Anda di halaman 1dari 23

120

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PERTAMBANGAN NIKEL DI


KELURAHAN BENDE KECAMATAN MOTUI KABUPATEN KONAWE
UTARA
(Studi Kasus Pertambangan Nikel Di Bende Kecamatan Motui Kabupaten Konawe
Utara)

Sarban 1, La Harudu2
1
Alumni Pendidikan Geografi FKIP UHO
2
Dosen Pendidikan Geografi FKIP UHO

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi masyarakat tentang


pertambangan nikel kaitannya dengan dampak lingkungan yang ditimbulkan di
Kelurahan Bende Kecamtan Motui Kabupaten Konawe Utara. Penelitian ini bersifat
deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data yang diperoleh dari 61
responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak positif kegiatan pertambangan
nikel, seperti: bertambahnya pendapatan asli daerah dari sektor pertambangan,
terciptanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal, terbukanya wilayah dari
keterisolasian. Sedangkan dampak negatifnya adalah kegiatan pertambangan nikel
menimbulkan kerusakan lingkungan, antara lain: 1) Kerusakan lahan, dengan persentase
persepsi masyarakat sebesar 68,9%,Terganggunya lahan, dengan persentase persepsi
masyarakat sebesar 86,9%; 2) Kerusakan flora dan fauna, dimana sebesar 90,2%
masyarakat menanggapi kegiatan pertambangan nikel menimbulkan kerusakan tumbuh-
tumbuhan, dan sebesar 78,7% masyarakat menanggapi kegiatan pertambangan nikel
menimbulkan kerusakan/berkurangnya hewan/satwa liar; 3) Tercemarnya air sungai,kali
dan rawa, dimana sebesar 95,1% masyarakat menanggapi kegiatan pertambangan nikel
menimbulkan pencemaran air sungai/kali dan rawa; 4) Polusi udara terutama debu yang
dihasilkan dari proses penambangan dan pengangkutan bijih nikel dengan persentase
persepsi masyarakat sebesar 96,7%; 5) Kebisingan, dimana 77% masyarakat menanggapi
kegiatan pertambangan nikel menimbulkan kebisingan; 6) Perubahan prilaku
masyarakat, dimana sebesar 88,5% masyarakat menanggapi kegiatan pertambangan
nikel menimbulkan perubahan prilaku dalam lingkungan masyarakat.

Kata Kunci : Persepsi, pertambangan nikel, dampak positif dan dampak negatif

PENDAHULUAN (PAD) yang lebih tinggi sehingga dapat


Di Indonesia Kegiatan meningkatkan perekonomian dan
pengelolaan kekayaan alam beberapa pembangunan negara, serta terciptanya
tahun terakhir ini banyak dilaksanakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat
pada sumberdaya mineral dan bijih-bijih, lokal maupun masyarakat di luar lokasi
hal ini terbukti dengan adanya berbagai pertambangan.
industri pertambangan seperti nikel, Provinsi Sulawesi Tenggara
emas, batu bara, mangan, besi, minyak merupakan wilayah yang cukup kaya
bumi, gas bumi dan lain-lain. dengan sumber daya alamnya, potensi
Pengelolaan sumberdaya mineral oleh sumber daya alam yang sudah dikelola
industri pertambangan khususnya bagi secara besar-besaran adalah potensi
daerah dilakukan karena dipandang dapat pertambangan nikel (BPS Sultra, 2011).
memberikan Pendapatan Asli Daerah Sulawesi Tenggara banyak terdapat

Sarban, La Harudu
121
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016

bahan tambang dari berbagai jenis lalu-lalang. Dengan kondisi yang


batuan, baik batuan beku, batuan demikian, masyarakat akan memiliki
sedimen, dan batuan metamorf. Salah pandangan negatif terhadap masuknya
satu jenis batuan yang berpotensi pertambangan nikel.
dijadikan bahan tambang nikel adalah Mencermati fenomena dampak
batuan laterit. Batuan laterit adalah hasil lingkungan di Kelurahan Bende
pelapukan batuan ultrabasa baik dari Kecamatan Motui Kabupaten Konawe
jenis peridotit yang berupa tanah yang Utara, kenyataannya menimbulkan
mengandung endapan biji besi atau besi- dampak lingkungan baik positif maupun
nikel (fe-Ni). negatif bagi masyarakat. Masuknya
Kabupaten Konawe Utara adalah penambangan nikel di daerah ini
salah satu daerah di provinsi Sulawesi membuat masyarakat memiliki harapan
Tenggara, memiliki luas wilayah 500.339 bagi terciptanya lapangan pekerjaan,
Ha yang memiliki potensi sumber daya peningkatan pelayanan fasilitas kesehatan
alam berupa nikel. Secara geologi seperti puskesmas, serta bantuan-bantuan
Kabupaten Konawe Utara, sangat sarana sanitasi lingkungan bagi desa dan
berpotensi dalam pembentukan endapan bantuan pendidikan. Namun, disisi lain
nikel, struktur batuanbasa dan ultramafik masuknya pertambangan nikel juga
yang pelapukannya kaya akan endapan meresahkan masyarakat setempat,
nikel. terutama adanya kerusakan lingkungan
Kelurahan Bende merupakan yang mengganggu aktivitas masyarakat
lokasi penambangan nikel yang diolah seperti terkorbankannya lahan sebagai
oleh PT. Bumi Konawe Abadi, yang area penambangan serta lahan menjadi
beroperasi pada tahun 2010 namun rusak, hutan menjadi rusak yang
dihentikan tahun 2013 dan berlaku berdampak pada rusaknya
diseluruh Indonesia karena proses revisi keberlangsungan hidup tumbuhan (flora)
undang-undang tentang pertambangan. dan satwa liar (fauna), aktivitas alat berat
Masuknya pertambangan nikel di pertambangan dalam pengerukan,
daerah khususnya akan menjadikan penggalian dan pengangkutanbijih nikel
daerah terlepas dari keterisolasian, yang menimbulkan bunyi yang
menambah Pendapan Asli Daerah (PAD), mengganggu pendengaran dan debu yang
terciptanya lapangan kerja terutama menimbulkan polusi udara, air sumur
perekrutan tenaga kerja lokal, sehingga serta sungai kecil di sekitar lokasi
akan menambah pendapatan masyarakat. penambangan menjadi kotor.
Namun, kehadiran pertambangan nikel, Munculnya sejumlah persoalan
bukan berarti tidak menimbulkan terkait dengan dampak lingkungan yang
masalah-masalah atau dampak negatif ditimbulkan oleh kegiatan penambangan
yang ditimbulkan terutama kerusakan nikel seperti yang telah dikutip di atas,
lingkungan alam disekitar lokasi menjadi penting untuk diteliti sebagai
penambangan, sehingga hal tersebut bahan pertimbangan dan evaluasi bagi
memunculkan persepsi negatif bagi pemerintah dan pengelolah tambang
masyarakat. Kondisi lingkungan yang untuk menekan dan meminimalisir
rusak seperti kerusakan lahan karena dampak lingkungan yang negatif bagi
pengerukan dan penggalian tanaholeh masyarakat. Berdasarkan uraian diatas,
buldozer, kerusakan hutan, pencemaran maka penulis tertarik untuk melakukan
udara oleh aktivitas pengangkutan nikel penelitian yang berjudul “Persepsi
mentah, kerusakan jalan,pencemaran air, Masyarakat Tentang Pertambangan Nikel
pencemaran udara, kebisingan oleh bunyi Di Kelurahan Bende Kecamatan Motui
alat-alat berat dan truk pengangkut yang Kabupaten Konawe Utara”. Adapun

