Sarban 1, La Harudu2
1
Alumni Pendidikan Geografi FKIP UHO
2
Dosen Pendidikan Geografi FKIP UHO
Kata Kunci : Persepsi, pertambangan nikel, dampak positif dan dampak negatif
Sarban, La Harudu
121
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016
Sarban, La Harudu
122
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016
rumusan masalah dalam penelitian ini dengan "closure". Proses seleksi terjadi
adalah Bagaimana persepsi masyarakat pada saat seseorang memperoleh
tentang pertambangan nikel kaitannya informasi, maka akan berlangsung proses
dengan dampak lingkungan yang penyeleksian pesan tentang mana pesan
ditimbulkandi Kelurahan Bende yang dianggap penting dan tidak penting.
Kecamatan Motui Kabupaten Konawe Proses closure terjadi ketika hasil seleksi
Utara? tersebut akan disusun menjadi satu
Menurut Simamora dalam Anwar kesatuan yang berurutan dan bermakna.
(2012:8) mengemukakan bahwa persepsi Lebih lanjut, Wijaya dalam
adalah bagaimana kita melihat dunia Purwatiningsih (2008:10) menjelaskan
sekitar kita. Secara formal, persepsi dapat faktor yang berperan dalam presepsi,
didefenisikan sebagai suatu proses dimana Persepsi timbul karena adanya
dengan mana seseorang menyeleksi, dua faktor yaitu internal dan eksternal.
mengorganisasikan dan Faktor internal antaranya : 1) Proses
menginterpretasikan stimulus keadaan pemahaman sesuatu; 2) Sistem nilai; 3)
dalam suatu gambaran dunia yang berarti Tujuan; 4) Kepercayaan; dan 5)
dan menyeluruh. tanggapannya terhadap hasil yang
Persepsi adalah pandangan dicapai. Faktor-faktor eksternal yang
pengertian dan interpretasi yang memepengaruhi persepsi seseorang
diberikan oleh seseorang tentang suatu adalah sebagai berikut: (1) Faktor
objek yang diinformasikan kepadanya lingkungan, yaitu warna, bunyi, sinar,
terutama mengenai bagaimana cara orang dapat juga ekonomi, sosial, maupun
tersebut memandang, mengartikan politik; (2) Faktor konsepsi, yaitu
menginterpretasikan informasi itu dengan pendapat dan teori seseorang tentang
cara mempertimbangkan hal tersebut manusia dengan segala tindakannya; (3)
dengan dirinya dan lingkungan tempat Faktor yang berkaitan dengan konsep
dimana dia berada dan melakukan seseorang tentang dirinya sendiri, kadang
interaksi. Persepsi merupakan hasil upaya seseorang menganggap dirinya selalu
penginderaan terhadap setiap stimulus baik sedang orang lain selalu kurang baik
yang timbul dalam diri dan lingkungan atau sebaliknya; (4) Faktor yang
dimana dia berada (Syah dalam Ramlah, berhubungan dengan motif dan tujuan,
2012: 12). berkaitan dengan dorongan dan tujuan
Sedangkan Menurut Branca seseorang untuk menafsirkan suatu
dalam Prakuso (2013: 8) mengemukakan rangsangan; (5) aktor pengalaman masa
bahwa Persepsi merupakan suatu proses lampau, pengalaman dan latar belakag
yang didahului oleh proses penginderaan, kehidupan seseorang pada waktu kecil
yaitu merupakan proses diterimanya akan menentukan kepribadiannya dan
stimulus oleh individu melalui alat mempengaruhi perilakunya.
indera. Alat indera tersebut merupakan Menurut Koentjaraningrat dalam
alat penghubung antara individu dengan ariana (2011: 21), istilah masyarakat
dunia luarnya. berasal dari akar kata Arab syaraka yang
Menurut Feigi dalam Kiswan berarti “ikut serta,
(2013: 13) menjelaskan proses berpartisipasi”.Masyarakat adalah
pembentukan persepsi sebagai sekumpulan manusia yang saling
pemaknaan hasil pengamatan yang “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah,
diawali dengan adanya stimuli. Setelah saling “berinteraksi”.
mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya Masyarakat adalah kesatuan
terjadi seleksi yang berinteraksi dengan hidup manusia yang berinteraksi menurut
"interpretation", begitu juga berinteraksi suatu sistem adat-istiadat tertentu yang
Sarban, La Harudu
123
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016
bersifat kontinu, dan yang terikat oleh asalnya adalah batuan ultrabasa dimana
suatu rasa identitas yang sama pelapukannya mengandung elemen nikel
(Koentjaraningrat dalam Wibowo, paling banyak serta mempunyai mineral-
2013:9). mineral yang paling mudah lapuk; 2)
Kemudian menurut Ibid dalam Iklim, adanya pergantian musim
Ripai, (2013: 9) mengemukakan bahwa kemarau dan musim penghujan sehingga
Masyarakat adalah merupakan kelompok terjadi kenaikan dan penurunan
manusia yang telah hidup dan bekerja permukaan air tanah dapat menyebabkan
sama cukup lama sehingga mereka dapat terjadinya proses pemisahan dan
mengatur diri mereka sebagai satu akumulasi unsur-unsur. Perbedaan
kesatuan sosial dengan batas-batas yang temperatur juga akan mempercepat
telah di tentukan. pelapukan batuan-batuan dalam perut
Hal yang sama dikemukakan oleh bumi; 3) Reagen-reagen kimia dan
Taneka dalam Nirtasari (2013) vegetasi, merupakan unsur-unsur kimia
masyarakat merupakan suatu sistem yang yang dapat mempercepat pelapukan, dan
berwujud dari kehidupan manusia yang dapat merubah pH larutan dalam tanah;
lazim disebut dengan sistem 4) Struktur Geologi, batuan beku
kemasyarakatan. mempunyai porositas dan permiabilitas
Pertambangan adalah sebagian sangat kecil sehingga penetrasi air sangat
atau seluruh tahapan kegiatan dalam sulit, dengan adanya rekahan-rekahan
rangka penelitian, pengelolaan dan pada batuan ultrabasa maka akan
pengusahaan mineral dari dalam bumi mempercepat masuknya air dan
yang meliputi penyelidikan umum, pelapukan yang intensif; 5) Topografi,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, keadaan topografi setempat akan sangat
penambangan, pengolahan dan mempengaruhi sirkulasi air beserta
pemurnian, pengangkutan dan penjualan, reagen-reagen lainnya. Ketebelan
serta kegiatan pascatambang pelapukan akan mengikuti bentuk
(Rissamasu,et all, 2010:48). topografi. Daerah yang landai dan miring
Dalam Undang-Undang Nomor 4 akan berbeda dalam run off sehingga
Tahun 2009 tentang pertambangan mempengaruhi masuknya air dalam
disebutkan bahwa Usaha pertambangan rekahan batuan dan proses pelapukan
adalah kegiatan dalam rangka batuan; 6) Waktu, waktu yang cukup
pengusahaan mineral atau batubara yang lama akan menyebabkan pelapukan yang
meliputi tahapan kegiatan penyelidikan cukup intensif karena akumulasi unsur
umum, eksplorasi, studi kelayakan, nikel pun akan cukup.
kostruksi, penambangan, pengolahan dan Menurut Sugianto, dkk,
pemurnian, pengangkutan dan penjualan, (2009:55) mengemukakan bahwa Proses
serta pasca tambang. penambangan nikel dilakukan dengan
Pertambangan nikel adalah usaha sistem truk and excavator. Penggalian
industri pertambangan berupa bahan dengan memakai excavator dan
galian logam atau perpaduan logam dan pengangkutan memakai dump truck.
