Diusulkan Oleh :
Dr. Pujo Semedi Hargo Yuwono, M.A.
(Prof. Dr. Syamsul Hadi, S.U., M.A.) (Dr. Pujo Semedi H. Yuwono, M.A. )
NIP 130779436 NIP 132014861
1
INFORMASI DASAR ORGANISASI
Nama Lembaga Pengusul : LP3M FIB-UGM
1.1. Visi
Menjadi Lembaga pemberdayaan dan pencerdasan masyarakat dalam
tatakelola sumberdaya alam yang berkelanjutan bagi kepentingan
kesejahteraan masyarakat.
2
1.2. Misi
i. Melakukan usaha-usaha fasilitasi pengembangan kecakapan hidup
yang berbasis potensi lokal, melalui kegiatan pendampingan, pelatihan,
pendidikan dan pembelajaran bersama bagi mewujudkan tatakelola
sumberdaya alam yang baik.
3
- Mengembangkan uji coba-uji coba teknik dan inovasi pembelajaran
lifeskill, melalui penyelanggaraan riset dan praktek-praktek terapan bagi
pengembangan tool, metodologi dan pendekatan pembelajaran,
khususnya bagi peningkatan kapasitas SDM masyarakat sekitar hutan.
4
3.2. Meningkatkan Kapasitas dan Kapabilitas Tutor, Trainer dan
Fasilitator dalam Bidang Pendidikan Life Skill.
- Menyelenggarakan pelatihan TOT bagi Tutor, trainer dan fasilitator
LSM Komuniti Forestri dengan menghadirkan Nara Sumber dan
Fasilitator dari Perguruan Tinggi.
- Mengirimkan Tutor/Trainer dan fasilitator LSM Komuniti Forestri dalam
pelatihan-pelatihan pengembangan kapasitas baik yang dilakukan
oleh pemerintah, perguruan tinggi maupun lembaga lainnya secara
bertahap.
4. Pendanaan
Pendanaan untuk mendukung kegiatan dan pengembangan program LSM
Komuniti Forestri, harapannya dapat dipenuhi dari sumber-sumber :
5
4. Donatur tidak mengikat baik dari perorangan, lembaga maupun pihak
swasta guna mendukung pengembangan program-program yang
dikembangkan oleh LSM Komuniti Forestri.
d. Pengalaman
1. Pendidikan kecakapan hidup pengelolaan dan pengolahan tanaman obat
2. Pendidikan kecakapan hidup budidaya Tanaman Nilam
3. Pelatihan manajemen kelompok tani
6
14. Pengembangan Holtikultura Melon Merah Kerja sama dengan HPSP INA,
Kerajaan Belanda 2008
7
DESKRIPSI KEGIATAN
A. JUDUL
Optimalisasi Pendayagunaan Potensi Alam dan Sosial Kemasyarakatan Desa
Tlogopakis Petungkriyono
B. LOKASI
Desa Tlogopakis Kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan Propinsi Jawa
Tengah
D. LATAR BELAKANG
Masyarakat pedesaan dan pertanian di Pulau Jawa seringkali mengalamii
berbagai masalah yang begitu pelik. Kehidupan dengan sistem pertanian mereka yang
subsisten harus berhadapan dengan pertanian padat modal yang dijalankan oleh para
usahawan dengan modal yang besar atau bahkan kapitalis asing. Berbagai masalah
yang mereka alami tersebut diperparah dengan minimnya penguasaan teknologi dan
masih rendahnya kualitas sumber daya manusia.
Permasalahan ini nampak sekali terutama di wilayah desa Tlogopakis,
Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah. Daerah ini
terletak di wilayah pegunungan Kendheng bagian utara yang merupakan bagian dari
wilayah Dieng. Rata-rata ketinggian daerah ini adalah 1000 m di atas permukaan laut.
Petungkriyono sendiri merupakan daerah paling terisolir kedua di Wilayah Jawa
Tengah setelah Karimunjawa. Ketika kota-kota dan pedesaan di wilayah lain sudah
mengambil ancang-ancang untuk menatap persaingan global, daerah ini seolah-olah
tetap tenang tanpa tahu masalah yang ada di sekitar mereka.
Akses jalan menuju Petungkriyono masih sulit karena harus melintasi hutan
belantara. Untuk menuju kota kecamatan terdekat diperlukan waktu tempuh sekitar
dua jam. Disinilah masalah yang muncul ketika terjadi hambatan terhadap arus
distribusi barang dan kualitas sumber daya manusia yang masih rendah. Akses yang
8
begitu sulit tersebut telah memaksa mereka untuk memanfaatkan potensi lingkungan
yang ada namun cenderung pada konsep eksploitatif. Meskipun mata pencaharian
utama mereka dalam bidang pertanian, mereka juga sangat tergantung pada hutan.
Hutan menjadi komplemen utama dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Eksploitasi
terhadap lingkungan menjadi jalan utama dalam membantu memenuhi kebutuhan
sehari-hari tersebut.
Apabila hal ini dibiarkan terus menerus, maka yang terjadi adalah krisis
lingkungan yang hebat karena keterbatasan kemampuan masyarakat dalam
pengelolaan sehingga mereka hanya mengeksploitasi tanpa mampu menjaga
kelestariannya. Eksploitasi terhadap lingkungan memiliki dampak yang begitu besar
terhadap kehidupan selanjutnya. Dampak langsung dari eksploitasi lingkungan adalah
tanah longsor, banjir, serta secara tidak langsung berdampak pada produktivitas
pertanian karena hutan yang gundul sehingga mengakibatkan kurangnya sumber daya
air untuk pertanian.
Deskripsi di atas merupakan gambaran umum keadaan lingkungan dan sosial
yang terjadi di kecamatan Petungkriyono. Desa Tlogopakis salah satu desa di
kecamatan Petungkriyonojuga mengalami keadaan yang serupa. Secara geografis,
desa Tlogopakis berada pada ketinggian sekitar 800m dpl. Diantara beberapa desa
yang ada di wilayah Petungkriyono, desa Tlogopakis merupakan daerah dengan
wilayah yang paling luas serta paling rendah. Posisi desa Tlogopakis berada di daerah
ngarai yang berimplikasi pada banyaknya tanah yang cukup datar yang dapat ditanami
padi secara intensif. Pertanian menjadi bagian utama dalam usaha memenuhi
kebutuhan hidup sehari hari. Hampir 97% masyarakatnya merupakan petani subisten
yang terutama menanam padi dan jagung. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
masyarakat di desa Tlogopakis juga sangat tergantung pada hutan seperti kayu untuk
membangun rumah dan kayu bakar. Tidak seperti di desa lain di wilayah
Petungkriyono yang sebagian besar terdiri dari lereng-lereng yang hanya bisa ditanami
jagung. Beberapa bagian desa tersebut sebenarnya juga memiliki wilayah perbukitan
yang ditanami pinus.
