh publik atas proses dan hasil serta dampak yang diakibatkannya. Selain itu pendekatan yang digunakan juga berorientasi kepada hal-hal sebagai berikut : a. Pendekatan intersektoral holistik (komprehensif), yaitu pendekatan perencanaan yang bertumpu pada perencanaan yang menyeluruh dan selalu terkait dengan sektor-sektor lain serta wilayah dengan skala lebih luas secara regional atau nasional. Sehingga pada tahap selanjutnya didapatkan koordinasi, sinkronisasi dan integrasi dengan sektor terkait. b. Pendekatan Keberlanjutan (sustainability). Kata sustainability sangat penting dalam sebuah kerangka pengembangan dan pembangunan. Kata tersebut merujuk pada abilility of something to be sustained. Konsep ini memperhatikan kualitas pertumbuhan, bukan hanya kuantitasnya saja. Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan ini dapat diartikan sebagai upaya menumbuhkan perekonomian dan pembangunan sosial tanpa mengganggu kelangsungan

lingkungan hidup yang sangat penting artinya bagi generasi saat ini dan masa mendatang. Oleh karena itu, pembangunan keberlanjutan menempatkan 3 pilar utama yang satu sama lainnya saling terkait dan mendukung, yaitu: 1) pertumbuhan ekonomi, 2) pemerataan sosial, dan 3) pelestarian lingkungan hidup.

6.2

Metodologi Pekerjaan Materi yang akan dirumuskan dalam pekerjaan ini mencakup substansi

kebijakan dan strategi pembangunan kawasan perdesaan yang berbasis masyarakat. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2007 tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat, PKPBM dilakukan dengan memperhatikan: aspirasi dan kebutuhan masyarakat desa di kawasan perdesaan; kewenangan desa; potensi desa; kelancaran investasi ke kawasan perdesaan; kelestarian lingkungan dan konservasi Sumber Daya Alam; keserasian kepentingan antar kawasan dan kepentingan umum; dan kondisi sosial budaya dan ciri ekologi kawasan perdesaan. Dalam memposisikan masyarakat sebagai subyek dalam pembangunan kawasan perdesaan, kebijakan dan strategi yang dirumuskan harus terfokus, terukur, menjawab kebutuhan, dan diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di kawasan perdesaan. Adapun tahapan dalam pekerjaan ini mencakup: 1. Tahap awal (persiapan) Tahap awal adalah melakukan kajian untuk dapat memahami berbagai kebijakan dan peraturan perundangan yang terkait dengan pelaksanaan

pembangunan kawasan perdesaan. Hasil kajian menjadi acuan serta memberi gambaran umum tentang kebijakan dan peraturan perundangan yang mendasari pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan berbasis masyarakat dalam rangka meningkatkan harmonisasi dan integrasi berbagai program dan kegiatan yang akan diarahkan ke daerah/perdesaan. 2. Identifikasi Isu dan Masalah Strategis Kawasan Perdesaan Selanjutnya, dilakukan pengidentifikasian isu dan masalah pembangunan kawasan perdesaan yang diperoleh melalui pengamatan yang dilakukan di 3 lokasi

survei yaitu Kabupaten Serdang Bedagai (Sumatera Utara), Sambas (Kalimantan Barat) dan Bantaeng (Sulawesi Selatan). Langkah ini sekaligus menjadi media evaluasi efektivitas pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan berbasis masyarakat yang telah dilakukan dalam menjawab atau menyelesaikan isu dan permasalahan pembangunan di kawasan perdesaan. 3. Komparasi dan Analisis Pembangunan desa ke depan harus terencana dengan baik berdasarkan hasil analisis atau kajian yang menyeluruh terhadap segenap potensi (kekuatan dan peluang) dan permasalahan (kelemahan dan hambatan/ancaman) yang dihadapi desa. Dengan melakukan komparasi dan analisa keterkaitan terhadap isu dan masalah yang ingin diselesaikan dengan telah ditetapkannya kebijakan dengan isu dan masalah yang masih ada hingga saat ini, maka akan dapat diidentifikasi kebijakan dan strategi dibutuhkan untuk mengatasi isu dan masalah pembangunan kawasan perdesaan, baik untuk menguatkan kebijakan yang telah ada maupun melengkapi agar dapat lebih efektif menjawab isu dan masalah yang akan diselesaikan. 4. Perumusan Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat Perumusan arah kebijakan dan strategi pembangunan kawasan perdesaan berbasis masyarakat didasarkan pada hasil analisa potensi (kekuatan dan peluang) dan permasalahan (kelemahan dan hambatan/ancaman) yang dihadapi desa. Ini digunakan sebagai bahan dasar bagi perencanaan dan program pembangunan desa di masa mendatang sehingga dapat dioptimalkan dengan melibatkan seluas-luasnya partisipasi masyarakat demi kesejahteraan masyarakat desa.

Kebijakan dan Peraturan Perundangan Pembangunan Kawasan Perdesaan

Analisis isu-isu strategis pembangunan Kawasan Perdesaan

Perumusan Visi dan Misi Identifikasi Kebijakan Perumusan Tujuan dan Sasaran

Persiapan Penyusunan PERUMUSAN KEBIJAKAN Pengolahan Data dan Informasi Analisis gambaran umum kondisi kawasan perdesaan Perumusan Permasalahan Pembangunan Kawasan Perdesaan

PERUMUSAN STRATEGI

3 wilayah pekerjaan: Serdang Bedagai, Sambas dan Bantaeng

Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat

Gambar 6.1 Diagram Alir Penyusunan Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kawasan Perdesaan

6.2.1 Metode Pengumpulan Data dan Identifikasi Isu Strategis Kawasan Perdesaan Metode pengumpulan data merupakan metode yang digunakan dalam proses pengadaan data terkait dengan Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat. Data dan informasi merupakan unsur penting dalam perumusan kebijakan dan strategi yang akan menentukan kualitas dokumen Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat yang disusun. Untuk itu, dalam penyusunan kebijakan dan strategi ini perlu dikumpulkan data dan informasi yang akurat dan relevan serta dapat dipertanggungjawabkan. Pengumpulan data dan informasi tersebut dilakukan dengan langkah-langkah, sebagai berikut:

