Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Artikel : Kearifan lokal, perlindungan lingkungan, dan pembangunan masyarakat di Tambon Bangkhunsai, Provinsi Phetchaburi, Thailand Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Biologi Lingkungan.

Dosen : Prof. Dr. Hertien Koosbandiah Surtikanti

Oleh :

Asep Agus Sulaeman Lenny Mulyani Citra Dewi Iin Inarsih Yeni Anwar Lilis lis Maya Susi Dwi Susilastri Ekowati Rahayu Yosi Laila Rahmi Sri Sujayanti Madianti Gusman Ade Derajat

: 1008848 : 1102558 : 1102721 : 1101156 : 1103396 : 1102676 : 1102599 : 1101668 : 1007166 : 1102262 : 1102678

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI (A) SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM MAGISTER (S2) UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2011

LOCAL WISDOM, ENVIRONMENTAL PROTECTION AND COMMUNITY DEVELOPMENT: THE CLAM FARMERS IN TAMBON BANGKHUNSAI, PHETCHABURI PROVINCE, THAILAND1 Kamonthip Kongprasertamorn2

1. Esai ini adalah bagian dari. penelitian untuk memperoleh gelar Ph.D berjudul 'The

Community Learning Process on Sustainable Mangrove Forest Development: A Case Study in Tambon Bangkhunsai, Amphur Banlaem, Phetchaburi Province, di bawah bimbingan Dr Seri Phongphit. Penelitian ini disponsori oleh lembaga penelitian 'The Royal Golden Jubilee Project Jubilee Proyek Thailand.' Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Dr Michael Howard atas komentar untuk esai ini. 2. Environmental Official, Office of Natural Resources and Environmental Policy and Planning, Ministry of Natural Resources and Environment

Abstrak Artikel ini adalah sebuah studi dengan menggunakan Metode People Research and Development sebagai sarana mempromosikan kearifan lokal, perlindungan lingkungan, dan pembangunan masyarakat di Tambon Bangkhunsai, Provinsi Phetchaburi, Thailand. Metode ini memungkinkan masyarakat untuk melakukan penelitian terhadap mereka sendiri dan memanfaatkan kearifan lokal mereka sebagai bentuk modal yang belum dimanfaatkan untuk membangun kemandirian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Metode People Research and Development bisa merangsang penggunaan kearifan lokal untuk melindungi lingkungan dan mengembangkan masyarakat dengan berbagai cara. Secara khusus, nelayan lokal mengumpulkan kerang dan cangkang kerang dengan memperhatikan kearifan lokal. Mereka mampu membuat perkakas sendiri sedemikian rupa tidak menghancurkan sumber daya alam dan menjamin pelestarian sumber daya alam untuk waktu yang lama. Kearifan lokal juga digunakan dalam pembentukan pengembangan proyek-proyek masyarakat, seperti kelompok ekowisata dan kelompok pelaksana proses pembuatan makanan laut. Hal ini merupakan antisipasi bahwa proyek ini menggunakan manajemen sumber daya alam yang berkelanjutan

Pendahuluan Di masa lalu, Thailand memiliki sumber daya alam yang melimpah dan beragam. Untuk hidup selaras dengan lingkungan, masyarakat setempat menggunakan kearifan nenek moyang mereka untuk mengelola sumber daya alam. Pemanfaatan

kearifan lokal dapat dilihat dari kegiatan sehari-hari mereka, seperti bekerja dan festival-pestival. Pada tahun 1961, Thailand memulai Rencana Pembangunan Nasional pertama. Bisa dikatakan bahwa rencana ini terutama terkonsentrasi pada pembangunan ekonomi tanpa memperhatikan kerusakan sumber daya alam dan lingkungan. Sumber daya alam banyak digunakan sebagai bahan baku untuk produksi barang dan jasa yang memberikan keuntungan finansial yang tertinggi. Akan tetapi, sebagai akibat dari rencana pembangunan tersebut, kehancuran sumber daya alam, seperti hutan dan sumber daya mineral meningkat secara substansial. Sayangnya, beberapa sumber daya, seperti sumber daya mineral, merupakan sumberdaya yang tidak terbarukan. Sumber daya lainnya, misalnya hutan, butuh waktu lama untuk memperbaiki sendiri, seperti keadaan awalnya. Akibatnya, modal sumber daya alam yang tersedia untuk pembangunan ekonomi negara itu telah menurun secara signifikan. Situasi demikian telah menyebabkan perubahan dalam konsep yang mendasari Rencana Pembangunan Nasional yang ke-8 dan ke-9. Menurut laporan Komisi Brundtland (1987), rencana pembangunan tersebut mulai mengintegrasikan pembangunan ekonomi, kesejahteraan manusia, dan pengembangan lingkungan. Namun, penelitian ini berpendapat bahwa ide-ide yang mendasari pembangunan berkelanjutan bukanlah kegiatan yang baru di Thailand. Sebaliknya, penerapan tradisi kearifan lokal untuk mengelola sumber daya alam telah memungkinkan orang di Thailand untuk hidup dalam keharmonian dengan alam untuk waktu yang lama.

Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk berkontribusi dan meningkatkan pengetahuan tentang hubungan antara kearifan lokal tentang perlindungan lingkungan dan pengembangan masyarakat. Untuk menguji baik kearifan lokal tentang perlindungan lingkungan dan pengembangan masyarakat, penelitian ini difokuskan pada petani kerang di Tambon Bangkhunsai, Provinsi Phetchaburi, Thailand. Penelitian ini menggunakan People

Research and Development (PR&D) yang dirumuskan pada tahun 1988 oleh Dr Seri Phongphit dan peneliti lainnya, berdasarkan pengalaman mereka dalam pekerjaan pembangunan di daerah pedesaan dengan Yayasan Thai Village sejak tahun 1985 (Phongphit dan Nantasuwan, 2002a, 2002b). Metode ini memungkinkan masyarakat

untuk terlibat dan belajar dari pengalaman mereka. Lebih penting lagi, metode PR & D berupaya untuk meningkatkan potensi masyarakat untuk berkonsentrasi pada kearifan lokal mereka sebagai "modal" kemandirian dapat dibangun. Kearifan lokal mengacu pada pengetahuan yang berasal dari pengalaman masyarakat dan kumpulan pengetahuan lokal. Kearifan lokal ditemukan dalam masyarakat, komunitas, dan individu. Phongphit dan Nantasuwan (2002a, 2002b; lihat juga Na Talang, 2001) telah menggambarkan kearifan lokal sebagai pengetahuan berdasarkan pengalaman orang-orang yang diturunkan dari generasi ke generasi, kadang-kadang oleh mereka dikenal sebagai village philosophers (petuah-petuah). Pengetahuan ini digunakan sebagai pedoman untuk kegiatan sehari-hari masyarakat dalam hubungan dengan keluarga mereka, tetangga mereka, dan orang lain di desa dan dengan lingkungannya. Ide pookonya, Phongphit dan Nantasuwan berpendapat, adalah bahwa penduduk desa harus menghormati nenek moyang mereka, praktek-praktek spiritual, dan alam. Mereka menyimpulkan bahwa karakteristik kearifan lokal dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) kearifan lokal harus menggabungkan pengetahuan kebajikan yang mengajarkan orang tentang etika dan nilai-nilai moral; (2) kearifan lokal harus mengajar orang untuk mencintai alam, bukan untuk menghancurkannya; dan (3) kearifan lokal harus berasal dari tua anggota masyarakat. Mereka juga menjelaskan bahwa kearifan lokal disajikan dalam berbagai bentuk, melalui pikiran orang, pekerjaan, cara hidup, dan nilai-nilai sosial. Masalahnya adalah bahwa kearifan lokal biasanya merupakan wacana tidak resmi. Sebagai akibatnya, sulit bagi publik untuk mempelajari dan menggunakan jenis pengetahuan seperi ini. Penelitian yang dilakukan berdasarkan metode PR&D dari Tambon

Bangkhunsai melibatkan sejumlah kegiatan. Pertemuan diadakan antara peneliti dan orang-orang dari masyarakat untuk menginformasikan para peserta tentang tujuan, proses, hasil yang diharapkan, dan manfaat proyek. Ide utama yang mendasari pertemuan ini adalah untuk mendorong masyarakat lokal untuk melakukan riset mereka sendiri dalam kaitannya dengan proyek. Masyarakat lokal kemudian diminta untuk mengumpulkan dan menganalisis data diri mereka sendiri. Komunitas belajar melalui analisis data merupkan posisi sentral untuk prosedur penelitian ini. Melalui analisis seperti itu, kedua masalah di masyarakat dan penyebab dari masalah-masalah itu harus diidentifikasi dan didiskusikan. Masyarakat lokal Tambon Bangkhunsai kemudian