Dilihat dari data monografi, desa Tlogopakis memiliki jumlah penduduk yang
paling tinggi. Hal ini disebabkan kemampuan mereka dalam memaksimalkan lahan
pertanian yang ada untuk memenuhi kebutuhan pangan. Desa Tlogopakis terdiri dari
beberapa dusun yaitu Rowo, Kambangan, Sipetung, Karanggondang, Totogan,
Sawangan, dan Tlogopakis sendiri. Tujuh puluh persen wilayah ini merupakan hutan.
Ketergantungan masyarakat sekitar terhadap hutan sangat tinggi terutama untuk
9
kebutuhan sehari-hari seperti kayu bakar dan bahan bangunan. Hutan di wilayah ini
sebagian dikelola oleh negara dan sebagian dikelola oleh masyarakat sekitar. Hutan
yang dikelola oleh negara relatif terlindungi oleh aturan dan sanksi yang tegas
untukmencegah pengambilan kayu dari wilayah tersebut. Namun, di area hutan yang
dikelola oleh masyarakat, orang lebih leluasa menebang dan mengambil kayu.
Padahal hutan rakyat berada di lingkungan pemukiman masyarakat, akibatnya wilayah
pemukiman menjadi rawan bencana longsor.
Tingkat penggunaan kayu yang tinggi ini berkaitan langsung dengan sumber
utama energi rumah tangga. Dalam satu hari, setiap keluarga rata-rata menghabiskan
1 pikul kayu bakar, seberat 40 kg. Bila dihitung dalam sehari, maka Tlogopakis yang
memiliki lebih kurang 400 KK akan menghabiskan 16 ton kayu bakar. Konsumsi kayu
tersebut belum termasuk kayu yang dibutuhkan untuk pembangunan rumah dan alat-
alat yang lain.
Masyarakat desa Tlogopakis selain bekerja sebagai petani juga berprofesi
sebagai peternak sapi. Setiap KK rata-rata memelihara 3 ekor sapi. Kerja peternakan
ini memiliki potensi energi yang ternyata belum dimanfaatkan. Kotoran ternak hingga
sekarang baru sebatas untuk pupuk. Padahal apabila hal ini dapat dilakukan maka
setidaknya mampu mengurangi tingkat eksploitasi masyarakat Tlogopakis terhadap
lingkungan hutan disekitarnya.
Salah satu dusun di wilayah Tlogopakis bahkan mengalami keterasingan di
wilayah yang sudah terisolir. Untuk mencapai daerah tersebut diperlukan waktu sekitar
1.5 jam jika melalui jalan setapak dan 2 jam melalui jalan biasa. Hal ini karena jalan di
wilayah pegunungan cenderung memutar. Masalah ini masih ditambah dengan tidak
adanya jembatan yang merupakan sarana utama untuk menghubungkan dan
mendistribusikan barang. Daerah yang memiliki potensi pertanian aren ini seolah-olah
mengalami keterputusan akses terhadap dunia luar. Maka dari itu, pembuatan
jembatan juga sangat diperlukan dalam rangka memperlancar arus distribusi barang
hasil produksi masyarakat sekitar ke luar daerahnya.
Dari segi kebersihan lingkungan, masyarakat desa Tlogopakis masih kurang
begitu memperhatikan. Hal ini terlihat dari pola sanitasi yang masih memprihatinkan.
Tidak adanya tempat pembuangan sampah akhir, sistem saluran air yang semrawut,
lingkungan sekitar yang kurang terawat, bahkan warga belum memiliki kakus di rumah
masing-masing. Sehingga untuk kegiatan buang air besar masih dilakukan di sungai
atau di pinggir kolam ikan dengan kondisi tempat buang air besar yang masih sangat
sederhana.
10
Tentu saja hal ini berimbas pada kesehatan masyarakat. Misalnya terjadi
wabah penyakit gatal-gatal yang menyerang anak-anak. Imbas yang lain adalah
kualitas udara yang kurang baik. Kondisi ini diperparah dengan perilaku masyarakat
desa Tlogopakis yang masih kurang memperhatikan kesehatan badan. Misalnya saja
kebiasaan mereka yang hanya mandi sekali sehari, bahkan memotong kuku sekali
sebulan.
Sementara itu, kondisi pendidikan masyarakat desa Tlogopakis juga memiliki
permasalahan. Hal tersebut terkait dengan sarana prasarana yang masih minim.
Misalnya saja akses menuju sekolah yang cukup jauh, tenaga pengajar yang minim,
dan fasilitas penunjang yang masih kurang. Disisi lain, kurangnya kesadaran akan
pendidikan juga menjadi hal yang memperparah kondisi pendidikan disana.
Melihat permasalahan yang cukup kompleks tersebut, maka langkah-langkah
alternatif yang terintegrasi untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut kami rasa
harus dipersiapkan. Penyelesaian-penyelesaian tersebut menurut kami harus
didasarkan pada konsep-konsep berikut ini:
a. Mengurangi tekanan masyarakat terhadap lingkungan hutan.
b. Memperbesar potensi ekosistem dan ekonomi hutan.
c. Memperlancar arus kegiatan ekonomi masyarakat.
d. Mengembangkan pesan-pesan sosial akan arti penting hutan, dalam kaitannya
dengan relasi manusia dengan lingkungannya.
e. Mengembangkan pesan-pesan sosial akan arti penting kebersihan lingkungan,
kesehatan, dan pendidikan.
f. Peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan dan kebersihan
Masyarakat Desa Tlogopakis merupakan masyarakat yang secara langsung
berdampingan dengan ekosistem hutan. Posisi geografis yang menempatkan mereka
berada di tengah-tengah hutan telah membentuk konstruksi berfikir mereka menjadi
lebih adapatif terhadap pengelolaan sumber daya alam. Hal ini nampak dalam setiap
sisi kehidupan mereka dimana ada keterkaitan dengan keadaan tersebut mulai dari
politik, ekonomi dan sosial budaya.