Menyusun

daftar

data/informasi yang

dibutuhkan bagi

penyusunan

kebijakan dan strategi dan disajikan dalam bentuk matriks (check list) untuk memudahkan analisis; Mengumpulan data/informasi yang akurat dari sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan; dan Menyiapkan tabel-tabel/matrik kompilasi data yang sesuai dengan

kebutuhan analisis. Terdapat dua metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data, yaitu metode pengumpulan data primer dan metode pengumpulan data sekunder. A. Pengumpulan Data Primer Sumber data primer adalah data yang langsung diberikan kepada pengumpul data. Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi dan interview (wawancara). Data primer dikumpulkan untuk memperoleh situasi masalah pembangunan kawasan perdesaan di wilayah pekerjaan yang dipilih. Dari survei primer diperoleh isu dan permasalahan di kawasan perdesaan. Hasil survei ini kemudian diverifikasi melalui focus group discussion (FGD) dan dijadikan acuan untuk penyusunan desain kebijakan dan strategi. 1. Observasi lapangan Teknik ini digunakan untuk memantapkan kegiatan Penyusunan Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat yang dilakukan di 3 (tiga) kabupaten. Teknik observasi lapangan yang dilakukan lebih ditekankan pada pengamatan visual berupa pengambilan gambaran umum dari kondisi eksisting wilayah perdesaan. Pendekatan dilakukan secara komparatif yaitu dengan

membandingkan

kondisi

eksisting

permasalahan

kawasan

perdesaan di lokasi survei untuk merumuskan kebijakan dan strategi yang tepat.

2. Wawancara Wawancara adalah proses tanya jawab antara pewawancara dengan yang diwawancara untuk meminta keterangan atau pendapat mengenai suatu tema. Dalam pekerjaan ini, wawancara digunakan untuk memberikan informasi yang mendalam terhadap data-data sekunder/literatur yang diperoleh seperti kondisi perekonomian, sosial budaya, transportasi, kelembagaan serta kondisi sarana prasarana di wilayah pekerjaan. Data yang diperoleh sebagian besar melalui wawancara adalah deskriptif yang akan menjadi bahan untuk mengungkapkan ide-ide mengenai potensi suatu daerah. 3. Diskusi Teknik diskusi yang dilakukan berupa dialog dalam Focus Group Disscusion (FDG) antara tim konsultan dengan aparat pemerintah daerah dan masyarakat. Focus Group Discussion (FGD) dilaksanakan untuk menghasilkan rumusan potensi, permasalahan, serta isuisu strategis yang dihadapi dalam pengembangan kawasan perdesaan. Focus Group Discussion (FGD) adalah diskusi dengan peserta terbatas yang berasal dari satu kelompok tertentu dan dengan topik bahasan diskusi tertentu pula. Tujuan dari metoda FGD ini adalah untuk menambah dan memperdalam informasi, membangun

kesepakatan/komitmen, mengklarifikasi informasi yang kurang dan juga bisa dipakai untuk memperoleh opini-opini yang berbeda mengenai halhal yang berkaitan dengan potensi dan permasalahan desa terkait kegiatan pengembangan kawasan perdesaan berbasis masyarakat. Dalam FGD ini dikumpulkan berbagai stakeholder mulai dari instansi-instansi, masyarakat, swasta dan stakeholder lain yang terkait. Langkah-langkah FGD, antara lain: 1. 2. Lakukan diskusi dengan satu topik tertentu ; Tentukan target peserta dan diskusikan dengan warga komunitas tersebut kriteria-kriteria target peserta ;

3.

Setelah menentukan kriteria-kriteria yang terkait, lalu identifikasi siapa-siapa yang akan mewakili masing-masing kelompok kriteria tersebut ;

4. 5.

Rencanakan penjadwalan waktu pelaksanaan FGD ; Buat desain pedoman FGD ; - Pedoman terdiri dari daftar pertanyaan untuk menjadi bahan fasilitator untuk memancing diskusi pada FGD - Pedoman bagi fasilitator untuk mendorong kebebasan

berekspresi, tergalinya informasi secara mendalam dari peserta - Buat pertanyaan-pertanyaa simple dengan jawaban tertutup - Pedoman harus detail - Pedoman harus menyediakan pertanyaan-pertanyaan terbuka untuk topik khusus yang didisukusikan 6. Siapkan fasilitator dan pencatat proses.

B. Pengumpulan Data Sekunder Survei sekunder merupakan metode pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan pengumpulan data dan informasi dari instansi terkait dengan Penyusunan Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat dalam bentuk dokumen. Dokumen-dokumen tersebut dapat berupa referensi/literatur. C. Kebutuhan Data Data-data yang dibutuhkan dalam penyusunan dokumen Arahan Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat adalah sebagai berikut:
Tabel 6. 1 Kebutuhan Data Aspek Keadaan Alam Administrasi Tata Guna Lahan Kebutuhan Data Topografi, hidrologi, geologi, klimatologi, Jenis tanah Jumlah kecamatan, desa, sistem pemerintahan Perumahan, pemerintahan, perdagangan, jasa, pelayanan sosial, bangunan umum, jalur hijau, ruang terbuka, transportasi, industri, perdagangan, pariwisata dan sebagainya.

Aspek Struktur ruang

Kebutuhan Data Wilayah strategis, wilayah pusat pengembangan potensi unggulan (khususnya yang berhubungan dengan pengembangan usaha masyarakat) Kondisi sarana prasarana meliputi jalan, sumberdaya air dan listrik, pendidikan, kesehatan, sapras pendukung pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan Kehutanan, perikanan, perkebunan, pertanian, peternakan, industri dan perdagangan Jumlah, distribusi dan kepadatan penduduk, jumlah penduduk menurut umur, mata pencaharian, pendapatan perkapita, tingkat kesejahteraan, ketenagakerjaan, kesehatan, pendidikan, aktivitas sosial budaya PDRB Provinsi Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Sambas dan Kabupaten Bantaeng Lembaga keuangan, lembaga masyarakat, lembaga pendukung pengembangan potensi daerah (pertanian, perkebunan, perikanan dan lain sebagainya) Data-data mengenai penyelenggaraan program di Kabuparten Bantaeng, Kabupaten Serdang Bedagai dan Kabupaten Sambas Dokumen Tata Ruang mencakup RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten Studi dan penelitian terdahulu yang dapat mendukung analisis

