Anda di halaman 1dari 7

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

J-PAL, Jil. 10, No.1, 2019 DOI: ISSN: 2087-3522


10.21776/ub.jpal.2019.010.01.09 E-ISSN : 2338-1671

Pengaruh Penambangan Emas Tradisional terhadap Sosial Ekonomi dan


Aspek Lingkungan Hidup di Kecamatan Sepauk Kabupaten Sintang

Depy Anggraini1, Soemarno2, Harsuko Riniwati3

1Sekolah Pascasarjana Pengelolaan dan Pengembangan Sumber Daya Lingkungan, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
2Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
3Jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya

Abstrak
Penambangan emas di Kecamatan Sepauk yang berada di daerah aliran sungai dan daratan menimbulkan permasalahan dari sisi
ekonomi, sosial, dan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan di Kecamatan
Sepauk Kabupaten Sintang serta dampak penambangan emas tradisional terhadap aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Penelitian
ini menggunakan model deskriptif kualitatif dimana peneliti mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Aspek sosial dalam pendidikan telah meningkat pesat; kesehatan masih sangat terbatas dengan kurangnya fasilitas kesehatan dan
tenaga medis; usia dan jenis kelamin, tidak ada anak dan perempuan yang bekerja, rata-rata usia kerja untuk bekerja; suku dan
agama tidak menjadi masalah untuk bekerja sebagai penambang. Aspek ekonomi berupa perubahan mata pencaharian, yang tadinya
mayoritas bertani kini menjadi penambang dan pendapatan cukup meningkat. Aspek lingkungan disebabkan oleh kerusakan jalan,
pencemaran air sungai, kerusakan lahan dan kebisingan. Kegiatan penambangan emas secara tradisional telah memberikan dampak
positif seperti peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengurangan pengangguran; Namun juga membawa dampak negatif,
seperti gangguan kesehatan, kerusakan jalan, pencemaran sungai, kerusakan lahan, pencemaran suara, dan konflik pertanahan.
Oleh karena itu, disarankan agar pemerintah membina dan mengawasi masyarakat dalam melakukan kegiatan pertambangan.

Kata kunci:Ekonomi, Lingkungan Hidup, Penambangan Emas, Sosial

PERKENALAN- Perlindungan Lingkungan Hidup dan Undang-Undang


Penambangan emas di Kecamatan Sepauk yang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
berada di daerah aliran sungai dan daratan dan Batubara. [2] Menurut Edi Farlandkk. (2016:335),
menimbulkan permasalahan dari sisi ekonomi, sosial, pertambangan telah mengubah aktivitas sosial dan
dan lingkungan. Permasalahan dari aspek sosial ekonomi masyarakat, terutama pada perpindahan
masyarakat di Kecamatan Sepauk mengalami sedikit penduduk, konflik lapangan kerja, transisi mata
pergeseran dari perubahan mata pencaharian yang pencaharian, dan pendapatan masyarakat. [3]
tadinya bekerja sebagai petani kini beralih profesi Menurut Kukuh Prasetyodkk.(2017: 66),
menjadi penambang. Permasalahan dari aspek pertambangan tradisional membawa dampak negatif
ekonomi, tidak sedikit masyarakat yang terhadap lingkungan, terutama terhadap kualitas air,
menggantungkan pendapatannya pada yaitu tercemarnya sumur dan sungai karena letaknya
penambangan emas ini, karena menjadi sumber yang dekat dengan lokasi pertambangan.
pendapatan tambahan bagi masyarakat Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan
pertambangan. Kemudian pada aspek lingkungan, penelitian ini adalah menganalisis kondisi sosial,
sangat disayangkan penambangan emas dilakukan ekonomi, dan lingkungan serta dampak
tanpa izin sehingga masyarakat tidak memikirkan penambangan emas tradisional terhadap aspek
dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan. sosial, ekonomi, dan lingkungan di Kecamatan
[1] Menurut data Kompas (2017), tentang Sepauk Kabupaten Sintang.
70% kerusakan lingkungan di Indonesia disebabkan oleh kegiatan

