Disusun Oleh :
Putri L. (111805400000__)
Gilang Tresna Putra Anugrah (11180540000034)
Mengapa akhlak diperlukan dalam diri manusia? Akhlak sebagai suatu sikap perilaku
pada diri sendiri, sesama manusia, alam, dan Allah merupakan komponen yang harus ada
agar tercipta akhlak mulia. Pada pembahasan makalah ini akan dipaparkan mengenai
bagaimana akhlak dan pengembangan diri, maka yang menjadi pembahasannya adalah
akhlak pada diri sendiri dan bagaimana individu itu memahami serta mengembangkan
potensi diri yang berlandaskan akhlak yang baik.
Memahami dan tahu saja mengenai bagaimana berakhlak dan mengembangkan diri
tidaklah cukup, perlu adanya pengaplikasian dalam diri seseorang. Namun dalam ajaran
Islam tidak cukup hanya memahami dan mengembangkan, tapi juga harus diimbangi dengan
bagaimana cara bersyukur atas nikmat dan segala apa yang telah Allah berikan sehingga
manusia bisa memahami hakikat yang ada pada dirinya.
2[2] Ibid.hlm.132-133
Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Seorang muslim harus bersih/ suci
badan, pakaian, dan tempat, terutama saat akan melaksanakan sholat dan beribadah kepada
Allah, di samping suci dari kotoran, juga suci dari hadas.
Allah SWT berfirman :
Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu
kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri137 dari wanita di waktu haidh;
dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci138. Apabila mereka telah suci,
maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan
diri. (QS. Al Baqarah:222)
Artinya : Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah
kepadamu; dan syukurilah ni'mat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. (QS.
An Nahl:114)
4[4] Ibid.hlm78-79
wa maa syaa’a fa’al, Telah ditakdirkan oleh Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti
terjadi”. (HR. Muslim)
Menuntut ilmu merupakan salah satu kewajiban bagi setiap muslim, sekaligus sebagai
bentuk akhlak seorang muslim. Muslim yang baik, akan memberikan porsi terhadap akalnya
yakni berupa penambahan pengetahuan dalam sepanjang hayatnya. Sebuah hadits
Rasulullah SAW menggambarkan :
Artinya : “Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Seorang mu’min, tidak hanya mencari ilmu dikarenakan sebagai satu kewajiban, yang jika
telah selesai kewajibannya maka setelah itu sudah dan berhenti. Namun seorang mu’min
adalah yang senantiasa menambah dan menambah ilmunya, kendatipun usia telah
memakan dirinya. Menuntut ilmu juga tidak terbatas hanya pada pendidikan formal
akademis namun dapat dilakukan di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.
5[5] Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islami : Akhlak Mulia, (Jakarta:Pustaka Panjimas, 1996), hlm.129
Artinya : “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami
beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan828 jika kamu tidak mengetahui” (An-Nahl:43)
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang
tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff)
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan
nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mu'min
yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan
mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya
kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS.
At-Tahrim : 8)
7[7] Abu Bakar Jabir El Jazairi, Pola Hidup Muslim (Minhajul Muslim): Etika (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya,1993).hlm.33
Adapun yang termasuk dosa-dosa besar diantaranya :8[8]
Syirik
Kufur
Nifak
Riddah
Fasik
Berzina dan menuduh orang lain berzina
Membunuh manusia
Bersumpah palsu
b. Bermuraqabah
Muraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu diawasi oleh Allah
SWT. Dengan demikian dia tenggelam dengan pengawasan Allah dan kesempurnaan-Nya
sehingga ia merasa akrab, merasa senang, merasa berdampingan, dan menerima-Nya serta
menolak selain Dia.9[9]
Firman Allah SWT :
اِنَّ هللاَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا
Artinya : “Sesungguhnya Allah itu maha mengawasimu.” (QS. An-Nisa : 1)
c. Bermuhasabah
Yang dimaksud dengan muhasabah adalah menyempatkan diri pada suatu waktu untuk
menghitung-hitung amal hariannya. Apabila terdapat kekurangan pada yang diwajibkan
kepadanya maka menghukum diri sendiri dan berusaha memperbaikinya. Kalau termasuk
yang harus diqadha maka mengqadhanya. Dan bila ternyata terdapat sesuatu yang terlarang
maka memohon ampun, menyesali dan berusaha tidak mengulangi kembali. Muhasabah
merupakan salah satu cara untuk memperbaiki diri, membina, menyucikan, dan
membersihkannya.10[10]
Firman Allah SWT :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-
Hasyr : 18)
d. Mujahadah
Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh, berperang melawan hawa nafsu. Hawa
nafsu senantiasa mencintai ajakan untuk terlena, menganggur, tenggelam dalam nafsu yang
9[9] Ibid.hlm.36
10
mengembuskan syahwat, kendatipun padanya terdapat kesengsaraan dan penderitaan. Jika
seorang Muslim menyadari bahwa itu akan menyengsarakan dirinya, maka dia akan berjuang
dengan menyatakan perang kepadanya untuk menentang ajakannya, menumpas hawa
nafsunya.
