Anda di halaman 1dari 35

COMMUNITY OUTREACH PROGRAM

LAPORAN HASIL KEGIATAN


DESA RUA, KECAMATAN
WANOKAKA,
KABUPATEN SUMBA BARAT

Oleh

Giovanni P.W. Teku 72120007 Kimia


Lukas Bili 41120058 Ilmu Pemerintahan

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA


KUPANG
2023
Peserta COP di Desa Rua
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Community Outreach Program merupakan program yang diinisiasi oleh
Universitas Kristen Petra untuk memenuhi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Terdiri dari
Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat; Tri Dharma Perguruan
Tinggi atau Tiga Pilar Perguruan Tinggi adalah wajib bagi semua perguruan tinggi di
Indonesia.
Melalui COP, mahasiswa akan melakukan penelitian; mengamati,
menganalisis, dan menyusun data; tentang situasi dan kondisi di lokasi COP.
Kemudian, mahasiswa akan berusaha mewaspadai permasalahan yang dialami warga
sekitar dan berusaha menyelesaikan permasalahan tersebut berdasarkan bidang studinya
masing-masing. Selain itu, mahasiswa diminta untuk mewujudkan potensi dirinya di
lokasi COP, untuk membantu masyarakat setempat meningkatkan taraf hidupnya.
COP adalah program pembelajaran layanan internasional tahunan. Pembelajaran
layanan itu sendiri adalah suatu bentuk pendidikan berdasarkan pengalaman di mana
peserta terlibat dalam kegiatan yang memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat
bersama dengan peluang terstruktur yang sengaja dirancang untuk mendorong
pembelajaran dan perkembangan mereka (Jacoby, 1996). Jacoby juga menjelaskan
bahwa maksud dari KKN bukan hanya kegiatan yang mengubah penerimanya tetapi
juga penyedia atau pemberi layanannya. COP mendukung visi Universitas Kristen Petra
yang mendorong mahasiswa untuk menerapkan ilmunya yang didedikasikan untuk
masyarakat.

1.2 Sejarah COP


Pada bulan Maret 1978, sebagai anggota Perguruan Tinggi Swasta, Kopertis
Wilayah VII, UK Petra menyelenggarakan KKN pertamanya di Sumberrejo, Wlingi
Blitar. Ini merupakan KKN pertama yang diselenggarakan. Setahun kemudian
mahasiswa pecinta alam yang dipimpin oleh Ir. Yuda Endro Wicaksono (Pembantu
Rektor III), Drs. Lukas Musianto (Kepala Lembaga Penelitian dan Penjangkauan
Masyarakat) dan dr. Loekman Ichsan (dokter di UK Petra) kembali mengadakan KKN
di desa Ranupane di kaki Gunung Semeru.
Pada tahun 1980 hingga tahun 1985, Kopertis Wilayah VII menyelenggarakan
KKN tahunan yang mana Drs. Lukas Musianto (LPM UK Petra) berpartisipasi sebagai
anggota Panitia Lokal Pelayanan Masyarakat Kota, Industri dan Desa – PMKD (Komite
Pelayanan Masyarakat Daerah Industri Kota dan Desa), yang merupakan cabang dari
PMKD pusat. KKN saat itu dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Oktober 1982.
Pesertanya adalah mahasiswa Fakultas Arsitektur Kecamatan Kemangi, Gedeg, dan
Dawar Blandong, Mojokerto. Tema KKN kali ini adalah Taman Pekarangan. Setelah
tidak dilaksanakan selama empat tahun, pada tahun 1989, KKN diselenggarakan di
Mojokerto oleh Bapak Lukas Musianto, Dekan Fakultas Ekonomi pada waktu itu,
dengan sasaran mahasiswa Ilmu Ekonomi sampai dengan tahun 1994.
Pada tahun 1995/1996, KKN diubah namanya menjadi Community Outreach
Program (COP) dan dikelola oleh LPPM. Saat itu, Dr. Rahardjo Tirtoadmodjo menjabat
sebagai Kepala LPPM sedangkan Drs. Pietra Widiadi adalah Ketua Pengabdian
Masyarakat. KKN berganti nama menjadi Community Outreach Program (COP) karena
pada tahun tersebut Dongseo University (Korea Selatan) mengikuti program tersebut
sehingga menjadi internasional. Kerja sama kedua lembaga ini terjadi berkat kerja sama
sister city Surabaya dan Busan.
Pada tahun 1996 hingga 2003, UK Petra bermitra dengan pemerintah Magetan
untuk menyelenggarakan COP di Magetan, yang diikuti oleh mahasiswa Universitas
Dongseo – Korea Selatan, Universitas Inholland – Belanda, Universitas Baptis Hong
Kong – Hong Kong. Pada tahun 2004, COP dilaksanakan di Kediri dengan peserta yang
lebih banyak. Hingga tahun 2008, delapan universitas dari lima negara telah
berpartisipasi dalam COP, yaitu Dongseo University (DSU) – Korea Selatan,
INHOLLAND University – Belanda, Hong Kong Baptist University (HKBU) – Hong
Kong, Chinese University of Hong Kong (CUHK) – Hong Kong, Universitas Politeknik
Hong Kong, Universitas Kristen Internasional (ICU) – Jepang, Universitas St. Andrew
– Jepang, dan Universitas Soochow – Taiwan.
Pada tahun 2007, UK Petra menerapkan Service-Learning to Community
Outreach Program (COP). Sebagai International Service-Learning, COP diharapkan
tidak hanya menjadi pengabdian masyarakat saja, namun juga tidak sekedar pengabdian
masyarakat, namun juga merupakan proses pembelajaran dua arah. Siswa dapat
menerapkan ilmunya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan dapat belajar dari
masyarakat. Mereka juga harus menulis laporan yang mencerminkan pengalaman ini.
Pada tahun 2008, COP dipilih oleh Menteri Pendidikan RI sebagai percontohan KKN
yang dilaksanakan secara internasional. Dan pada tahun 2009, LPPM mendapatkan
hibah dari United Board for Christian Higher Education in Asia (UBCHEA) untuk
menyelenggarakan International Service-Learning. (“Program Penjangkauan
Komunitas”, n.d)
Sejak tahun 2013, COP rutin menjadikan Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara
Timur sebagai salah satu lokasinya. Pada tahun 2019, COP bekerjasama dengan
Universitas Katolik Widya Mandira dan Pemerintah Kabupaten Kupang untuk
pelaksanaan COP pada tanggal 25 Juli-8 Agustus 2019. Penjelasan lebih lanjut
mengenai NTT dan Kabupaten Kupang akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.