pertambangan. Industri pertambangan ini dengan mudahnya METODE PENELITIAN


mengakali dan mengesampingkan berbagai aturan yang bertentangan Penelitian menggunakan pendekatan
dengan kepentingannya, termasuk Undang-Undang Nomor 32 Tahun deskriptif kualitatif, menghasilkan data berupa
2009 tentang Pengelolaan dan Pengelolaan Mineral dan Batubara. tuturan informan penelitian yang menceritakan
fakta di lapangan.
Penulis yang sesuai Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
Depy Anggraini prosedur yang dikemukakan oleh Miles, Huberman, dan
Email : depy.anggraini@gmail.com Saldana (2014:31-33) yaitu tiga kegiatan secara
Alamat : Sekolah Pascasarjana Sumber Daya Lingkungan
bersamaan, yaitu kondensasi data, penyajian data, dan
Manajemen dan Pengembangan, Universitas
Brawijaya, Malang, Indonesia penarikan kesimpulan atau verifikasi.

51
Pengaruh Penambangan Emas Tradisional Terhadap Aspek Sosial (Anggraini et al.)

[1]. Menurut Edi Farlan (2016) indikator penyajian data; dalam penelitian kualitatif, data
pada aspek sosial kependudukan dan biasanya dikumpulkan dalam bentuk teks
penghidupan, Kustiana, dkk (2016), indokator deskripsi atau narasi singkat, bagan, matriks,
kesehatan dan Alfonso, dkk (2014), indikator hubungan antar kategori, jaringan, dan lain
umur, lama tinggal dan pendidikan. Edi Farlan sebagainya. Dalam penelitian ini, peneliti
(2016), Indikator Ketenagakerjaan, Pendapatan menyajikan data dalam bentuk narasi. Langkah
Masyarakat. Fadly, dkk (2015), indikator ketiga adalah penarikan kesimpulan, setelah data
pekerjaan, peningkatan pendapatan, peningkatan jenuh artinya telah terjadi pengulangan
pendapatan. Kukuh Prasetyo (2017), Indikator informasi, maka kesimpulan tersebut dapat
Pencemaran Air. Astiti, dkk (2014), indikator dijadikan jawaban atas permasalahan penelitian.
pencemaran logam berat (merkuri). Fadly, dkk
(2015), indikator pencemaran suara, pencemaran HASIL DAN DISKUSI
udara, kerusakan jalan. Fokus penelitian ini 1. Aspek Sosial
adalah [2]. kondisi sosial yang indikatornya adalah A. Pendidikan
pendidikan, kesehatan, umur dan jenis kelamin, Pendidikan mempengaruhi masyarakat sedemikian rupa sehingga

serta suku dan agama; kondisi perekonomian menciptakan perubahan sosial. Perubahan sosial sebagai wujud

yang indikatornya adalah penghidupan, inovasi yang berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan manusia

pendapatan, dan lapangan kerja; dan aspek yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

lingkungan hidup yang indikatornya berupa Menurut Alfonsodkk.(2014), faktor pendidikan, umur dan lama tinggal

kerusakan jalan, pencemaran sungai, perusakan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan seseorang. Pendidikan

hutan, dan pencemaran suara. [3]. Dampak positif juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat

dan negatif kegiatan pertambangan ditinjau dari pendapatan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. maka semakin baik pula respon seseorang terhadap permasalahan

kehidupan.