Sumberdaya Buatan

Sumberdaya alam Kependudukan

PDRB

Kelembagaan

Program-program yang telah dilakukan Kebijakan terkait Studi-studi terkait

Identifikasi permasalahan pembangunan daerah merupakan salah satu input bagi perumusan tujuan dan sasaran yang bersifat prioritas. Identifikasi permasalahan pembangunan dapat diuraikan menurut bidang urusan penyelenggaraan

pemerintahan daerah, atau terhadap beberapa urusan yang dianggap memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap munculnya permasalahan pada bidang urusan lainnya. Hal ini bertujuan agar dapat dipetakan berbagai permasalahan yang terkait dengan pembangunan kawasan perdesaan guna menentukan isu-isu strategis pembangunan kawasan perdesaan. Identifikasi isu dan masalah kawasan perdesaan diperoleh melalui pengolahan data dan informasi yang diperoleh di lapangan serta hasil diskusi/forum/FGD dengan pihak-pihak terkait untuk menghasilkan rumusan potensi, permasalahan, serta isuisu strategis yang dihadapi dalam pengembangan kawasan perdesaan. Setelah melakukan identifikasi isu dan masalah di kawasan perdesaan, maka dapat ditetapkan isu-isu strategis pembangunan kawasan perdesaan. Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam

perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi entitas (daerah/masyarakat) dimasa datang. Suatu kondisi/kejadian yang menjadi isu srategis adalah keadaan yang apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya, dalam hal tidak dimanfaatkan, akan

menghilangkan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. Penentuan data atau informasi menjadi isu strategis sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut: Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap pencapaian sasaran pembangunan nasional; Merupakan tugas dan tanggung jawab Pemerintah Daerah; Luasnya dampak yang ditimbulkannya terhadap daerah dan masyarakat; Memiliki daya ungkit yang sigiifikan terhadap pembangunan daerah; Kemungkinan atau kemudahannya untuk dikelola; dan Prioritas janji politik yang perlu diwujudkan. Metode penentuan isu-isu strategis yang dapat digunakan antara lain: 1. Focussed Group Discussion (FGD) Forum Focussed Group Discussion (FGD) dengan melibatkan para pakar yang memiliki pengalaman dalam merumuskan dan pihak-pihak yang memahami isu-isu strategis pembangunan daerah/perdesaan.
Tabel 6.2 Identifikasi Isu-Isu Strategis

2.

Pembobotan Setelah berbagai isu diidentifikasi dan dilakukan FGD untuk memahami

usulan dan masukan tentang berbagai isu strategik, maka langkah selanjutnya adalah menentukan mana isu strategik yang paling prioritas dan akan dijadikan

dasar bagi penyusunan visi dan misi. Salah satu metode untuk menentukan skor terhadap masing-masing kriteria yang telah ditetapkan, dapat dilakukan dengan mengisi sebagai berikut:
Tabel 6.3 Skor Kriteria Penentuan Isu-Isu Strategis

Kemudian dilakukan penilaian isu strategis terhadap kriteria yang telah ditetapkan berdasarkan bobot.
Tabel 6.4 Nilai Skala Kriteria

Tahap selanjutnya adalah menghitung rata-rata skor/bobot setiap isu strategis dengan mengakumulasikan nilai tiap-tiap isu strategis dibagi jumlah peserta, yang dituangkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 6.5 Rata-Rata Skor Isu-Isu Strategis

6.2.2 Metode Analisis Penyusunan Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat Pembangunan desa ke depan harus terencana dengan baik berdasarkan hasil analisis atau kajian yang menyeluruh terhadap segenap potensi (kekuatan dan peluang) dan permasalahan (kelemahan dan hambatan/ancaman) yang dihadapi desa. Hal ini dimaksudkan agar potensi dan permasalahan desa dapat diteliti dan diukur. Hasil analisa tersebut dapat digunakan sebagai bahan dasar bagi perencanaan dan program pembangunan desa di masa mendatang sehingga dapat dioptimalkan dengan melibatkan seluas-luasnya partisipasi masyarakat demi kesejahteraan masyarakat desa. Dalam menentukan unsur-unsur perencanaan pengembangan wilayah, maka arah kebijakan dan unsur-unsurnya dapat dianalisis sebagai berikut: 1. Analisis kependudukan, untuk mengetahui struktur penduduk, sebaran penduduk, ciri dan faktor yang mempengaruhi faktor pergerakan atau migrasi, dan produktivitas penduduk. 2. Analisis sosial budaya, untuk memahami faktor-faktor pembentukan pola dan pandangan hidup serta adat istiadat masyarakat yang mempengaruhi perkembangan wilayah serta hubungan sebab akibat di antara faktor-faktor tersebut. Hal ini menyangkut struktur dan kualitas sumber daya manusia, karakteristik ciri-ciri masyarakat setempat (antara lain mencakup adat istiadat, budaya,tingkat partisipasi/peran serta dalam pembangunan,

kepedulian terhadap lingkungan, pergeseran nilai/norma),dan tingkat pelayanan fasilitas sosial. 3. Analisis ekonomi, untuk mengetahui kondisi perkembangan ekonomi meliputi usaha, kesempatan kerja, tingkat produksi, sektor unggulan dan pasar. Disamping itu untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan kegiatan ekonomi, sebaran kegiatan ekonomi serta keterkaitan kegiatan produksi intra dan antardaerah.

4. Analisis potensi sumber daya alam, untuk mengetahui tingkat ketersediaan dan penggunaan sumber daya alam (mineral, air, hutan, tanah, dll) serta kemungkinan pengembangannya. 5. Analisis potensi sumber daya buatan, untuk mengetahui tingkat ketersediaan, tingkat pelayanan, sebaran dari prasarana yang ada, dan hal lain yang berkaitan dengan teknologi serta biaya pembangunan prasarana spesifik sesuai dengan kondisi geografis wilayah itu. 6. Analisis struktur dan pola pemanfaatan ruang, untuk mengetahui sifat keterkaitan kegiatan produksi, sosial, pemukiman dalam wilayah, hirarki keterkaitannya serta karakteristik khusus dikaitkan dengan kondisi geografis wilayah. 7. Analisis Kelembagaan, merupakan cara yang dapat ditempuh untuk mengetahui keterlibatan orang, kelompok, organisasi atau lembaga lain dalam program pemberdayaan di suatu wilayah atau desa. Cara ini juga digunakan untuk mengumpulkan informasi penting tentang tingkat atau kekuatan hubungan para pelaku yang dijelaskan melalui garis kerjasama timbal balik. Biasanya jaringan dan kekuatan hubungan itu dikembangkan dalam bentuk sosiometri yang menggambarkan organisasi yang terlibat, seperti organisasi kepemudaan, lembaga adat, pemerintah, LSM, ormas, media dan sebagainya.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai analisis yang akan digunakan dalam pekerjaan ini. A. Analisis Aspek Kependudukan Penduduk merupakan salah satu elemen penting dalam proses perencanaan, sehingga jumlah, kepadatan dan persebarannya perlu diperkirakan dalam rentang waktu perencanaan. Untuk itu tersedia berbagai metoda yang penerapannya bergantung pada karakteristik pertumbuhan penduduk tersebut.