Firman Allah SWT :
Artinya : “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya
nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf : 53)
Dalam cara ini, individu meluangkan waktu untuk mengevaluasi apa yang telah
dilakukannya, apa yang telah ia capai dan apa yang ia miliki sebagai suatu
kelebihan yang dapat mendukung dan apa yang ia miliki sebagai suatu
kekurangan yang menghambat tercapainya prestasi tinggi.
Cara ini efektif bila individu bersikap jujur, terbuka pada dirinya sendiri, mau
dengan sungguh-sungguh memperhatikan kata hati
Dalam cara ini karyawan meminta masukan berupa informasi atau data penilaian
tentang dirinya dari orang lain, apakah itu rekan kerja, atasan, bawahan maupun
dari anggota keluarga. Masukan berupa umpan balik (feedback) ini meliputi
segala sesuatu tentang sikap dan perilaku seseorang yang tampak/terlihat ,
dipersepsi oleh orang lain yang bertemu, berinteraksi dengannya. Cara ini
bertujuan untuk membantu seseorang menelaah dan memperbaiki tingkah laku.
Beberapa persyaratan suatu feedback efektif adalah :
- Diberikan secara langsung kepada individu, jika diberikan secara tidak
langsung
Akan bermanfaat jika bukan berupa penilaian.
- Dicek pada si pengirim. Artinya umpan balik akan efektif bila penerima
umpan
balik mencek apa yang ia ‘tangkap’ dari pesan penilaian yang disampaikan oleh
penerima
- Dicek pada orang lain dalam kelompok. Untuk meyakinkan bahwa umpan
balik
yang diterima tidak salah dimaknakan, penerima bisa mencek juga kepada sesama
rekan kerja dalam kelompok.
c. Tes Psikologi
“dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” (An-
NahI: 114)
“Dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”(Al-Baqarah:
152)
F. Hakikat Bersyukur
Manusia adalah makhluk ALLAH SWT yang diciptakan dalam bentuk yang sebaik-
baiknya dan diciptakan untuk menyembah hanya kepada-Nya seraya bersyukur atas
hidup untuk mencapai kedudukan yang tertinggi di akhirat kelak. Jika kita fikir dahulunya
kita tercipta dengan ilmu pengetahuan yang sedikit dan hanya bisa sedikit berbuat, kini
kita memiliki banyak ilmu pengetahuan serta nikmat yang banyak. Lantas bagaimana kita
tidak bersyukur? Sementara balasan yang dijanjikan ALLAH SWT apabila hambanya
mensyukuri nikmat-Nya, adalah kenikmaatannya akan ditambah dan dilipat gandakan
nikmat–nikmatnya yang lain.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada konseli untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap
konseli sesuai dengan kondisi Sekolah/Madrasah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi
dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan
dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui
kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan
sosial, belajar, dan pengembangan karir konseli.
Dari penjelasan yang disebutkan itu ada beberapa hal yang perlu memperoleh penegasan
dan reposisi terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan
formal, sehingga dapat menghindari kerancuan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor.
1. Pengembangan diri bukan sebagai mata pelajaran, mengandung arti bahwa bentuk,
rancangan, dan metode pengembangan diri tidak dilaksanakan sebagai sebuah adegan
mengajar seperti layaknya pembelajaran bidang studi. Namun, manakala masuk ke
dalam pelayanan pengembangan minat dan bakat tak dapat dihindari akan terkait
dengan substansi bidang studi dan/atau bahan ajar yang relevan dengan bakat dan
minat konseli dan disitu adegan pembelajaran akan terjadi. Ini berarti bahwa
pelayanan pengembangan diri tidak semata-mata tugas konselor, dan tidak semata-
mata sebagai wilayah bimbingan dan konseling.