1.3 Visi dan Misi


Visi program ini adalah: untuk memfasilitasi pembelajaran, pertumbuhan
pribadi, dan pemahaman budaya melalui partisipasi aktif dalam layanan terorganisir
yang dilakukan berdasarkan survei dan analisis terhadap kebutuhan komunitas untuk
membantu menumbuhkan tanggung jawab sipil. Program ini menggabungkan
kurikulum akademik dan pengabdian masyarakat.
Misi dari program ini adalah:
- Untuk membantu mahasiswa memahami bahwa pendidikan tinggi
bukanlah suatu institusi yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat,
yang misinya adalah menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
dalam kehidupan nyata.
- Memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa dengan
menempatkan mereka di komunitas – dimana COP berada, untuk
membantu memecahkan permasalahan pembangunan lokal.
- Meningkatkan kapasitas intelektual mahasiswa dalam melakukan
penelitian, analisis dan pemecahan masalah ilmiah dalam membangun
masyarakat yang dinamis.
- Memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk menjadi
komunikator yang mumpuni dalam berbagai tingkatan sosial dan latar
belakang budaya.
Dengan visi dan misi kami diatas, kami mempunyai beberapa tujuan melalui
program ini :
- Untuk meningkatkan pembelajaran siswa dengan menggabungkan teori
dengan pengalaman dan pemikiran dengan tindakan, sehingga mereka
dapat melihat relevansi mata pelajaran akademik dengan dunia nyata.
- Mengembangkan lingkungan partisipasi yang saling menghormati antara
mahasiswa, fakultas, dan masyarakat.
- Untuk membawa mahasiswa ke dalam realitas kekurangan masyarakat
dan memberdayakan mereka untuk menemukan solusi atas hal tersebut.
- Untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan kewarganegaraan dan
kewarganegaraan mahasiswa.
- Untuk memberikan pengalaman lintas budaya bagi mahasiswa.
- Agar mahasiswa siap dalam berkarir/melanjutkan pendidikannya.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