mengumpulkan data yang relevan dengan masalah yang telah diidentifikasi. Mereka menemukan bahwa pendapatan sehari-hari mereka tergantung terutama pada kesuburan hutan mangrove. Hubungan antara hutan mangrove dan pendapatan menjadi jelas, mereka kemudian berusaha untuk menemukan cara terbaik untuk melindungi sumber daya alam. Kegiatan kunjungan telah diatur rakyat Tambon Bangkhunsai untuk

mengunjungi Tambon Kaowkram, Provinsi Krabi. Orang-orang Tambon Kaowkram telah menggunakan metode PR & D untuk mengembangkan rencana komunitas pada tahun 2000. Banyak rencana kegiatan telah berhasil dilaksanakan. Mereka telah membentuk sebuah kelompok ekoturisme dan kelompok pengolah makanan, dan kelompok masyarakat menabung telah menciptakan sebuah bank tabungan. Kunjungan ke Tambon Kaowkram dimaksudkan agar masyarakat Bangkhunsai melihat apa yang telah dicapai dan untuk mengadakan diskusi dengan orang-orang Kaowkram untuk melihat pembelajaran yang mungkin berguna, tidak hanya untuk menyalin. Mereka belajar tentang banyak pengalaman orang-orang Kaowkram bahwa mereka mampu menerapkan rencana pembangunan mereka sendiri. Orang-orang Bangkhunsai kemudian mulai membuat rancangan rencana komunitas mereka dengan menganalisa data yang telah mereka kumpulkan dalam kaitannya dengan kebutuhan dan sumber daya mereka. Pertemuan masyarakat diadakan untuk menyusun perencanaan, mendiskusikan dan memperdebatkan rencana

pengembangan. Pertemuan-pertemuan ini membantu untuk memastikan bahwa anggota masyarakat memahami rencana dan bahwa mereka terlibat langsung dalam merumuskan dan menerapkannya. Rencana tersebut dipantau dan dievaluasi pada saat satu hingga dua tahun setelah dilaksanakan.

Kearifan Lokal di Tambon Bangkhunsai: Studi Kasus Tambon Bangkhunsai ini di Ban Laem Distrik, yang terletak di pesisir daerah dekat delta Sungai di Phetchaburi bagian timur Provinsi Phetchaburi. Pantai di wilayah ini sebagian besar terdiri atas lumpur. Daerah ini membentang 9 kilometer di sepanjang pantai dan 3 kilometer ke daratan. Luas total adalah 27 kilometer persegi. Di daerah ini terdapat hutan mangrove dan pedalaman lahan datar dari lumpur.

Pada tahun 2002, Tambon Bangkhunsai memiliki total 1.362, dengan populasi 7.326 orang yang terdiri atas 3.518 pria dan 4.308 perempuan. Rincian jumlah rumah tangga dan jumlah penduduk untuk setiap desa pada tahun 2002 disajikan dalam tabel 1. Pendapatan tahunan rata-rata untuk penduduk di Tambon Bangkhunsai pada tahun 2002 adalah 21.185 baht per orang (Tambon Bangkhunsai Subdistrict Administration Organization, 2002). Tabel 1 : Jumlah Rumah Tangga dan jumlah orang-orang di setiap Mooban pada tahun 2002

Orang-orang disini berlatar belakang dari berbagai etnik, termasuklah cina, muslim melayu, laos dan thailand. Orang-orang yang berasal dari cina dominan sebagai nelayan karena tempat tinggal mereka diwilayah pantai, yaitu pada moo 1, moo2, dan moo 3. Orang-orang melayu Indonesia juga di dominasi oleh pengumpul kerang dan