Distribusi dan Pergerakan Penduduk Analisis distribusi penduduk dimaksudkan untuk mengetahui persebaran penduduk secara geografis, dengan demikian dapat diketahui potensi permasalahan kawasan seperti ketimpangan jumlah penduduk, polarisasi penduduk, dan lain sebagainya. Analisis ini akan dilakukan dengan teknik tabulasi. Unit analisis yang digunakan adalah desa. Analisis distribusi penduduk dilakukan dengan menyusun data jumlah dan kepadatan penduduk dalam tabel. Hasil tabulasi tersebut selanjutnya akan disajikan dengan grafik dan peta sehingga lebih memudahkan dalam pengambilan kesimpulan.

Struktur Kependudukan Analisis struktur penduduk bertujuan memahami karakteristik sosial penduduk menurut aspek pekerjaan, umur, pendidikan, agama dan suku. Hasil analisis ini selanjutnya menjadi input dalam distribusi penyediaan fasilitas umum/ sosial yang berkaitan erat dengan aspek kajian tersebut. Analisis ini dapat dilakukan dengan teknik tabulasi yang diikuti dengan penyajian grafik.

Proyeksi dan Daya Tampung Penduduk Analisis daya tampung penduduk ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan persebaran penduduk pada wilayah perencanaan. Selain itu analisis ini juga diperlukan untuk mengetahui padat atau tidaknya penduduk pada suatu wilayah atau kawasan sehingga tidak terjadi penyebaran penduduk yang tidak merata.

r Pt Po n

: Rata-rata pertumbuhan penduduk (%) : Jumlah penduduk tahun ke t (jiwa) : Jumlah penduduk tahun ke o (jiwa) : Periode antara Po Pt (tahun)

Analisis Mata Pencaharian Analisis mata pencaharian atau pekerjaan berkaitan erat dengan pola kehidupan masyarakat desa dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Mata pencaharian merupakan unsur yang menyatu dan menjadi bagian dari masyarakat. Pengalaman menunjukkan, bahwa skema mata pencaharian masyarakat suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial, budaya, ekonomi dan adat istiadat yang berlaku. Berbagai pilihan atau pergantian mata pencaharian terjadi karena tarik-menarik tata nilai dan perubahan sosial yang dominan. Analisis mata pencaharian sangat penting dalam memahami kondisi sosial ekonomi masyarakat dalam memecahkan persoalan kebutuhan dasar dan kemiskinan. Mata pencaharian dapat dijadikan fokus perencanaan program terutama untuk mendesain kebutuhan program pemberdayaan dengan menyerap aspirasi masyarakat desa. Teknik analisis mata pencaharian merupakan salah satu teknik PRA yang digunakan untuk mengenali dan menelaah keadaan atau kecenderungan kehidupan masyarakat desa dalam aspek mata pencaharian. Teknik ini dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat melalui kegiatan menggali informasi dan pembuatan tabel jenis mata pencaharian. Fasilitator hanya bertindak memberikan bimbingan masyarakat agar mampu mempertajam analisis dari data yang telah dikumpulkan. Analisa ini dilakukan dengan tujuan : a. Mengetahui komposisi atau jenis-jenis mata pencaharian, pola pembagian kerja, tingkat penghasilan dan pengeluaran masyarakat desa. b. Memahami kekuatan menyangkut potensi, ragam permasalahan, keadaan terkait dengan sejumlah pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat desa, misalnya, aspek pasar dan pemasaran, ketersediaan bahan baku, teknologi serta tenaga kerja yang dibutuhkan.

c. Memberikan gambaran tentang masalah dan kebutuhan masyarakat untuk perencanaan program dalam upaya meningkatkan pendapatan dan sosial ekonomi desa. B. Analisis Sosial Budaya Analisis sosial budaya merupakan analisis terhadap kondisi sosial budaya masyarakat akibata danya suatu pembangunan ataupun aktivitas kegiatan. Analisis sosial budaya bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial dan budaya masyarakat. Analisis sosial budaya akan menilai kondisi sosial budaya yang mengalami perubahan ataupun tidak mengalami perubahan akibat adanya suatu kegiatan dan atau proses pembangunan. Tujuan analisis aspek sosial budaya adalah mengkaji kondisi sosial budaya masyarakat yang mendukung atau menghambat pengembangan kawasan

perdesaan, serta memiliki fungsi antara lain : Sebagai dasar penyusunan rencana strategis serta pembangunan sosial budaya masyarakat. Mengidentifikasi struktur sosial budaya masyarakat . Menilai pelayanan sarana dan prasarana sosial budaya yang mendukung pengembangan kawasan. Menggariskan prioritas-prioritas utama dalam formulasi kebijakan

pembangunan sosial budaya masyarakat. Memberikan perencanaan. Sebagai acuan pelaksanaan pemantauan, pelaporan dan penilaian programprogram pembangunan sosial budaya secara integratif. Adapun sasaran yang hendak dicapai dalam sosial budaya antara lain : Teridentifikasinya struktur sosial dan budaya yang terbentuk di kawasan perdesaan. pelaksanaan analisis aspek gambaran situasi dan kondisi objektif dalam proses

Terumuskannya potensi dan kondisi sosial budaya, meliputi pasar tenaga kerja, keragaman sosial budaya penduduk serta jumlah dan pertumbuhan penduduk.

Penilaian pelayanan sarana dan prasarana sosial budaya yang mendukung pengembangan kawasan perdesaan.

C. Analisis Perekonomian Analisis ini dimaksudkan untuk memahami karakteristik perekonomian wilayah dan ciri-ciri ekonomi kawasan, antara lain pertumbuhan dan kontribusi masing-masing sektor ekonomi dalam perekonomian; posisi ekonomi kawasan perbatasan terhadap kawasan lainnya baik secara nasional, regional maupun internasional mengingat posisi geografis yang strategis; kesempatan kerja; disparitas pertumbuhan dan perkembangan ekonomi antar kawasan dan antar daerah; serta untuk mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang strategis/unggulan. Teknikteknik analisis yang digunakan dalam tahapan analisis perekonomian wilayah adalah: Analisis Kondisi Ekonomi Tujuan utama dari analisis ini adalah menjabarkan hasil perhitungan PDRB ke dalam bentuk yang relatif sederhana, dengan menggunakan pendekatan metode Statistik Deskriptif seperti penyusunan rasio-rasio, angka indeks, rata-rata dan lain sebagainya. Analisis Kinerja Ekonomi Analisis kinerja ekonomi dilakukan dengan shift share (SS), yang merupakan salah satu teknik kuantitatif dalan menganalisa kinerja perekonomian suatu daerah. Analisis ini berguna untuk memantau pergeseran struktur ekonomi suatu daerah dan menggambarkan kesenjangan posisi daerah di suatu wilayah. Analisis Sektor Strategis dan Komoditas Unggulan Analisis sektor strategis dilakukan dengan menggunakan analisis Location Quetient (LQ), metode Analytical Hierarchi Process (AHP), dan Domestic Resources Cost (DRC).