• Waktu Pelaksanaan : 13 Juli – 3 Agustus 2023
• Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan COP Sumba 2023 di Kabupaten Sumba Barat akan berlangsung di
tiga desa :
a) Desa Patialabawa, Kecamatan Lamboya
b) Desa Weihura, Kecamatan Wanokaka
c) Desa Rua, Kecamatan Wanokaka
1.5 Target Peserta
Target peserta COP Sumba tahun 2023 adalah 76 orang mahasiswa dari 5
universitas dalam
dan luar negeri. Berikut adalah rekapan data jumlah peserta COP :
Univ. Kristen Petra, Surabaya, Indonesia 28 orang
Univ. Kristen Wira Wacana, Sumba, Indonesia 33 orang
Univ. Katolik Widya Mandira, Kupang, Indonesia 10 orang
Fu Jen Catholic University of Taiwan 2 orang
Hong Kong University of Science and Technology 3 orang
Seluruh peserta akan dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mengerjakan
beberapa program, dengan masing – masing kelompok didampingi oleh Dosen
Pembimbing Lapangan (DPL.

1.6 Susunan Panitia


Steering Committee:
1. Drs. Rodriques Servatius, M.Si (UNWIRA Kupang)
2. Dr. Yusita Kusumarini, S.Sn., M.Ds. (UK Petra)
3. Dr.Ir. Lintu Tulistyantoro, M.Ds. (UK Petra)
4. Firat Meiyasa, S.P., M. Si (UNKRISWINA Sumba Timur)
Organizing Committee:
Ketua : Denny Haryanto, S.T
Wakil Ketua : Yonce M Killa, S.P., M.P
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI

2.1 Nusa Tenggara Timur (NTT)


Nusa Tenggara Timur merupakan sebuah wilayah di Indonesia yang berbentuk
kepulauan. Terdapat total 556 pulau di kawasan ini, beberapa di antaranya belum
memiliki nama. Di antara pulau-pulau yang sudah memiliki nama, ada empat pulau
besar bernama Flores, Sumba, Timor, dan Alor . Sumba akan menjadi lokasinya tahun
ini. Keempat pulau tersebut biasa disingkat FLOBAMORA (Pieknik.com, nd).
Kepulauan NTT terletak antara 80° dan 120° Lintang Selatan, serta 1180° dan 1250°
Bujur Timur. NTT mempunyai batas administratif yaitu (Superuser, 2019):

● Bagian Utara berbatasan dengan Laut Florida;


● Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia dan Negara Bagian
Australia;
● Sebelah Timur berbatasan dengan Republik Demokratik Timor Leste ;
● Sebelah barat berbatasan dengan Selat Sape di Provinsi Nusa Tenggara
Barat.

Provinsi ini mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Musim kemarau terjadi pada bulan Juni–September akibat angin yang berasal dari
Australia yang tidak banyak mengandung uap air. Sedangkan musim hujan berlangsung
pada bulan Desember hingga Maret. Arus angin pada musim hujan berasal dari Asia
dan Samudera Pasifik sehingga mempunyai banyak uap air sehingga memungkinkan
terjadinya hujan (Superuser, 2019).

Namun, seiring perubahan cuaca di seluruh dunia, musim hujan dan kemarau
menjadi semakin tidak menentu. Mengingat NTT sangat dekat dengan Australia, maka
lebih banyak ditemukan angin yang sedikit mengandung uap air. Hal ini mengakibatkan
curah hujan sedikit sehingga sebagian besar wilayah di NTT kering (Superuser, 2019).
Namun banyak pulau yang bisa dijadikan kawasan wisata menarik di sekitar NTT, yang
paling menonjol adalah Pulau Komodo.

2.2 Sumba Barat

Kabupaten Sumba Barat adalah sebuah kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara


Timur, Indonesia. Didirikan pada tahun 1958, kabupaten ini mengalami pengurangan
signifikan pada tahun 2007 dengan terbentuknya kabupaten-kabupaten baru di Pulau
Sumba. Luas wilayahnya kini 737,42 km 2 , dan jumlah penduduknya 111.993 jiwa pada
Sensus 2010 dan 145.097 jiwa pada Sensus 2020. Ia berkedudukan (ibukota) di
Waikabubak .