tembaga (Prasetiawati dalam Wardani, Nikel memiliki lapisan bijih, yaitu
2013:12). lapisan bijih limonit terletak diatas bijih
Selanjutnya, Prasetiawati dalam saprolit. mula-mula ditambang lapisan
Rati (2009:10) mengemukakan bahwa bijih limonit, lapisan medium grade yang
faktor yang mempengaruhi pembentukan merupakan pengotor (waste) bagi bijih
nikel laterit adalah:1) Batuan saprolit. bijih nikel yang akan dijual
asal,merupakan batuan dasar adalah bijih nikel kadar tinggi (high
terbentuknya endapan nikel, batuan grade) disebut saprolit. Untuk
Sarban, La Harudu
124
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016
mendapatkan bijih nikel kadar tinggi dan pencemaran lingkungan adalah fakta
yang murni (pure saprolit) perlu yang tidak dapat dibantah. Untuk
disingkirkan lapisan pengotor limonit mengambil bahan galian tertentu,
dengan menggunakan bulldozer, setelah dilakukan dengan melaksanakan
itu bijih saprolit yang telah tersingkap penggalian. Artinya akan terjadi
akan diangkut menggunakan truck . perombakan atau perubahan permukaan
Setiap kegiatan penambangan bumi, sesuai karakteristik pembentukan
baik itu penambangan Mangan, Emas, dan keberadaan bahan galian, yang
Batu bara, Nikel dan Marmer serta secara geologis dalam pembentukannya
lainnya pasti menimbulkan dampak harus memenuhi kondisi geologi tertentu;
positif dan negatif bagi lingkungan 3) Ketimpangan sosial Kebanyakan
sekitarnya. Dampak positifnya adalah kegiatan usaha pertambangan di daerah
meningkatnya devisa negara dan terpencil dimana keberadaan
pendapatan asli daerah serta menampung masyarakatnya masih hidup dengan
tenaga kerja sedangkan dampak negatif sangat sederhana, tingkat pendidikan
dari kegiatan penambangan dapat umumnya hanya tamatan SD, dan kondisi
dikelompokan dalam bentuk kerusakan sosial ekonomi umumnya masih berada
permukaan bumi, ampas buangan di bawah garis kemiskinan. Di lain pihak,
(tailing), kebisingan, polusi udara, kegiatan usaha pertambangan membawa
menurunnya permukaan bumi (land pendatang dengan tingkat pendidikan
subsidence), dan kerusakan karena cukup, menerapkan teknologi menengah
transportasi alat dan pengangkut berat sampai tinggi, dengan budaya dan
(Higmadi, 2011:5). kebiasaan yang terkadang bertolak
Menurut Balkau dalam belakang dengan masyarakat setempat.
Karliyansyah (2011:1) mengatakan Kondisi ini menyebabkan munculnya
bahwa Kegiatan pertambangan tidak kesenjangan sosial antara lingkungan
terlepas dari dampak yang ditimbulkan pertambangan dengan masyarakat di
terutama terhadap nilai ekologi suatu sekitar usaha pertambangan berlangsung.
kawasan yang dijadikan lokasi Selanjutnya, Pandangan komparatif
pertambangan. Sebagaimana hasil studi antara nilai ekonomis dan lingkungan,
yang dilakukan oleh salah satu badan menurut Dyahwati (2007:10)
permerhati lingkungan dunia, antara lain: mengemukakan bahwa keuntungan
pencemaran air permukaan 70%, ekonomi yang diperoleh dari kegiatan
pencemaran air tanah 65%, pencemaran penambangan secara sepintas tampak
tanah 50%, kesehatan manusia 35%, menguntungkan namun apabila dikaji
kerusakan flora dan fauna 25%, dan lebih komperhensif dan dibandingkan
pencemaran udara 20% . dengan kerugian lingkungan dalam
Menurut Rissamasu (2010: 54) rupiah maka kita dapatkan bahwa tidak
mengemukakan bahwa munculnya ada keuntungan yang diperoleh.