Sarban, La Harudu
122
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016

rumusan masalah dalam penelitian ini dengan "closure". Proses seleksi terjadi
adalah Bagaimana persepsi masyarakat pada saat seseorang memperoleh
tentang pertambangan nikel kaitannya informasi, maka akan berlangsung proses
dengan dampak lingkungan yang penyeleksian pesan tentang mana pesan
ditimbulkandi Kelurahan Bende yang dianggap penting dan tidak penting.
Kecamatan Motui Kabupaten Konawe Proses closure terjadi ketika hasil seleksi
Utara? tersebut akan disusun menjadi satu
Menurut Simamora dalam Anwar kesatuan yang berurutan dan bermakna.
(2012:8) mengemukakan bahwa persepsi Lebih lanjut, Wijaya dalam
adalah bagaimana kita melihat dunia Purwatiningsih (2008:10) menjelaskan
sekitar kita. Secara formal, persepsi dapat faktor yang berperan dalam presepsi,
didefenisikan sebagai suatu proses dimana Persepsi timbul karena adanya
dengan mana seseorang menyeleksi, dua faktor yaitu internal dan eksternal.
mengorganisasikan dan Faktor internal antaranya : 1) Proses
menginterpretasikan stimulus keadaan pemahaman sesuatu; 2) Sistem nilai; 3)
dalam suatu gambaran dunia yang berarti Tujuan; 4) Kepercayaan; dan 5)
dan menyeluruh. tanggapannya terhadap hasil yang
Persepsi adalah pandangan dicapai. Faktor-faktor eksternal yang
pengertian dan interpretasi yang memepengaruhi persepsi seseorang
diberikan oleh seseorang tentang suatu adalah sebagai berikut: (1) Faktor
objek yang diinformasikan kepadanya lingkungan, yaitu warna, bunyi, sinar,
terutama mengenai bagaimana cara orang dapat juga ekonomi, sosial, maupun
tersebut memandang, mengartikan politik; (2) Faktor konsepsi, yaitu
menginterpretasikan informasi itu dengan pendapat dan teori seseorang tentang
cara mempertimbangkan hal tersebut manusia dengan segala tindakannya; (3)
dengan dirinya dan lingkungan tempat Faktor yang berkaitan dengan konsep
dimana dia berada dan melakukan seseorang tentang dirinya sendiri, kadang
interaksi. Persepsi merupakan hasil upaya seseorang menganggap dirinya selalu
penginderaan terhadap setiap stimulus baik sedang orang lain selalu kurang baik
yang timbul dalam diri dan lingkungan atau sebaliknya; (4) Faktor yang
dimana dia berada (Syah dalam Ramlah, berhubungan dengan motif dan tujuan,
2012: 12). berkaitan dengan dorongan dan tujuan
Sedangkan Menurut Branca seseorang untuk menafsirkan suatu
dalam Prakuso (2013: 8) mengemukakan rangsangan; (5) aktor pengalaman masa
bahwa Persepsi merupakan suatu proses lampau, pengalaman dan latar belakag
yang didahului oleh proses penginderaan, kehidupan seseorang pada waktu kecil
yaitu merupakan proses diterimanya akan menentukan kepribadiannya dan
stimulus oleh individu melalui alat mempengaruhi perilakunya.
indera. Alat indera tersebut merupakan Menurut Koentjaraningrat dalam
alat penghubung antara individu dengan ariana (2011: 21), istilah masyarakat
dunia luarnya. berasal dari akar kata Arab syaraka yang
Menurut Feigi dalam Kiswan berarti “ikut serta,
(2013: 13) menjelaskan proses berpartisipasi”.Masyarakat adalah
pembentukan persepsi sebagai sekumpulan manusia yang saling
pemaknaan hasil pengamatan yang “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah,
diawali dengan adanya stimuli. Setelah saling “berinteraksi”.
mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya Masyarakat adalah kesatuan
terjadi seleksi yang berinteraksi dengan hidup manusia yang berinteraksi menurut
"interpretation", begitu juga berinteraksi suatu sistem adat-istiadat tertentu yang

Sarban, La Harudu
123
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016

bersifat kontinu, dan yang terikat oleh asalnya adalah batuan ultrabasa dimana
suatu rasa identitas yang sama pelapukannya mengandung elemen nikel
(Koentjaraningrat dalam Wibowo, paling banyak serta mempunyai mineral-
2013:9). mineral yang paling mudah lapuk; 2)
Kemudian menurut Ibid dalam Iklim, adanya pergantian musim
Ripai, (2013: 9) mengemukakan bahwa kemarau dan musim penghujan sehingga
Masyarakat adalah merupakan kelompok terjadi kenaikan dan penurunan
manusia yang telah hidup dan bekerja permukaan air tanah dapat menyebabkan
sama cukup lama sehingga mereka dapat terjadinya proses pemisahan dan
mengatur diri mereka sebagai satu akumulasi unsur-unsur. Perbedaan
kesatuan sosial dengan batas-batas yang temperatur juga akan mempercepat
telah di tentukan. pelapukan batuan-batuan dalam perut
Hal yang sama dikemukakan oleh bumi; 3) Reagen-reagen kimia dan
Taneka dalam Nirtasari (2013) vegetasi, merupakan unsur-unsur kimia
masyarakat merupakan suatu sistem yang yang dapat mempercepat pelapukan, dan
berwujud dari kehidupan manusia yang dapat merubah pH larutan dalam tanah;
lazim disebut dengan sistem 4) Struktur Geologi, batuan beku
kemasyarakatan. mempunyai porositas dan permiabilitas
Pertambangan adalah sebagian sangat kecil sehingga penetrasi air sangat
atau seluruh tahapan kegiatan dalam sulit, dengan adanya rekahan-rekahan
rangka penelitian, pengelolaan dan pada batuan ultrabasa maka akan
pengusahaan mineral dari dalam bumi mempercepat masuknya air dan
yang meliputi penyelidikan umum, pelapukan yang intensif; 5) Topografi,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, keadaan topografi setempat akan sangat
penambangan, pengolahan dan mempengaruhi sirkulasi air beserta
pemurnian, pengangkutan dan penjualan, reagen-reagen lainnya. Ketebelan
serta kegiatan pascatambang pelapukan akan mengikuti bentuk
(Rissamasu,et all, 2010:48). topografi. Daerah yang landai dan miring
Dalam Undang-Undang Nomor 4 akan berbeda dalam run off sehingga
Tahun 2009 tentang pertambangan mempengaruhi masuknya air dalam
disebutkan bahwa Usaha pertambangan rekahan batuan dan proses pelapukan
adalah kegiatan dalam rangka batuan; 6) Waktu, waktu yang cukup
pengusahaan mineral atau batubara yang lama akan menyebabkan pelapukan yang
meliputi tahapan kegiatan penyelidikan cukup intensif karena akumulasi unsur
umum, eksplorasi, studi kelayakan, nikel pun akan cukup.
kostruksi, penambangan, pengolahan dan Menurut Sugianto, dkk,
pemurnian, pengangkutan dan penjualan, (2009:55) mengemukakan bahwa Proses
serta pasca tambang. penambangan nikel dilakukan dengan
Pertambangan nikel adalah usaha sistem truk and excavator. Penggalian
industri pertambangan berupa bahan dengan memakai excavator dan
galian logam atau perpaduan logam dan pengangkutan memakai dump truck.
tembaga (Prasetiawati dalam Wardani, Nikel memiliki lapisan bijih, yaitu
2013:12). lapisan bijih limonit terletak diatas bijih
Selanjutnya, Prasetiawati dalam saprolit. mula-mula ditambang lapisan
Rati (2009:10) mengemukakan bahwa bijih limonit, lapisan medium grade yang
faktor yang mempengaruhi pembentukan merupakan pengotor (waste) bagi bijih
nikel laterit adalah:1) Batuan saprolit. bijih nikel yang akan dijual
asal,merupakan batuan dasar adalah bijih nikel kadar tinggi (high
terbentuknya endapan nikel, batuan grade) disebut saprolit. Untuk

Sarban, La Harudu
124
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016

mendapatkan bijih nikel kadar tinggi dan pencemaran lingkungan adalah fakta
yang murni (pure saprolit) perlu yang tidak dapat dibantah. Untuk
disingkirkan lapisan pengotor limonit mengambil bahan galian tertentu,
dengan menggunakan bulldozer, setelah dilakukan dengan melaksanakan
itu bijih saprolit yang telah tersingkap penggalian. Artinya akan terjadi
akan diangkut menggunakan truck . perombakan atau perubahan permukaan
Setiap kegiatan penambangan bumi, sesuai karakteristik pembentukan
baik itu penambangan Mangan, Emas, dan keberadaan bahan galian, yang
Batu bara, Nikel dan Marmer serta secara geologis dalam pembentukannya
lainnya pasti menimbulkan dampak harus memenuhi kondisi geologi tertentu;
positif dan negatif bagi lingkungan 3) Ketimpangan sosial Kebanyakan
sekitarnya. Dampak positifnya adalah kegiatan usaha pertambangan di daerah
meningkatnya devisa negara dan terpencil dimana keberadaan
pendapatan asli daerah serta menampung masyarakatnya masih hidup dengan
tenaga kerja sedangkan dampak negatif sangat sederhana, tingkat pendidikan
dari kegiatan penambangan dapat umumnya hanya tamatan SD, dan kondisi
dikelompokan dalam bentuk kerusakan sosial ekonomi umumnya masih berada
permukaan bumi, ampas buangan di bawah garis kemiskinan. Di lain pihak,
(tailing), kebisingan, polusi udara, kegiatan usaha pertambangan membawa
menurunnya permukaan bumi (land pendatang dengan tingkat pendidikan
subsidence), dan kerusakan karena cukup, menerapkan teknologi menengah
transportasi alat dan pengangkut berat sampai tinggi, dengan budaya dan
(Higmadi, 2011:5). kebiasaan yang terkadang bertolak
Menurut Balkau dalam belakang dengan masyarakat setempat.
Karliyansyah (2011:1) mengatakan Kondisi ini menyebabkan munculnya
bahwa Kegiatan pertambangan tidak kesenjangan sosial antara lingkungan
terlepas dari dampak yang ditimbulkan pertambangan dengan masyarakat di
terutama terhadap nilai ekologi suatu sekitar usaha pertambangan berlangsung.
kawasan yang dijadikan lokasi Selanjutnya, Pandangan komparatif
pertambangan. Sebagaimana hasil studi antara nilai ekonomis dan lingkungan,
yang dilakukan oleh salah satu badan menurut Dyahwati (2007:10)
permerhati lingkungan dunia, antara lain: mengemukakan bahwa keuntungan
pencemaran air permukaan 70%, ekonomi yang diperoleh dari kegiatan
pencemaran air tanah 65%, pencemaran penambangan secara sepintas tampak
tanah 50%, kesehatan manusia 35%, menguntungkan namun apabila dikaji
kerusakan flora dan fauna 25%, dan lebih komperhensif dan dibandingkan
pencemaran udara 20% . dengan kerugian lingkungan dalam
Menurut Rissamasu (2010: 54) rupiah maka kita dapatkan bahwa tidak
mengemukakan bahwa munculnya ada keuntungan yang diperoleh.
sejumlah persoalan yang mengiringi Menurut Sudrajat (2010:12),
kegiatan usaha pertambangan di lapangan berdasarkan identifikasi dan pengalaman
diantaranya : 1) Terkorbankannya dampak lingkungan yang disebabkan
pemilik lahan Kegiatan usaha oleh adanya aktivitas industri
pertambangan adalah kegiatan yang pertambangan antara lain : berubahnya
cenderung mengorbankan kepentingan morfologi alam, ekologi, hidrologi,
pemegang hak atas lahan; 2) Kerusakan pencemaran air, udara dan tanah.
lingkungan. Kegiatan usaha Perubahan morfologi atau bentang alam
pertambangan merupakan kegiatan yang misalnya kegiatan eksploitasi yang
sudah pasti akan menimbulkan kerusakan dilakukan pada morfologi perbukitan,