Analisis Location Quotient (LQ) yang merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memperluas analisis Shift Share. Analisa ini dipakai untuk mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan (industri) dalam suatu daerah dengan cara membandingkan perannya dalam perekonomian daerah tersebut dengan peranan kegiatan atau industri sejenis dalam perekonomian regional atau nasional.

LQ=

Dimana : Xi = PDRB sektor A (sejenis) disuatu daerah Xt = Total PDRB daerah tersebut Yi = PDRB sektor A (sejenis) secara regional/nasional (daerah patokan) Yt = Total PDRB regional/nasional (daerah patokan)

Dari teknik analisa menunjukan jika LQ: Lebih besar dari satu (LQ > 1 ), maka daerah lebih besar dari pada regional yang artinya daerah lebih spesialisasi dari pada regional. Atau dengan kata lain daerah dapat mengekspor ke daerah lain. Sama dengan satu (LQ = 1), maka tingkat spesialisasi adalah sama antara regional dan daerah atau dengan kata lain peranan relatif sektor yang bersangkutan untuk daerah adalah sama dengan peranan relatif sektor yang sama dalam perekonomian regional. Lebih kecil dari satu (LQ < 1), maka regional lebih spesialisasi lebih dari daerah untuk sektor yang sama. Metode AHP, dapat menggunakan data primer dan data sekunder, data yang dibutuhkan cenderung lebih yang ditentukan memahami oleh teknis hasil dan

pengamatan/informasi/data

responden

kebijakan dari komoditas tersebut, selanjutnya diberi skore/nilai bertingkat yang menunjukkan penting atau tidaknya suatu komoditi untuk

dikembangkan. Dalam menggunakan metode AHP, aspek-aspek penting pada skema diatas harus dipertimbangkan untuk penentuan indikator dan

faktor-faktor

yang

dinilai

sangat

berpengaruh

terhadap

penentuan

komoditas menjadi unggulan di suatu kawasan. Metoda Domestic Resources Cost (DRC), metode ini pada dasarnya menggunakan indikator-indikator nilai perdagangan, kontribusi produksi, tingkat produktivitas dan keuntungan komparatif baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten. Mengingat jenis komoditas sangat banyak, maka langkah-langkah penentuan komoditas unggulan dengan metode DRC, adalah sebagai berikut : Penapisan komoditas unggulan nasional atau yang potensi sebagai komoditas ekspor berdasarkan 10 besar nilai perdagangan di tingkat provinsi. kemudian, 10 besar yang lolos sebagai komoditas unggulan tingkat provinsi di seleksi dengan menggunakan kriteria produksi, produktivitas dan keuntungan komparatif di tingkat kabupaten untuk menentukan peringkat keunggulan. Penentuan peringkat komoditas unggulan tingkat kawasan dinilai yang memiliki nilai terbesar terhadap kontribusi tingkat kabupaten. D. Analisis Potensi Sumber Daya Alam Analisis potensi sumber daya alam, untuk mengetahui tingkat ketersediaan dan penggunaan sumber daya alam (mineral, air, hutan, tanah, dan lain-lain) serta kemungkinan pengembangannya. Analisis ini juga merupakan analisa mengenai keproduktifan sumber daya alam baik itu dari kegiatan pertanian, perikanan hutan maupun sumber daya mineral yang dimiliki suatu wilayah sehingga akan diketahui daerah-daerah yang berpotensi dalam pengembangan produksi sumber daya alam tersebut. Adapun tujuan dilakukannya analisis ini adalah untuk mengetahui sejauh mana produktifitas sumber daya alam saat ini dalam mendukung perkembangan kawasan perdesaan di masa yang mendatang. Analisa potensi sumber daya alam dilakukan berbarengan dengan analisa ekonomi terkait analisis sektor strategis dan komoditas unggulan di kawasan perdesaan yang menjadi wilayah pekerjaan.

Teknik dan metode yang digunakan dalam analisis ini adalah metode deskriptif.

E. Analisis Sumberdaya Buatan Analisis potensi sumber daya buatan, untuk mengetahui tingkat

ketersediaan, tingkat pelayanan, sebaran dari prasarana yang ada, dan hal lain yang berkaitan dengan teknologi serta biaya pembangunan prasarana spesifik sesuai dengan kondisi geografis wilayah itu. Secara umum, analisis sumberdaya buatan dilakukan untuk memahami: Kondisi dan pelayanan sarana dan prasarana wilayah; Potensi dan kemungkinan kendala yang dihadapi dalam peningkatan pelayanan sarana dan prasarana wilayah. Sistem Prasarana Transportasi Analisis sistem prasarana transportasi yang meliputi transportasi darat, air, dan udara dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai: Keterkaitan fungsional dan ekonomi antar kota, antar kawasan baik dalam wilayah maupun antar wilayah kabupaten, dengan melihat pengumpul hasil produksi, pusat kegiatan transportasi, dan pusat distribusi barang dan jasa; Kecenderungan perkembangan prasarana transportasi yang ada; Aksesibilitas lokasi-lokasi kegiatan di wilayah kabupaten.

Sistem Prasarana Wilayah Lainnya Termasuk di dalam sistem prasarana wilayah lainnya adalah prasarana energi/listrik, telekomunikasi, pengelolaan lingkungan (seperti sampah, air limbah dan air bersih), prasarana kota, dan sebagainya. Idenfikasi ini dimaksudkan untuk menemui dan mengenali fungsi, kondisi, dan tingkat pelayanan prasarana wilayah tersebut. Kebutuhan data yang harus dipenuhi adalah pola jaringan, kapasitas dan volume pelayanan, luas area dan volume pelayanan, serta lokasi, fungsi, dan kapasitas instalasi.