sejumlah persoalan yang mengiringi Menurut Sudrajat (2010:12),
kegiatan usaha pertambangan di lapangan berdasarkan identifikasi dan pengalaman
diantaranya : 1) Terkorbankannya dampak lingkungan yang disebabkan
pemilik lahan Kegiatan usaha oleh adanya aktivitas industri
pertambangan adalah kegiatan yang pertambangan antara lain : berubahnya
cenderung mengorbankan kepentingan morfologi alam, ekologi, hidrologi,
pemegang hak atas lahan; 2) Kerusakan pencemaran air, udara dan tanah.
lingkungan. Kegiatan usaha Perubahan morfologi atau bentang alam
pertambangan merupakan kegiatan yang misalnya kegiatan eksploitasi yang
sudah pasti akan menimbulkan kerusakan dilakukan pada morfologi perbukitan,
Sarban, La Harudu
125
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016
Sarban, La Harudu
126
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016
terjadi pada lahan baik bentuk dan Sumber data penelitian diperoleh
pemanfaatannya. Perubahan bentuklahan menggunakan data sekunder dan data
adalah perubahan struktrur bentuklahan primer. Data sekunder, adalah data yang
dari berbukit menjadi dataran atau diperoleh melalui study pustaka (library
sebaliknya karena disebabkan oleh research) untuk mengumpulkan data-data
aktivitas pengerukan dan pemindahan melalui buku-buku, peraturan-peraturan,
material tanah. Sedangkan Pemanfaatan serta dokumen-dokumen yang ada
lahan adalah kegunaan lahan dan relevansinya dengan penelitian. sperti
peruntukannya, dimana suatu lahan (1) Observasi (dengan melakukan
digunakan sebagai lahan pertanian atau pengamatan langsung kelapangan di
perkebunan namun dijadikan lokasi lokasi penambangan nikel di
penambangansehingga manfaat lahan KelurahanBende), (2) Angket, yaitu
serta kesuburan tanahnya berkurang. teknik pengumpulan data yang dilakukan
(2) Persepsi Masyarakat tentang dengan membagikan daftar pertanyaan
kondisi flora/fauna yaitu pandangan berupa Quisioner kepada responden yang
masyarakat mengenai perubahan kondisi berhubungan dengan obyek yang akan
tumbuh-tumbuhan dan satwa liar di diteliti. (3) Dokumentasi (mengambil
lokasi pertambangan. Hutan yang terjaga gambar/foto kondisi lingkungan sekitar
tentu kelestarian ekosistem flora dan lokasi penambangan nikel).
fauna akan berkembang tetapi apabila Data yang telah dikumpulkan
hutan rusak maka tumbuhan juga rusak dalam penelitian ini dianalisis secara
dan satwa liar akan berpindah atau deskritif kualitatif. Data tersebut
bahkan punah. (3) Persepsi masyarakat disajikan berdasarkan apa adanya, sesuai
tentang pencemaran udara yaitu fakta di lapangan. Data ini kemudian
pandangan masyarakat mengenai polusi diuraikan berdasarkan tabel persentase,
udara yang terjadi di lingkungan sehingga dapat diperoleh kesimpulan dari
pemukiman. (4) Persepsi masyarakat responden. Teknik analisis data dalam
tentang pencemaran air tanah yaitu penelitian ini menggunakan rumus:
pandangan masyarakat mengenai bau dan F
warna air sumur yang mereka miliki. P x100 %
N
(5) Persepsi masyarakat tentang Keterangan :
kebisingan yaitu pandangan masyarakat P = Kategori (persentase pilihan)
mengenai bunyi alat berat proyek dan F = Frekuensi ( jumlah responden yang
truk pengangkut bijih nikel. Kebisingan memilih alternatif yang sama)
yang dimaksud adalah terganggunya N = Jumlah responden keseluruhan
pendengaran karena bunyi. (6) Persepsi 100 = Persentase (%)
masyarakat tentang kesehatan yaitu
pandangan masyarakat mengenai HASIL DAN PEMBAHASAN
kesehatan atau ada-tidaknya penyakit Lokasi Pertambangan nikel
yang diderita sebagai akibat dari terletak di Kelurahan Bende Kecamatan