nelayan, yaitu pada moo 4. Orang-orang dari laos adalah petani. Mereka membangun rumah-rumah mereka lebih jauh ke pedalaman,dekat tanah yang cocok untuk budidaya yaitu pada Moo 5, Moo 6, dan Moo 7. Orang-orang Thailand bekerja baik sebagai petani, sebagai pengumpul kerang dan nelayan. Yaitu pada Moo 8, Moo 9, Moo 10, dan Moo 11. Tingkat emigrasi dari Tambon ini relatif rendah karena penduduk lokal dapat mendapatkan cukup uang untuk keluarga mereka dari daerah yang sumber dayanya berlimpah Kebanyakan orang berhenti sekolah saat mereka menyelesaikan prathom 6 (kelas 6) dan mulai bekerja mengumpulkan kerang, nelayan atau pertanian. Seperti disebutkan di atas, landscape Tambon Bangkhunsai dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu lumpur pesisir dan pedalaman wilayah datar. Daerah lumpur merupakan pasokan yang sangat penting sebagai sumber makanan untuk hewan kecil dan merupakan lahan alami terbesar bagi kerang di Thailand. Daerah lumpur terletak dalam area dari enam mooban: Moo 1, Moo 2, Moo 3, Moo 4, Moo 8, dan Moo 10. Kebanyakan orang dalam komunitas ini hidup dengan mengumpulkan kerang dan ikan. Dataran luas yang terletak dipedalaman cocok. untuk pertanian. Ini meliputi lima mooban: Moo 5, Moo 6, Moo 7, Moo 9, dan Moo 11. Meskipun sebagian besar orangorang dalam masyarakat adalah petani, mereka juga sering menangkap ikan dan mengumpulkan kerang untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk tujuan komersil. Wilayah utama untuk mengumpulkan kerang yaitu di sekitar hutan mangrove yang terletak tiga kilometer dari pantai. Orang-orang dari Tambon Bangkhunsai dapat mengumpulkan kerang dari hutan mangrove sepanjang tahun. Ada banyak kerang dari Oktober sampai Desember. Selain itu, kerang surfing bergelombang dapat ditemukan dari Januari-Maret, dan wedge shell atau kerang kedelai (wedge shell atau bean clams) dapat ditemukan dari bulan Maret dan Juli. Pada tahun 1991 masalah mulai muncul dalam hal mengumpulkan kerang, ketika kapal penangkapan ikan komersial datang ke area tersebut. Dengan menggunakan perahu ini mereka menangkap semua ukuran kerang dan kerang lainnya. Metode yang mereka gunakan juga menyebabkan pencemaran air, kekeruhan, dan sedimentasi yang mengakibatkan penurunan dalam nutrisi di dasar laut. Kerugian nutrisi menyebabkan penurunan makanan bagi hewan air. Sebagai akibat dari perubahan lingkungan, jumlah hewan air seperti kerang, remis, dan kerang lainnya, berkurang

secara substansial. Situasi semakin memburuk sampai ketitik dimana tidak ada kerang atau kerang lainnya yang tersisa untuk dipanen. Hal ini dapat dikatakan bahwa ekosistem bakau telah benar-benar hancur oleh penangkapan ikan secara komersial dan bahwa ini secara langsung mempengaruhi pengumpul kerang lokal. Pendapatan mereka berkurang dan tidak cukup untuk mendukung keluarga mereka. Dalam rangka untuk bertahan hidup, sebagian besar laki-laki muda dan perempuan meninggalkan rumah mereka untuk mencari kerja di Bangkok dan di tempat lain. Hanya orang tua dan anakanak tetap di desa-desa. Masalah sosial juga mulai terjadi dalam Tambon Bangkhunsai. Sebagai reaksi untuk masalah lingkungan yang muncul, pemimpin-pemimpin Tambon Bangkhun, termasuk kamnan 'kepala Tambon', phuyaiban 'kepala mooban', danorang lain, membentuk the Coastal Resources Conservation Group pada tahun 1992, yang tujuannya untuk melindungi sumberdaya dipesisir. Tujuan utama yang mendasari pembentukan the Coastal Resources Conservation Group adalah untuk menghentikan perahu komersial yang akan memasuki wilayah yang dilindungi, dengan demikian mencegah perusakan ekosistem lebih lanjut. Langkah pertama diambil oleh kelompok ini adalah untuk mengirim petisi kepada Gubernur Provinsi Phetchaburi. Gubernur menanggapi petisi dengan mengadakan pertemuan dengan para anggota the Coastal Resources Conservation Group, kelompok nelayan perahu komersial, dan pejabat pemerintah lokal. Sebagai hasil dari pertemuan tersebut, kapal penangkapan ikan komersial tidak lagi diizinkan untuk menangkap ikan pada jarak tiga kilometer dari pantai. Meskipun ada larangan tersebut, kapal penangkapan ikan secara komersial terus berjalan di daerah tersebut, terutama karena tidak ada cukup pejabat pemerintah untuk menegakkan larangan tersebut. Untuk mengatasi masalah ini, The Coastal Resources Conservation Group memutuskan untuk mengambil alih masalah ini dengan mendirikan penjaga pantai untuk melindungi pantai dan untuk menjaga perahu komersial nelayan agar tidak memasuki daerah yang dilindungi. Anggota kelompok tersebut menggunakan waktu, uang sendiri dan sumber daya lain untuk melindungi sumber daya alam mereka. Orang-orang lokal juga menyumbangkan uang mereka untuk membantu membayar bahan bakar, kapal sewa, dan makanan, dalam rangka untuk membantu anggota masyarakat bertahan dalam menghadapi perambahan penangkapan ikan komersial. Melalui upaya the Coastal Resources Conservation Group berhasil dalam mencegah

