2, April 2021
Abstract
This article departed from the reality of forest exploitation on Buru Island by the community,
the operation of PT. Gema Sanubari and the plywood industry in 1980, so that most of the forest
became deforested. This article aimed to construct an ecotheology that derives from the values
contained in sasi humah koin, in the context of nature conservation efforts. This study was
conducted by qualitative method, by collecting data through in-depth interviews with the king,
traditional figures, and community leaders in Fena Waekose. Based on the analysis carried
out, the sasi humah koin contain value and at the same time can be an instrument in nature
preservation effort. Thus, it can be concluded that Christian theology can dialogue with local
wisdom that will give poser in nature conservation.
Abstrak
Artikel ini mengacu dari realitas eksploitasi hutan di Pulau Buru oleh masyarakat, hadirnya PT.
Gema Sanubari dan industri kayu lapis pada tahun 1980, sehingga sebagian besar hutan menjadi
gundul. Tujuan artikel ini adalah mengembangkan ekoteologi yang bersumber dari nilai yang
terkandung dalam sasi humah koin, dalam rangka upaya pelestarian alam. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif, dengan pengambilan data melalui wawancara mendalam
dengan Raja, Tokoh Adat, dan Tokoh Masyarakat di Fena Waekose. Berdasarkan analisis yang
dilakukan, sasi humah koin mengandung nilai dan sekaligus dapat menjadi instrument dalam
upaya pelestarian alam. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa teologi Kristen dapat
berdialog dengan kearifan lokal untuk menjadi kekuatan dalam pelestarian alam.
Kata Kunci: sasi humah koin; ekoteologi; teologi kontekstual; pelestarian alam; kearifan lokal
1 5
Fauzi Akhmad, Ekonomi Sunber Daya Alam Dan Ibid.
Lingkungan Teori Dan Aplikasi, 1st ed. (Jakarta: 6
Sabaruddin Sinapoy, “Analisis Fiqh Lingkungan
Gramedia Pustaka Utama, 2010), 98 Terkait Penyalahgunaan Pengelolaan Pertambangan
2
Asnath Niwa Natar, “Penciptaan Dalam Perspektif Terhadap Kerusakan Lingkungan Hidup,” Halu
Sumba: Suatu Upaya Berteologi Ekologi Oleo Law Review 3, no. 1 (2019): 86.
Kontekstual,” GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi 7
Munsi Lampe, “Pengelolaan Sumber Daya Laut
Kontekstual dan Filsafat Keilahian 4, no. 1 (2019): Kawasan Terumbu Karang Takabonerate Dan
102. Paradigma Komunalisme Lingkungan Masyarakat
3
Rusdiana. A, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar Bajo Masa Lalu,” Antropologi Indonesia 33, no. 3
(Bandung: Pustaka Tresna Bhakti, 2012), 140. (2013) 217.
4
Wahyu Nugroho, “Rekonstruksi Teori Hukum 8
Chris U. Manus and Des Obioma, “Preaching the
Pembangunan Kedalam Pembentukan Perundang- ‘Green Gospel’ in Our Environment: A Re-Reading
Undangan Lingkungan Hidup Dan Sumber Daya of Genesis 1:27-28 in the Nigerian Context,” HTS
Alam Pasca Reformasi Dalam Bangunan Negara Teologiese Studies / Theological Studies 72, no. 4
Hukum,” Legislasi Indonesia 14, no. 04 (2017): 371 (2016): 2.
.
Natar, pembakaran pohon cendana dan ke- Artikel ini bertolak dari persoalan
biasaan membakar hutan, membuat pohon yang terjadi di Pulau Buru, yaitu: hadirnya
cendana menjadi musnah di Sumba.9 PT. Gema Sanubari dan industri kayu lapis
Dengan demikian, terjadi krisis pada tahun 1980, dengan luas areal sebesar
ekologi yang berdampak pada pemanasan 305.000 ha, sehingga berpengaruh pada
global, yang bukan hanya menjadi masalah gundulnya sebagian besar hutan di Pulau
Indonesia saja, melainkan juga menjadi Buru. Fena13 Waekose merupakan salah sa-
masalah global. Berbagai upaya penangan- tu wilayah di Kecamatan Leisela, Kabu-
an terus dilakukan oleh semua pihak, seperti paten Buru, yang berupaya untuk memper-
di Indonesia, pemerintah mengeluarkan UU tahankan petuanan fena, agar terhindar dari
No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan eksploitas hutan, maka sasi humah koin
dan pengelolaan lingkungan hidup. Tahun menjadi medianya - Humah Koin, artinya
2011, lahirlah Peraturan Presiden No. 61 rumah pamali. Pertanyaanya yaitu: perta-
tentang rencana aksi nasional penurunan ma, bagaimana sasi humah koin dimaknai
emisi gas kaca. Selain itu juga oleh gereja oleh masyarakat Waekose? dan kedua, ba-
melalui konvensi Ekumenis di Wuppertal gaimana makna sasi humah koin direflek-
Jerman, pada tanggal 16-19 Juni 2019 yang sikan secara teologi? Tujuan adalah untuk
diikuti oleh 22 negara, dengan tema: Ber- menemukan nilai yang terkandung dalam
sama menuju Ekologi Teologi, Etika Gereja sasi humah koin dan menemukan teologi
10
dan Ramah Lingkungan. Menurut Asnath kontekstual dari makna sasi humah koin.