Sarban, La Harudu
125
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016

kemudian adanya aktivitas penggalian serta permasalahan sosial ekonomi dan


maka akan berubah menjadi dataran, kependudukan yang tidak kalah
kubangan atau kolam-kolam besar. kompleksnya.
Perubahan morfologi menjadi lubang
besar dan dalam, tentu saja akan METODE PENELITIAN
menyebabkan terjadinya perubahan Penelitian ini dilaksanakan di
sistem ekologi dan hidrologi di daerah Kelurahan Bende Kecamatan Motui
tersebut. Sedangkan pencemaran air, Kabupaten Konawe Utara , Februari -
udara dan tanah dapat disebabkan oleh Mei 2016. Jenis penelitian ini adalah
debu dari aktivitas penggalian, debu dari jenis Studi kasus dengan Metode
aktivitas penghancuran atau pengecilan Deskriptif Kualitatif. Metode deskriptif
ukuran bijih dan limbah logam berat dan kualitatif digunakan untuk
bahan beracun lainnya dari buangan mendeskripsikan persepsi masyarakat
proses pengolahan dan pemurnian. tentang pertambangan nikel kaitannya
Menurut Manik, (2003:13) dengan dampak lingkungan yang
mengemukakan dampak suatu ditimbulkan di Kelurahan Bende
pembangunan atau usaha-usaha industri Kecamatan Motui Kabupaten Konawe
lainnya akan mengakibatkan perusakan Utara.
lingkungan. Perusakan lingkungan adalah Populasi dalam penelitian ini
tindakan yang menimbulkan perubahan adalah seluruhmasyarakat yang terdata
langsung atau tidak langsung terhadap sebagai warga di Kelurahan Bende yang
sifat-sifat fisik dan atau hayati berjumlah 61KK (Pemerintah Kelurahan
lingkungan yang mengakibatkan Bende: 2016).
lingkungan itu kurang dan tidak Sampel penelitian adalah
berfungsi lagi dalam menunjang sebagian atau wakil populasi yang akan
pembangunan yang berkesinambungan. diteliti (Arikunto, 2006: 112). Menurut
Berkaitan dengan pendapat Arikunto (2006:112), jika populasi
diatas, menurut Sugianto, dkk. (2009:9) kurang dari 100 maka sampel diambil
mengemukakan bahwa selain manfaat seluruhnya, dan apabila populasi lebih
ekonomi-finansial, membuka dari 100 maka dapat diambil sampel
keterisolasian daerah serta sebesar 10-15% atau 20-25%. Dalam
pengembangan wilayah, usaha penelitian ini, karena jumlah populasi
pertambangan dan pengolahan bijih nikel 61KK, dengan demikian jumlah sampel
dalam skala komersial (luas) juga dalam penelitian diambil secara
berpotensi besar menimbulkan dampak keseluruhan dari jumlah populasi yaitu
lingkungan yang ditunjukan oleh 61 orang. Penentuan informan yang
perubahan penting pada beberapa dilakukan adalah menggunakan Metode
parameter komponen lingkungan hidup Simple Random Sampling, yang artinya
yang terkena dampak, baik komponen bahwa semua populasi mempunyai
lingkungan fisik-kimia, komponen kesempatan yang sama untuk dipilih
biologi, komponen sosial ekonomi dan sebagai sampel yang selanjutnya
budaya maupun komponen kesahatan dijadikan sebagai responden.
masyarakat, diantaranya adalah Mengingat luasnya penelitian ini,
perubahan morfologi lahan (bentang maka masalah yang akan diteliti dibatasi
alam) yang berpotensi menimbulkan pada persepsi masyarakat tentang
erosi tanah dan longsor, serta dampak penambangan nikel, yaitu sebagai
lanjutannya terhadap sedimentasi dan berikut: (1) Persepsi Masyarakat tentang
daya dukung DAS, penurunan potensi kondisi lahan adalah pandangan
keanekaragaman hayati (flora-fauna) masyarakat terhadap perubahan yang

Sarban, La Harudu
126
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016

terjadi pada lahan baik bentuk dan Sumber data penelitian diperoleh
pemanfaatannya. Perubahan bentuklahan menggunakan data sekunder dan data
adalah perubahan struktrur bentuklahan primer. Data sekunder, adalah data yang
dari berbukit menjadi dataran atau diperoleh melalui study pustaka (library
sebaliknya karena disebabkan oleh research) untuk mengumpulkan data-data
aktivitas pengerukan dan pemindahan melalui buku-buku, peraturan-peraturan,
material tanah. Sedangkan Pemanfaatan serta dokumen-dokumen yang ada
lahan adalah kegunaan lahan dan relevansinya dengan penelitian. sperti
peruntukannya, dimana suatu lahan (1) Observasi (dengan melakukan
digunakan sebagai lahan pertanian atau pengamatan langsung kelapangan di
perkebunan namun dijadikan lokasi lokasi penambangan nikel di
penambangansehingga manfaat lahan KelurahanBende), (2) Angket, yaitu
serta kesuburan tanahnya berkurang. teknik pengumpulan data yang dilakukan
(2) Persepsi Masyarakat tentang dengan membagikan daftar pertanyaan
kondisi flora/fauna yaitu pandangan berupa Quisioner kepada responden yang
masyarakat mengenai perubahan kondisi berhubungan dengan obyek yang akan
tumbuh-tumbuhan dan satwa liar di diteliti. (3) Dokumentasi (mengambil
lokasi pertambangan. Hutan yang terjaga gambar/foto kondisi lingkungan sekitar
tentu kelestarian ekosistem flora dan lokasi penambangan nikel).
fauna akan berkembang tetapi apabila Data yang telah dikumpulkan
hutan rusak maka tumbuhan juga rusak dalam penelitian ini dianalisis secara
dan satwa liar akan berpindah atau deskritif kualitatif. Data tersebut
bahkan punah. (3) Persepsi masyarakat disajikan berdasarkan apa adanya, sesuai
tentang pencemaran udara yaitu fakta di lapangan. Data ini kemudian
pandangan masyarakat mengenai polusi diuraikan berdasarkan tabel persentase,
udara yang terjadi di lingkungan sehingga dapat diperoleh kesimpulan dari
pemukiman. (4) Persepsi masyarakat responden. Teknik analisis data dalam
tentang pencemaran air tanah yaitu penelitian ini menggunakan rumus:
pandangan masyarakat mengenai bau dan F
warna air sumur yang mereka miliki. P x100 %
N
(5) Persepsi masyarakat tentang Keterangan :
kebisingan yaitu pandangan masyarakat P = Kategori (persentase pilihan)
mengenai bunyi alat berat proyek dan F = Frekuensi ( jumlah responden yang
truk pengangkut bijih nikel. Kebisingan memilih alternatif yang sama)
yang dimaksud adalah terganggunya N = Jumlah responden keseluruhan
pendengaran karena bunyi. (6) Persepsi 100 = Persentase (%)
masyarakat tentang kesehatan yaitu
pandangan masyarakat mengenai HASIL DAN PEMBAHASAN
kesehatan atau ada-tidaknya penyakit Lokasi Pertambangan nikel
yang diderita sebagai akibat dari terletak di Kelurahan Bende Kecamatan
kotornya lingkungan sekitar oleh Motui Kabupaten Konawe Utara, Secara
aktivitas penambangan. (7) Persepsi astronomis, Kelurahan Bende terletak di
masyarakat tentang norma/budaya yaitu sebelah utara khatulistiwa, melintang dari
pandangan masyarakat mengenai sikap utara ke selatan, pada garis lintang 02°86
dan prilaku masyarakat setelah dan 03° 75 lintang selatan, membujur dari
masuknya pertambangan barat ke timur 121°47 bujur timur sampai
dengan 122°47 bujur timur, dimana
tinggi lokasi dari permukaan laut adalah
500 mdl, dengan kondisi topografi datar-

Sarban, La Harudu
127
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016

lembah-bergunung serta suhu rata-rata


harian 310C.