kapal penangkapan ikan komersial dari memasuki kawasan lindung. Dengan tidak adanya perahu komersial ini, secara bertahap ekosistem kembali ke kesuburan sebelumnya, hewan air bisa ditemukan dalam daerah, beberapa orang setempat yang telah pindah dari desa-desa untuk mencari pekerjaan akhirnya kembali ke keluarga mereka dan mulai mengumpulkan kerang dan ikan lagi.

Kearifan lokal di Tambon Bangkhunsai Dalam bagian ini saya ingin menilai bagaimana orang Tambon Bangkhunsai menggunakan kearifan lokal untuk melindungi sumber daya alam dan lingkungan mereka dan untuk mengembangkan masyarakat. Ada dua jenis kearifan lokal dalam Tambon Bangkhunsai yang relevan dengan pembahasan ini: (1) kepercayaan terkait praktek-praktek lokal untuk mengumpulkan kerang dan (2) aspek-aspek lain dari budaya dan keyakinan mereka. Penelitian ini menemukan bahwa siklus koleksi kerang lokal itu sederhana. Kolektor kerang menggunakan alat lokal untuk mengumpulkan kerang dan kerang lainnya. Cara yang digunakan tidak mahal, dan kolektor kerang dapat dengan mudah membuatnya sendiri. Untuk menangkap kepiting, ikan, dan lainnya yang jaraknya lebih dari tiga kilometer dari pantai, nelayan harus mengumpulkan cukup uang untuk membangun perahu. Seiring dengan perahu, mereka memerlukan tambahan untuk menangkap kepiting dan ikan di laut dalam. Orang-orang Tambon Bangkhunsai menyadari pentingnya sumber alam daya yang memungkinkan mereka untuk mengumpulkan kerang dan kerang lainnya. Berbeda dengan nelayan komersial dari tempat lain yang sedang memancing di daerah tersebut, nelayan lokal dari Tambon Bangkhunsai menyadari bahwa sangat penting untuk melindungi lingkungan lokal dalam rangka untuk memastikan bahwa ada berkelanjutan sumber daya kerang untuk menyediakan makanan dan penghasilan bagi masyarakat. Jika sumber daya yang

hancur, mereka akan menghadapi kesulitan. Untuk penduduk lokal, seperti sumber daya sangat berarti, oleh karena itu mereka menerima aturan lokal untuk tidak menggunakannya secara komersial. Mereka mengerti hubungan antara ekologi mangrove dan keseimbangan kerang-kerangan. Perhatian Para penduduk desa dalam mempertahankan sumber daya lokal dapat disaksikan dalam sejarah, pada penggunaan alat untuk mengumpulkan kerang yang

disebutCha nor Cha nor ini berbentuk segitiga dengan lebar permukaannya sekitar 2030 cm. Sebuah karung sekitar 30-50 cm ditempatkan di sekitar permukaannya. Masalahnya dibuat dengan menggunakan alat ini adalah bahwa semua kerang dari yang masih sangat kecil tertangkap dengan menggunakan cha nor ini. Namun, hanya kerang besar yang disimpan; yang kecil dibuang dan mati. Masyarakat setempat menyadari bahwa menggunakan chanor akan berkontribusi pada penghancuran kehidupan akuatik, seperti kerang, dan mereka memutuskan untuk berhenti menggunakannya, memilih untuk menggunakan tangan mereka sebagai gantinya. Tradisional berarti mengumpulkan kerang dengan menggunakan kayu licin

yang tingginya sekitar 30 cm. bagian tengahnya terbuat dari papan kayu yang tebalnya adalah sekitar 2,5-4,0 cm, lebar 20-25 cm, dan panjang. 100-120 cm Bagian depan papan berbentuk seperti ski, memungkinkan untuk dapat meluncur di permukaan daerah berlumpur. Kereta luncur diambil ke daerah lumpur ketika pasang rendah. Untuk bergerak di atas permukaan berlumpur, kita menempatkan satu kaki di papan kayu dan mendorong di lumpur dengan kaki yang lain. Berbeda dengan cha nor, dengan sebuah kereta luncur yang orang menggunakan kedua tangan untuk mengumpulkan kerang dan hanya kerang dewasa yang diambil dan yang kecil ditinggalkan untuk tumbuh. Kerang dewasa disimpan dalam karung, dan air laut digunakan untuk membersihkan lumpur dari shell. Orang berhenti mengumpulkan kerang ketika permukaan laut mulai meningkat. Pasang naik membantu kolektor bergerak mudah. Mengumpulkan