Berdasarkan letak geografisnya, Kabupaten Sumba Barat mempunyai batas


wilayah sebagai berikut: Utara - Selat Sumba, Selatan - Samudera Indonesia, Barat -
Kabupaten Sumba Barat Daya , dan Timur - Sumba Tengah. Kabupaten Sumba Barat
memiliki 6 kecamatan: Lamboya , Wanokaka , Laboya Barat, Loli , Kota Waikabubak ,
dan Tana Righu .
sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Sumba

Catatan/Catatan:

1. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017


tanggal 29 Desember 2017/Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 137 Tahun 2017, tanggal 29 Desember 2017
2. Berdasarkan informasi Kementerian Dalam Negeri, 2019/Berdasarkan
informasi Kementerian Dalam Negeri, 2019
3. Data luas wilayah masih menggunakan batas indikatif
4. Sumber/Sumber: Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Kabupaten
Sumba Barat Berdasarkan web big.go.id

Seperti daerah lain di Indonesia, Kabupaten Sumba Barat dan Provinsi NTT
hanya mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada bulan Juni
sampai September, aliran angin datang dari Australia yang sedikit mengandung uap air
sehingga menyebabkan terjadinya musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember
sampai Maret, aliran angin mengandung banyak uap air yang berasal dari Asia dan
Samudera Pasifik sehingga menyebabkan terjadinya musim hujan. Kondisi ini berubah-
ubah selama setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April-Mei dan
Oktober-November. Namun demikian, karena Sumba Barat dan NTT umumnya terletak
tidak jauh dari Australia, sebagian besar aliran angin berasal dari Asia dan Samudera
Pasifik , yang telah hilang setelah mencapai wilayah Sumba Barat. Hal ini menjadikan
Sumba Barat mempunyai wilayah kering yang relatif basah pada 4 bulan (Januari
hingga April dan Desember), dan 8 bulan sisanya kering.

Wilayah ini agak kering. Salah satu masalah utama bagi masyarakat yang
tinggal di daerah pedesaan di provinsi ini adalah seringnya kekurangan air. Meskipun
terdapat pasokan air lokal dari sumur dan mata air, air dari sumber-sumber ini sering
kali menjadi langka selama musim kemarau yang panjang. Di beberapa desa, organisasi
non-pemerintah lokal, beberapa dengan bantuan internasional, mendukung proyek-
proyek kecil untuk meningkatkan pasokan air desa.

2.3 Desa Rua , Kecamatan Wanokaka , Kabupaten Sumba Barat


Catatan/Catatan:1 Termasuk Unit Permukiman Transmigrasi (UPT)/Sertakan
Unit Permukiman Transmigrasi Sumber/Sumber: Kegiatan Update Kerangka
Geospasial ST2023, Kondisi 2022 Semester 1
2.4 Sekilas Potensi dan Permasalahan Desa
Berbasis di dekat Nihi Resort, salah satu resor paling terkenal dan indah di
dunia, desa ini mampu menarik lebih banyak perhatian wisatawan dan juga dapat
meningkatkan daya tarik wisata mereka, sehingga dalam waktu dekat wisatawan dapat
mengunjungi objek wisata unik Rua .

Kegiatan pariwisata di Desa Rua masih sangat terbelakang. Fasilitas umum


seperti toilet, signage dan lain-lain merupakan hal yang perlu diperhatikan. Hal ini
dimaksudkan agar warga lokal maupun mancanegara tidak menganggap remeh
keberadaan Pantai Rua . Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk bekerjasama
dengan warga sekitar ( warga Desa Rua ) dalam memajukan dan mengembangkan Desa
Rua . Selain pembangunan desa, kegiatan ekonomi juga harus dikembangkan,
khususnya di bidang perikanan.

2.5 Potensi Desa

a. Sumber daya alam


 Pantai Rua

Rua merupakan salah satu sumber daya alam ini Desa Rua . Pantai Rua
menyuguhkan panorama pasir putih yang dikelilingi budaya di desa-desa sekitar
pantai. Masyarakat yang tinggal di sekitar Pantai Rua mempunyai mata
pencaharian sebagai nelayan.

Pantai ini letaknya tidak jauh dari pusat kota sehingga bisa menjadi pilihan
bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam yang masih alami. Pantai ini
memiliki hamparan batu karang di tepi pantainya yang terangkat ke permukaan. Itu
sebabnya kami mempunyai impian besar di pantai Rua . Dengan adanya program
dan kegiatan ini, kami berharap Pantai Rua dapat berkembang dan menjadi daya
tarik wisata.

b. Sumber daya manusia


 Pertanian
Mayoritas penduduk Desa Rua bekerja pada sektor pertanian seperti
bercocok tanam padi, jagung, kacang hijau, kacang tanah, dan singkong. Mereka
juga terampil menanam sayuran seperti kangkung, bayam, dan lain-lain.