Metode Pengumpulan Data Saat ini masyarakat sudah sadar akan pentingnya
Lokasi penelitian terletak di tiga desa di pendidikan bagi anak-anaknya. Aktivitas pertambangan
Kecamatan Sepauk, yaitu Desa Sirang Setambang, tidak mempengaruhi pendidikan, berdasarkan hasil
Desa Bedayan, dan Desa Nanga Libau. Alasan wawancara dengan masyarakat. Masyarakat di lokasi
pemilihan ketiga desa tersebut karena adanya penelitian sepakat bahwa pendidikan kini sudah
aktivitas penambangan emas tanpa izin di wilayah berkembang dengan baik. Masyarakat sadar akan
tersebut. Penelitian ini menggunakan data primer pentingnya sekolah karena persaingan kerja saat ini
dari masyarakat pertambangan, non-penambang, semakin ketat. Bahkan ada pula yang menyekolahkan
bupati, perangkat desa, LSM, dan instansi anaknya hingga perguruan tinggi.
pemerintah terkait yang terdiri dari Dinas B. Kesehatan
Lingkungan Hidup, Dinas Pertambangan Mineral dan Kesehatan merupakan elemen utama bagi
Energi, dan Badan Perencanaan Pembangunan kesejahteraan umum; hal itu harus diwujudkan
Daerah. Data sekunder diperoleh dalam bentuk sesuai dengan cita-cita bernegara. Prasarana dan
dokumen, catatan, dan berita acara. fasilitas sangat dibutuhkan guna meningkatkan
Metode pengumpulan data meliputi observasi, pelayanan kesehatan. Pelayanan dan fasilitas
wawancara mendalam, dan dokumentasi. Instrumen kesehatan di Desa Sirang Setambang, Bedayan,
penelitian yang digunakan adalah panduan dan Nanga Libau masih kurang memadai,
wawancara, catatan lapangan, panduan observasi, terbukti dari data sekunder yang peneliti peroleh.
alat perekam, foto, dan alat tulis. Peneliti melakukan
wawancara terhadap informan yang dianggap Tabel 1. Fasilitas Kesehatan di Sirang Setambang, Bedayan, dan
Nanga Libau.
mewakili data yang dibutuhkan. Informan berasal
Pusat Kesehatan Masyarakat Desa
dari masyarakat pertambangan, non-penambang, Desa
Desa Tanpa Pembantu Kesehatan
Poliklinik
bupati, perangkat desa, LSM, dan instansi Rawat Inap Titik
pemerintah terkait berupa Dinas Lingkungan Hidup, Sirang 0 0 0 1
Setambang
Dinas Pertambangan Mineral dan Energi, serta Bedayan 0 1 0 0
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Kegiatan Nanga Libau 0 0 1 0
pertama yang dilakukan adalah kondensasi data Total 0 1 1 1
Sumber : Sepauk dalam angka 2017
yaitu memilih, menyederhanakan data, dan
Berdasarkan tabel di atas, fasilitas kesehatan
mentransformasikan data yang dianggap mendekati
perlu ditingkatkan, baik dari segi jumlah maupun
catatan di lapangan. Langkah selanjutnya adalah
tenaga kesehatan. Komunitas membenarkan

52
Pengaruh Penambangan Emas Tradisional Terhadap Aspek Sosial (Anggraini et al.)

Data wawancara menunjukkan bahwa desa-desa Suku adalah bagian dari suatu bangsa yang mempunyai ciri-ciri

memerlukan lebih banyak tenaga kesehatan, seperti dokter, dasar tersendiri yang biasanya berkaitan dengan asal usul suatu

bidan, dan perawat. Selain itu, desa tersebut membutuhkan kebudayaan, yang membantu untuk mengenali masyarakatnya, yaitu

ambulans untuk memudahkan akses terhadap layanan penampilan fisik, bahasa, adat istiadat, dan seni. Manusia selalu

kesehatan yang lebih baik. membutuhkan agama, karena di dalam dirinya selalu membutuhkan

Penambang tidak memiliki asuransi kesehatan Yang Maha Kuasa untuk meminta pertolongan.

seperti BPJS; jika terjadi kecelakaan maka yang Peneliti mewawancarai Kepala Desa Sirang
bertanggung jawab adalah pemilik usaha Setambang, Bedayan, dan Nanga Libau terkait
pertambangan. Ketika peneliti mewawancarai para suku dan agamanya. Seperti yang diungkapkan
penambang dan non-penambang, beberapa pihak oleh Pak HT, Kepala Desa Bedayan, mayoritas
membenarkan bahwa mereka masih kesulitan penduduknya adalah suku Jawa dan Sunda,
mendapatkan layanan BPJS karena akses jalan rusak pernah mengikuti program transmigrasi, dan
parah. Peningkatan sarana dan prasarana yang ada di mayoritas penduduk desa beragama Islam.
desa harus menjadi perhatian pemerintah. Bapak MT, Kepala Desa Sirang Setambang, dan
C. Usia dan Jenis Kelamin Bapak WG, Kepala Desa Nanga Libau,
Usia dan jenis kelamin merupakan karakteristik menyatakan bahwa mayoritas penduduk di
penting dari suatu populasi karena hal ini menunjukkan desanya adalah suku Dayak dan agamanya
komposisi populasi; kita bisa melihat perubahan yang sebagian besar beragama Katolik dan
terjadi dari waktu ke waktu. Berdasarkan data sekunder, Protestan.
peneliti menemukan bahwa komposisi penduduk Penambang berasal dari suku dan agama yang
menurut usia dan jenis kelamin di Sirang Setambang, berbeda. Pak EK, seorang penambang, mengatakan
Bedayan, dan Nanga Libau adalah sama, yaitu kelompok bahwa penambang emas tidak hanya berasal dari
usia berpenghasilan tertinggi adalah antara 18-26 tahun masyarakat sekitar. Masyarakat dari berbagai suku dan
dan peringkat kedua adalah antara 27-40 tahun. . Jenis agama bekerja sebagai penambang emas, tanpa terlalu
kelamin yang dominan di ketiga desa ini adalah laki-laki. memikirkan status sosialnya.
2. Aspek Ekonomi
Melalui wawancara, para penambang mengungkapkan A. Mata pencaharian