E. TUJUAN
a. Melatih mahasiswa peka terhadap persoalan masyarakat dan belajar
bersamamasyarakat untuk membangun alternatif solusi bagi persoalantersebut.
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat Desa Tlogopakis, Petungkriyono akan
arti penting hutan, dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan.
11
c. Meningkatkan kesadaran masyarakat Desa Tlogopakis, Petungkriyono akan
arti penting kebersihan lingkungan, kesehatan diri, dan kesehatan masyarakat.
d. Meningkatkan kesadaran masyarakat Desa Tlogopakis, Petungkriyono akan
arti penting pendidikan.
Dengan adanya perubahan-perubahan seperti yang hendak dicapai pada
uraian diatas, manfaat yang dapat diperoleh masyarakat Desa Tlogopakis,
Petungkriyono adalah:
Mengoptimalkan pendayagunaan potensi alam dan sosial kemasyarakatan
desa Tlogopakis demi terwujudnya masyarakat yang makmur dan dapat hidup
berdampingan secara harmonis dengan alam.
12
mengusulkan program KKN Tematik dengan tema optimalisasi pendayagunaan
potensi lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dari tema tersebut
akan dibuat beberapa subtema yang secara taktis langsung dapat diterapkan di
masyarakat. Keanggotaan tim itu sendiri terdiri dari mashasiswa Jurusan Antropologi
Budaya, Komunikasi, Kehutanan, Peternakan, Petanian, serta Teknik Arsitektur.
Komposisi anggota dari tim ini akan disesuaikan dengan kebutuhan serta program
yang telah direncanakan. Keseimbangan komposisi anggota tim juga menjadi prioritas
utama. Mengenai jadwal kegiatan serta berbagai program yang akan dilaksanakan,
secara lebih detail dan sistematis dapat dilihat dalam lampiran.
13
Kabupaten Pekalongan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Sosial, dan Dinas
Kesehatan Kabupaten Pekalongan.
d. Membangun kerjasama dengan sponsor untuk menyokong pendanaan
operasional kegiatan.
e. Membangun hubungan kerjasama dengan LSM bidang terkait, misalnya LSM
Komuniti Forestri, serta pihak-pihak yang dapat membantu penyediaan sarana-
prasarana yang diperlukan.
f. Mempersiapkan tim KKN Desa Tlogopakis
g. Membagi tugas ke masing-masing anggota tim KKN
h. Menentukan jadwal kegiatan, dan alokasi anggaran.
i. Menjalin kedekatan, hubungan baik, dan kerjasama dengan masyarakat desa
Tlogopakis.
2. PELAKSANAAN
Kegiatan pemberdayaan akan dilaksanakan menggunakan metode
partisipatoris. Jadi, pelaksanaan program dilakukan dengan melibatkan masyarakat
setempat dan mahasiswa sebagai fasilitator. Untuk itu, diperlukan pendampingan
dalam setiap kegiatan agar dapat diketahui dinamika dari kegiata tersebut sehingga
dapat mewujudkan tujuan pemberdayaan. Adapun kegiatan yang kami rancang adalah
sebagai berikut:
No. Nama Bidang Program Volume Keterangan
(PF, PP, SB, KM) (JKEM)
1 Biogas 8x184=1472
2 Rehabilitasi hutan Rehabilitasi 4x184=736
dan persemaian hutan
tanaman Persemaian 4x184=736
tanaman
3 Pembuatan 8x184=1472
Jembatan
4 Pemberdayaan Penyebaran 3x184=552
potensi pertanian Bibit tanaman
obat
Penyuluhan 3x184=552
manfaat
tanaman obat
Total Volume kegiatan n x JKEM n = jumlah
mahasiswa
14
KEGIATAN UTAMA
Kegiatan utama dalam KKN ini ada 4, yaitu: rehabilitasi lahan dan
pemberdayaan potensi hutan yang akan dilakukan di dusun Karanggondang,
pembuatan unit pengolah biogas di dusun Tlogopakis, pembuatan jembatan di dusun
Sawangan, dan pendampingan kelompok kesenian di dusun Tlogopakis. Adapun
rincian kegiatan tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
15
c. Pembangunan Jembatan di Dusun Sawangan
Kegiatan yang bergerak dibidang prasarana fisik ini dilakukan di dusun
Sawangan. Kegiatan mencoba untuk memperlancar arus ekonomi warga desa
Tlogopakis dengan cara perbaikan akses sarana transportasi yang cukup penting,
yakni jembatan. Secara teknis, jembatan yang akan dibuat setiap panjang 5 meter dan
lebar 2,5 m yang dapat menahan beban hingga kapasitas 3 ton.
KEGIATAN PENDUKUNG:
Berikut adalah beberapa kegiatan pendukung yang kami miliki. Kegiatan-
kegiatan yang meskipun sebagai penunjang namun memiliki arti penting demi
mencapai tujuan dari tema yang kami usung.
16
b. Pemutaran film
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk kegiatan hiburan sekaligus edukasi
bagi warga. Tidak terbatas pada anak-anak dan remaja tetapi juga bagi orang-orang
dewasa. Pemutaran yang dilakukan dilaksanakan secara bervariasi. Yakni dengan
memutarkan film-film hiburan seperti Denias, Petualangan Sherina, Burning Season.
Diharapkan dengan pemutaran film ini dapat memberikan hiburan sekaligus sebagai
sarana edukasi pada masyarakat. Pemutaran film ini dilakukan pada malam hari setiap
malam minggu di salah satu rumah warga.
d. Kegiatan TPA
Untuk mengembangkan pola hidup bersih dan sehat, cara lain yang hendak
kami terapkan adalah dengan melakukan kegiatan kerohanian pada anak-anak melalui
cerita-cerita tauladan, menyanyikan lagu-lagu Islami, belajar membaca iqra dan Al-
Quran. Diharapkan cara ini menjadi alternatif lain sebagai bentuk penyadaran, dari
dalam. Tentu saja pelaksanaan kegiatan ini juga atas pertimbangan untuk
memaksimalkan potensi sosial yang telah mereka miliki, misalnya aktivitas kerohanian
sekaligus kesenian rohani yang cukup kental. Kegiatan ini dilakukan pada sore hari
setiap hari Senin, Rabu dan Jumat.