 Peternakan
Populasi sapi terbesar di Kabupaten Sumba Barat adalah kerbau dengan
jumlah ternak sebanyak 12.358 ekor pada tahun 2021. Selain kerbau, babi juga
merupakan hewan ternak terkenal asal Sumba Barat dengan populasi 5.004 ekor
pada tahun 2021.

Selain sektor pertanian, peternakan juga menjadi kegiatan utama di Desa


Rua . Warga di Desa Rua beternak hewan seperti sapi, kerbau, babi, kambing, dan
ayam. Mereka juga terampil mengolah hasil peternakan seperti daging, susu, dan
telur.

 Kerajinan
Warga Desa Rua juga mempunyai keahlian dalam membuat kerajinan
tangan seperti anyaman tikar bambu dan tas dari daun pandan. Produk kerajinan
tangan Desa Rua mempunyai nilai jual yang tinggi dan dapat dijual ke luar
daerah.

 Perikanan
Produksi perikanan tangkap laut pada tahun 2021 mencapai 3.018 ton
dengan nilai produksi sekitar 150.900 juta rupiah pada tahun 2021.
c. Fasilitas
Kurangnya fasilitas yang mendukung aktivitas masyarakat. Di wilayah
pesisir, belum ada toilet yang dibangun. Di sana diketahui telah dibangun toilet
umum, namun tidak digunakan lagi karena satu dan lain hal. Melihat potensi wisata
disana, dimana Pantai Rua menjadi objek wisata yang sering dikunjungi oleh
wisatawan dan masyarakat desa untuk menangkap ikan, maka kami berencana untuk
membangun toilet umum di area sekitar pantai sehingga dapat menjawab kebutuhan
masyarakat dan wisatawan.

d. Budaya
Rumah-rumah di Desa Rua merupakan rumah adat yang atapnya terbuat dari
jerami. Seluruh warga Rua terlibat dalam pembuatan atap. Dengan budaya gotong
royong ini , beban biaya dan tenaga yang besar untuk membuat rumah adat dapat
teratasi karena semua orang berusaha untuk mengambil bagian dalam proses
pembangunannya.

e. Pemerintah
Pemerintahan Sumba khususnya wilayah Sumba Barat saat ini masih
dipimpin oleh kabupaten dan juga terdiri dari kepala daerah, dewan perwakilan, dan
juga camat setempat yang masih ada hingga saat ini. Dan mereka memilih
kepemimpinannya, misalnya ingin mencari kepemimpinan kepala desa baru melalui
pemilihan yang diadakan oleh masyarakat setempat

f. Keuangan
Dengan mayoritas penduduk desa Rua yang bermata pencaharian sebagai
petani dan nelayan, kondisi perekonomian tidak begitu baik. Dan juga karena
rendahnya tingkat pendidikan, banyak penduduk desa yang tidak mampu
menghasilkan banyak uang. Keindahan alam desa Rua juga kurang terpromosikan
dengan baik sehingga banyak wisatawan yang tidak sampai kesini.
g. Kebijakan
Kebijakan yang digunakan di desa Sumba Barat sangat baik, bahkan
seseorang yang ingin mengusulkan atau mencalonkan dirinya harus bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan juga pimpinan daerah dibantu oleh APBD untuk
melakukan kebijakan umum mengatur dana yang diberikan kepada pemerintah
pusat. Dengan demikian dana yang diberikan pemerintah untuk masyarakat Sumba
khususnya wilayah barat dikelola dengan baik guna mempercepat kesejahteraan
masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan.

h. Masalah kesehatan
Catatan/Catatan:
1 Desa pada tabel ini termasuk Unit Permukiman (UPT) Transmigrasi yang masih dibina oleh kementerian terkait
dan nagari di Provinsi/Desa Sumatera Barat pada tabel ini termasuk Unit Permukiman Transmigrasi yang masih
dibina oleh kementerian terkait dan nagari di Provinsi Sumatera Barat
Sumber/Sumber : BPS, Pendataan Potensi Desa ( Podes )/BPS, Pendataan Potensi Desa
i. Pendidikan
Rua mayoritas hanya berpendidikan SD kelas 3. Pemahaman dasar akademisnya
kurang. Pendidikan akademis tidak cukup dihargai di sini, karena mereka merasa tidak
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak tidak bersekolah secara konsisten,
atau bahkan bersekolah sama sekali.
● Potensi yang meningkatkan

● Permasalahan: Meskipun terjadi peningkatan jumlah sekolah dan guru, namun terjadi
penurunan jumlah siswa. Mengapa mereka tidak bersekolah?