Niwa Natar, persoalan lingkungan masih bi- Kajian tentang sasi telah dilakukan
sa diselesaikan melalui nilai-nilai lokal oleh beberapa peneliti sebelumnya, yaitu:
yang masih dilestarikan oleh komunitas ter- Reny H. Nendissa, membicarakan tentang
tentu, misalnya di Sumba, melalui mitologi pengawasan lembaga adat di Maluku Te-
penciptaan dalam agama suku Marapu,11 ngah tentang hukum sasi laut, di mana hasil
dan Copperbelt di Zambia.12 yang diperoleh adalah pengawasan oleh
9
Natar, “Penciptaan Dalam Perspektif Sumba: Suatu 12
Lackson Chibuye and Johan Buitendag, “The
Upaya Berteologi Ekologi Kontekstual." : 102. Indigenisation of Eco-Theology: The Case of the
10
Barbara R. Rossing and Johan Buitendag, “Life in Lamba People of the Copperbelt in Zambia,” HTS
Its Fullness: Ecology, Eschatology and Ecodomy in Teologiese Studies / Theological Studies 76, no. 1
a Time of Climate Change,” HTS Teologiese Studies (2020): 4.
13
/ Theological Studies 76, no. 1 (2020): 2. Istilah negeri/desa dalam bahasa Buru.
11
Natar, “Penciptaan Dalam Perspektif Sumba:
Suatu Upaya Berteologi Ekologi Kontekstual." :
103-106.
lembaga adat, sehingga pelestarian lingku- awing-awing yang terdapat di Lombok, dan
ngan hidup dapat berlangsung.14 Akhmad sasi yang terdapat di Maluku, yang kemudi-
Solihin, mengkaji tentang sasi sebagai upa- an menemukan bahwa awing-awing dan
ya konservasi alam,15 sedangkan Sakina sasi merupakan tradisi lokal yang dilakukan
Safarina Karepesina meneliti sasi lompa di oleh masyarakat tradisional untuk menjaga
Negeri Haruku, dengan pendekatan hukum, alam supaya tetap lestari.19 Roberth
dan metode studi kasus, yang hasilnya ada- Souhaly, mengkaji tentang pelaksanaan sasi
lah masyarakat sangat mentaati aturan sasi adat di Negeri Rumahsoal, Kecamatan
lompa, sehingga keberadaan ikan lompa te- Taniwel, sebagai bentuk pendidikan
rus dilestarikan.16 Much Fadhillah Asya‘ri, masyarakat untuk menjaga dan memelihara
dkk, membicarakan sasi adat di Pulau alam ciptaan, guna tercapainya kelangsung-
Banda, sebagai bentuk hubungan antara ma- an hidup masyarakat.20 Resa Dandirwalu,
nusia dan alam semesta, di mana pendeka- membahas tentang sasi gereja sebagai titik
tan yang dipergunakan adalah vulkanik temu agama-agama, ditemukan bahwa sasi
bencana, dan metodenya adalah modifikasi gereja mendapat respons dari komunitas
Gold, yang kemudian ditemukan adanya Muslim melui keterlibatan mereka dalam
dua zona pada gunung berapi, yaitu: zona pelaksanaan sasi gereja.21
sasi adat dan zona sistem mitigasi.17 Selan- Berdasarkan kajian dari peneliti se-
jutnya, Ismail Suardi Wekke, membahas belumnya dibandingkan dengan kajian yang
tentang praktek sasi Masjid dan Adat di dilakukan penulis terdapat beberapa perbe-
Raja Ampat untuk konservasi lingkungan daan, yaitu: pertama, penulis meneliti ten-
hidup.18 Edi Setiyono, mengkaji tentang tang sasi humah koin di Fena Waekose –
pengelolaan berbasis masyarakat melalui Pulau Buru; dan kedua, pendekatan yang
14
Reny H. Nendissa, “Eksistensi Lembaga Adat 18
Ismail Suardi Wekke, “Sasi Masjid dan Adat:
Dalam Pelaksanaan Hukum Sasi Laut Di Maluku Praktik Konservasi Lingkungan Masyarakat
Tengah,” Jurnal Sasi 16, no. 4 (2010): 1–6. Minoritas Muslim Raja Ampat,” Al-Tahrir: Jurnal
15
Solihin Akhmad, “Sasi Taripang: Upaya Pemikiran Islam 15, no. 1 (2015): 2.