bahwa anak-anak dan perempuan tidak dipekerjakan sebagai Mata pencaharian merupakan upaya memenuhi
penambang emas. Pekerja pertambangan rata-rata sudah kebutuhan hidup sehari-hari dengan bekerja. Mata
cukup matang dan produktif dalam bekerja. Usia produktif ini pencaharian masyarakat satu dengan yang lain berbeda-
menggambarkan manusia mampu berusaha memenuhi beda karena kondisi geografis, sosial dan budaya yang ada
kebutuhan hidupnya. pada masyarakat setempat. Kegiatan penambangan emas
D. Ras dan Agama telah mengubah mata pencaharian masyarakat yang tadinya
Istilah religi dalam kajian sosioantropologi sebagai petani kemudian beralih menjadi penambang.
merupakan terjemahan dari kata religi dalam bahasa Wawancara dengan Pak AT mengungkapkan bahwa
Inggris, tidak sama dengan religi dalam bahasa bekerja sebagai penambang dapat membantu memenuhi
politik-administrasi pemerintahan Republik Indonesia. kebutuhan sehari-hari. Senada dengan itu, Pak EK juga
Dalam esai ini, agama semuanya disebut religi dalam menyatakan bahwa ia memilih menjadi penambang, karena
bahasa Inggris, termasuk yang disebut agama wahyu, pekerjaan sebelumnya tidak mampu membantunya
agama alam, dan agama lokal. Yang dimaksud memenuhi kebutuhan sehari-hari karena harga karet turun
dengan “Agama” dalam pengertian politik- menjadi Rp 6.000 per kilogram. Pemerintah perlu membantu
administrasi pemerintahan Negara Republik menaikkan harga getah karet hingga normal agar
Indonesia adalah agama resmi yang diakui oleh masyarakat bisa kembali ke kebun semula dan berhenti
pemerintah, yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, bekerja sebagai penambang.
Hindu dan Budha, dan pada akhir zaman ini juga B. Penghasilan dan Peluang Kerja
termasuk agama Kongkucu (Saifudin 2000: 2 ). Agama Perekonomian masyarakat sangat ditentukan
dapat dianggap sebagai keyakinan dan pola perilaku oleh kesempatan memperoleh penghasilan dan
yang digunakan manusia untuk mencoba lapangan kerja. Peluang di bidang pertambangan
menghadapi apa yang mereka pandang sebagai memberikan dampak positif bagi masyarakat
masalah penting yang tidak dapat diselesaikan sekitar karena dapat meningkatkan perekonomian
melalui penerapan teknologi atau teknik organisasi masyarakat.
yang dikenal. Untuk mengatasi keterbatasan ini, Pak EK mengatakan, pekerjaan di pertambangan bisa
manusia beralih ke manipulasi makhluk dan kekuatan memenuhi kebutuhan hidupnya walaupun penghasilannya tidak
supernatural (Haviland 1996). terlalu banyak. Hal senada juga diungkapkan informan lainnya,
ZK. Beberapa informan mengindikasikan adanya emas