Gambar 1. Citra satelit pertambangan nikel di Kelurahan Bende Kecamatan Motui


Kabupaten Konawe Utara

Pertambangan nikel Di Kelurahan Berdasarkan kuisoner (angket)


Bende memiliki luas areal sebesar ± 500 yang telah dilakukan diketahui bahwa
Ha. Secara geografis, letak menunjukkan bahwa umur informan
pertambangan nikel di Kelurahan Bende yang paling banyak yaitu berumur antara
memiliki batas-batas wilayah: (1) 31-40 tahun yaitu 26 orang, usia yang
Sebelah utara berbatasan dengan Desa berkisar antara 20-30 yakni 15 orang,
Puunggulahi, (2) Sebelah timur berumur 41-50 yaitu 8 orang , umur 51-
berbatasan dengan Desa Wawoluri, (3) 60 yaitu 11 orang , Kemudian yang
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa berumur antara 61-70 yaitu 1 orang.
Matandahi, dan (4) Sebelah barat Berdasarkan kuisoner (angket)
berbatasan dengan Desa Kapolano yang telah dilakukan diketahui bahwa
Berdasarkan kuisoner (angket) dari 61 informan, tingkat pendidikan
yang telah dilakukan diketahui bahwa informan yang paling banyak adalah
jumlah informan laki-laki 37 orang dan SMA, sebanyak 20 orang, SD sebanyak
perempuan 24 orang. Hal ini disebabkan 18 orang dan SMP sebanyak 13 orang
karena tentu laki-laki lebih banyak serta tingkat Perguruan Tinggi sebanyak
mengetahui tentang kegiatan 10 orang. Sehingga dalam pengisian
penambangan di lokasi penelitian karena kuisioner sudah cukup baik dan
di sekitar lokasi penambangan dipahami karena rata-rata informan sudah
merupakan tempat mereka mencari mata pernah duduk di bangku sekolah.
pencaharian ataupun sebahagian Berdasarkan kuisoner (angket)
informan laki-laki adalah karyawan PT. yang telah dilakukan diketahui bahwa
Bumi Konawe Abadi selaku pengelolah pekerjaan informan yang banyak yaitu
tambang dibandingkan dengan Petani sebanyak 34 orang, Wiraswasta 19
perempuan yang lebih banyak mengurus orang dan PNS 8 orang.
rumah tangga. Untuk mengetahui bagaimana
pengetahuan informan mengenai persepsi

Sarban, La Harudu
128
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016

masyarakat tentang dampak lingkungan pertambangan pasti akan menimbulkan


kegiatan pertambangan, maka diajukan dampak lingkungan?” . Pemahaman
pertanyaan: “Apakah bapak/ibu masyarakat terkait dengan hal tersebut
mengetahui bahwa setiap kegiatan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pemahaman Masyarakat Mengenai Dampak Lingkungan


F
No Pilihan Frekuensi (F) Persentase X 100%
N
Ya 36 59.0
1 Tidak 25 41.0
Total (N) 61 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2016

Terkait dengan pertanyaan yang Namun, disisi lain masyarakat


diberikan, tabel di atas menunjukkan juga mengetahui dan memahami bahwa
bahwa sebanyak 36 informan kegiatan pertambangan memiliki dampak
memberikan jawaban “YA” dan 25 negatif yang dapat dirasakan masyarakat
informan memberikan jawaban di Kelurahan Bende dan sekitarnya,
“TIDAK”. Sebesar 59% responden telah terutama masalah polusi udara,
memahami bahwa kegiatan terganggunya lahan pertanian, rusaknya
pertambangan pasti menimbulkan hutan, kotornya air sungai dan empang
dampak lingkungan. Hal ini artinya di sekitar lokasi penambangan.
masyarakat telah mengetahui bahwa Berdasarkan uraian di atas, dapat
kegiatan pertambangan nikel di tempat disimpulkan bahwa pada dasarnya
mereka tinggal telah menimbulkan masyarakat di Kelurahan Bende telah
perubahan lingkungan baik itu memahami bahwa setiap kegiatan
lingkungan alam maupun lingkungan pertambangan pasti akan menimbulkan
sosial yang bersifat positif, seperti dampak lingkungan dengan persentase
terciptanya kesejahtraan masyarakat dari persepsi sebesar 59,%.
segi ekonomi, masyarakat direkrut Pemahaman masyarakat tentang
sebagai karyawan, pemberian pertambangan nikel di Kelurahan
kompensasi dan uang ganti rugi, bantuan Bende telah menimbulkan kerusakan
kesehatan, bantuan pendidikan dan lingkungan
bantuan-bantuan lain, dari pihak Untuk mengetahui tingkat
pengelolah tambang. Hadirnya persepsi masyarakat tentang
pertambangan nikel juga membuat pertambangan nikel di Kelurahan Bende
masyarakat mulai membuka usaha-usaha telah menimbulkan kerusakan
seperti membuka kios dan warung lingkungan, maka diajukan pernyataan:
makan. Selain itu, terbukanya daerah “Apakah Bapak/ibu menilai bahwa
dengan dunia luar, misalnya daerah lebih kegiatan pertambangan nikel di desa ini
dikenal lagi oleh masyarakat di luar telah menimbulkan kerusakan
Konawe Utara, hal ini terbukti dengan lingkungan?”. Tanggapan masyarakat
adanya berbagai kunjungan mahasiswa di terkait dengan hal tersebut dapat dilihat
Kecamatan Motui khususnya di pada tabel 2.
Kelurahan Bende, Desa Motui dan Desa
Matandahi untuk keperluan penelitian.

Sarban, La Harudu
129
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016

Tabel 2. Tanggapan Masyarakat Terkait Pertambangan Nikel Di Kelurahan Bende


F
No Pilihan Frekuensi (F) Persentase X 100%
N
Ya 37 60,7
2 Tidak 24 39,3
Total (N) 61 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2016

Terkait dengan pertanyaan yang seperti kurangnya semangat kerjasama,


diberikan, tabel di atas menunjukkan kecemburuan sosial, semakin maraknya
sebanyak 37 informan menjawab “YA” minum-minuman keras, dan berjudi.
dan sebanyak 24 informan menjawab Berdasarkan uraian di atas, dapat
“TIDAK”. Hal ini menunjukkan bahwa disimpulkan bahwa persepsi masyarakat
sebesar 60,7% responden atau sebagian tentang pertambangan nikel di Kelurahan
besar masyarakat memahami bahwa Bende, telah menimbulkan dampak
kegiatan pertambangan nikel di lingkungan dengan persentase persepsi
Kelurahan Bende telah menimbulkan sebesar 60,7%.
kerusakan lingkungan. Sebagian besar Tanggapan Masyarakat tentang
masyarakat memahami kegiatan Kerusakan Lahan yang Ditimbulkan
pertambangan nikel di Kelurahan Bende Pertambangan Nikel di Kelurahan
telah menimbulkan kerusakan Bende
lingkungan, karena munculnya berbagai Untuk mengetahui tanggapan
persoalan seperti adanya kerusakan lahan masyarakat tentang kerusakan lahan yang
pertanian karena tertimbun oleh endapan ditimbulkan kegiatan pertambangan nikel
lumpur dari aktivitas pertambangan, di Kelurahan Bende, maka diajukan
hutan menjadi gundul, lahan yang kritis pertanyaan: “ Apakah Bapak/ibu menilai
dan rusak akibat pengerukan, polusi adanya kerusakan lahan setelah
udara serta tercemarnya air sungai masuknya penambangan nikel di desa
terutama rawa yang dijadikan empang ini?” Tanggapan masyarakat tentang
oleh masyarakat akibat pencemaran zat kerusakan lahan yang ditimbulkan
kimia tambang, persoalan norma/prilaku pertambangan nikel di Kelurahan Bende,
yang menyimpang dalam masyarakat dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut.

Tabel 3. Tanggapan Masyarakat Tentang Kerusakan Lahan yang Ditimbulkan


F
No Pilihan Frekuensi (F) Persentase X 100%
N
Ya 42 68.9
3 Tidak 19 31.1

Total (N) 61 100%


Sumber: Hasil Penelitian 2016

Terkait dengan pertanyaan yang “TIDAK”. Hal ini menunjukkan bahwa


diberikan, tabel di atas menunjukkan sebesar 68,9% atau sebagian besar
sebanyak 42 informan menjawab “YA” masyarakat menanggapi kegiatan
dan sebanyak 19 informan menjawab pertambangan nikel di Kelurahan Bende,

Sarban, La Harudu
130
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016

telah menimbulkan kerusakan lahan. Untuk mengetahui Tanggapan


Kerusakan lahan yang terjadi seperti masyarakat tentang pertambangan nikel
adanya lokasi/wilayah yang rusak serta di Kelurahan Bende mengganggu lahan
kritis akibat aktivitas pengerukan tanah pertanian, maka diajukan
yang terus-menerus, terbentuknya pertanyaan:”Apakah lahan
kubangan atau lubang-lubang pada lahan, pertanian/kebun Bapak/ibu terganggu
dan ketika hujan lubang tersebut terisi air setelah masuknya pertambangan nikel di
sehingga lahan rusak dan kotor. desa ini?” Tanggapan masyarakat terkait
Tanggapan Masyarakat tentang dengan hal tersebut dapat dilihat pada
pertambangan nikel di Kelurahan tabel 4 sebagai berikut.
Bende mengganggu lahan pertanian

Tabel 4. Tanggapan Masyarakat Tentang Pertambangan Nikel Di Kelurahan Bende


Mengganggu Lahan Pertanian
F
No Pilihan Frekuensi (F) Persentase X 100%
N
Ya 53 86.9
4 Tidak 8 13.1
Total (N) 61 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2016

Terkait dengan pertanyaan yang Hal tersebut diatas, sesuai dengan


diberikan, tabel di atas menunjukkan pengamatan sebelumnya, ditemukan
sebanyak 53 informan menjawab “YA” bahwa adanya perubahan alih fungsi
dan sebanyak 8 informan menjawab lahan, dimana lahan pertanian
“TIDAK”. Dengan demikian sebesar masyarakat berubah menjadi areal
86,9% informan atau sebagian besar pertambangan nikel.
masyarakat menanggapi bahwa setelah Tanggapan masyarakat tentang
adanya penambangan nikel di desa pertambangan nikel di Kelurahan
mereka, lahan pertanian/kebun Bende mengganggu/mengurangi
masyarakat mulai terganggu seperti lahan kesuburan tanah pertanian
persawahan yang sudah tidak digarap lagi Untuk mengetahui tanggapan
karena sebagian lahan mereka dijadikan masyarakat tentang pertambangan nikel
sebagai lokasi pengolahan biji nikel, dan di Kelurahan Bende
dilewati oleh jalur truk pengangkut bijih mengganggu/mengurangi kesuburan
nikel, air kali yang biasa dijadikan tanah pertanian, maka diajukan
sebagai sumber irigasi mulai tertimbun pertanyaan:”Apakah kesuburan tanah
oleh lumpur dari aktivitas penambangan pertanian Bapak/ibu
nikel. terganggu/berkurang setelah masuknya
pertambangan nikel di desa ini?”.