Catatan/Catatan:
1 Jumlah guru termasuk kepala sekolah dan guru, serta personel lainnya.
Sumber/Sumber : Kemendikbudristek, Data Semester Ganji /Kemendikbud,
Ristek, Data laporan semester ganjil
Sumber : BPS, Survei sosial Ekonomi Nasional ( Susenas )/ BPS, Survei Sosial Ekonomi Nasional
BAB III
PELAKSANAAN DAN HASIL-HASILNYA

3.1 Pelaksanaan Program


 Signage / penunjuk arah
Rambu dan petunjuk arah akan dibuat dari papan kayu dan pipa ( paralon pipa ) . Itu
akan dicat menggunakan cat pirus dan oranye.

Desain ini sederhana namun serbaguna. Tahan terhadap angin, dan penempatan
rambu tidak dibatasi – dapat ditempatkan menunjuk ke segala arah, cocok untuk area
terbuka di desa Rua .
 Toilet umum
Toilet umum memainkan peran penting dalam menjamin kesehatan dan sanitasi
masyarakat dengan menyediakan fasilitas yang bersih dan mudah diakses bagi
masyarakat untuk buang air. Tujuan utama dari toilet umum adalah untuk menyediakan
ruang yang aman, higienis, dan nyaman bagi individu untuk menggunakan fasilitas toilet
ketika jauh dari rumah. Toilet umum juga berkontribusi terhadap keadilan sosial dengan
memastikan bahwa akses terhadap sanitasi tersedia bagi semua orang, tanpa memandang
status sosial ekonomi atau lokasi.

Toilet umum sering kali menghadapi tantangan terkait dengan cacat desain,
pemeliharaan yang tidak memadai, dan masalah kebersihan, yang dapat berdampak
negatif terhadap pengalaman pengguna dan standar kebersihan. Menjaga kebersihan dan
praktik kebersihan yang tepat di toilet umum dapat menjadi tantangan karena
penggunaan yang berlebihan, sumber daya yang terbatas, dan fasilitas cuci tangan dan
pembuangan limbah yang tidak memadai.
 Tempat Panggangan
Area pertama yang akan dibangun adalah area pasar. Setelah berdiskusi dengan
kepala desa, rencana pembangunan pasar tersebut tidak bisa terlaksana karena tempat
yang ingin kami bangun berada di jalan milik negara. Yang kami takutkan adalah jalan
tersebut akan diperlebar oleh pemerintah, sehingga pasar yang kami bangun otomatis
akan digusur oleh pemerintah. Maka kami mengubahnya dengan membangun tempat
pemanggang ikan di kawasan pantai.

 Workshop Stunting
Lokakarya bagi warga desa untuk mengedukasi masyarakat tentang cara membuat
makanan bergizi dengan protein dan vitamin yang baik untuk mencegah stunting. Kami
mengajari warga desa resep dan cara memasak ubi ungu isi coklat leleh serta bakso ikan
dengan bahan-bahan yang mudah didapat dan harga terjangkau.

 Pendidikan sekolah.
Tingkat pendidikan anak di sana masih rendah dibandingkan tempat lain. Jadi kami
ingin membantu meningkatkan kualitas pendidikan mereka.