Konservasi Dalam Membangun Desa Pesisir,” in 19
Setiyono Edy, “Pengelolaan Sumberdaya Pesisir
Pengembangan Pulau-Pulau Kecil (Ambon: Berbasis Masyarakat (PBM) Melalui Awig-Awig Di
Universitas Pattimura, 2011): 40. Lombok Dan Sasi Di Maluku Tengah,” Sabda 11
16
Sakina Safarina Karepesina and Edi Susilo, (2016): 53.
“Kabupaten Maluku Tengah Existence of 20
Souhaly Robert, “Sasi Adat Kajian Terhadap
Customary Law in Protecting the Conservation of Pelaksanaan Sasi Adat Dan Implikasinya,”
Sasiin Haruku Central,” Jurnal ESCOFim 1, no. 1 KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi 2, no. 2 (2018):
(2013): 25. 163.
17
Much Fadhillah A et al., “The Archipelascape 21
Resa Dandirwalu, “Church Sasi: Beyond Religion
Hazard Mitigation System Through Sasi Adat of Boundaries Study of Religious Anthropology,” vol.
Banda Api Volcano Moluccas Indonesia,” IFLA 187 (Atlantis Press, 2019), 164.
Asia Pacific Congress 2015 (2015): 161,163,168.
dipergunakan oleh penulis adalah Teologi terhadap wahyu Tuhan yang terus berkelan-
Kontekstual. Dengan demikian, kebaruan jutan, sehingga teologi kontekstual harus
dari penelitian yang dikerjakan oleh penulis terbuka terhadap kehadiran pewahyuan
yaitu: berteologi kontekstual dari Sasi Tuhan pada konteks orang menemukan diri
humah koin, di Fena Waekose - Pulau Buru. mereka sendiri, agar setiap konteks yang
Sehubungan dengan berteologi kon- berbeda dapat mengungkapkan wahyu
tekstual, menurut Angie Pears, bahwa teo- Tuhan yang berkelanjutan tersebut.25
logi yang sifatnya operasional adalah teo- METODE PENELITIAN
logi yang memperhatikan konteks teologi
Metode penelitian yang diperguna-
dan teologi dari suatu masyarakat, artinya,
kan oleh penulis yaitu: metode penelitian
Angie Pears memperlihatkan bahwa teologi
kualitatif. Menurut John W. Creswell dan J.
kontekstual merupakan teologi yang harus
David Creswell, metode penelitian kualita-
memperhitungkan dan bahkan ditentukan
tif merupakan metode untuk mengelaborasi,
oleh konteksnya.22 Upaya untuk memper-
dan memaknai persoalan sosial, baik priba-
kuat konsepnya, maka Angie Pears mem-
perlihatkan beberapa teolog yang membica- di maupun komunitas.26 Robert K. Yin, me-
rakannya, seperti: Robert Schreiter, yang nambahkan bahwa metode penelitian kuali-
berpendapat bahwa teologi lokal sangat tatif mempunyai 5 ciri khas, yaitu: pertama,
dipengaruhi oleh tradisi masyarakat, karena mempelajari makna kehidupan suatu ma-
Kristus berada dan berpusat di dalam tradisi syarakat dalam dunianya; kedua, mewakili
tersebut, sehingga masyarakat setempat ha- pemikiran dari masyarakat; ketiga, situasi
22
Angie Pears, Doing Contextual Theology, Doing Methods Approaches, Journal of Chemical
Contextual Theology (Routledge. Taylor and Francis Information and Modeling, Fifth Edit., vol. 53 (Lon
Group, 2009), 8. Angeles: SAGE Publication, Inc, 2018), 43.
23 27
Ibid. Yin K. Robert, Qualitative Reseacrh from Start to
24
Ibid. Finish (United States of America: The Guilford
25
Ibid. Press, 2011), 7-8.
26
Creswell W. Johnl; J. David Creswell, Research
Design Qualitative, Quantitatuve, and Mixed
Fena Waekose, dari tanggal 10–31 Desem- melakukan kesalahan, yang dapat
mendatangkan hukuman dari lelu-
ber 2020, serta menggunakan analisis des-
hur kepada mereka.”
kriptif.