Sarban, La Harudu
131
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016

Tabel 5 Tanggapan masyarakat tentang pertambangan nikel di Kelurahan Bende


mengganggu/mengurangi kesuburan tanah pertanian:
F
No Pilihan Frekuensi (F) Persentase X 100%
N
Ya 13 21.3
5 Tidak 48 78.7
Total (N) 61 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2016

Terkait dengan pertanyaan yang Berdasarkan uraian di atas, dapat


diberikan, tabel di atas menunjukkan disimpulkan bahwa persepsi masyarakat
sebanyak 13 informan menjawab “YA” tentang pertambangan nikel di Kelurahan
dan sebanyak 48 informan menjawab Bende tidak mengganggu kesuburan
“TIDAK”. Hal ini menunjukkan bahwa tanah pertanian dengan persentase
sebagian besar masyarakat atau 78% persepsi 78,7%.
masyarakat menanggapi kegiatan Tanggapan masyarakat tentang
pertambangan nikel di Kelurahan Bende, pertambangan di Kelurahan Bende
tidak mengganggu/mengurangi menimbulkan kerusakan jalan
kesuburan tanah pertanian, karena Untuk mengetahui tanggapan
masyarakat merasa bahwa masalah masyarakat tentang pertambangan nikel
kesuburan tanah itu tidak berkurang di Kelurahan Bende menimbulkan
karena ada satu kebun masyarakat yang kerusakan jalan, maka diajukan
tanamannya tumbuh dengan baik seperti pertanyaan:”Apakah Bapak/ibu menilai
sebelum pertambangan ada. jalan menjadi rusak dengan masuknya
pertambangan nikel di desa ini?”.

Tabel 6. Tanggapan masyarakat tentang pertambangan nikel di Kelurahan Bende


menimbulkan kerusakan jalan, dapat dilihat pada tabel berikut:
F
No Pilihan Frekuensi (F) Persentase X 100%
N
Ya 26 42.6
6 Tidak 35 57.4
Total (N) 61 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2016

Terkait dengan pertanyaan yang juga yang melakukan pengerasan untuk


diajukan, tabel di atas menunjukkan jalur transportasi tambang.
sebanyak 26 informan menjawab “YA” Dengan demikian, persepsi
dan sebanyak 35 informan menjawab masyarakat tentang pertambangan nikel
“TIDAK”. Hal ini menunjukkan bahwa di Kelurahan Bende, tidak menimbulkan
sebagian besar masyarakat atau 57,4% kerusakan jalan dengan persentase
masyarakat menanggapi kegiatan persepsi 57,4%
pertambangan nikel di Kelurahan Bende Tanggapan masyarakat tentang
tidak menimbulkan kerusakan jalan. Hal pertambangan nikel di Kelurahan
ini karena masyarakat menilai bahwa Bende menimbulkan kerusakan
jalan tidak berlubang, ambruk/longsor tumbuhan (flora)
dan sebagainya serta pihak penambang

Sarban, La Harudu
132
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016

Untuk mengetahui bagaimana adanya kerusakan tumbuh-tumbuhan


tanggapan masyarakat tentang (flora) setelah masuknya penambangan
pertambangan nikel di Kelurahan Bende nikel di desa ini?”Tanggapan masyarakat
menimbulkan kerusakan tumbuhan terkait dengan hal tersebut dapat dilihat
(flora), maka diajukan pada tabel 7 sebagai berikut.
pertanyaan:”Apakah Bapak/ibu menilai

Tabel 7. Tanggapan masyarakat tentang pertambangan nikel di Kelurahan Bende


menimbulkan kerusakan tumbuhan (flora)
F
No Pilihan Frekuensi (F) Persentase X 100%
N
Ya 55 90.2
7 Tidak 6 9.8
Total (N) 61 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2016.

Terkait dengan pertanyaan yang Berdasarkan uraian di atas, dapat


diberikan, tabel di atas menunjukkan disimpulkan bahwa persepsi masyarakat
sebanyak 55 informan menjawab “YA” tentang pertambangan nikel di Kelurahan
dan sebanyak 6 informan menjawab Bende telah menimbulkan kerusakan
“TIDAK”. Hal ini menunjukkan bahwa tumbuh-tumbuhan (Flora) dengan
sebagian besar masyarakat atau 90,2% persentase persepsi sebesar 90,2%.
masyarakat menanggapi kegiatan Tanggapan masyarakat tentang
pertambangan nikel di Kelurahan Bende, pertambangan nikel di Kelurahan
menimbulkan kerusakan tumbuh- Bende menimbulkan kerusakan
tumbuhan. Hal ini karena masyarakat hewan/satwa liar (fauna)
menilai setelah adanya tambang, hutan Untuk mengetahui tanggapan
menjadi rusak karena pohon dan semak masyarakat tentang pertambangan nikel
banyak yang digusur dengan alat-alat menimbulkan kerusakan hewan/satwa
tambang untuk menggali biji nikel. liar (fauna), maka diajukan
Aktivitas penggalian bijih nikel akan pertanyaan:”Apakah Bapak/ibu menilai
menghilangkan tumbuh-tumbuhan adanya kerusakan atau menurunnya
penutup, hal tersebut dapat menyebabkan jumlah satwa liar setelah masuknya
kerusakan pada ekosistem hutan terutama pertambangan nikel di desa ini.
pohon dan tumbuhan lainnya. Dari hasil Tanggapan masyarakat terkait hal
pengamatan, ditemukan bahwa hanya ada tersebut dapat dilihat pada tabel 8 sebagai
sekitar 1-10 berupa pohon, 1-100 berupa berikut.
semak dan anakan dari luas area ±500 Ha
yang pada dasarnya merupakan hutan.

Tabel 8. Tanggapan masyarakat tentang pertambangan nikel di Kelurahan Bende menimbulkan


kerusakan hewan/satwa liar (fauna)
F
No Pilihan Frekuensi (F) Persentase X 100%
N
Ya 48 78.7
8 Tidak 13 21.3
Total (N) 61 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2016

Sarban, La Harudu
133
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016

Terkait dengan pertanyaan yang kerusakan/kemusnahan hewan/satwa


diberikan, tabel di atas menunjukkan hutan, dengan persentase persepsi
sebanyak 48 informan menjawab “YA” sebesar 78,7%.
dan sebanyak 13 informan menjawab Pandangan Masyarakat tentang
“TIDAK”. Hal ini menunjukkan bahwa pertambangan nikel di Kelurahan
sebagian besar masyarakat atau 78% Bende menimbulkan pencemaran air
masyarakat menanggapi kegiatan (bau air sumur )
pertambangan nikel di Kelurahan Bende Untuk mengetahui bagaimana
menimbulkan kerusakan satwa liar. Hal pandangan masyarakat tentang
ini merupakan impilikasi dari rusaknya pencemaran air atau bau air sumur
hutan dan tumbuh-tumbuhannya karena masyarakat oleh kegiatan pertambangan
hal tersebut hewan di hutan mulai nikel di Kelurahan Bende, maka diajukan
kehilangan habitatnya, oleh karena itu pertanyaan:”Apakah air sumur
hewan/satwa liar bisa bermigrasi ke Bapak/ibu berbau setelah masuknya
daerah lain, bahkan punah. pertambangan nikel di desa ini?”
Berdasarkan uraian di atas, dapat Pandangan masyarakat terkait dengan hal
disimpulkan bahwa persepsi masyarakat tersebut dapat dilihat pada tabel 9
tentang pertambangan nikel di Kelurahan berikut.
Bende, telah menimbulkan

Tabel 9. Pandangan Masyarakat tentang pertambangan nikel di Kelurahan Bende


menimbulkan pencemaran air (bau air sumur )
F
No Pilihan Frekuensi (F) Persentase X 100%
N
Ya 7 11.5
9 Tidak 54 88.5
Total (N) 61 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2016

Terkait dengan pertanyaan yang Pandangan Masyarakat tentang


diberikan, tabel di atas menunjukkan pertambangan nikel di Kelurahan
sebanyak 7 informan menjawab “YA” Bende menimbulkan pencemaran air
dan sebanyak 54 informan menjawab (warna air sumur )
“TIDAK”. Hal ini menunjukkan bahwa Untuk mengetahui bagaimana
sebagian besar masyarakat atau 88,5% pandangan masyarakat tentang
masyarakat menanggapi kegiatan pencemaran air atau air sumur
pertambangan nikel di Kelurahan Bende, masyarakat menjadi berwarna pengaruh
tidak menimbulkan bau pada air sumur. kegiatan pertambangan nikel di
Alasannya karena masyarakat menilai air Kelurahan Bende, maka diajukan
sumurnya tidak memiliki bau yang tidak pertanyaan:”Apakah air sumur
sedap seperti bau lumpur dan airnya Bapak/ibu berwarna setelah masuknya
biasa-biasa saja. pertambangan nikel di desa ini
Dari tabel di atas, dapat Pandangan masyarakat terkait dengan hal
disimpulkan bahwa persepsi masyarakat tersebut dapat dilihat pada tabel 10
tentang aktivitas pertambangan nikel di berikut.
Kelurahan Bende, tidak menimbulkan
bau pada air sumur dengan persentase
persepsi 88,5%.