F. Analisis Penggunaan Lahan Analisis penggunaan lahan dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk penguasaan, penggunaan, dan kesesuaian pemanfaatan lahan untuk kegiatan budidaya dan lindung. Selain itu, dengan analisis ini dapat diketahui besarnya fluktuasi intensitas kegiatan di suatu kawasan, perubahan, perluasan fungsi

kawasan, okupasi kegiatan tertentu terhadap kawasan, benturan kepentingan sektoral dalam pemanfaatan ruang, kecenderungan pola perkembangan kawasan budidaya dan pengaruhnya terhadap perkembangan kegiatan sosial ekonomi serta kelestarian lingkungan. Untuk memahami tingkat perkembangan pemanfaatan sumberdaya

setempat dilakukan analisis penggunaan lahan. Analisis ini dilakukan terhadap pola penggunaan tanah pada kawasan perbatasan dengan aspek-aspek yang dianalisis meliputi : o Struktur tata ruang, yang meliputi aspek pola/arah pergerakan, aspek struktur jaringan jalan dan tingkat aksesbilitas serta kecenderungan perkembangan struktur tata ruang. o o Arah kecenderungan perkembangan fisik kawasan perdesaan Pola perkembangan kawasan yang meliputi aspek pola perkembangan kawasan budidaya dan non budidaya seperti perumahan, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perkantoran, kawasan kesehatan,

pertanian, perkebunan, hutan dan lain-lain. Hasil dari analisis tata guna lahan digunakan untuk mengevaluasi kondisi penggunaan lahan saat ini, antara lain untuk menemukenali permasalahan dalam pemanfaatan penggunaan lahan maupun untuk digunakan sebagai dasar dalam menentukan arah perkembangan pemanfaatan lahan di kawasan perdesaan.

G. Analisis Kelembagaan (Analisis Pelaku) Analisis Kelembagaan bertujuan untuk menyediakan informasi dasar yang diperlukan untuk mengetahui para pelaku (stakeholders) yang terlibat dalam program beserta kekuatan dari hubungan timbal balik yang terjalin. Dalam konteks

perencanaan, analisis pelaku ditujukan untuk mengetahui siapa saja (individu, kelompok dan organisasi) yang langsung atau tidak langsung terlibat dan berpengaruh terhadap jalinan kerjasama yang menjadi sasaran dalam program. Manfaat analisis pelaku dalam proses perencanaan diantaranya; Membantu proses identifikasi kelompok, organisasi atau lembaga yang terlibat dalam pembangunan. Menggambarkan secara spesifik pola hubungan sosial antarpelaku yang menjadi masukan menyangkut kepemimpinan, peningkatan kemampuan tugas, dan tim kerja. Membantu mengambarkan kekuatan hubungan kelembagaan lokal dalam memecahkan masalah dan konflik yang terjadi. Memberikan pemahaman tentang peranserta masyarakat baik perempuan atau laki-laki dalam lembaga formal dan informal Memahami cara masyarakat desa membuat prioritas terhadap kegiatan lembaga yang ada di wilayahnya dan memberikan penilaian tentang kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jenis informasi yang dikumpulkan mengenai kelembagaan menyangkut sejarah dan eksistensi kelompok atau organisasi lokal yang dikenal masyarakat. Lembaga formal dan non-formal yang memiliki peluang untuk mengembangkan kegiatan masyarakat, seperti, pemerintah desa, BPD, KUD, PPL, lembaga agama, dan LSM. Lembaga khusus yaitu informasi mengenai kelompok atau organisasi yang bergerak dibidang tertentu secara spesifik, misalnya lembaga yang bergerak dibidang pertanian, perkebunan, hutan lindung, industri kerajinan, kesehatan dan lembaga adat.

Gambar 6. 2 Contoh Hubungan Antarpelaku/Kelembagaan

H. Analisis Kapasitas Internal dan Eksternal (SWOT) Langkah selanjutnya setelah melakukan analisis terhadap kondisi di kawasan perdesaan ialah penilaian kapasitas internal dan eksternal (komunitas) desa sebagai satu kesatuan wilayah pengembangan. Tahap ini bertujuan untuk menyediakan informasi tentang kondisi lingkungan menyangkut kekuatan, kelemahan internal serta peluang dan ancaman ekternal yang akan dihadapi. Analisis lingkungan secara umum dibagi dalam dua kelompok. Pertama, lingkungan internal yang sifatnya berada dalam jangkauan masyarakat desa. Kedua, lingkungan ekternal desa mencakup lingkungan makro yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja masyarakat dan kelompok yang ada. Salah satu teknik yang dapat membantu dalam menganalisis kapasitas internal dan eksternal suatu wilayah digunakan teknik Analisis SWOT. Yang dimaksud dengan Analisis SWOT yaitu analisis mengenai potensi, masalah, kesempatan dan ancaman yang terdapat di setiap sektor di wilayah perencanaan. Analisis SWOT merupakan salah satu teknik analisis yang digunakan dalam menginterpretasikan wilayah perencanaan, khususnya pada kondisi yang sangat

kompleks dimana faktor internal dan eksternal memegang peranan yang sangat penting. Analisis SWOT digunakan untuk dapat menetapkan tujuan secara lebih realistis dan efektif, serta merumuskan strategi dengan efektif pula. Dengan berlandaskan SWOT, tujuan tidak akan menjadi terlalu rendah atau terlalu tinggi. Penggambaran sektor sesuai elemen-elemen SWOT dari masing-masing sektor tersebut, yaitu meliputi : Kekuatan (strength), yaitu mendeskripsikan keadaan/kondisi dari tiap-tiap sektor yang sudah ada dan merupakan suatu hal yang dianggap sebagai potensi dan memiliki kekuatan. Kelemahan (weakness), yaitu mendeskripsikan hal-hal yang dianggap menjadi permasalahan yang sudah ada dalam tiap-tiap sektor. Peluang (opportunity), yaitu mendeskripsikan kondisi yang diprediksikan akan terjadi dan dianggap memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi. Ancaman (threat), yaitu mendeskripsikan kondisi yang dipredikasikan akan terjadi namun dianggap mengancam pengembangan potensi. Metode dalam analisis SWOT bertujuan untuk mengetahui strategi dasar pemecahan masalah yang dapat diterapkan secara kualitatif. Adapun cara yang dilakukan adalah menggabungkan/melakukan kombinasi dua komponen SWOT sebagai berikut (Wicaksono & Sugiarto, 2001).
Internal Audit Strengths External Environment Opportunities Weaknesses