berlangsung selama sekitar lima sampai enam jam antara pasang tinggi dan rendah. Hal ini dapat dikatakan bahwa ini merupakan cara yang bijak dengan memperhatikan kearifan lokal. Kearifan lokal juga digunakan pada saat memancing. Nelayan mengetahui karakter angin dan pasang di setiap musim kondisi seperti ini berhubungan dengan produk perikanan khususnya. Pengetahuan lokal tersebut memungkinkan

memungkinkan mereka untuk memutuskan metode dan alat tangkap yang sesuai setiap jenis produk perikanan. Selain mengumpulkan dan menangkap produk makanan laut, masyarakat setempat juga tahu bagaimana melestarikan produk-produk untuk mereka konsumsi sendiri dan untuk tujuan meningkatkan nilanya. Salah satu metode tradisional yaitu dengan menggunakan garam untuk melestarikan kerang. Mereka membersihkan kerang dan menempatkan mereka ke dalam garam laut selama 24 jam. Proses ini

10

mempertahankan kerang selama tiga hari. Cara lain yaitu dengan mengambil kerang keluar dari cangkangnya dan mengeringkannya di bawah sinar matahari selama satu hari. Metode ini mempertahankan kerang bertahan selama satu tahun. Meskipun orang orang Tambon Bangkhunsai memiilik kelompok etnis yang berbeda, hubungan antara kelompok-kelompok ini harmonis. Hal ini mungkin sebagian besar akan dikaitkan dengan fakta bahwa adatersedia dalam beragam sumber daya yang cukup dan daerah tersebut, sehingga orang tidak perlu bersaing dengan satu sama lain. Kerukunan antar kelompok etnis dalam daerah ini terungkap dalam cara di mana mereka menggunakan kebijaksanaan mereka untuk hidup damai bersama dan menghormati sumber daya alam. Ini juga terlihat ketika mereka bekerja sama untuk menyerang kapal nelayan komersial keluar dari daerah tersebut. Komunitas yang harmoni juga ditunjukkan dalam festival desa misalnya, dalam upacara Tai Boon Kan di Moo 3. Dalam upacara ini, warga berdoa agar tuhan untuk melindungi mereka dan keluarga mereka. Festival ini diadakan pada hari ketiga setelah Songkran. Masyarakat lokal di desa membangun perahu kayu kecil, dan setiap keluarga mempersiapkan boneka yang mewakili anggota keluarga dan hewan peliharaan mereka, yang kemudian ditempatkan di perahu kayu bersamaan dengan nasi dan makanan lainnya, bunga, uang, air, dan lainnya. Pada pagi hari saat upacara, setelah para biarawan berdoa, anggota keluarga memberikan makanan kepada para biksu, kemudian mereka makan makanan yang tersisa bersama-sama. Setelah makan, keluarga mengambil perahu kayu mereka ke laut dan meluncurkan mereka. Mereka percaya bahwa ipraktik tradisional ni akan membantu mereka untuk menyingkirkan kehidupan mereka dari hal-hal buruk dan akan membawa keberuntungan. Dalam Moo 5 dan 6, mereka tidak menempatkan boneka ke dalam perahu kayu dan perahu yang mengambang di laut, penduduk desa menempatkan boneka di atas nampan besar dan melakukan upacara di lapangan. Aplikasi Perencanaan Kearifan Lokal Tambun Bangkhunsai Metode people Research and Developmen (PR&D) menjadikan anggota

masyarakat untuk meneliti diri mereka sendiri. Selama penelitian, peneliti melaksanakan beberapa tahapan yaitu : mengumpulkan data, menganalisis data, membuat rencana , mendiskusikan rencana , melaksanakan rencana, dan memonitoring