Sarban, La Harudu
134
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016

Tabel 10. Pandangan Masyarakat tentang pertambangan nikel di Kelurahan Bende


menimbulkan pencemaran air (warna air sumur )
F
No Pilihan Frekuensi (F) Persentase X 100%
N
Ya 42 68.9
10 Tidak 19 31.1
Total (N) 61 100%
Sumber: Hasi Penelitian 2016.

Terkait dengan pertanyaan yang Bende, tidak menimbulkan air sumur


diberikan, tabel di atas menunjukkan menjadi berwarna dengan persentase
sebanyak 42 informan menjawab “YA” persepsi sebesar 68,9%.
dan sebanyak 19 informan menjawab Pandangan masyarakat tentang
“TIDAK”. Hal ini menunjukkan bahwa pertambangan nikel menimbulkan
sebagian besar masyarakat atau 68,9% pencemaran air sungai/kali
masyarakat memiliki pandangan bahwa Untuk mengetahui bagaimana
kegiatan pertambangan nikel di pandangan masyarakat tentang
Kelurahan Bende, menimbulkan warna pertambangan nikel di Kelurahan Bende
pada air sumur, air berwarna kekuning- menimbulkan pencemaran air
kuningan dan sedikit kabur. Hal sungai/kali, maka diajukan
disebabkan rembesan air buangan dari pertanyaan:”Apakah Bapak/ibu menilai
tambang atau air sumur yang masih air sungai/kali menjadi kotor setelah
berkontaminasi dengan tanah liat. masuknya pertambangan nikel di desa
Berdasarkan uraian di atas, dapat ini?” Pandangan masyarakat terkait
disimpulkan bahwa persepsi masyarakat dengan hal tersebut dapat dilihat pada
tentang pertambangan nikel di Kelurahan tabel sebagai berikut:

Tabel 11. Pandangan Masyarakat Tentang Pertambangan Nikel Menimbulkan


Pencemaran Air Sungai/Kali
F
No Pilihan Frekuensi (F) Persentase X 100%
N
Ya 58 95.1
11 Tidak 3 4.9
Total (N) 61 100 %
Sumber: Hasil Penelitian 2016

Terkait dengan pertanyaan yang sehingga ketika hujan akan dibawa oleh
diberikan, tabel di atas menunjukkan aliran air menuju sungai/kali atau rawa
sebanyak 58 informan menjawab “YA” sehingga air sungai dan rawa akan
dan sebanyak 3 informan menjawab tercemar, empang-empang ikan
“TIDAK”. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di sekitar lokasi
sebagian besar masyarakat atau 95,1% pertambangan gagal panen, biasanya tiap
masyarakat menanggapi kegiatan 3 bulan sudah mulai panen tetapi setelah
pertambangan nikel di Kelurahan Bende, adanya tambang masyarakat yang
telah menimbulkan pencemaran air memiliki tambak/empang hanya panen
sungai/kali dan rawa. Hal ini disebabkan ikan 1 tahun 1 kali.
oleh limbah buangan dan zat-zat kimia Berdasarkan uraian di atas, dapat
yang tercemar di atas permukaan tanah disimpulkan bahwa persepsi masyarakat

Sarban, La Harudu
135
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016

tentang pertambangan nikel di Kelurahan pertambangan nikel di Kelurahan Bende


Bende, telah mencemari air sungai/kali menimbulkan adanya pencemaran udara,
dan rawa dengan persentase persepsi maka diajukan pertanyaan:”Apakah
sebesar 95,1%. Bapak/ibu merasakan adanya polusi
Tanggapan masyarakat tentang udara dengan masuknya pertambangan
adanya pencemaran udara oleh nikel di desa ini?” Tanggapan
kegiatan pertambagan nikel di masyarakat terkait dengan hal tersebut
Kelurahan Bende dapat dilihat pada tabel 12 sebagai
Untuk mengetahui bagaimana berikut.
tanggapan masyarakat tentang

Tabel 12. Tanggapan masyarakat tentang adanya pencemaran udara oleh kegiatan
pertambagan nikel di Kelurahan Bende
F
No Pilihan Frekuensi (F) Persentase X 100%
N
Ya 59 96.7
12 Tidak 2 3.3
Total (N) 61 100
Sumber: Hasil Penelitian 2016

Terkait dengan pertanyaan yang tentang pertambangan nikel di Kelurahan


diberikan, tabel di atas menunjukkan Bende, telah menimbulkan polusi udara
sebanyak 59 informan menjawab “YA” oleh debu dengan persentase persepsi
dan sebanyak 2 informan menjawab sebesar 96,7%.
“TIDAK”. Hal ini menunjukkan bahwa Tanggapan Masyarakat tentang
sebagian besar masyarakat atau 96,7% gangguan polusi udara oleh
masyarakat menanggapi kegiatan pertambangan nikel di Kelurahan
pertambangan nikel di Kelurahan Bende, Bende
menimbulkan polusi udara. Penyebab Untuk mengetahui bagaimana
utamanya adalah debu yang dihasilkan tanggapan masyarakat tentang gangguan
dari aktivitas pengerukan dan polusi udara oleh pertambangan nikel di
pengangkutan biji nikel. Kegitan Kelurahan Bende, maka diajukan
penggalian dan pemindahan partikel pertanyaan:”Apakah Bapak/ibu merasa
tanah serta pengangkutan nikel oleh truk terganggu dengan polusi udara yang
–truk operasional tambang merupakan ditimbulkan darikegiatan pertambangan
penyebab utama adanya debu sehingga nikel di desa ini?” Tanggapan
menimbulkan polusi udara. masyarakat terkait dengan hal dapat
Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat pada tabel 13 sebagai berikut.
disimpulkan bahwa persepsi masyarakat

Tabel 13. Tanggapan Masyarakat Tentang Gangguan Polusi Udara Oleh Pertambangan
Nikel Di Kelurahan Bende
Frekuensi F
No Pilihan Persentase X 100%
(F) N
Ya 49 80.3
13 Tidak 12 19.7
Total (N) 61 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2016

Sarban, La Harudu
136
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016

Terkait dengan pertanyaan yang tentang pertambangan nikel di Kelurahan


diberikan, tabel di atas menunjukkan Bende, menimbulkan polusi udara dan
sebanyak 49 informan menjawab “YA” mengganggu aktivitas masyarakat dengan
dan sebanyak 12 informan menjawab persentase persepsi sebesar 80,3%.
“TIDAK”. Hal ini menunjukkan bahwa Pandangan masyarakat tentang
sebagian besar masyarakat atau 80,3% kebisingan dari kegiatan
masyarkat menanggapi kegiatan pertambangan nikel di Kelurahan
pertambangan nikel di Kelurahan Bende, Bende
menimbulkan gangguan akan polusi Untuk mengetahui bagaimana
udara bagi masyarakat, adanya aktivitas pandangan masyarakat tentang
pengerukan material tanah, pemecahan kebisingan dari kegiatan pertambangan
dan pemurnian biji nikel pada saat nikel di Kelurahan Bende, maka diajukan
operasi dan produksi, menimbulkan debu pertanyaan:”Apakah Bapak/ibu menilai
sehingga ketika angin bertiup terutama adanya bunyi keras alat berat proyek
angin dari Utara-Selatan maka akan atau truk-truk pengangkut darikegiatan
mengganggu aktivitas keseharian pertambangan nikel di desa ini?”
masyarakat terutama mengganggu udara Tanggapan masyarakat terkait dengan hal
pernapasan manusia. perkampungan tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai
menuju pelabuhan pengangkut nikel. berikut:
Berdasarkan tabel di atas, dapat
disimpulkan bahwa persepsi masyarakat
Tabel 14. Pandangan Masyarakat Tentang Kebisingan Dari Kegiatan Pertambangan
Nikel Di Kelurahan Bende
F
No Pilihan Frekuensi (F) Persentase X 100%
N
Ya 47 77.0
14 Tidak 14 23,0
Total (N) 61 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2016

Terkait dengan pertanyaan yang atau gangguan bunyi dengan persentase


diberikan, tabel di atas menunjukkan persepsi sebesar 77%.
sebanyak 47 informan menjawab “YA” Pandangan Masyarakat tentang
dan sebanyak 14 informan menjawab adanya gangguan dari kebisingan yang
“TIDAK”. Hal ini menunjukkan bahwa ditimbulkan Pertambangan Nikel di
sebagian besar masyarakat atau 77% Kelurahan Bende
masyarakat menanggapi kegiatan Untuk mengetahui bagaimana
pertambangan nikel di Kelurahan Bende, pandangan masyarakat tentang adanya
menimbulkan kebisingan, karena bunyi gangguan kebisingan dari kegiatan
dari alat-alat proyek tambang yang pertambangan nikel di Kelurahan Bende,
melakukan produksi baik proses maka diajukan pertanyaan:”Apakah
penggalian, pemurnian serta Bapak/ibu merasa terganggu dengan
pengangkutan biji nikel. bunyi alat berat proyek atau truk-truk
Dengan demikian, dapat pengangkut darikegiatan pertambangan
disimpulkan bahwa persepsi masyarakat nikel di desa ini?” Pandangan
tentang pertambangan nikel di Kelurahan masyarakat terkait dengan hal tersebut
Bende, telah menimbulkan kebisingan dapat dilihat pada tabel 15 berikut.