3.2 Hasil Kegiatan


1. Membuat Toilet
 Pengerjaan pembuatan toilet dilakukan di Pantai Rua . Proyek pembangunan toilet
berlangsung dari 17 Juli hingga 28 Juli 2023. Perkiraan durasi awal kami adalah 7
hari. Namun setelah melalui beberapa kendala, pekerjaan pembuatan toilet ini kami
selesaikan dalam waktu 10 hari. Jumlah bilik toilet yang kami bangun adalah 2
(bilik pertama untuk toilet, dan bilik kedua untuk ruang ganti/bilas).
 Masyarakat yang terlibat dalam proyek ini adalah masyarakat sekitar pantai, warga
Praikalogo , dan warga Gaitena . Warga membantu kami meminjamkan alat-alat
bangunan. Selain itu, kepala desa juga dilibatkan dalam proyek ini. Kami sangat
berharap kepala desa terlibat dalam proyek ini. Namun keinginan kita terkadang
menimbulkan kesalahpahaman antara anggota kelompok dan dirinya. Kami juga
melibatkan pekerja dari desa lain.
 Kendala yang kami hadapi antara lain sebagai berikut:
o Pekerjaan tertunda. Hal ini disebabkan adanya keraguan terhadap
pembangunan toilet di atas pasir pantai. Jika proyek berjalan sesuai
jadwal, kami bisa mengerjakannya pada 15 Juli 2023. Namun karena
keraguan tersebut, kami harus berdiskusi lagi dengan kepala desa dan
mengecek langsung lokasi pembangunan toilet.
o Sumber air sangat jauh. Anggota kelompok harus mengambil air dari
sungai dan mata air yang berjarak 1-2 km dari lokasi pembangunan toilet.
o Ketersediaan listrik. Kami harus meminjam generator untuk bisa
mengebor dan memotong dengan penggiling.
o Materi tidak lengkap. Hal ini bisa terjadi karena kebutuhan pembangunan
tidak tertulis secara lengkap. Dampak dari kelalaian tersebut adalah
pekerjaan yang seharusnya segera diselesaikan malah menjadi sedikit
tertunda karena harus dibeli terlebih dahulu.
o Pekerjaan para pembangun sangat lambat. Dengan bantuan tukang dan
seluruh anggota kelompok, seharusnya pekerjaan toilet selesai dalam
waktu 7 hari. Namun para tukang batu bekerja sangat lambat, jadi kami
menyelesaikan proyek tersebut dalam 10 hari.
o Dinding runtuh. Selain lambatnya pengerjaan dari tukang, tembok depan
yang kami buat pun roboh. Hal ini dikarenakan angin cukup kencang
sehingga pengerjaan dinding depan kami selesaikan keesokan harinya.

 Pembuatan toilet ini sangat bermanfaat bagi warga di Desa Rua khususnya pengunjung
Pantai Rua . Toilet ini bisa digunakan untuk mandi, berganti pakaian, buang air kecil,
dan buang air besar. Warga yang menyelesaikan proyek pembangunan toilet
memberikan respon yang sangat baik. Selain itu, mereka memberi kami dorongan dan
mengapresiasi kami karena telah bekerja keras dalam pengembangan ini.
 Hikmah yang dapat kita ambil dari pembangunan toilet tersebut adalah sebagai berikut:
o Kita bisa belajar menghemat air karena ketika kita menjalankan proyek
ini, kita harus bekerja keras untuk mendapatkan air.
o Kita bisa belajar bahwa kerja keras dan waktu yang kita habiskan tidak
akan sia-sia jika apa yang kita lakukan bisa memberikan dampak positif
bagi lingkungan sekitar kita.

Pembuatan pondasi Proses anyaman kolom dan sloof


Pembangunan septic tank Pemasangan sloof dan pembuatan dinding kolom

Pemasangan pintu dan dinding Proses plesteran

Pemasangan atap
Hasil akhir pembangunan toilet

2. Tempat Panggangan
 Pekerjaan dimulai pada tanggal 18 Juli dimana besi yang digunakan sebagai
pemanggang dilas terlebih dahulu sesuai keinginan dan selesai pada tanggal
19 Juli dimana bagian bawahnya dicor agar tidak terangkat, dilanjutkan
dengan menaikkan permukaan sedikit agar jarak antara api dan ikan.
jaraknya tidak terlalu jauh sehingga ikan lebih mudah cepat gosong.

3. Workshop Stunting
 Kegiatan workshop stunting dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2023
bertempat di kantor kepala desa Rua .
 Kami membuat ubi ungu isi coklat leleh dan bakso ikan, 2 resep makanan
yang mudah dibuat dengan bahan-bahan sederhana yang mudah dibeli dan
terjangkau.
 Kami menggunakan alat memasak yang kami beli dan juga dipinjam dari
kepala desa untuk membantu pembuatan makanan tersebut.
 Bahan-bahan yang kami gunakan untuk membuat coklat leleh isi ubi ungu
antara lain, ubi ungu, tepung panir, tepung terigu, tepung maizena, minyak
goreng, coklat, garam, merica, ketumbar, dan masako sesuai selera .
Sedangkan untuk bakso ikannya, bahannya antara lain, bawang putih,
bawang merah, telur, tepung tapioka, 1 buah ikan tuna, serta garam, merica,
ketumbar, dan masako sesuai selera.
 Workshop stunting kami bertujuan untuk memberikan edukasi kepada warga
desa mengenai pentingnya makanan bergizi bagi anak-anaknya sejak dini
agar mereka dapat tumbuh dengan sehat, serta mengajarkan mereka nutrisi
apa saja yang tersedia dari bahan-bahan yang kami buat . makanan-makanan
ini.