Berdasarkan data di atas, tergambar bahwa
HASIL DAN PEMBAHASAN
prinsip penting yang terkandung dari sasi
Prinsip Sasi Humah Koi, di Negeri humah koin, adalah sebagai berikut:
Waekose - Pulau Buru: Penghormatan
Penghormatan kepada Leluhur
kepada Leluhur dan Memori Kolektif
Masyarakat di Fena Waekose, me-
Sehubungan dengan prinsip Sasi
mahami bahwa aktivitas adat berupa sasi
humah koin, di Fena Waekose - Pulau Buru,
humah koin, merupakan salah satu bentuk
maka penulis melakukan wawancara de-
dari penghormatan mereka kepada leluhur,
ngan Raja, Tokoh Adat, dan Tokoh Masya-
sehingga aktivitas adat tersebut selalu dila-
rakat, bahwa
kukan, karena bagi mereka perlindungan
“Fena Waekose, masih menjadikan
adat sebagai pedoman dalam masya- dan keselamatan diperoleh dari leluhur, yai-
rakat, di antaranya adalah sasi tu: opolastala (allah semesta alam). Dam-
humah koin, sebagai bentuk peng-
hormatan kepada leluhur yang paknya adalah apabila mereka tidak mela-
menghasilkan adat tersebut.” kukan dengan baik, maka mereka menda-
Kemudian, wawancara dengan Tokoh Adat, patkan hukuman dari leluhur (opolastala),
Selanjutnya, wawancara dengan Tokoh leluhur diistilah dengan Upu Lanite (tuan
Masyarakat, bahwa atau tuhan langit) dan Upu Ume (tuan atau
“setiap kegiatan sasi humah koin tuhan tanah/bumi). Upu Lanite disebutkan
dilaksanakan, kami selalu mengi- sebagai laki-laki dan Upu Ume atau Ina
kutinya, supaya kami terus mengi-
Ume (ina=ibu) disebutkan sebagai perem-
ngatnya dan meneruskannya ke anak
dan cucu kami, supaya mereka tidak puan,28 sedangkan pada Suku Wana, leluhur
28
Syarif M. Soulisa, “Religiusitas Masyarakat Islam Hena Lima Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku
Pesisir : Studi Tentang Perilaku Religi Masyarakat Tengah,” Jurnal Dakwah 19, no. 2 (2018):172.
disebutkan dengan diistilakan Pue, yang yaitu: Abraham, Ishak, dan Yakub, karena
berfungsi sebagai pemilik kehidupan dan leluhur tersebut sangat memiliki hubungan
pengambil kehidupan atau nyawa manu- yang baik dengan Allah.32
sia,29 kemudian pada masyarakat Camplong
Memori kolektif: Proses Penceritaan
di Kupang, leluhur disebutkan dengan isti-
Kembali
lah Uis Neno, yang berfungsi untuk membe-
Memori kolektif dari masyarakat di
rikan hukuman apabila masyarakat melaku-
kan pelanggaran adat.30 Fena Waekose, sehubungan dengan sasi
Warjianto, dan Fibry Jati Nugroho, peng- untuk mengatur keberlangsungan kehidup-
hormatan kepada lelulur bangsa Israel, yai- an masyarakat, sehingga mereka terus me-
tu: Abraham, Ishak dan Yakub, sebenarnya refleksikan diri dalam memori kolektifitas
telah digambarkan dalam Perjanjian Lama, mereka, untuk kepentingan masa sekarang.
dan leluhur Israel tersebut dihubungkan de- Pemahaman tersebut sesuai dengan yang di-
ngan Allah, sehingga disebutkan sebagai sampaikan oleh Chris Weedona dan Glenn
Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, karena Jorna, bahwa memori kolektif selalu berhu-
dimaknai sebagai pemberi keturunan bagi bungan dengan narasi terhadap pengalaman
bangsa Israel.31 Konsep dari Ayub masa lalu yang disampaikan ke kelompok
Warjianto, dan Fibry Jati Nugroho, seirama tertentu untuk menemukan indentitas keber-
dengan konsep yang disampaikan oleh maknaan di antara mereka,33 sehingga men-
Pelita H. Surbakti, bahwa sehubungan cakup dimensi sosial dan budaya suatu k-
dengan kebangkitan orang mati, orang- omunitas.34 Menurut Ikechukwu Umejesi,
orang Saduki tidak mempercayainya, na- konsep memori kolektif sangat membantu
mun mereka mengakui bahwa bangsa Israel dalam memahami pengalaman kolektif di
memiliki leluhur yang sangat dihormati, masa lalu dan menghubungkannya ke ling-
29
Ronaldy Dada and Ermin Alperiana Mosooli, Kembang Kuningan,” Visio Dei: Jurnal Teologi
“Konsep Agama Suku Wana tentang Kematian, Kristen 2, no. 1 (2020): 116.
Implikasinya bagi Misi Kristen di Wana,” Visio Dei: 32
Pelita Hati Surbakti, “Hermeneutika
Jurnal Teologi Kristen 1, no. 2 (2019): 214. LintasTekstual: Alternatif Pembacaan Alkitab
30
Nirwasui Arsita Awang, Yusak B Setyawan, and Dalam Merekonstruksi Misiologi Gereja Suku Di
Ebenhaizer L Nuban Timo, “Ekoteologi Fungsi Indonesia,” Societas Dei: Jurnal Agama dan
Hutan Oenaek: Penyimpangan Paradigma Ekologis Masyarakat 6, no. 2 (2019): 6.
Menuju Perilaku Eksploitatif,” GEMA 33
Weedona Chris; Glenn Jordan, “Collective
TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Memory: Theory and Politics,” Social Semiotics 22,
Filsafat Keilahian 4, no. 2 (2019): 149. no. 2 (2012): 143.
31
Ayub Warjianto and Fibry Jati Nugroho, “Teologi 34
Ibid.