53
Pengaruh Penambangan Emas Tradisional Terhadap Aspek Sosial (Anggraini et al.)

pertambangan memberikan keuntungan kepada sekelompok orang sebagai dikonsumsi dan menyebabkan gangguan kesehatan. Pak KR's
penambang. mengatakan bahwa dahulu kala, air di sungai itu segar dan
3. Aspek Lingkungan bersih, dan di dalamnya terdapat ikan-ikan yang hidup;
A. Kerusakan Jalan Namun, saat ini air hanya menimbulkan gangguan
Jalan merupakan infrastruktur dasar bagi kesehatan.
manusia untuk berpindah dari satu lokasi ke Kondisi sungai seperti ini menimbulkan banyak
lokasi lain. Pada saat penelitian dilakukan, kondisi kerugian. Karena pemanfaatan sungai tidak
jalan di Sepauk sangat buruk, berlumpur dan licin memperhatikan daya dukung lingkungan,
sehingga menyulitkan transportasi. masyarakat terancam kehilangan sumber air
bersih. Masyarakat harus benar-benar sadar akan
degradasi lingkungan dan mengubah cara mereka
memperlakukan lingkungan sekitar.
C. Penggundulan hutan

Kawasan tutupan hutan sangat bermanfaat


bagi kelangsungan hidup permukaan bumi. Hutan
juga berfungsi untuk menyerap karbon dioksida
dari atmosfer melalui proses fotosintesis yang
menghasilkan oksigen. Rusaknya hutan akan
Gambar 1. Jalan antar desa di Sepauk yang rusak parah mengakibatkan banjir, tanah longsor, dan efek
rumah kaca yang menyebabkan suhu meningkat.
Sebelum ditambang, kondisi jalan sudah sangat buruk. Perusakan hutan disebabkan oleh alih fungsi lahan
Kemudian, keadaan menjadi lebih buruk setelah adanya aktivitas baik berupa pemukiman, perkebunan,
penambangan karena beberapa penambang bekerja di bagian pertambangan, pertanian, dan lain-lain.
jalan tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Pak PL. Konversi lahan yang terus menerus menyebabkan
Jika pemerintah tidak melakukan perbaikan kondisi rusaknya hutan, tak terkecuali lahan perkebunan
jalan, maka keamanan dan kenyamanan masyarakat yang dijadikan lahan pertambangan. Hasil wawancara
akan terancam. Sebagai warga negara yang baik, dengan Pak CH, Kepala Sepauk, menunjukkan bahwa
masyarakat setempat sebenarnya harus melakukan sebelum menjadi tambang, kawasan tersebut
sesuatu untuk menyelesaikan permasalahannya sambil merupakan hutan, perkebunan karet, dan
menunggu tindakan pemerintah. perkebunan kelapa sawit.
B. Polusi Sungai
Aktivitas penambangan tidak hanya dilakukan di
daratan, namun juga di sungai. Menurut Kukuh Prasetyo
dkk.(2017), apabila penambangan dilakukan dekat
dengan sumber air maka dapat menurunkan kualitas air
sumur dan air sungai. Penambangan emas di Sungai
Sepauk menjadi perhatian dan permasalahan bagi
masyarakat sekitar. Penambangan emas dengan
menggunakan merkuri menyebabkan pencemaran
sungai dan gangguan kesehatan.

Gambar 3. Kerusakan lahan akibat pertambangan

Jawaban serupa juga diungkapkan oleh Pak HT,


Kepala Desa Bedayan; Ia mengatakan, sebagian
perkebunan kelapa sawit telah diubah menjadi
kawasan pertambangan dan hal ini menimbulkan
konflik antara perusahaan dan masyarakat setempat.

Gambar 2. Aliran Sungai Sepauk—airnya berwarna coklat tua, kotor, dan


dangkal.

Masyarakat setempat mengeluhkan pencemaran sungai


di Sepauk karena airnya sudah tidak bisa ditampung lagi

54
Pengaruh Penambangan Emas Tradisional Terhadap Aspek Sosial (Anggraini et al.)

masyarakat, karena masyarakat setempat mampu menyekolahkan

anaknya hingga perguruan tinggi.

B. Mengurangi Pengangguran
Aktivitas penambangan emas telah menurunkan
jumlah pengangguran. Kepala Sirang Setambang, Bapak MT,
mengungkapkan bahwa masyarakat melihat pertambangan
sebagai suatu kegiatan yang menawarkan banyak uang dan
masyarakat sangat ingin menjadi penambang. Selain
menurunkan angka pengangguran, juga menurunkan angka
Gambar 4. Area bekas penambangan di perkebunan minyak
kriminalitas karena tingkat perekonomian yang lebih baik.