SO

WO

Threats

ST

WT

Gambar 6. 3 Matriks SWOT

Keterangan : SO : memanfaatkan kekuatan (S) secara maksimal untuk meraih peluang (O). ST : memanfaatkan kekuatan (S) secara maksimal untuk mengantisipasi/ menghadapi ancaman (T) dan berusaha secara maksimal manjadikan ancaman tersebut sebagai peluang. WO : meminimalkan kelemahan (W) untuk meraih peluang (O) WT : meminimalkan kelemahan (W) untuk menghindari secara lebih baik dari ancaman (T)

Manfaat pemetaan potensi dan masalah dalam proses perencanaan diantaranya: a) Menggambarkan secara jelas kekuatan dan kelemahan suatu lokasi atau wilayah pembangunan tertentu. b) Menggambarkan secara jelas peluang dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat dan berpengaruh terhadap perubahan dan pertumbuhan suatu lokasi atau wilayah. c) Membantu dalam memproyeksikan kebutuhan pengembangan sumber daya dan lingkungan di masa yang akan datang. d) Menetapkan kerangka kebutuhan pembangunan ditinjau dari aspek potensi, masalah, dan tantangan yang dihadapi masyarakat, sehingga pelatihan diletakkan dalam visi, misi dan kerangka pengembangan jangka panjang. Masyarakat tentu lebih mengetahui sejarah dan keunggulan di wilayah itu, sehingga informasi yang diperoleh mencerminkan kondisi dan perkembangan yang lebih akurat. Kekuatan dan kelemahan mencakup potensi sumber daya manusia dan alam yang dimiliki, nilai, lembaga sosial yang telah terbangun, komoditas unggulan, lahan pertanian, infrastruktur yang tersedia, sarana transportasi, jumlah penduduk, prestasi yang diraih, rendahnya sumber daya manusia dibidang pendidikan, pengangguran, kesulitan teknologi, rendahnya pelayanan kesehatan,

ketidakseimbangan pendapatan, kepemimpinan, dan kurangnya partisipasi. Peluang dan tantangan mencakup hal-hal di luar yang sedapat mungkin mampu dikontrol oleh masyarakat mencakup, situasi regulasi atau kebijakan pemerintah, akses pasar global, persaingan, permintaan ekspor dan sebagainya.

Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal mencakup sejumlah pertimbangan yang bersifat mikro meliputi faktor kelebihan atau kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) suatu organisasi. Analisis internal dalam konteks pembangunan dilakukan untuk mengidentifikasi keunggulan bersaing (competitive adventage) suatu desa. Analisis lingkungan internal mencakup kajian terhadap SDM, organisasi dan sumber daya alam/fisik. Faktor SDM berkaitan dengan pengalaman, pengetahuan dan wawasan, keterampilan, keahlian, reputasi, kependudukan, serta kebijakan pemerintah terhadap kondisi tenaga kerja. Faktor organisasi (kelembagaan) berkaitan dengan sistem dan proses yang dianut oleh masyarakat, termasuk di dalamnya strategi, struktur, budaya, manajemen, birokrasi, kepemerintahan, keuangan, informasi, pemasaran, studi dan pengembangan, kemampuan pembelian, serta sistem pengendalian. Faktor sumber daya alam meliputi lokasi geografis, akses terhadap sumber bahan mentah, kondisi hutan, pertanian, kondisi lahan, jaringan distribusi,dan teknologi. Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan ekternal mencakup sejumlah pertimbangan yang bersifat makro seperti politik, ekonomi, sosial dan perkembangan teknologi (Wright, Kroll, dan Parnell, 1996; Pierce dan Robinson, 1997). 1. Pertimbangan politik, seperti pergerakan atau pengaruh kekuasaan para elit politik dan tokoh masyarakat yang mempengaruhi kebijakan pembangunan yang dinilai kontraproduktif, sehingga belum mampu membawa pencerahan atau perbaikan situasi dan kondisi masyarakat. Misalnya, instabilitas politik yang ditandai dengan fluktuasi mata uang dan kehati-hatian investor atau pengusaha dalam menanamkan investasi dalam jumlah besar. 2. Pertimbangan ekonomi, berkaitan dengan meningkatnya persaingan

ekonomi global yang berpengaruh terhadap kondisi keuangan dan usaha di tingkat masyarakat, yang seperti kehadiran perusahaan retail berskala Munculnya

internasional

mempengaruhi

pasar

tradisional.

konglomerasi usaha lokal yang menyebabkan persaingan harga, bahan baku dan tumbuhnya oligopoli. 3. Pertimbangan sosial. Interaksi masyarakat tidak hanya mencakup dua desa atau lebih tetapi hingga tingkat yang lebih luas seperti kabupaten dan propinsi. Hubungan tersebut memiliki intensitas dan pengaruh yang sangat kuat akibat penetapan kebijakan, tata ruang dan budaya yang berbeda. Misalnya kesenjangan sosial ekonomi yang tinggi antara satu desa dengan desa lainnya karena mendekati pusat pertumbuhan seperti kota. Hal ini mengakibatkan kecemburuan karena perbedaan perlakuan atau layanan yang diberikan pemerintah. Dalam jangka panjang akan mengakibatkan konflik. 4. Pertimbangan teknologi. Perkembangan informasi dan teknologi yang sangat cepat dan merambah ke berbagai aspek kehidupan, sehingga menimbulkan pengaruh dalam pemilihan teknologi yang akan digunakan oleh masyarakat dalam pembangunan. Misalnya pengaruh impor pupuk kimia untuk pertanian. Hasil analisis SWOT selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja lanjutan. Agar diperoleh tingkat validitas dan objektivitas analisis SWOT yang memadai serta mempertimbangkan tingkat keragaman responden, dapat digunakan teknik Delphi, teknik Snow Card, pendekatan kualitatif, dan perdekatan kuantitatif (pembobotan), sesuai dengan kebutuhan analisis SWOT. Pendekatan-pendekatan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing.

6.2.3 Penyusunan Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat Kegiatan penyusunan kebijakan dan strategi pembangunan kawasan perdesaan merupakan hasil sintesa dari berbagai analisa yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Kegiatan ini meliputi rumusan hasil analisa yang telah dilakukan yang merupakan konsep rencana yang akan dilaksanakan.