Penghormatan : Dialog Kekristenan Dengan Ritus
kungan masa kini.35 bagai bunyi itu sendiri.37 Hal ini berbeda de-
Berdasarkan hal tersebut, memori ngan realitas yang terjadi di Fena Waekose,
kolektif sangat berhubungan dengan bahasa karena masyarakat di Fena Waekose tidak
lisan sebagai proses penceritaan kembali memiliki teks tertulis tentang sasi humah
kepada generasi berikutnya. Berbicara ten- koin, namun mereka tetap mengetahuinya
tang bahasa lisan, maka tidak terlepas dari karena adanya proses penceritaan secara
kajian yang dilakukan oleh Walter J. Ong, lisan dari generasi tua ke generasi muda.
yang berjudul: “Orality and Literacy.” Me- James S. Bielo menyebutkan sebagai fungsi
nurut Walter J. Ong, bahasa lisan merupa- pragmatis bahasa, karena melalui bahasa
kan fenomena lisan, karena berhubungan suatu kenyataan diciptakan, digambarkan,
dengan model manusia berkomunikasi, me- dan diwujudkan.38
manfaatkan pancaindra, dan dilakukan me- Realitas tersebut bukanlah membuat
lalui suara yang diartikulasikan dengan pe- masyarakat Waekose tidak meningkatkan
ngetahuan yang dimiliki. Manusia dalam kesadaran diri untuk mengubah tradisi lisan
budaya lisan primer, tidak tersentuh dengan ke tulisan, sebagaimana tesis yang disam-
menulis dalam bentuk apapun, mereka bela- paikan oleh Walter J. Ong, bahwa pergese-
jar melalui mendengarkan, dan mengulangi ran dari lisan ke literasi merupakan upaya
sesuatu yang didengarkan, sehingga di ma- untuk mendorong pertumbuhan kesadaran
napun manusia berada, selalu menggunakan manusia keluar dari alam bawah sadar ke
bahasa lisan, maka bahasa lisan pada dasar- alam sadar manusia, karena proses menulis
nya diucapkan atau didengarkan melalui adalah proses penyusunan kembali kesada-
suara.36 ran manusia.39 Izak Y.M. Lattu, yang meng-
Meskipun begitu, menurut Walter J. kaji tentang Orality and Ritual in Collective
Ong, budaya lisan primer tidak memiliki fo- Memory: A Theoretical Discussion, menga-
kus dan tidak memiliki jejak, karena ketia- takan bahwa tanpa penceritaan, maka gene-
daan tulisan, hanya memiliki jejak-jejak rasi berikutnya, mudah melupakan adat atau
melalui kejadian dan peristiwa, sehingga sa- tradisi yang dimiliki,40 karena bahasa lisan
ngat penting merefleksikan sifat bunyi se- merupakan bagian penting untuk mengha-
35
Umejesi Ikechukwu, “Collective Memory, 37
Ibid.
38
Coloniality and Resource Ownership Questions: The Ibid.
Conflict of Identities in Postcolonial Nigeria,” Africa 39
Ibid.
Review 7, no. 1 (2015): 45-46. 40
Izak Y.M. Lattu, “Orality and Ritual in Collective
36
Ong J. Walter, Orality and Literacy: 30th Memory: A Theoretical Discussion,” Jurnal
Anniversary Edition (London and New York: Pemikiran Sosiologi 6, no. 2 (2019): 94.
Routledge. Taylor and Francis Group, 2013), 8-9.
dirkan ingatan kolektif, sehingga terus ber- di mana sasi humah koin menghadirkan be-
pegang pada tradisi masyarakat untuk me- berapa simbol penting, seperti: kain merah
ngenang masa lalu.41 Karena itu menurut (simbol keberanian), kain putih (simbol
Peter J. Verovšek sangat bersifat subjek,42 kesucian), kain hitam (simbol alam gaib),
artinya penceritaan tentang sasi humah koin dan sirih-pinang (simbol makanan bagi
merupakan suatu kebenaran yang sulit ter- leluhur); 4). Ritual bersifat komunikatif, pa-
bantahkan oleh masyarakat lain di luar ma- da saat sasi humah koin berlangsung, ma-
syarakat fena Waekose. syarakat Waekose diberitahukan tentang
Selain melalui bahasa lisan, memori berbagai larangan dari leluhur yang harus
kolektif tercipta melalui: ritul adat sasi ditaati dan akibat apabila dilanggar; 5).
humah koin, karena menurut James S. Ritual bersifat performatif, yaitu: ritual ti-
Bielo, memori kolektif merupakan tindakan dak hanya mencerminkan keyakinan, nilai,
untuk menciptakan dunia religius, yang ber- komitmen, hubungan, melainkan berhubu-
dampak pada aktivitas sosial.43 Selain itu, ngan juga dengan bahasa yang diperguna-
James S. Bielo,44 mengemukakan bahwa ri- kan dalam ritual, bahasa yang dipergunakan
tual adat memiliki lima fungsi penting, yai- dalam sasi humah koin adalah bahasa Buru.