Pak HT sangat kecewa dengan masyarakat yang


tidak peduli dengan masalah ini, terutama para
5. Sisi Negatif Penambangan
penambang, karena perselisihan sepertinya masih
A. Masalah Kesehatan
terus berlanjut. Lahan yang menjadi kawasan
Kegiatan penambangan emas tanpa izin umumnya
pertambangan tanpa izin akan membawa dampak
menggunakan merkuri untuk memisahkan emas
buruk terhadap lingkungan.
dengan bahan lainnya. Penelitian menurut Ayu FS, dkk
D. Polusi suara
(2016) pertambangan ternyata memberikan dampak
Pencemaran suara merupakan suatu gangguan pada
negatif terhadap kondisi kesehatan masyarakat yang
lingkungan hidup yang disebabkan oleh bunyi-bunyian yang
ditandai dengan meningkatnya penyakit ISPA di wilayah
mengakibatkan ketidaknyamanan bagi masyarakat.
sekitar tambang. Menurut Kukuh Prasetyo, dkk (2017)
Kebisingan akibat penambangan emas sangat mengganggu
dampak negatif pertambangan adalah menurunnya
karena aktivitas penambangan dilakukan tidak jauh dari
kualitas air sumur dan air sungai. Penambangan yang
pemukiman masyarakat setempat. Wawancara ZK dan Pak EK
dilakukan di Sungai Sepauk membuat sungai tersebut
mengungkapkan bahwa lokasi penambangan berjarak
tercemar. Masyarakat menyatakan air sungai
sekitar 4-5 kilometer dari pemukiman.
menimbulkan gangguan kesehatan berupa rasa gatal.
Kebisingan menimbulkan keresahan bagi masyarakat
yang berada tidak jauh dari aktivitas penambangan
Selain itu, masyarakat sudah tidak mau lagi
berdasarkan penjelasan dari Pak PL mereka yang berprofesi
memancing di sungai karena mengetahui ikan
sebagai penambang tidak memperdulikan suara mesin yang
tersebut terkontaminasi merkuri. Manusia dapat
ditimbulkannya, masyarakat sekitar area penambangan
terpapar merkuri secara langsung maupun tidak
cukup resah akibat kebisingan tersebut dibuat dengan mesin
langsung melalui rantai makanan, seperti biota air
yang dirasa sangat mengganggu kenyamanan masyarakat
dan ikan yang terkontaminasi merkuri. Keracunan
untuk beribadah dan beristirahat. Kebisingan ini dapat
merkuri dapat menyebabkan gangguan kesehatan
menimbulkan ancaman yang serius bagi masyarakat
serius berupa gangguan fungsi ginjal dan hati.
setempat maupun lingkungan sekitar khususnya bagi
B. Kerusakan lingkungan
pendengaran.
Aktivitas penambangan emas tanpa izin di
Kecamatan Sepauk memberikan dampak negatif
4. Sisi Positif Penambangan
terhadap lingkungan sekitar. Kerusakan lingkungan
A. Meningkatkan Kesejahteraan Penambang
hidup berupa kerusakan jalan, pencemaran air,
Kegiatan penambangan emas membantu meningkatkan
kerusakan hutan, dan pencemaran suara. Jalan tersebut
pendapatan para penambang karena harga emas relatif
sangat penting bagi kehidupan masyarakat di Sepauk,
tinggi, sekitar Rp 488.000 per gram. Pernyataan Bapak LC,
namun kenyataannya kondisi jalan tersebut rusak parah.
Kepala Konservasi Pertambangan, mengungkapkan bahwa
Peneliti mewawancarai Pak KS, staf Badan Perencanaan
dengan adanya perusahaan pertambangan akan membantu
Pembangunan Daerah, dan beliau mengatakan bahwa
meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan
infrastruktur di suatu daerah sangat penting dalam
pembangunan di wilayah tersebut. Jika Sepauk mempunyai
pembangunan dan pajak yang diterima dari hasil
perusahaan pertambangan, maka hal itu akan membantu
penambangan dapat membantu pembangunan jalan
meningkatkan pembangunan daerah; Sayangnya, aktivitas
dan jembatan. Dengan demikian, dapat disimpulkan
penambangan yang dilakukan di Kecamatan Sepauk tidak
bahwa jika pertambangan emas tersebut memiliki izin,
memiliki izin.
maka akan membayar pajak dan dapat membantu
Selain meningkatkan perekonomian dan
membangun infrastruktur yang lebih maju.
kesejahteraan masyarakat, kegiatan pertambangan
Kurangnya kesadaran akan dampak pertambangan terhadap
ini meningkatkan kualitas pendidikan di masyarakat
lingkungan membuat para penambang mengabaikan dampak
buruknya, seperti penggunaan merkuri