11

dan mengevaluasi rencana tersebut. Pendekatan PR&D memungkinkan penduduk desa memperoleh manfaat dari kearifan local mereka. Hal ini tercermin dalam perencanaan Tambon Bangkhunsais yang merupakan tujuan utama pada PR&D. Rencana ini dinamakan Commmunity living Plan yang

bertujuan perlindungan lingkungan dan pengembangan masyarakat. Rencana ini dilandasi pada tiga prinsip: sebuah system ekologi yang ramah lingkungan,

mempromosikan sistem sosial dimana anggota masyarakat belajar dari pengalaman dan kearifan lokal mereka, dan menciptakan sistem ekonomi yang berkelanjutan yang menyediakan kebutuhan bagi masyarakat. Perencanaan mengacu pada empat sistem : sistem pengelolaan sumber daya

alam, sistem pengelolaan usaha masyarakat, sistem pengelolaan kesehatan masyarakat, dan sistem pengelolaan modal yang mendukung rencana. Perencanaan diprioritaskan pada setiap kegiatan sistem yang dilaksanakan pada tahun 2004 sebagai berikut: 1) Tiga kelompok sistem pengelolaan sumber daya alam: sebuah kelompok untuk mempromosikan belajar tentang bagaimana mengumpulkan kerang, sebuah kelompok konservasi sumber daya pantai, dan sebuah kelompok eko-pariwisata. 2) Lima kelompok pengelolaan usaha masyarakat : sebuah kelompok pengolahan makanan laut, , sebuah kelompok produksi rumah tangga, sebuah kelompok

pengelolaan pemasaran produk lakal, sebuah kelompok foodhandlers , dan sebuah kelompok boathandlers . 3) Dua kelompok pengelolaan kesehatan masyarakat: sebuah kelompok untuk mempromosikan pertanian secara alami dan sebuah kelompok yang menggunakan tumbuhan sebagai obat obatan . 4) Satu kelompok pengelolaan modal untuk pendanaan Tambon Bangkhunsai. Keempat sistem tersebut mencerminkan pemanfaatan kearifan lokal sebagai upaya keserasian hidup dengan alam . Aplikasi kearifan lokal pada rencana Commmunity living Plan dijelaskan di bawah ini: 1) Kelompok untuk mempelajari pengumpulan kerang, diberikan oleh orang yang ahli dalam mengumpulkan kerang. Mereka akan mentransfer pengetahuan mereka kepada generasi yang lebih muda . Mereka mendirikan kelompok ini untuk membagi pengetahuan mereka tidak hanya untuk pemuda setempat, tetapi juga untuk masyarakat lainnya serta wisatawan yang mungkin berkunjung ke daerah ini.

12

Hal ini untuk memberikan kesadaran pentingnya teknik memanen kerang yang tidak merusak sumber daya alam dan lingkungan. 2) Kelompok konservasi sumber daya pesisir/pantai didasarkan pada kelompok yang sudah lama didirikan sejak tahun 1992. Kebersamaan hidup merupakan inti dari kearifan lokal. Manfaat dari keaslian kelompok ini cukup jelas, sehingga masyarakat Bangkhunsai memutuskan untuk tetap meneruskan kelompok ini dalam rencana mereka. Lebih penting lagi, kelompok ini sekarang semakin banyak anggota dan kegiatan yang dilakukan. 3) Seperti disebutkan terdahulu , setelah berbagi pengalaman dengan orang-orang dari Tambon Kaowkram, masyarakat Bangkhunsai mengembangkan rencana mereka berdasarkan rencana masyarakat Kaowkram itu. Rencana masyarakat Kaowkram adalah mengutamakan tiga kegiatan : kelompok eko-pariwisata, kelompok

foodhandlers, dan kelompok boathandlers . Rencana ini memungkinkan masyarakat Kaowkram untuk menggunakan sumber daya alamnya dalam jangka waktu yang lama. Ispired rencana Kaowkram, desa Bangkhunsai akan menggunakan sumber daya pesisir/pantai untuk mempromosikan ekowisata, di samping mengumpulkan kerang kerangan. Kelompok eko pariwisata bertujuan untuk memperkenalkan wisatawan bagaimana teknik pengumpulan kerang. Hal tersebut menguntungkan kelompok foodhandlers dan kelompok boathandlers, dimana dari kegiatan

kelompok eko-turisme mereka dapat menjual produk mereka dan menyewa perahu mereka. 4) Kelompok pengolahan hasil laut terbentuk dari keinginan untuk mempromosikan penggunaan kearifan lokal dalam pengolahan makanan laut. Kelompok untuk mempromosikan praktek pertanian secara alami muncul dari proses PR & D untuk membandingkan praktek pertanian tradisional dan praktek pertanian saat ini. Secara tradisional, petani tidak menggunakan pupuk komersial atau pestisida. Akibatnya residu pestisida, tidak tersisa di lahan pertanian. Para petani menyadari bahwa pestisida komersial memiliki dampak negatif pada lingkungan dan memutuskan untuk kembali pada cara tradisional di peternakan mereka. 5) Kelompok tanaman obat obatan juga datang dari proses PR & D. Omasyarakat mengetahui bahwa orang Bangkhunsai dahulu menggunakan kearifan local mereka dalam kehidupan sehari-hari dalam menggunakan tanaman untuk membuat