tu: 1). Ritual ditandai sebagai sesuatu yang Konsep James S. Bielo, seirama de-
khusus dibandingkan dengan kehidupan se- ngan pikiran Izak Y.M. Lattu, bahwa me-
hari-hari, sehingga pelaksanaan sasi humah mori kolektif membutuhkan adanya ritual
koin biasanya dilaksanakan pada hari-hari dalam proses mengingat, karena melalui
tertentu saja, seperti: hari selasa atau jumat; ritual, orang-orang dalam komunitas terten-
2). Ritual diperintahkan oleh prosedur ter- tu dapat terhubung lebih dalam satu sama
tentu dan bergantung pada eksekusi yang te- lain; baik secara vertikal maupun horizon-
pat dan berwibawa, di Fena Waekose, sasi tal.45 Karena itu, menurut M. Syafin
humah koin dilaksanakan atas petunjuk dari Soulisa, ritual seperti itu menjadi kebutuhan
tua adat kepada raja, dan kepada masya- spiritual bagi masyarakat riligius, sebab
rakat; 3). Ritual dipraktikan dengan cara- berhubungan dengan perilaku, tempat kera-
cara yang diwujudkan melalui pancaindra, mat, dan alam gaib,46 serta memperkuat ko-
41
Ibid. Methods (London and New York: Routledge. Taylor
42
Verovšek J. Peter, “Collective Memory, Politics, and Francis Group, 2010), 91.
44
and the Influence of the Past: The Politics of Ibid.
Memory as a Research Paradigm,” Politics, Groups, 45
Lattu Y.M. Izak, “Orality and Ritual in Collective
and Identities 4, no. 3 (2016): 4. Memory: A Theoretical Discussion." : 107.
43
Bielo S. James, Anthropology of Religion, 46
Syafin M. Soulisa, “Religiusitas Masyarakat Islam
Studying Global Pentecostalism: Theories and Pesisir : Studi Tentang Perilaku Religi Masyarakat
hesi sosial, sebagaimana pikiran Durkhaim tan menjadi sesuatu yang penting, maka
yang dikaji oleh James S. Bielo, bahwa sasi humah koin, merupakan kearifan lokal
melalui ritual adat, maka dapat memper- masyarakat atau modal sosial untuk melin-
teguh kohesi sosial suatu komunitas.47 dungi dan mencegah hutan dari kerusakan
akibat penguasaan hutan secara ilegal, pe-
Makna Sasi humah koin, bagi
manfaatan hutan yang tidak sesuai dengan
masyarakat di Fena Waekose - Pulau
fungsinya, pencurian kayu, dan penebangan
Buru
hutan secara tidak bertanggung jawab. Ber-
Sehubungan dengan makna sasi
dasarkan data yang diperoleh dari Kantor
humah koin, maka penulis melakukan wa-
Fena Waekose, tampak bahwa luas hutan
wancara dengan Raja, Tokoh Adat, dan To-
yang dimiliki oleh Fena Waekose, sekitar
koh Masyarakat. Menurut Raja dan Tokoh 9920,15 ha, hanya dipergunakan 26% untuk
Adat, bahwa kebutuhan masyarakat, seperti: kebun, per-
“kami melakukan sasi humah koin mukiman, kuburan, dan lapangan; jumlah
untuk melarang masyarakat dan
perusahaan/pabrik melakukan pene- penduduk sebesar 4.863 jiwa; bermata pen-
bangan pohon di hutan yang kami caharian adalah petani 2420 jiwa; adanya
miliki, sehingga hutan kami tetap
terlindungi.” industri kayu lapis.48
Data tersebut mengindikasikan: per-
Sedangkan menurut Tokoh Masyarakat,
tama, perusakan hutan bisa saja terjadi kare-
bahwa
na adanya perluasan lahan pertanian untuk
“kami sangat senang, karena dengan
adanya sasi humah koin, kami masih usaha perkebunan masyarakat, penebangan
bisa menghirup udara segar, masih kayu untuk usaha industri kayu lapis, dan
melihat pepohon di hutan, karena
kami dilarang untuk menebang po- aktivitas penebangan kayu secara illegal,
hon dengan sembarang.” namun hal tersebut tidak terjadi. Berbeda
Berdasarkan data wawancara di atas, maka dengan yang terjadi di daerah Sumba pada
diperoleh dua makna dari sasi humah koin tahun 2018, sebagaimana yang dikemuka-
yaitu: kan oleh Asnath Niwa Natar, bahwa akibat
kebutuhan ekonomi, gaya hidup konsume-
Melindungi hutan dari ancaman
risme dan arus modernisasi membuat ma-
perusakan hutan
syarakat menjual lahan kepada para peda-
Pencegahan terhadap perusakan hu-
gang, sehingga pengundulan hutan terjadi di
47
Hena Lima Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Bielo S. James, Anthropology of Religion.: 119.