A. Perumusan Arah Kebijakan Arah kebijakan adalah pedoman untuk mengarahkan rumusan strategi yang dipilih agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran dari waktu ke waktu. Rumusan arah kebijakan merasionalkan pilihan strategi agar memiliki fokus dan sesuai dengan pengaturan pelaksanaannya. Kriteria suatu rumusan arah kebijakan, antara lain: Memperjelas kapan suatu sasaran dapat dicapai dari waktu ke waktu; Dirumuskan bersamaan dengan formulasi strategi, sebelum atau setelah alternatif strategi dibuat; Membantu menghubungkan tiap-tiap strategi kepada sasaran secara lebih rasional; dan Mengarahkan pemilih strategi agar selaras dengan arahan dan sesuai/tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Langkah-langkah merumuskan arah kebijakan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi tiap sasaran dan target kinerja tiap tahun; 2. Mengidentifikasi permasalahan dan isu strategik terkait tiap tahun; 3. FGD atas bahan-bahan yang telah diidentifikasi; 4. Merumuskan draft arah kebijakan; 5. Menguji apakah rancangan arah kebijakan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; dan 6. Memutuskan arah kebijakan. Berikut ini disajikan contoh format perumusan arah kebijakan pembangunan di kawasan perdesaan:
Tabel 6.6 Perumusan Arah Kebijakan Pembangunan Kawasan Perdesaan
No. Tujuan Sasaran Arah Kebijakan Strategi

Arah Kebijakan

Terhadap atribusi waktu, berdasarkan arah kebijakan, suatu strategi juga dapat dijelaskan pelaksanaannya sesuai tahapan, sebagaimana kerangka logis sebagai berikut:
Gambar 6.4 Contoh Format Strategi Pelaksanaan Arah Kebijakan

Dari diagram di atas, strategi harus dirumuskan secara spesifik terhadap horizon waktu. Dengan arah kebijakan, strategi dapat diterangkan secara logis kapan suatu strategi dijalankan mendahului atau menjadi prasyarat bagi strategi lainnya. Urut-urutan strategi dari tahun ke tahun dipandu dan dijelaskan dengan arah kebijakan. Strategi dapat dijalankan dari atas dalam 1 (satu) tahun periode. Namun, dapat pula membutuhkan waktu lebih dari satu tahun. Namun, yang terpenting keseluruhan strategi harus menjadi strategi pembangunan daerah yang padu dan mampu memberdayakan segenap potensi desa dan pemerintahan daerah sekaligus memanfaatkan segala peluang yang ada.

B. Perumusan Strategi Strategi merupakan langkah-langkah yang berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi harus dijadikan salah satu rujukan

penting dalam perencanaan pembangunan desa (strategy focussed-management). Rumusan strategi berupa pernyataan yang menjelaskan bagaimana tujuan dan sasaran kebijakan. Suatu strategi yang baik harus dikembangkan dengan prinsip-prinsip: 1. Strategi dapat menyeimbangkan berbagai kepentingan yang saling bertolakbelakang; 2. Strategi didasarkan pada capaian kinerja pembangunan dan pemenuhan kebutuhan layanan yang berbeda tiap segment masyarakat pengguna layanan, dan pemangku kepentingan; 3. Layanan yang bernilai tambah diciptakan secara berkelanjutan dalam proses internal Pemerintah Daerah; dan 4. Strategi terdiri dari tema-tema yang secara simultan saling melengkapi membentuk cerita atau skenario strategi. Langkah-langkah merumuskan strategi sebagai berikut: 1. Menyusun alternatif pilihan langkah yang dinilai realistis dapat mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan; 2. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan akan dicapai yang selanjutnya diperjelas dengan serangkaian arah

ketidakberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan untuk setiap langkah yang akan dipilih; dan 3. Melakukan evaluasi untuk menentukan pilihan langkah yang paling tepat antara lain dengan menggunakan metode SWOT (kekuatan/strengths, kelemahan/weaknesses, peluang/opportunities dan tantangan/threats),

dengan langngkah-langkah meliputi: Pertama, menentukan alternatif strategi pencapaian dari setiap indikator sasaran atau kumpulan sasaran yang inherent, dengan dengan terlebih dahulu

melakukan analisis SWOT. Melalui analisis data-data dan hasil proses-proses pada tahapan sebelumnya, dipetakan kebutuhan informasi untuk analisis SWOT (atau TOWS) dengan mengisi tabel sebagai berikut:

Tabel 6.7 Identifikasi SWOT

Pemetaan SWOT di atas sangat penting untuk memahami kondisi riil daerah. Diskusi-diskusi yang intens akan sangat membantu penajaman tiap komponen. Atas dasar informasi yang telah terbagi dalam 4 (empat) kuadran di atas dirumuskan alternatif strategi sebagai berikut:
Tabel 6.8 Penentuan Alternatif Strategi dan Indikator Sasaran

Kedua, menentukan strategi dari beberapa alternatif strategi. Pengujian dilakukan pada tingkat pembahasan tim. Pemilihan strategi yang paling tepat

diantara berbagai alternatif strategi yang dihasilkan dengan metode SWOT, dapat dilakukan melalui:

Dibahas kembali melalui forum Focussed Group Discussion (FGD) dengan melibatkan para pakar yang memiliki pengalaman di bidang manajemen strategik;

Menggunakan metode pembobotan dengan cara seperti yang dilakukan terhadap penentuan isu-isu strategis;

Menggunakan metode Balanced Scorecard; Menggunakan kombinasi antara FGD dengan metode lainnya untuk objektifitas pemilihan strategi. Ketiga, alternatif strategi yang dipilih. Dan yang keempat untuk

menghasilkan perumusan strategi yang pada akhirnya dapat selaras dengan pilihan program yang tepat maka rumusan strategi harus dipetakan (strategy mapping), agar secara seimbang melintasi lebih kurang empat perspektif: 1. Perspektif masyarakat kawasan perdesaan: bagaimana strategi dapat menjadikan pengaruh langsung terhadap pengguna layanan atau segmen masyarakat, pemangku kepentingan lainnya. 2. Perspektif proses internal: strategi harus mampu menjadikan perbaikan proses dan pemberian nilai tambah pada proses birokrasi (internal business process). 3. Perspektif kelembagaan: strategi harus mampu menjelaskan dengan investasi apa pada sistem, teknologi, dan sumber daya manusia (SDM) untuk menjamin terselenggaranya layanan pemerintahan daerah yang baik (good governance) dalam jangka panjang. 4. Perspektif keuangan: strategi harus dapat menempatkan aspek pendanaan sebagai tujuan sekaligus sebagai konstrain (cost-effectiveness) serta untuk mencapai manfaat yang terbesar dari dana yang terbatas (allocative efficiency).

Anda mungkin juga menyukai