17
mempererat hubungan kekerabatan antar warga, sekaligus mempererat kedekatan
antara kami, tim KKN sebagai pendatang dengan warga setempat sebagai tuan rumah.
18
4. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM
Kegiatan Waktu Monitoring & Indikator Status Akhir Hasil
Evaluasi Keberhasilan Yang Pemantauan dan
Akan Diukur Keterangan
Rehabilitasi lahan 2 minggu sekali tiap Benih tumbuh
dan pemberdayaan hari sabtu dengan subur
potensi hutan
Pembuatan biogas 2 minggu sekali tiap Api menyala, pupuk
hari kamis sisa biogas dapat
dimanfaatkan
Pembangunan 2 minggu sekali tiap Jembatan berhasil
jembatan hari rabu dibangun dengan
baik
Pemberdayaan 2 minggu sekali tiap Kemampuan
potensi pertanian hari minggu masyarakat dalam
memanfaatkan
tanaman obat
bertambah
Kegiatan 2 minggu sekali tiap Partisipasi
pendukung hari selasa masyarakat yang
tinggi terhadap
kegiatan
pendukung yang
dilaksanakan
19
2. Waktu Pelaksanaan KKN PPM :
KKN ini dilaksanakan pada periode 1 Juli 1 September 2008, dengan jadwal kegiatan
sebagai berikut:
No Uraian Kegiatan Waktu
1. Persiapan
a. Survey dan Perijinan 3x pada bulan April-Juni (1 bulan 1x)
b. Rapat Tim 1 Minggu 1x (April-Juni) setiap hari
Jumat
2. Pelaksanaan
a. Pembangunan Jembatan Bulan Juli-Agustus
b. Pembuatan Biogas Bulan Juli-Agustus
c. Rehabilitasi hutan:
- Penyuluhan Bulan Juli-Agustus
- Penanaman bibit tanaman Bulan Juli-Agustus
- Persemaian Bulan Juli
d. Pendampingan Kelompok Bulan Juli-Agustus
Kesenian
Ketoprak
Tarian untuk anak-anak
Wayang kulit
Kidungan
e. Pendampingan Kelompok 1 minggu 6x
Belajar
f. Pengadaan Perpustakaan Minggu ke 3 bulan Juli
g. Pengadaan Mading Minggu ke 4 bulan Juli
h. Pemutaran Film 1 minggu 1x setiap malam minggu
i. Program kesehatan dan
kebersihan sehari-hari:
Mandi bersama untuk anak-anak Minggu ke 3 bulan Agustus
Pembuatan tempat sampah akhir Minggu ke 1 bulan Agustus
Penyuluhan kebersihan Minggu ke 4 bulan Juli
Minggu ke 1 bulan Agustus
Kerja bakti membersihkan desa
Minggu ke 1 bulan Agustus
Tamanisasi halaman rumah
Minggu ke 2 bulan Agustus
Perbaikan fasilitas MCK umum
Posyandu 2 minggu sekali
Demo memasak tanpa vetsin 2 minggu sekali
Penanaman tanaman apotek Minggu ke 4 bulan Juli
hidup
j. Kegiatan TPA 1 minggu 3x
k. Lomba 17an Agustus Minggu ke 2 dan 3 bulan Agustus
20
3. PEMBIAYAAN
Rencana Anggaran
No Uraian Kegiatan Volume Satuan Jumlah
Kegiatan (Rupiah)
1 Persiapan
a. Pembekalan - - 200.000
b. Diskusi dan - - 250.000
Persiapan
c. Survey dan Perijinan 5 300.000 1.500.000
d. Proposal 30 15.000 450.000
e. Surat 50.000
2 Pelaksanaan
a. Kesekretariatan 6 50.000 300.000
Kertas HVS 5 rim 30.000 150.000
Tinta print 4 25.000 100.000
b. Akomodasis dan konsumsi 63hari x 35 15.000 33.075.000
c. Transportasi
Bus Jogja-Karanganyar (PP) 1 4.000.000 4.000.000
Doplak Karanganyar-Tlogopakis
(PP) 10 400.000 4.000.000
d. P3K 4 25.000 100.000
e. Kegiatan
Kegiatan utama
Rehabilitasi hutan (lampiran 3) 5.149.000
Pembuatan biogas (lampiran 4) 3.089.800
Pembangunan jembatan 23.797.000
(lampiran 5)
Pemberdayaan potensi pertanian 7.113.000
(lampiran 6)
Kegiatan pendukung
Pendampingan kelompok belajar 4 50.000 200.000
Pengadaan perpustakaan 1 300.000 300.000
Pengadaan mading 1 150.000 150.000
Pemutaran film 4 50.000 200.000
Program kesehatan 4 100.000 400.000
Kegiatan TPA 4 50.000 200.000
Lomba Agustus-an 4 500.000 2.000.000
Pendampingan kesenian 1 1500.000 150.000
3 Monitoring dan Evaluasi
a. Kunjungan dan 2 250.000 500.000
Monitoring
b. Pelaksanaan dan 2 250.000 500.000
Evaluasi
4 Honorarium
a. Honorarium DPL 500.000
Jumlah 88.403.800
21
J. TIM PENGUSUL
Tim Intra-Program KKN
22
Tim Ekstra-Program KKN
No Nama Bidang Penugasan
1. Rangga Herdi Seno P Humas
2. Sanjaya Wibisono, Aditya Kurniawan Danus
3. Mufti Tri Marta, Wisnu Syarifudin C Transport
4. Yosaphat Ardila Renato, Jonathan Sintong Publikasi dan dokumentasi
5. Agung Wicaksono, Arnold Parsulian Operasional
6. Siti Zurinani, Paulina Rifiska Konsumsi
7. Ester Dwi Wulan Kesekretariatan
8. Febriana Ika Saputri A Bendahara
23
LAMPIRAN 1.
PETA LOKASI
24
LAMPIRAN 2.