Sarban, La Harudu
137
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016

Tabel 15. Pandangan Masyarakat Tentang Adanya Gangguan Dari Kebisingan Yang
Ditimbulkan Pertambangan Nikel Di Kelurahan Bende
F
No Pilihan Frekuensi (F) Persentase X 100%
N
Ya 12 19.7
15 Tidak 49 80.3
Total (N) 61 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2016

Terkait dengan pertanyaan yang tetapi masyarakat tidak terganggu,


diajukan, tabel di atas menunjukkan dengan persentase persepsi sebesar
sebanyak 12 informan menjawab “YA” 80,3%.
dan sebanyak 49 informan menjawab Tanggapan masyarakat tentang
“TIDAK”. Hal ini menunjukkan bahwa kotornya lingkungan
sebagian besar masyarakat atau 80,3% pemukimansebagai dampak
masyarakat berpandangan bahwa pertambangan nikel di Kelurahan
kegiatan pertambangan nikel di Bende
Kelurahan Bende, adanya bunyi dari alat- Untuk mengetahui bagaimana
alat proyek tambang, tidak mengganggu tanggapan masyarakat tentang kotornya
pendengaran ataupun aktivitas lingkungan pemukiman sebagai dampak
masyarakat, hal ini karena mereka sudah pertambangan nikel di Kelurahan Bende,
terbiasa dan merasakan kebisingan setiap maka diajukan pertanyaan:”Apakah
hari ketika proyek tambang masih Bapak/ibu menilai lingkungan di sekitar
berjalan. pemukiman menjadi kotor setelah
Dengan demikian, dapat masuknya pertambangan nikel di desa
disimpulkan bahwa persepsi masyarakat ini?” Tanggapan masyarakat terkait
tentang pertambangan nikel di Kelurahan dengan hal tersebut dapat dilihat pada
Bende terkait adanya kebisingan/bunyi, tabel 16 sebagai berikut.

Tabel 16. Tanggapan Masyarakat Tentang Kotornya Lingkungan Pemukimansebagai


Dampak Pertambangan Nikel Di Kelurahan Bende
F
No Pilihan Frekuensi (F) Persentase X 100%
N
Ya 10 16.4
16 Tidak 51 83.6
Total (N) 61 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2016

Terkait dengan pertanyaan yang kebersihan lingkungan masih tetap


diberikan, tabel di atas menunjukkan terjaga dan terpelihara, serta masyarakat
sebanyak 10 informan menjawab “YA” dan pekerja tambang sering melakukan
dan sebanyak 51 informan menjawab pembersihan lingkungan pemukiman.
“TIDAK”. Hal ini menunjukkan bahwa Berdasarkan grafik di atas, dapat
sebagain besar masyarakat atau 83% disimpulkan bahwa persepsi masyarakat
masyarakat menanggapi kegiatan tentang pertambangan nikel di Kelurahan
pertambangan nikel di Kelurahan Bende, Bende, tidak menimbulkan kotornya
tidak menimbulkan kotornya lingkungan lingkungan pemukiman masyarakat
pemukiman, karena masyarakat menilai

Sarban, La Harudu
138
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016

dengan persentase persepsi sebesar sebagai dampak pertambangan nikel di


83,6%. Kelurahan Bende, maka diajukan
Tanggapan masyarakat tentang pertanyaan:”Apakah Bapak/ibu
kesehatan/gangguan pernapasan merasakan adanya gangguan
(ISPA) sebagai dampak pertambangan pernapasan (ISPA) setelah masuknya
nikel di Kelurahan Bende pertambangan nikel di desa ini?”.
Untuk mengetahui bagaimana Tanggapan masyarakat terkait dengan hal
tanggapan masyarakat tentang tersebut dapat dilihat pada tabel 17
kesehatan/gangguan pernapasan (ISPA) sebagai berikut.

Tabel 17. Tanggapan Masyarakat Tentang Kesehatan/Gangguan Pernapasan (Ispa)


Sebagai Dampak Pertambangan Nikel Di Kelurahan Bende
F
No Pilihan Frekuensi (F) Persentase X 100%
N
Ya 4 6.6
17 Tidak 57 93.4
Total (N) 61 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2016

Terkait dengan pertanyaan yang penyakit/gangguan pernapasan (ISPA)


diajukan, tabel di atas menunjukkan dengan persentase persepsi sebesar
sebanyak 4 informan menjawab “YA” 93,4%.
dan sebanyak 57 informan menjawab Tanggapan masyarakat tentang
“TIDAK”. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan/penyakit kulit sebagai
sebagian besar masyarakat atau 93,4% dampak pertambangan nikel di
masyarakat menanggapi kegiatan Kelurahan Bende
pertambangan nikel di Kelurahan Bende, Untuk mengetahui bagaimana
tidak menimbulkan gangguan pernapasan tanggapan masyarakat tentang
(ISPA), karena masyarakat tidak merasa kesehatan/penyakit kulit sebagai dampak
mengalami ISPA selama tambang pertambangan nikel di Kelurahan Bende,
beroperasi adapun yang mengalami, itu maka diajukan pertanyaan:”Apakah
penyakit keturunan atau gejala gangguan Bapak/ibu merasakan adanya penyakit
pernapasan biasa. kulit/gatal-gatal setelah masuknya
Berdasarkan tabel di atas, dapat pertambangan nikel di desa ini?”.
disimpulkan bahwa persepsi masyarakat Tanggapan masyarakat terkait dengan hal
tentang pertambangan nikel di Kelurahan tersebut dapat dilihat pada tabel 18
Bende, tidak menimbulkan sebagai berikut.

Tabel 18. Tanggapan Masyarakat Tentang Kesehatan/Penyakit Kulit Sebagai Dampak


Pertambangan Nikel Di Kelurahan Bende
F
No Pilihan Frekuensi (F) Persentase X 100%
N
Ya 2 3.3
18 Tidak 59 96.7
Total (N) 61 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2016

Sarban, La Harudu
139
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016

Terkait dengan pertanyaan yang gangguan kesehatan/penyakit kulit,


diajukan, tabel di atas menunjukkan dengan persentase persepsi sebesar
bahwa sebanyak 2 informan menjawab 96,7%.
“YA” dan sebanyak 59 informan Kesetujuan masyarakat tentang
menjawab “TIDAK”. Dalam hal ini perubahan prilaku/norma
menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat sebagai dampak
masyarakat atau 96,7% masyarakat pertambangan nikel di Kelurahan
menanggapi kegiatan pertambangan nikel Bende
di Kelurahan Bende, tidak menimbulkan Untuk mengetahui bagaimana
penyakit kuli/gatal-gatal, karena tanggapan masyarakat tentang perubahan
masyarakat menilai adanya aktivitas prilaku/norma masyarakat sebagai
tambang tidak ada masyarakat yang dampak pertambangan nikel di
mengeluhkan penyakit kulit/gatal-gatal, Kelurahan Bende, maka diajukan
adapun kalau ada itu hanyalah iritasi kulit pertanyaan:”Apakah Bapak/ibu menilai
biasa dan bukan pengaruh dari limbah bahwa masuknya pertambangan nikel di
buangan tambang yang tercemar di desa ini telah menimbulkan perubahan
lingkungan pemukiman masyarakat. prilaku atau norma masyarakat?”.
Dengan demikian, dapat Tanggapan masyarakat terkait dengan hal
disimpulkan bahwa persepsi masyarakat tersebut dapat dilihat pada tabel 19
tentang pertambangan nikel di Kelurahan sebagai berikut.
Bende, tidak berdampak pada munculnya

Tabel 19. Kesetujuan Masyarakat Tentang Perubahan Prilaku/Norma Masyarakat


Sebagai Dampak Pertambangan Nikel Di Kelurahan Bende
F
No Pilihan Frekuensi (F) Persentase X 100%
N
Ya 54 88.5
19 Tidak 7 11.5
Total (N) 61 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2016

Terkait dengan pertanyaan yang karyawan dan pemberian kompensasi


diajukan, tabel di atas menunjukkan dari pihak pengelolah tambang.
sebanyak 54 informan menjawab “YA” Dengan demikian, dapat
dan sebanyak 7 informan menjawab disimpilkan bahwa persepsi masyarakat
“TIDAK”. Hal ini menunjukkan bahwa tentang pertambangan nikel di Kelurahan
sebagian besar masyarakat atau 88,5% Bende, telah menimbulkan perubahan
masyarakat menanggapi kegiatan prilaku/norma masyarakat dengan
pertambangan nikel di Kelurahan Bende, persentase persepsi 88,5%.
menimbulkan perubahan tata prilaku Kesetujuan masyarakat tentang
masyarakat, seperti munculnya kerjasama antara masyarakat,
kecemburuan sosial antar masyarakat, pemerintah, dan pengelolah tambang
karena perbedaan kompensasi, maraknya untuk menanggulangi kerusakan
minum-minuman keras, berjudi, serta lingkungan akibat pertambangan nikel
kurangnya implementasi kerjasama antar di Kelurahan Bende
masyarakat, munculnya iri hati dan sikap Untuk mengetahui bagaimana
sombong terutama dalam hal perekrutan tanggapan masyarakat tentang kerjasama

Sarban, La Harudu
140
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016

masyarakat, pemerintah dan pengelolah pengelolah tambang saling bekerjasama


tambang untuk menanggulangi kerusakan untuk menanggulagi kerusakan
lingkungan akibat pertambangan nikel di lingkungan akibat pertambangan nikel di
Kelurahan Bende, maka diajukan desa ini?”. Tanggapan masyarakat terkait
pertanyaan:”Apakah Bapak/ibu setuju dengan hal tersebut dapat dilihat pada
jika antara masyarakat, pemerintah dan tabel 20 sebagai berikut.