13

makanan dan obat-obatan. Kelompok produksi kebutuhan rumah tangga ingin memproduksi keperluan rumah tangga sederhana seperti sabun dan sampo untuk keluarga mereka sebagai upaya penghematan dan melindungi kesehatan mereka.

Kesimpulan Phongphit dan Nantasuwan (2002a, 2002b) membagi penerapan kearifan lokal pada saat ini menjadi empat metode: metode konservasi, metode pemulihan , metode adaptasi, dan metode inovasi. Mereka juga menjelaskan karakteristik dari setiap metode sebagai berikut: Metode konservasi berarti untuk melestarikan kearifan lokal dengan cara tradisional. Metode pemulihan berarti untuk memulihkan kearifan lokal. Metode adaptasi berarti untuk memodifikasi kearifan lokal sehingga dapat digunakan sampai saat ini. Metode inovasi berarti dalam menemukan kearifan lokal yang baru kearifan lokal yang sudah ada akan dikaitkan dengan pengetahuan.. Keempat bentuk penerapan kearifan lokal seperti yang dijelaskan oleh

Phongphit dan Nantasuwan ditemukan di Tambon Bangkhunsai. Metode konservasi menjelaskan alat yang tepat dan teknik yang digunakan dalam mengumpulkan kerang dan kerang kerang lainnya di Tambon Bangkhunsai dan pada upacara Tai Boon Kan . Metode pemulihan dapat disaksikan dalam kegiatan kelompok yang memperkenalkan belajar cara mengumpulkan kerang secara tradisional, kelompok pengolahan hasil laut , dan kelompok memperkenalkan pertanian secara alami . Metode adaptasi dapat dilihat dalam kegiatan kelompok konservasi sumber daya pesisir/pantai, kelompok ekopariwisata , dan kelompok tanaman obat . Akhirnya, metode inovasi adalah apprent dalam kegiatan kelompok foodhandlers, kelompok boathandlers , dan kelompok untuk memproduksi keperluan rumah tangga. Keempat bentuk menerapkan penerapan kearifan lokal pada rencana Tambon Bangkhunsai itu menunjukkan bahwa (1) Terdapat beberapa jenis kearifan lokal pada Tambon Bangkhunsai, (2) kearifan lokal yang di Tambon ini bermanfaat

memperkenalkan perlindungan lingkungan, dan (3) metode PR & D dapat tidak hanya menyelidiki kearifan lokal tetapi juga membantu masyarakat setempat untuk menerapkan kearifan lokal dalam mengembangkan komunitas mereka. Pada Kasus Tambon Bangkhunsai, kearifan lokal bukan hanya menunjukkan bagaimana cara orang hidup, tetapi juga melibatkan etika dan nilai-nilai moral. Kearifan

14

lokal Bangkhunsai dapat diamati pada kehidupan tradisional, seperti pekerjaan, hubungan antar anggota masyarakat, dan keyakinan dan pelaksanaan spiritual, untuk memperkenalkan pada kejujuran, adil, dan penggunaan sumber daya alam secara

berkelanjutan. Untuk alasan ini, pengembangan kebijakan harus mendorong masyarakat setempat untuk memelihara, memperkaya, dan mengartikulasikan kearifan lokal tradisional mereka dan menerapkannya pada pengelolaan sumber daya lokal pembangunan ekonomi. dan

Referensi Bruntland Commision (World Commision on Evironment and Development). 1987. Our Common Future. Oxford: Oxford University Press.

Na Talang, Ekavit. 2001. Local Wisdom in Process and Adaptation of Thai people. 2nd ed. Bangkok: Amarin

Phongphit, Seri, dan Wichit Nantasuwan. 2002a. Master Community Plan: People Research and Devolepment. Bangkok: Charoenwit.

Phongphit, Seri, dan Wichit Nantasuwan. 2002b. The Learning Process to Sustainable Development. Bangkok: Charoenwit.

15

16

Anda mungkin juga menyukai