BIODATA PENANGGUNG JAWAB / DPL
CURRICULUM VITAE
25
7. Pengalaman Penelitian:
26
9.Pengalaman profesional serta kedudukan saat ini:
Netherlands
27
12. IIAS, the Netherlands Research December
Fellow 2005 -
February
2006
13. Dept. of Anthropology, Researcher 2006
Cendrawasih University
University
28
8. Indebtedness and the Boat credit M.A. thesis. Graduate 1991
program. A case study of a small- School of Art and
scale fishermen in the northern Science. Ateneo de
coast of Java. Manila University
9. A Finite Sea. In PANTAS. Vol. V. No. 1991
1. Ateneo de Manila
University
10. Keserasian Sosial di Indonesia. Research report. 1992
Population Studies
Center, Gadjah Mada
University
11. Pembangunan Sumberdaya Alam article in Sistem 1992
Informasi Terbuka
Penunjang
Pembangunan
Berwawasan
Lingkungan. Jakarta:
Konphalindo
12. Kemacetan Kredit Usaha Tani. Article in Bernas Daily. 1992
November 2
13. Plintheng Pak Bupati. Article in Bernas Daily. 1992
November 17
14. Quo Vadis KKN UGM. Article in Bulaksumur 1993
Weekly
15. Perubahan di Rumah Panjang. Jakarta: Konphalindo 1994
16. Sebuah Ritus Bernama KKN. Article in Bernas Daily. 1994
May 17
17. Budaya Jalan Raya Kita. Article in Bernas Daily. 1994
May 31
18. Materialisme Dalam Antropologi In Bulletin Antropologi 1994
Vol. 18
19. Oh Salak Pondoh. Article in Bernas Daily. 1995
September 13
20. Kambing Hitam. Article in Bernas Daily. 1995
February 15
21. Konsisten Dong. Article in Bernas Daily. 1995
February 28
22. Demam Drop Out. Article in Bernas Daily. 1995
March 20
23. Paranormal. Article in Bernas Daily. 1995
March 29
24. Ihwal Moral Seksual. Article in Bernas Daily. 1995
April 24
25. Prostitusi. Article in Bernas Daily. 1995
May 3
26. Cermin. Article in Bernas Daily. 1995
May 19
27. Oknum. Article in Bernas Daily. 1995
June 10
28. Sebatang Pohon Skripsi. Article in Bernas Daily. 1995
December
29
29. Demokrasi Dalam Perspektif In Mohammad Najib et. 1996
Budaya Dayak. Al. (eds.) Demokrasi
Dalam Perspektif
Budaya Nusantara.
Jogjakarta: LKPSM
30. Kisah si Aswin dan Pak Jagawana. Article in Bernas Daily. 1996
February 9
31. Banjir. Article in Bernas Daily. 1996
February
32. Suap. Article in Bernas Daily. 1996
March 12
33. Rumah Panjang tak Lagi Terlihat. Jakarta: Konphalindo. 1996
Perubahan Agro-ekosistem di
Kalimantan Barat.
34. Ketika Nelayan Harus Sandar Jakarta: Konphalindo 1997
Dayung.
35. Subsidi Pupuk. Article in Bernas Daily. 1999
January 11
36. A Fragile Frontier: fishing in In Lembaran Sejarah 2000
Pekalongan during the ninetenth Vol. 4 no. 2
century.
37. Close to the Stone, Far from the PhD dissertation 2001
Throne. The story of a Javanese University of Amsterdam
fishing community.
The Blue Revolution. Another Jakarta: Konphalindo. 2001
Environmental Disaster in
Indonesia.
38. Pelestarian Keanekaragaman With Dyah Widuri in 2002
Hayati di Dafonsoro Utara. P.M. Laksono et.al.
(eds.) Potret Perjalanan
Pengorganisasian
Masyarakat. Jakarta:
Yayasan Kehati
39. Antropologi Ekonomi. With Sjafri Sairin and 2002
Bambang Hudayana.
Jogjakarta
40. Political Life among Indonesian In Masyarakat 2002
Fishermen. Indonesia. Vol 28. No. 2
41. Otonomi Daerah di Sektor Dalam Populasi. Vol. 13. 2002
Penangkapan Ikan. No. 2
42. Mac Donaldisasi atau Mac Article in Kedaulatan 2002
Meongisasi. Rakyat Daily, Feb. 6
43. Depletion of the Java Seas fish Paper Presented in 2002
stock, 1860s-1990s. EDEN Conference II.
Leiden: KITLV
44. Multi-stakeholders Resources Working paper. Jakarta: 2002
Management. DFID Multi-stakeholder
Forestry Programme
30
45. Negara Dalam Desa, Patronase Translation of Hans 2002
Kepemimpinan Lokal. Antlovs Exemplary
Centre, Administrative
Periphery. Rural
Leadership and the New
Order in Java.
Yogyakarta: Lappera
46. Petungkriyono: Mitos Wilayah In Tangan-Tangan 2002
Terisolir. Negara di Desa. Studi
kasus di Desa Yosorejo,
Kecamatan
Petungrkiyono,
Kabupaten Pekalongan.
Yogyakarta: Dept. of
Anthropology, Gadja
47. Analisis Data Dalam Penelitian Makalah Disampaikan 2002
Kualitatif: Beberapa Catatan Pada : Pelatihan
Penting. Metodologi Penelitian
Tingkat Lanjut Untuk
Dosen (Advanced
Research Methodology:
A Short Course).
Diselenggarakan
48. In the backyard of world capitalism. Research report, Faculty 2003
of Cultural Studies,
Gadjah Mada University
49. Multi-stake Holders in Indonesian Interim report, DFID, 2003
Forest Resource Management. Jakarta.
50. Close to the Stone, Far from the Jogjakarta: Benang 2004
Merah.
Throne. The story of a Javanese
fishing community, 1820s 1990s.
51. Drinking with the Devil. Plantation London: Routledge. (in 2006
press)
Community and World Capitalism
In Java, 1870s 2000s.
52. From Hunting Gathering to Research report. Dept.of 2006
Industrial Labour. Social Anthropology,Cenderaw
asih University.
transformation among Bintuni Bay
tribes in the early 21st century.
31
LAMPIRAN 3.
RANCANGAN DAN ANGGARAN DANA PEMBUATAN PERSEMAIAN
SEDERHANA
I. PENDAHULUAN
32
2. Pemilihan lokasi persemaian
Lokasi persemaian dipilih dengan mempertimbangkan 2 aspek penting, yaitu aspek
teknis dan aspek fisik.