2. Pelayanan pengembangan diri dalam bentuk ekstra kurikuler mengandung arti bahwa
di dalamnya akan terjadi diversifikasi program berbasis minat dan bakat yang
memerlukan pelayanan pembina khusus sesuai dengan keahliannya. Inipun berarti
bahwa pelayanan pengem-bangan diri tidak semata-mata tugas konselor, dan tidak
semata-mata sebagai wilayah bimbingan dan konseling.
3. Kedua hal di atas menunjukkan bahwa pengembangan diri bukan substitusi atau
pengganti pelayanan bimbingan dan konseling, melainkan di dalamnya mengandung
sebagian saja dari pelayanan (dasar, responsif, perencanaan individual) bimbingan
dan konseling yang harus diperankan oleh konselor.
Telaahan di atas menegaskan bahwa bimbingan dan konseling tetap sebagai bagian yang
terintegrasi dari sistem pendidikan (khususnya jalur pendidikan formal). Pelayanan
pengembangan diri yang terkandung dalam KTSP merupakan bagian dari kurikulum.
Sebagian dari pengembangan diri dilaksanakan melalui pelayanan bimbingan dan konseling.
Dengan demikian pengembangan diri hanya merupakan sebgian dari aktivitas pelayanan
bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Jika dilakukan telaahan anatomis terhadap
posisi bimbingan dan konseling pada jalur pendidikan formal.
Dapat ditegaskan di sini bahwa KTSP adalah salah satu subsistem pendidikan formal yang
harus bersinergi dengan komponen/subsitem lain yaitu manajemen dan bimbingan dan
konseling dalam upaya memfasilitasi konseli mencapai perkembangan optimum yang
diwujudkan dalam ukuran pencapaian standar kompetensi. Dengan demikian pengembangan
diri tidak menggantikan fungsi bimbingan dan konseling melainkan sebagai wilayah
komplementer dimana guru dan konselor memberikan kontribusi dalam pengembangan diri
konseli.
Strategi pengembangan diri dipaparkan secara singkat dan di ambil dari pendapat Martha
Mary McGraw (1987) dalam bukunya 60 Cara Pengembangan Diri, yaitu :
1. Menjadi Diri Sendiri yang Khas Tidak ada seorangpun di dunia ini yang sama persis,
demikian pula sebaliknya tak ada seorangpun di dunia ini yang dapat meniru secara persis.
Dan tidak seharusnya kita meniru persis orang lain, kita adalah diri sendiri yang mempunyai
khas-an yang tidak dimiliki oleh orang lain. Biarkan diri kita berkembang dengan ke
khususan dan ke unikannya, dan jadikanlah hal itu menjadi modal dasar untuk meraih
kesusksesan. Oleh karena itu menjadi diri sendiri yang khas dan unik adalah pilihan tepat.
2. Berkembang Terus adalah bagian dari lingkungan kita, mari kita lihat dan tatap diri kita.
Kita pasti akan menemukan keindahan dalam diri kita. Jadilah tumbuh-tumbuhan yang selalu
hijau. Tumbuh-tumbuhan yang tetap mekar sepanjang tahun, tanpa perlu ditanyakan apa
sebabnya. Bunga-bunga liarpun bisa bermekaran menyemarakkan keindahan alam, dan di
rumah kita. Kita adalah bunga itu. Kita ajak sesama kita untuk bertukar pikiran, bertukar
impian, maupun bertukar pengalaman. Kita tanyakan kepada mereka apa yang mereka miliki.
Hal seperti ini dapat diibaratkan seperti penyerbukan silang. Senyumlah pada waktu kita
mendengarkan pengalaman orang lain itu. Pasti akan ada manfaatnya bagi kehidupan kita.
3. Menjadi Menarik ,untuk menjadi menarik kita harus mengenali potensi dalam diri kita.
Manarik tidak mesti harus cantik dan ganteng, akan tetapi lebih pada pesona diri, apa yang
ada di dalam diri kita. Untuk menjadi seseorang yang menarik kita bisa mengeksplore
kemampuan kita, menyadari kekurangan kemudian menutupinya dan menonjolkan sisi lebih
untuk membuatnya menjadi menarik. Menjadi menarik adalah juga merupakan pilihan.
Seseorang akan memilih menjadi menarik atau masa bodoh tergantung dari dirinya sendiri.