48
Tengah." : 171. Kantor Fena Waekose, tahun 2020
49
Natar, “Penciptaan Dalam Perspektif Sumba: 52
Scheid P. Daniel, The Cosmic Common Good:
Suatu Upaya Berteologi Ekologi Kontekstual." :102. Religious Grounds for Ecological Ethics, Oxford
50
Christoph Kubitza; Vijesh V. Krishna; Zulkifli University Press (United States of America, 2016:
Almansyah; Matin Qaim, “The Economics Behind 2).
an Ecological Crisis: Livelihood Effects of Oil Palm 53
Gusliana HB, “Pola Perlindungan Hutan Tanah
Expansion in Sumatra, Indonesia,” Human Ecology Ulayat Masyarakat Hukum Adat Melayu Riau Di
46, no. 1 (2018): 1,8. Provinsi Riau,” Ilmu Hukum 2, no. 1 (2011): 120.
51
Moore W. Jason, “The Capitalocene, Part I: On the 54
Karepesina and Susilo, “Kabupaten Maluku
Nature and Origins of Our Ecological Crisis,” Tengah Existence of Customary Law in Protecting
Journal of Peasant Studies 44, no. 3 (2017): 1. the Conservation of Sasiin Haruku Central." : 1.
bisa menghirup udara segar dan masih meli- kedamaian dan kehidupan, serta memi-
hat pepohon di hutan. Bahkan menurut hasil nimalisir kerusakan yang terjadi pada
wawancara dengan raja, diperoleh infor- manusia dan alam,57 sehingga Hermen
masi bahwa “Fena Waekose belum pernah Kroesbergen berpendapat bahwa, krisis
mengalami banjir, dan tanah longsor.” ekologi yang terjadi saat ini sangat berhu-
Tergambar bahwa masyarakat Fena bungan dengan ketidakharmonisan dan ke-
Waekose dan alam tidak berkonflik, karena tidakseimbangan antara ekologi dan sosial,
bagi mereka tidak ada keterpisahan antara sehingga harmonisasi antara manusia dan
masyarakat dengan alam, sebaliknya ada alam sangat diperlukan.58
55
Peiyue Li, Hui Qian, and Wanfang Zhou, “Finding Mata Puisi Karya D. Zawawi Imron (Kajian
Harmony between the Environment and Humanity: Ekokritisisme),” Hasta Wiyata 1, no. 1 (2018): 5.
An Introduction to the Thematic Issue of the Silk 58
Hermen Kroesbergen, “Ecology: Its Relative
Road,” Environmental Earth Sciences 76, no. 3 Importance and Absolute Irrelevance for a Christian:
(2017): 104. A Kierkegaardian Transversal Space for the
56
Wark Mc. Kenzie, Molecular Red: Theory for the Controversy on Eco-Theology,” HTS Teologiese
Anthropocene (New York: Verso, 2015). Studies / Theological Studies 70, no. 1 (2014): 1.
57
Renda Yuriananta, “Representasi Hubungan Alam
Dan Manusia Dalam Kumpulan Puisi Mata Badik
59
Silva S Thesalonika Ngahu, “Mendamaikan 62
Ulrich Körtner, “Ecological Ethics and Creation
Manusia Dengan Alam : Kajian Ekoteologi Faith,” HTS Teologiese Studies / Theological Studies
Kejadian1 : 26-28,” Pengarah: Jurnal Teologi 72, no. 4 (2016): 2.
Kristen 2, no. 2 (2020): 82. 63
Jürgen Moltmann, “A Common Earth Religion:
60
Emanuel Gerrit Singgih, “Agama Dan Kerusakan World Religions from an Ecological Perspective,”
Ekologi: Mempertimbangkan ‘Tesis White’ Dalam Ecumenical Review 63, no. 1 (2011): 24.
Konteks Indonesia,” GEMA TEOLOGIKA: Jurnal 64
Wijaya Kristian Wawuk, “Allah Sang Petani ,
Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian 5, no. 2 Bertani sebagai Usaha Berteologi : Belajar dari
(2020): 120. YBSB dan SPTN HPS,” Gema Teologi 35, no. 1
61
Chris U. Manus dan Des Obioma, “Preaching the (2011): 86.
‘Green Gospel’ in Our Environment: A Re-Reading
of Genesis 1:27-28 in the Nigerian Context." : 5.
S. Thesalonika Ngahu, ketika Imago Dei mengikuti seluruh tertib Allah yang terlah
menjadi Imago Christi, maka orang percaya ditetapkan, supaya terwujudnya kemakmu-
harus menjauhkan diri dari kehendaknya ran seluruh makhluk, karena tidak ada
untuk berkuasa secara sewenang-wenang kemakmuran tanpa kedisiplinan menjalan-
kepada alam menjadi menciptakan solidari- kan tatanan hidup yang mendasari keadaan
tas dan persaudaraan dengan alam.65 yang mensejahterakan, sehingga Allah
Masyarakat Waekose, tidak pernah mengusir Adam dan Hawa dari Taman
menyangka bahwa sasi humah koin yang Eden, karena tidak memelihara lingkungan
dihasilkan oleh leluhur mereka memberikan di Taman Eden secara disiplin, maka Allah
dampak positif, yaitu: pertama, pelestarian menghukum mereka, berupa: penderitaan,
alam/lingkungan hidup, karena sejak awal susah payah, dan kesia-siaan (Kejadian 3:
leluhur telah memberikan larangan pengua- 17-19).66
saan hutan secara ilegal, pemanfaatan hutan Dampak positif kedua adalah ada-
yang tidak sesuai dengan fungsinya, pencu- nya keharmonisan yang tercipta pada manu-
rian kayu, dan penebangan hutan secara ti- sia dan alam, dan keharmonisan tercipta ka-
dak bertanggung jawab, sehingga hutan/ rena adanya kesetaraan antara manusia de-
alam tetap terlindungi. Apabila masyarakat ngan alam, sehingga manusia tidak menja-
melanggarnya akan diancam dengan huku- dikan alam sebagai objek eksploitasi.