Aspek Teknis, meliputi :
Letak lokasi persemaian
Assesibilitas jalan angkutan
Luas persemaian yang akan dibuat
Aspek Fisik, meliputi :
Ketersediaan sumber air
Kondisi tanah/media yang akan digunakan
Kelerengan
Aspek Ketenagakerjaan
3. Ketersediaan sarana dan prasarana pembuatan persemaian
Kebutuhan Bahan, meliputi :
Penyediaan benih bermutu
Penyediaan medium tumbuh (pasir, tanah, pupuk kandang)
Kantong plastik/ Container (polybag, pollytube, pottrays)
Peralatan dan tenaga kerja
Peralatan yang digunakan
Kantor, barak kerja, rumah jaga, sarana pengairan, jalan angkutan,
pagar, pengadaan naungan, sarana-sarana lain.
Tenaga kerja
Tenaga kerja yang dipakai adalah swadaya dari semua masyarakat
setempat dan beberapa tenaga profesional untuk pekerjaan tertentu
yang hanya bisa dilakukan oleh tenaga profesional.
33
Bedeng sapih, diberi atap dari paranet untuk menghindari terik matahari dan
hujan yang dapat menimbulkan kerusakan semai
Kantong plastik/ Container (polybag, polytube, pottrays)
Tanah yang baik untuk media sapih
Pemberian pupuk (TSP dan NPK)
Seng dan kertas untuk pembuatan label.
Fungisida dan Pestisida
Paranet untuk semai yang baru disapih
Bahan untuk pemagaran persemaian, yaitu bambu, kayu, paku, kawat
berduri, dan tanaman pagar.
2. Pelaksanaan
a. Persiapan Lapangan
Pengukuran batas persemaian yang jelas
Pembersihan lapangan dari semak dan rumput liar
Pengerjaan tanah yang baik sehingga permukaan tanah rata/datar
Pengaturan tempat, terutama bedeng tabur dan bedeng sapih
Pemagaran persemaian
Pembuatan bedeng tabur dan bedeng sapih
Pembuatan jalan angkutan dan pengawasan
Pembuatan/ pemasangan alat pengairan.
Pengisian kantong plastik/ polybag dengan media tumbuh yang telah
dicampur dengan pupuk organik ebagai medium sapihan.
b. Penaburan Benih
Penaburan benih yaitu menanam benih yang akan dipersiapkan/ telah melalui
perlakuan-perlakuan khusus dibedeng tabur. Benih yang akan disemaikan pada
KKN ini yaitu spesies yang termasuk jenis cepat tumbuh (fast growing spesies)
dan yang cocok tumbuh pada daerah Tlogopakis, Petungkriono ,antara lain :
34
Sengon (Paraserianthes falcataria)
Akasia (Acacia mangium)
Ekaliptus (Eucalyptus spp.)
Mahoni (Swietenia macrophylla)
Target awal bibit yang akan diproduksi sebanyak 4000 bibit. Terdiri dari 1000
bibit sengon, 1000 bibit akasia, 1000 bibit ekaliptus, dan 1000 bibit mahoni.
c. Penyapihan
Penyapihan adalah memindahkan bibit/ anak semai dari bedengan/ bak tabur
kemedium bedengan sapih/ polybag. Penyapihan dilakukan apabila semai
sudah berumur kurang lebih 4-6 bulan dan secara fisiologis maupun morfologis
sudah memenuhi syarat untuk ditanam dilapangan.
d. Pemeliharaan persemaian
Pemeliharaan persemaian dilakukan sejak benih ditabur sampai dengan semai
siap ditanam dilapangan. Meliputi kegiatan :
Penyiraman
Penyiangan
Pengendalian hama dan penyakit
35
8. Pupuk TSP 40 kg @ Rp 2.500,- Rp 100.000,-
9.Pupuk NPK 40 kg @ Rp 3.000,- Rp 120.000,-
10.Fungisida dan Pestisida Rp 200.000,-
11.Pengadaan sarana pengairan Rp 100.000,-
12.Alat-alat kerja (cangkul, sabit, dll) disediakan
13.Pembuatan pagar Rp 100.000,-
14.Pembuatan Label Rp 50.000,-
2
15.Paranet 60 m @ Rp 10.000,-
- 40 m2 untuk bedeng sapih Rp 400.000,-
- 20 m2 untuk bedeng tabur Rp 200.000,-
16.Sewa lahan untuk persemaian selama 6 bulan disediakan
17.Biaya tak terduga Rp 45.000,-
Total biaya Rp 3.600.000,-
36
Kebutuhan tanaman :
Jarak antar Tanaman : 12 m
Jumlah tanaman : 100 bibit
Jumlah sulaman : 20 bibit
Total jumlah bibit yang dibutuhkan : 100 + 20 = 120 bibit
x o
o x
x o
Sungai
o x
x o
Keterangan :
x : Tanaman mungur
o : Tanaman Kemiri
37
RANCANGAN ANGGARAN REHABILITASI LAHAN
38
LAMPIRAN 4.