Percayalah bahwa diri kita betul-betul menarik. Keindahan kita diperhitungkan. Memang kita
bukan ‘ratu kecantikan’ juga bukan orang yang paling tampan di seluruh negeri, tetapi
percayalah bahwa kita memiliki ketampanan tersendiri. Jangan pernah merasa minder. Kita
hanya perlu mengenal keindahan diri kita. Kita hanya perlu meyakinkah diri kita sendiri:
“Bahwa saya sungguh sangat menarik” Seseorang yang memiliki konsep diri negatif juga
akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak berani mencoba hal-hal baru, tidak berani
mencoba hal yang menantang, takut gagal, rendah diri, merasa diri tidak layak untuk sukses
dan masih banyak hal inferior lainnya. Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif
akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri, dan selalu bersikap positif terhadap segala
sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya (Gunawan, 2005).
5. Bersahabat, pribadi mampu bersahabat dengan kita, dan setiap individu dapat menjadi
sahabat kita. Tiga keutamaan diperlukan dalam membangun persahabatan, Iman, Harapan
dan kasih sayang. Tuhan yang pertama kali menjadi sahabat kita, pada waktu Ia menciptakan
kita. Tiga keutamaan tersebut harus dibagi dengan orang lain. Kita bisa berharap dengan
persahabatan. Kita bisa mengasihi dan menyayangi dengan persahabatan. Banyak sedikitnya
sahabat tergantung pada sikap kita terhadap diri sendiri.
6. Mendukung Orang Lain, Jika pekerjaan kita kurang mendapatkan penghargaan barangkali
kita masih mampu bertahan untuk hidup. Tetapi kita tidak akan mampu untuk bekerja keras
dan baik kalau tidak ada seorangpun yang memperhatikan kita. Bisa jadi kita akan menjadi
macet, malas, enggan bekerja. Ini berlaku bagi siapa saja. Kalau ada orang yang berhasil dan
kita menepuk punggungnya sebagai tanda dukungan, dia pasti akan semakin berkembang.
Misalnya Sebagai pemimpin/Kepala Sekolah memberikan pujian dan dukungan dengan tulus
terhadap anak buah apapun keberhasilannya, seberapapun keberhasilan itu, akan menjadi
semangat yang paling ampuh. Namun jika perhatian dan dukungan kita palsu, pasti orang lain
akan kecewa. Oleh karena itu kita perlu berusaha membri dukungan dengan maksud yang
murni dan tulus tanpa pamrih, apalagi tersirat keirian.
7. Mengembangkan Talenta Tidak pernah ada kata terlambat untuk mengerjakan hal-hal
khusus yang kita inginkan. Terus dan lakukan saja! Barangkali mSemang sudah terlambat
untuk belajar ’loncat galah’ (misalnya) seusia kita, Tapi itu kekecualian. Kita perlu menjebol
keterbatasan kita. Kembalilah ’ke bangku sekolah atau kuliah’ Ikutilah lokakarya, seminar
ataupun pelatihan. Kunjungilah ceramah-ceramah atau kita selenggarakan sendiri. Bidang apa
yang kita kuasai? Beritahukanlah kepada teman sahabat, bahwa kita akan memberikan kuliah
gratis, pasti kita akan menikmatinya demikian pula pendengarnya. Talenta seseorang tidaklah
sama, namun masing- masing orang pasti dibekali dengan talenta, tinggal bagaimana kita
mengembangkannya, mengasahnya, untuk kemudian kita memetik hasilnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zaenal.2009. Mencari Kunci Rezeki yang Hilang. Jakarta: Menara Indo Pena.
Al-Ghazali. 1975. Ihya Ulumuddin. Bandung: Diponegoro.
Al-Qur’an dan terjemahnya.
Depdiknas. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Handrianto, Budi. 2002. Kebeningan Hati dan Pikiran. Jakarta:Gema Insani .
Ingathari . http:// ingathari.blogspot.com.
Khalid,Abu. Kamus Arab Al-Huda Arab –Indonesia. Surabaya: Fajar Mulya.
Khera, Shiv. 1998. You Can Win. A Step-by- Step tool for Top Achievers Singapore : Prentice
Hall.
Plutchik, Robert. 2003. Emotions and Life. Perspective from Psychology, Bio;ogy and
Evolution. Washington DC: American psycholoical Association.
Sayutialhandy. http://sayutialhandi.blogspot.com
Slamet, Kasmuri. 2005. Rahmat di Balik Cobaan. Jakarta: Kalam Mulia.