55
Pengaruh Penambangan Emas Tradisional Terhadap Aspek Sosial (Anggraini et al.)

itu sangat berbahaya bagi lingkungan dan Pemerintah harus tegas terkait penambangan
manusia. emas tradisional. Banyaknya aktivitas pertambangan
Maryani (2007), menjelaskan dampak kerusakan tanpa izin menjadi bukti bahwa pemerintah belum
akibat kegiatan pertambangan dapat dilihat pada sepenuhnya menerapkan kebijakan yang ada.
kerusakan lingkungan yang terjadi. Dampak Disarankan kepada aparat penegak hukum dan
kerusakan tersebut adalah menurunnya kualitas pemerintah agar melakukan pembinaan dan
tanah yang ditandai dengan menurunnya kualitas pengawasan terhadap pelaku usaha pertambangan
fisik, kimia dan biologi tanah. Kerusakan lahan akibat untuk mengatasi permasalahan tersebut dan
pertambangan telah menyebabkan banjir, mengurangi dampak buruknya.
kekeringan, dan tanah longsor seiring dengan
menurunnya daya dukung sumber daya hutan dan KESIMPULAN
lingkungan. Eksploitasi tambang dilakukan secara Berdasarkan temuan tersebut, berikut kesimpulan
besar-besaran tanpa memperhitungkan kerusakan penelitiannya. Pertama, aspek sosial menunjukkan (1)
yang parah. pendidikan cukup meningkat, (2) masyarakat sulit
Aktivitas penambangan juga menimbulkan kebisingan mendapatkan jaminan kesehatan dan infrastruktur
akibat suara mesin berbahan bakar solar. Masyarakat sekitar kesehatan belum memadai, (3) usia produktif lebih unggul
areal pertambangan cukup resah dan resah. Penambangan dibandingkan usia lainnya sehingga mereka mempunyai
emas skala kecil tanpa izin nampaknya bermanfaat bagi akses yang lebih baik. potensi, dan (4) penambang berasal
masyarakat, namun biayanya lebih tinggi dibandingkan dari berbagai suku dan agama. Kedua, aspek ekonomi
keuntungannya, baik dari segi kesehatan, kerusakan menunjukkan (1) banyak masyarakat yang beralih mata
lingkungan, dan dampak sosial. pencaharian sebagai penambang, dan (2) pendapatan
C. Konflik Pertanahan masyarakat sebagai penambang dapat memenuhi kebutuhan
Konflik pertanahan yang terjadi di Sepauk akibat sehari-hari. Ketiga, aspek lingkungan hidup menunjukkan
pertambangan terus berlanjut, misalnya saja konflik bahwa pertambangan telah menyebabkan kerusakan jalan,
perusahaan minyak dengan masyarakat pertambangan pencemaran sungai dan air, serta kerusakan lahan dan
mengenai Hak Guna Tanah. Masyarakat khususnya para pencemaran suara.
penambang mengatakan bahwa wilayah tempat mereka Kegiatan pertambangan mempunyai dampak positif
bekerja merupakan lahan penerima plasma, dan lahan dan negatif. Dampak positifnya berupa peningkatan
tersebut belum membuahkan hasil sehingga menjadikan kesejahteraan masyarakat dan berkurangnya
lokasi tersebut sebagai kawasan pertambangan. Terdapat pengangguran, sedangkan dampak negatifnya berupa
konflik antara penambang dengan masyarakat sekitar yang gangguan kesehatan, kerusakan jalan, pencemaran
lahannya berdekatan dengan tambang emas yang sungai dan air, kerusakan lahan, pencemaran suara, dan
keberatan dengan keberadaan tambang, namun konflik konflik pertanahan.
antar masyarakat dapat diselesaikan melalui musyawarah. Peneliti menyarankan agar pemerintah lebih
memberikan pembinaan dan pengawasan terhadap
6. Kebijakan Pemerintah di Bidang Pertambangan masyarakat, khususnya para penambang. Pemerintah
Mengingat para penambang mungkin belum banyak memberikan penjelasan mengenai tata cara
mempertimbangkan aspek lingkungan, maka penyuluhan mendapatkan izin usaha pertambangan. Jika
dan bimbingan harus diberikan terutama oleh pemerintah. penambangan tanpa izin terus berlanjut, maka sanksi
Wawancara dengan Bapak S, Kepala Divisi Perlindungan dan dari pemerintah harus diberikan.
Pengelolaan Lingkungan Hidup Sintang, mengungkapkan
bahwa kegiatan pertambangan harus memiliki IUP (Izin PENGAKUAN
Usaha Pertambangan), HKI (Izin Pertambangan Tradisional), Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
dan IUPK (Izin Pertambangan Khusus),atau izin usaha membantu secara substansial dan finansial.
pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang pertambangan
REFERENSI
mineral dan batubara. Terkait dengan kebijakan yang
[1]. Farlan, Edi, (red). 2016. Dampak
tertuang dalam undang-undang, penambang harus memiliki
Pertambangan Emas Terhadap Perubahan
izin usaha pertambangan. Mengenai izin pertambangan, Pak
Sosial Ekonomi Masyarakat di Gampong
LC menyampaikan bahwa tata cara dan persyaratan untuk
Mersak Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten
memperoleh izin pertambangan diatur dalam Peraturan
Aceh Selatan. Dalam jurnal Mahasiswa
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Kegiatan Usaha
Pertanian Unsyiah. Jilid 1. No.1 Nov 2016.
Pertambangan Mineral dan Batubara.
Hal 329-336.