RANCANGAN DAN ANGGARAN DANA PEMBUATAN BIOGAS
DIGESTER
Volume
Pasangan Bata
Bata (1:2)
Sisi panjang: 2m x 1m x 0,11m = 0,22m3 x 2 sisi = 0,44m3
Sisi lebar: (1 + 0,14 + 0,14)m x 1m x 0,11m = 0,14m3 x 2 sisi = 0,28m3
39
Alas: (2 + 0,14 + 0,14)m x (1 + 0,14 + 0,14)m x 0,05m = 0,15m3
Bak mixer
Bata (1:2)
Sisi panjang: (0,5 + 0,14 + 0,14)m x 0,2m x 0,11m = 0,017m3 x 2 sisi = 0,034m3
Sisi lebar : 0,5m x 0,2m x 0,11m = 0,011m3 x 2 sisi = 0,022m3
Alas : (0,5 + 0,14 + 0,14)m x (0,5 + 0,14 + 0,14)m x 0,05m = 0,03m3
Bak penampung
Bata (1:2)
Sisi panjang: (1 + 0,14 + 0,14)m x 0,5m x 0,11m = 0,07m3 x 2 sisi = 0,14m3
Sisi lebar : 1m x 0,5m x 0,11m = 0,055m3 x 2 sisi = 0,11m3
Alas : (1 + 0,14 + 0,14)m x (1 + 0,14 + 0,14)m x 0,05m = 0,82m3
PLESTERAN
Digester
Bagian dalam (1:2)
Sisi panjang: 2m x 1m = 2m3 x 2 (bolak-balik) x 2 sisi = 8m2
Sisi lebar : (1 + 0,14 + 0,14)m x 1m = 1,28m3 x 2 (bolak-balik) x 2 sisi
= 5,12m2
Alas: (2 + 0,14 + 0,14) x (1 + 0,14 + 0,14) = 2,92m2 x 2 (bolak-balik) =
5,84m2
Bak mixer
Bagian dalam (1:2)
Sisi lebar: 0,5 x 0,2m = 0,1 x 2 (bolak-balik) x 2 sisi = 0,4m2
Sisi panjang: (0,5 + 0,14 + 0,14) x 0,2 = 0,156 x 2 (bolak-balik) x 2 sisi =
0,62m2
Alas: (0,5 + 0,14 + 0,14)m x (0,5 + 0,14 + 0,14)m = 0,61m2 x 2 (bolak-
balik) = 1,22m2
40
Bagian luar (1:3)
Sisi panjang: (0,5 + 0,01 + 0,01)m x 0,2 x 2 sisi = 0,208m2
Sisi lebar: 0,5 x 0,2 x 2 sisi = 0,2m2
Alas: (0,5 + 0,01 + 0,01)m x (0,5 + 0,01 + 0,01)m = 0,27m2
Bak penampung
Bagian dalam (1:2)
Sisi panjang: (1 + 0,14 + 0,14) x 0,5m x 2 (bolak-balik) x 2 sisi = 2,56m2
Sisi lebar: 1 x 0,5 x 2 (bolak-balik) x 2 sisi = 2m2
Alas: (1 + 0,14 + 0,14) x (1 + 0,14 + 0,14) x 2 (bolak-balik) = 3,82m2
Bagian luar (1:3)
Sisi panjang: (1 + 0,01 + 0,01) x 0,5 x 2 sisi = 1,02m2
Sisi lebar: 1 x 0,5 x 2 sisi = 1m2
Alas: (1 + 0,01 + 0,01)m x (1 + 0,01 + 0,01)m = 1,04m2
41
PERHITUNGAN
1. Digester
Volume
Pasangan bata
Bata 1:2
Sisi panjang: 0,44m3 x 450 bata = 198 buah bata
0,44m3 x 5,3 sak semen = 2,3 sak semen
0,44m3 x 0,34m3 = 0,15m3 pasir
Sisi lebar: 0,28m3 x 450 bata = 126 buah batu bata
0,28m3 x 5,3 sak semen = 1,48 sak semen
0,28m3 x 0,34m3 pasir = 0,1m3 pasir
Alas: 0,15m3 x 450 bata = 68 buah bata
0,15m3 x 5,3 sak semen = 0,8 sak semen
0,15m3 x 0,34m3 pasir = 0,05m3 pasir
Bak mixer
Bata 1:2
Sisi panjang: 0,034m3 x 450 bata = 16 buah bata
0,034m3 x 5,3 sak semen = 0,18 sak semen
0,034m3 x 0,34m3 pasir = 0,01m3 pasir
Sisi lebar: 0,022m3 x 450 bata = 10 buah bata
0,022m3 x 5,3 sak semen = 0,12 sak semen
0,022m3 x 0,34m3 pasir = 0,007m3 pasir
Alas: 0,03m3 x 450 bata = 14 buah bata
0,03m3 x 5,3 sak semen = 0,16 sak semen
0,03m3 x 0,34m3 = 0,01m3 pasir
Bak penampung
Bata 1:2
Sisi panjang: 0,14m3 x 450 bata = 63 buah bata
0,14m3 x 5,3 sak semen = 0,74 sak semen
0,14m3 x 0,34m3 = 0,05m3 pasir
Sisi lebar: 0,11m3 x 450 bata = 50 buah bata
0,11m3 x 5,3 sak semen = 0,58 sak semen
0,11m3 x 0,34m3 pasir = 0,04m3 pasir
42
Alas: 0,82m3 x 450 bata = 37 buah bata
0,82m3 x 5,3 sak semen = 4,35 sak semen
0,82m3 x 0,34m3 pasir = 0,28m3 pasir
2. Plesteran
Digester
Bagian dalam (1:2)
Sisi panjang: 8m2 x 0,184 sak semen = 1,47 sak semen
8m2 x 0,0114 pasir = 0,09m3 pasir
Sisi lebar: 5,12m2 x 0,184 sak semen = 0,94 sak semen
5,12m2 x 0,0114 psir = 0,06m3 pasir
Alas: 5,84m2 x 0,184 sak semen = 1,07 sak semen
5,84m2 x 0,0114 pasir = 0,07m3 pasir
Bak Mixer
Bagian dalam (1:2)
Sisi lebar: 0,4m2 x 0,184 sak semen = 0,07 sak semen
0,4m2 x 0,0114 pasir = 0,005m3 pasir
Sisi panjang: 0,62m2 x 0,184 sak semen = 0,114 sak semen
0,62m2 x 0,0114 pasir = 0,007m3 pasir
Alas: 1,22m2 x 0,184 sak semen = 0,22 sak semen
1,22m2 x 0,0114 pasir = 0,014m3 pasir
43
0,2m2 x 0,013 pasir = 0,003m3 pasir
Alas: 0,27m2 x 0,14 sak semen = 0,04 sak semen
0,27m2 x 0,013 pasir = 0,004m3 pasir
Bak penampung
Bagian dalam (1:2)
Sisi panjang: 2,56m2 x 0,184 sak semen = 0,47 sak semen
2,56m2 x 0,0114 pasir = 0,03m3 pasir
Sisi lebar: 2m2 x 0,184 sak semen = 0,37 sak semen
2m2 x 0,0114 pasir = 0,02m3 pasir
Alas: 3,28m2 x 0,184 sak semen = 0,6 sak semen
3,28m2 x 0,0114 pasir = 0,04m3 pasir
44
Bahan Instalasi Saluran Gas
Pipa pralon d (2 x Rp. 15.000) Rp. 30.000,00
Tee songket, nepel dll Rp. 100.000,00
Lem plastic pralon (3 x Rp. 6000) Rp. 18.000,00
Kompor gas Bio (1 X Rp. ) Rp. ...