man dari leluhur, yaitu: sakit atau mening- Daniel P. Scheid, membahasakan dengan
gal. Menurut Wawuk Kristian Wijaya, keti- istilah kesejahteraan kosmik, yaitu: upaya
ka Allah menempatkan manusia pertama mengembalikan manusia ke kenyataan hi-
(Adam dan Hawa) di Taman Eden, disertai dup, mengingatkan manusia bahwa setiap
dengan larangan, yaitu: manusia tidak me- manusia, budaya, dan bahkan kehidupan
nyentuh pohon pengetahuan tentang yang spiritual merupakan sifat yang cenderung
baik dan yang jahat (Kejadian 2:17) yang muncul dari dan tak terpisahkan dari alam,
berada di tengah-tengah Taman Eden karena kesejahteraan kosmik memberikan
(Kejadian 3:3). Larangan tersebut menegas- dasar bahwa manusia menjadi bagian dari
kan bahwa Allah menghendaki agar ma- keseluruhan yang lebih besar.67 Menurut
nusia dapat mematuhi tertib ekologis dan Daniel P. Scheid, kesejahteraan kosmik
65
Ngahu, “Mendamaikan Manusia Dengan Alam : 67
Scheid P. Daniel, The Cosmic Common Good:
Kajian Ekoteologi Kejadian1 : 26-28.” Religious Grounds for Ecological Ethics: 5.
66
Wijaya Kristian Wawuk, “Allah Sang Petani ,
Bertani sebagai Usaha Berteologi : Belajar dari
YBSB dan SPTN HPS." : 6-7.
dimetaforakan sebagai dasar untuk menun- lan kontekstual dan menjawab pergumulan
jukkan dimensi kedalaman dari kesucian tersebut dengan menggunakan kekuatan
kosmis, karena tempat di mana Tuhan dan yang ada dalam konteks itu sendiri.
manusia berjumpa.68 Menurut E.G. Singgih,
UCAPAN TERIMA KASIH
sudah saatnya kta melampaui antroposentr-
Artikel ini bisa diselesaikan bukan-
isme, kosmosentrisme, dan teosentrisme
lah usaha sendiri, melainkan bantuan dari
dalam membayangkan hubungan di antara
berbagai pihak, yaitu: pertama, kepada pe-
Allah, alam, dan manusia, artinya, Allah
nulis kedua dan ketiga, yang sudah mem-
tidak hanya sebagi transenden, tetapi juga
berikan pkiran-pikiran kritis untuk meleng-
imanen, dan hubungannya dengan masalah
kapi artikel ini; dan kedua, kepada Raja,
ekologi, imanensi Allah perlu disadari, se-
Tokoh Adat, dan Tokoh Masyarakat di
bagaimana yang terdapat dalam Mazmur
Fena Waekose, yang boleh memberikan
148:3-10, Yesaya 44: 23, yang memper-
informasi tentang sasi humah koin.
lihatkan teofani Allah dalam alam, tetapi
tidak identitk dengan alam.69 DAFTAR PUSTAKA
68
Ibid. 69
Singgih, “Agama Dan Kerusakan Ekologi:
Mempertimbangkan ‘Tesis White’ Dalam Konteks
Indonesia." : 132-133.
Kuningan.” Visio Dei: Jurnal Teologi Wijaya, Kristian Wawuk. “Allah Sang
Kristen 2, no. 1 (2020). Petani , Bertani sebagai Usaha
Berteologi : Belajar dari YBSB dan
Weedona, Chris and Glenn Jordan.
SPTN HPS.” Gema Teologi 35, no. 1
“Collective Memory: Theory and
(2011).
Politics.” Social Semiotics 22, no. 2
(2012): 143–153. Yuriananta, Renda. “Representasi
Hubungan Alam Dan Manusia Dalam
Wekke, Ismail Suardi. “Sasi Masjid dan
Kumpulan Puisi Mata Badik Mata
Adat: Praktik Konservasi Lingkungan
Puisi Karya D. Zawawi Imron (Kajian
Masyarakat Minoritas Muslim Raja
Ekokritisisme).” Hasta Wiyata 1, no. 1
Ampat.” Al-Tahrir: Jurnal Pemikiran
(2018).
Islam 15, no. 1 (2015).