56
Pengaruh Penambangan Emas Tradisional Terhadap Aspek Sosial (Anggraini et al.)

[2]. FS, Kustiana Ayu, (red)..2016. Kondisi


Sosial Ekonomi Masyarakat Di Sekitar
Pertambangan Nikel DI Kecamatan
Bahodopi Kabupaten Morowali. Dalam
jurnal Ekonomi. Jil. 1 No.1 April 2016. Hal
135-145.
[3]. H, Alfonsus.,(ed). 2014. “Korelasi
Pertambangan Emas Tradisional Terhadap
Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi
Kasus di Kabupaten Madina (SUMUT)”.
Dalam jurnal Balai Penelitian Kehutanan
Aek Nauli. Vol 1. No.1 Nov 2014. Hal 1- 17.
[4]. Haviland, B.William A (1996).Antropologi
budaya(edisi ke-8). Penerbit Perguruan Tinggi
Harcourt Brace.
[5]. Maryani IS. 2007. Dampak penambangan
pasir pada lahan hutan alam terhadap sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah [skripsi].
Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.
[6]. Miles,MB, Huberman,AM, dan Saldana,J.
2014.Analisis Data Kualitatif, Buku
Sumber Metode, Edisi 3. USA: Sage
Publications. Terjemahan Tjetjep Rohindi
Rohidi, UI-Press.
[7]. Prasetyo Jati, Kukuh, (ed) 2017. Dampak
Pertambangan Minyak Tradisional
Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi dan
Lingkungan Hidup. Dalam jurnal GeoEco.
Vol.3 No. 1 Januari 2017. Hal.58-67.
[8]. Saifudin, Achmad Fedyani (2000).Agama
Dalam Politik Keseragaman. Jakarta:Badan
Penelitian dan Pengembangan Agama,
Departemen Agama RI.
[9]. T Sugianti, LGS Astiti. 2014. Dampak
Penambangan Emas Tradisional pada
Lingkungan dan Pakan Ternak di Pulau
Lombok. Dalam jurnal Sains Peternakan.
Vol.12 No. 2 September 2014. Hal 101-106
[10]. Warisman Setio, Fadly, (ed).2015. Analisis
Pengaruh Penambangan Galian C Terhadap
Lingkungan Perairan dan Sosial Ekonomi di
Desa Kampung Pinang Kecamatan
Perhentian Raja Kabupaten Kampar. Dalam
jurnal Berkala Perikanan Terubuk. Jil. 43 No.1
Februari 2015.
[11]. Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral dan Batu-bara.
[12]. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
Tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam.
[13]. Undang-Undang No. 23 Tahun 2010
Tentang Pemerintah Daerah.
[14].http://www.kompas.com diakses tanggal 12
September 2017.

57

Anda mungkin juga menyukai