Slang plastik d 1 cm (2 x Rp. 15.000) Rp. 30.000,00
Slang plastik d 2,5 (2 x Rp 17.000) Rp. 34.000,00
3
Tabung penampung 0,5m (1 x Rp. 105.000) Rp. 105.000,00
Rp. 317.000,00
Alat-alat
Cetok (3 x Rp. 10.000) Rp. 30.000,00
Cangkul (3 x Rp 50.000) Rp. 150.000,00
Sekop (3 x Rp. 20.000) Rp. 60.000,00
Ember (6 x Rp. 10.000) Rp. 60.000,00
Ayakan Pasir (1 x Rp. 15.000) Rp. 15.000,00
Rp. 315.000,00
JUMLAH BIAYA YANG DIBUTUHKAN
Rp. 1.497.800,00 + Rp. 317.000,00 + Rp. 960.000,00 + Rp. 315.000,00
= Rp. 3.089.800,00
45
46
LAMPIRAN 5.
RANCANGAN DAN ANGGARAN DANA PEMBUATAN JEMBATAN
REKAPITULASI ANGGARAN DANA
47
48
49
50
51
52
53
54
55
LAMPIRAN 6.
RANCANGAN DAN ANGGARAN DANA PROGRAM PEMBERDAYAAN
POTENSI PERTANIAN
56
b. Alat dan Bahan
i. 80 bibit dengan 10 jenis tanaman
ii. Truk (Transportasi)
iii. Label
iv. Plester
c. Perkiraan Dana
Nama Tanaman Harga
Jahe Empri Rp 4,000.00
Sirih Rp 4,000.00
Kemangi Rp 4,000.00
Meniran Rp 4,000.00
Lavender 1 Rp 6,000.00
Laos Rp 4,000.00
Kunyit Rp 4,000.00
Kencur Rp 4,000.00
Keterangan:
Harga total tanaman obat : Rp. 42.000,-
Biaya untuk bibit setiap unit :
10 x Rp. 42.000,- = Rp 420.000.00,-
Biaya bibit untuk 4 unit KKN = Rp 1.680.000,-
Biaya kirim dan packing (Plaster+label) = Rp 500.000.,-
______________________________________________________
Total biaya bibit untuk 4 unit = Rp 2.180.000,-
57
obat. Tujuan dari penyuluhan ini adalah agar penduduk mengetahui manfaat
serta cara penggunaan tanaman obat yang mereka tanam, untuk selanjutnya
dapat digunakan untuk menjaga kesehatan dan stamina tubuh mereka ataupun
untuk melakukan pengobatan-pengobatan secara mandiri, untuk jenis-jenis
penyakit tertentu yang sering diderita penduduk,sehingga dapat mengurangi
biaya kesehatan.
Dalam program ini juga dibagikan Booklet yang berisi cara budidaya, manfaat
serta cara penggunaan tanaman obat. Sehingga informasi tentang semua
tanaman obat yang ditanam dapat diketahui oleh penduduk dengan jelas dan
menyeluruh.
a) Bagan Teknis Program
i. Pembuatan susunan acara
Acara penyuluhan ini kira-kira akan dilaksanakan pada minggu
3-4 KKN
ii. Konfirmasi acara dengan kepala dusun dan warga
iii. Pembagian booklet
Dilakukan pada saat penyuluhan dilakukan
b) Alat dan Bahan
iv. Bibit dari 8 jenis
v. Booklet
c) Perkiraan Dana
Biaya penyuluhan setiap unit:
Bibit A, B, C, D ( Sudah tercantum dalam biaya pengadaan bibit )
Manfaat (Presentasi langsung, tidak membutuhkan biaya)
Cara penggunaan tanaman obat ( Demo proses pengolahan, tiap
kel.tanaman diwakili oleh dua jenis tanaman obat yang sudah siap
olah)
Jahe Empri Rp 4,000.00
Sirih Rp 4,000.00
Lavender 1 Rp 6,000.00
Kumis kucing Rp 4,000.00
Kunyit Rp 4,000.00
Biaya @ unit = Rp. 22.000.00
___________________________________________________
Total biaya penyuluhan ke-4 unit = Rp. 88.000.00
58
===========================================================
59
b. Alat dan Bahan
i. Kayu reng
ii. Triplek
iii. Gergaji triplek
iv. Paku
v. Karton
vi. Pilox
c. Perkiraan Dana
Papan triplek (2 x 1,5 meter) 2 x Rp.40,000 Rp.80,000
Gergaji triplek Rp.50,000
Kayu reng (4 meter) 4 x Rp.15,000 Rp.60,000
Paku (0,5 ons) 5 x Rp.2,000 Rp.10,000
Pilox 5 x Rp.18,000 Rp.90,000
Karton Rp.10,000
Besi Baja 5 x Rp.100,000 Rp.500,000
Transportasi Rp.700,000
Subtotal Rp.1.500,000
60
Kertas 1 rim 1 x Rp.20,000 Rp.20,000
Tinta printer 2 x Rp.25,000 Rp.50,000
Fotokopi Kuisioner 25 hal x Rp.100 Rp.25,000
Transportasi Rp.250,000
Subtotal Rp.345,000
Total Biaya:
Program I = Rp.2.180.000,-
Program II = Rp.1.838.000,-
Program III = Rp.1.250.000,-
Program IV = Rp.1.500.000,-
Program V = Rp. 345.000,-
Rp. 7.113.000,-
61
LAMPIRAN 7.
DAFTAR PESERTA TIM KKN SEMESTER PENDEK DI DESA TLOGOPAKIS
KECAMATAN PETUNGKRIYONO KABUPATEN PEKALONGAN
62
LAMPIRAN 8. FOTO-FOTO KEADAAN TEMPAT (HASIL SURVEY)
63
Pemandangan di Balai Desa
64
Jalan Menuju Dusun Karanggondang yang Banyak yang Terjal
65
Kondisi Lingkungan Sekitar Dusun
Jalan Menuju Dusun Sawangan dimana Longsorannya Masih Belum Ditangani Warga
66
Tempat Membuat Jembatan, Mengganti Jembatan yang Sudah Goyang
67