kotornya lingkungan sekitar oleh Motui Kabupaten Konawe Utara, Secara
aktivitas penambangan. (7) Persepsi astronomis, Kelurahan Bende terletak di
masyarakat tentang norma/budaya yaitu sebelah utara khatulistiwa, melintang dari
pandangan masyarakat mengenai sikap utara ke selatan, pada garis lintang 02°86
dan prilaku masyarakat setelah dan 03° 75 lintang selatan, membujur dari
masuknya pertambangan barat ke timur 121°47 bujur timur sampai
dengan 122°47 bujur timur, dimana
tinggi lokasi dari permukaan laut adalah
500 mdl, dengan kondisi topografi datar-
Sarban, La Harudu
127
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016
Sarban, La Harudu
128
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016
Sarban, La Harudu
129
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016
Sarban, La Harudu
130
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016
Sarban, La Harudu
131
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016
Sarban, La Harudu
132
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016
Sarban, La Harudu
133
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016
Sarban, La Harudu
134
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016
Terkait dengan pertanyaan yang sehingga ketika hujan akan dibawa oleh
diberikan, tabel di atas menunjukkan aliran air menuju sungai/kali atau rawa
sebanyak 58 informan menjawab “YA” sehingga air sungai dan rawa akan
dan sebanyak 3 informan menjawab tercemar, empang-empang ikan
“TIDAK”. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di sekitar lokasi
sebagian besar masyarakat atau 95,1% pertambangan gagal panen, biasanya tiap
masyarakat menanggapi kegiatan 3 bulan sudah mulai panen tetapi setelah
pertambangan nikel di Kelurahan Bende, adanya tambang masyarakat yang
telah menimbulkan pencemaran air memiliki tambak/empang hanya panen
sungai/kali dan rawa. Hal ini disebabkan ikan 1 tahun 1 kali.
oleh limbah buangan dan zat-zat kimia Berdasarkan uraian di atas, dapat
yang tercemar di atas permukaan tanah disimpulkan bahwa persepsi masyarakat
Sarban, La Harudu
135
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016
Tabel 12. Tanggapan masyarakat tentang adanya pencemaran udara oleh kegiatan
pertambagan nikel di Kelurahan Bende
F
No Pilihan Frekuensi (F) Persentase X 100%
N
Ya 59 96.7
12 Tidak 2 3.3
Total (N) 61 100
Sumber: Hasil Penelitian 2016
Tabel 13. Tanggapan Masyarakat Tentang Gangguan Polusi Udara Oleh Pertambangan
Nikel Di Kelurahan Bende
Frekuensi F
No Pilihan Persentase X 100%
(F) N
Ya 49 80.3
13 Tidak 12 19.7
Total (N) 61 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2016
Sarban, La Harudu
136
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016
Sarban, La Harudu
137
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016
Tabel 15. Pandangan Masyarakat Tentang Adanya Gangguan Dari Kebisingan Yang
Ditimbulkan Pertambangan Nikel Di Kelurahan Bende
F
No Pilihan Frekuensi (F) Persentase X 100%
N
Ya 12 19.7
15 Tidak 49 80.3
Total (N) 61 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2016
Sarban, La Harudu
138
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016
Sarban, La Harudu
139
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016
Sarban, La Harudu
140
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016
F
No Pilihan Frekuensi (F) Persentase X 100%
N
Ya 61 100.0
20 Tidak 0 0.0
Total (N) 61 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2016
Sarban, La Harudu
141
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016
Sarban, La Harudu
142
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No.1 Juli 2016
Sarban, La Harudu