Tabel 20. Kesetujuan Masyarakat Tentang Kerjasama Antara Masyarakat, Pemerintah,


Dan Pengelolah Tambang Untuk Menanggulangi Kerusakan Lingkungan
Akibat Pertambangan Nikel Di Kelurahan Bende

F
No Pilihan Frekuensi (F) Persentase X 100%
N

Ya 61 100.0
20 Tidak 0 0.0
Total (N) 61 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2016

Terkait dengan pertanyaan yang keterisolasian. Keduaa, kegiatan


diajukan, tabel di atas menunjukkan pertambangan nikel di Kelurahan Bende
sebanyak 61 informan dari keseluruhan memiliki dampak negatif, seperti
informan menjawab “YA”, Hal ini terjadinya kerusakan lingkungan, antara
menunjukkan bahwa masyarakat lain: (1) Kerusakan lahan, seperti
merespon dengan sikap terbuka apabila terbentuknya lahan kritis dan tandus
mereka bekerjasama dengan pemerintah akibat pengerukan, adanya lubang-lubang
dan pengelolah tambang dalam besar akibat penggalian dan terisi air
menanggulangi kerusakan lingkungan sehingga kelihatan kotor. (2)
akibat pertambangan nikel di Kelurahan Terganggunya lahan pertanian, seperti
Bende, ini karena masyarakat menyadari adanya endapan lumpur pada lahan
munculnya persoalan kerusakan persawahan dan perkebunan serta
lingkungan, tidak semata-mata hanya perkebunan tercemar oleh debu dari
tanggung jawab pengelolah tambang tanah tambang. (3) Kerusakan flora dan
tetapi juga masyarakat dan pemerintah, fauna, seperti hutan mulai gundul karena
hal itu berdasarkan kesepakatan sebelum tumbuhan atau pohon-pohon
tambang beroperasi. dimusnahkan akibat adanya proses
penggalian biji nikel, hewan/satwa liar
KESIMPULAN mulai bermigrasi ke daerah lain bahkan
Berdasarkan pembahasan hasil kepemukiman warga seperti
penelitian di atas, maka dapat kelinci,burung-burung dan hewan melata,
disimpulkan sebagai berikut. Pertama, karena habitat mereka sudah rusak. (4)
kegiatan pertambangan nikel di Air sungai,kali dan rawa, menjadi kabur
Kelurahan Bende memiliki dampak dan berwarna serta kotor karena telah
positif, seperti: bertambahnya pendapatan tercampur oleh lumpur dan kondisi
asli daerah, dari sektor pertambangan, tambak/perempangan ikan bandeng yang
terciptanya lapangan pekerjaan bagi dimiliki masyarakat, tercemar oleh
masyarakat lokal di Kabupaten Konawe limbah pabrik sehingga petani ikan gagal
Utara, serta terbukanya wilayah dari panen. (5) Polusi udara, terutama debu

Sarban, La Harudu
141
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016

yang dihasilkan dari aktivitas pengerukan Pertambangan. Diakses: 15 Oktober


dan penggalian tanah, pemurnian biji 2015
nikel serta aktivitas pengangkutan biji Kiswan. 2013. Persepsi Masyarakat
nikel yang mengganggu kebersihan udara Terhadap Pelaksanaan Fungsi
yang dihirup manusia. (6) Kebisingan, Badan Permusyawaratan Desa
seperti adanya bunyi alat-alat operasional (Bpd) Di Desa Fatufia Kecamatan
seperti eskapator dan buldozer serta truk- Bahodopi Kabupaten Morowali.
truk pengangkut dan mesin-mesin Program Studi Ilmu Pemerintahan.
lainnya dari pertambangan, yang Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
menghasilkan bunyi keras pada saat Politik. Universitas Muhammadiyah
sedang beroperasi sehingga mengganggu Kendari. Kendari
masyarakat untuk beristrahat atau tidur. Manik, Karden Eddy Sontang. 2003.
(7) Perubahan prilaku masyarakat, seperti Pengelolaan Lingkungan Hidup.
munculnya kecemburuan sosial terutama Jakarta: Djambatan
dalam perekrutan karyawan dan uang Mukhtar dan Erna, Widodo. 2000.
ganti rugi, maraknya minum-minuman Konstruksi kearah Penelitian
keras dan perjudian. Deskriptif. Jakarta: Avyrous
Nirtasari. 2013. Sistem-Sistem
DAFTAR PUSTAKA Kemasyarakatan. Bandung: Roda
Anwar,Andi Arham.2012.Persepsi Persada
Masyarakat Terhadap Keberadaan Prakuso Armin Bagus. 2013. Persepsin
Peternakan Burung Puyuh Di Masyarakat Terkait Dampak Dari
Kecamatan Pallangga Kabupaten Kebijakan Parkir Terpusat Di Titik
Gowa. Fakultas Peternakan. Parkir Sisi Selatan Lapangan Atletik
Universitas Hasanuddin. Makassar Fik (Studi Kasus: Jalan
Ariana,I Made Putra. 2011. Respon Cempakasari, Sekaran, GunungPati,
Masyarakat Setempat Terhadap Semarang).FakultasTeknik.
Keberadaan Pembuangan Akhir Di Universitas Negeri Semarang.
Desa Temesi Kabupaten Gianyar. Semarang.
Program Magister, Program Studi Purwatiningsih,Rahayu. 2008. Persepsi
Kajian Budaya, Program Masyarakat Terhadap Peranan
Pascasarjana. Universitas Udayana. Puskesmas (Studi Deskriptif
Denpasar Kualitatif Tentang Persepsi
Arifin, Muhammad. 2005. Potensi Nikel Masyarakat Mengenai Peranan
Di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara Puskesmas Jatinom Dalam
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Penelitian Suatu Pendekatan Di Kelurahan Krajan, Kecamatan
Praktik, Jakarta: Rineka Cipta Jatinom, Kabupaten Klaten).
Badan Pusat Statistik. 2011. Pengelolaan Jurusan Sosiologi. Fakultas Ilmu
Pertambangan Nikel Sultra Sosial Dan Ilmu Politik.Universitas
Dyahwati, Dewi. 2007. Ekonomi Versus Sebelas Maret. Surakarta.
Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara Ramlah, Sitti. 2012. Persepsi Masyarakat
Higmadi, Denianus. 2011. Jurnal: Terhadap pelayanan publik di
Dampak Kerusakan Lingkungan Bandung Jawa barat. Bandung:
Akibat Penambangan Batu Roda Persada
Mangan Di NTT. Diakses : 15 Wa Rati. 2009. Penentuan Stratigrafi
Oktober 2015 Kandungan Nikel Pada Sedimen
Karliyansyah, M.R. 2011. Jurnal: Aspek Laterit Di Daerah Torobulu
Lingkungan Dalam Amdal Bidang

Sarban, La Harudu
142
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016

Sulawesi Tenggara. Kendari:


Universitas Halu Oleo
Ripai,Andi. 2013. Persepsi Masyarakat
Dalam Pembangunan Di Kecamatan
Bontomotene Kabupaten Kepulauan
Selayar. Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik, Program Studi
Kosentrasi Ilmu Pemerintahan
Daerah. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Rissamasu, Frida, Dkk. 2010. Jurnal:
pengelolaan penambangan bahan
galian Golongan C Di Kabupaten
Merauke. Diakses : 15 Oktober 2015
Soemaerwoto, Otto. 2003. Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Sudrajat, 2010. Dampak pertambangan
terhadap lingkungan. Yogyakarta:
Gajdah Mada Universitas Press
Sugianto, Sugimin, Dkk. 2009.Kerangka
Acuan Analisis Dampak Lingkungan
(KA-Andal) Pertambangan dan
Pengelolaan nikel Di Kecamatan
Langgikima Kabupaten Konawe
Utara Sulawesi Tenggara. Jakarta:
PT. Bumi Swadaya mineral
Undang-udang RI No.4 Tahun 2009.
Tentang Pertambangan
Wardani, Gusti. 2013. Analisis Potensi
Cadangan Nikel Pada Sedimen
Laterit Di Kecamatan Pomalaa
Kabupaten Kolaka Sulawesi
Tenggara. Kendari: Universitas Halu
Oleo
Wibowo. 2013. Jurnal : Interaksi Dalam
Kehidupan Masyarakat. Diakses: 30
September 2015

Sarban, La Harudu

Anda mungkin juga menyukai