Ubi ungu isi coklat leleh Bakso Ikan


Resep Bakso Ikan Resep Ubi Ungu isi Coklat Leleh

Anggota & Penduduk Desa

4. Pendidikan Sekolah
 Kegiatan mengajar dimulai pada tanggal 24 Juni dan dilanjutkan pada tanggal 28 Juni
bertempat di SD dan SMP Rua . Kami dipisahkan menjadi 9 tim berbeda dimana 6 tim
akan mengajar siswa sekolah dasar, dan sisanya akan mengajar siswa sekolah
menengah.
 Siswa sekolah dasar akan fokus pada pembelajaran menulis, berhitung, dan membaca
dengan benar sedangkan siswa sekolah menengah akan fokus pada melatih
keterampilan mereka dalam bahasa Inggris .
 Kami telah menyiapkan perlengkapan alat tulis untuk anak-anak seperti kotak pensil,
pulpen, pensil, penghapus, rautan, pensil warna, dan lain-lain untuk diberikan kepada
siswa sebagai hadiah agar mereka lebih termotivasi.
 Tujuan kami dalam program ini adalah agar anak-anak bisa lebih terdidik, dengan
harapan mereka menjadi orang-orang sukses yang bisa menyongsong masa depan yang
lebih baik untuk desanya, desa Rua .

Mengajar siswa sekolah dasar


Mengajar siswa sekolah menengah

5. Penunjuk arah/ signage


 Proses pembuatan dan pemasangan signage berlangsung selama 5 hari terhitung sejak
tanggal 17 Juli 2023 sampai dengan tanggal 21 Juli 2023. Program ini terlaksana sesuai
rencana dan merupakan salah satu program pertama yang selesai.
 Meskipun dana yang digunakan untuk program ini melebihi yang telah disediakan,
namun hal tersebut dapat kita atasi dengan membagi dana dari program lain yang
memiliki kelebihan dana.
 Program ini melibatkan 5 orang anggota COP Sumba dan tidak ada bantuan sama sekali
dari warga desa. Namun pada akhirnya kami tetap berhasil menyelesaikan program ini.
 Selama proses pembuatan program signage tidak ada kendala dan semuanya berjalan
lancar. Mulai dari awal membeli alat dan bahan, kemudian membawanya ke bengkel
besi untuk dilas dan dijadikan signage, hingga proses pengecatan dan pengeringan,
semuanya berjalan sesuai rencana.

Proses program signage

3.3 Hasil diskusi COP Kelompok 3


 Partisipasi Masyarakat
o Tidak ada kerjasama selama proses yang melibatkan warga lokal, hanya 2
tukang saja
o Selama kerja di pantai rua, banyak warga sekitar/warga lokal meminjamkan
barangnya untuk keperluan pembangunan secara gratis
o Partisipasi ibu kepala desa kurang, kurang turun tangan dalam proses selama
cop.
 Program (Fisik + Non Fisik)
o Semua program fisik maupun non-fisik berjalan dengan baik dan lancer
o Di lapangan dengan yang direncanakan nyatanya jauh berbeda, banyak
penyesuaian di lapangan. Hal ini dikarenakan tidak adanya kunjung lapangan
sebelumnya.
 Pengorganisasian Kelompok
o Terdapat 5 program, yang dibagi ke masing-masing pic. Setiap pic berasal dari
PCU dan memimpin jalannya progress kelompok dan bertanggung jawab atas
proses selama program berlangsung.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Community Outreach Program (COP) merupakan program KKN yang
dilaksanakan oleh Universitas Kristen Petra bekerja sama dengan desa-desa dan
daerah di berbagai wilayah Indonesia. Diselenggarakan setiap tahun dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup desa/daerah tersebut.

4.2 Saran
1. Sebaiknya melakukan survei lokasi secara mendetail agar terhindar dari
hal-hal yang tidak diinginkan misalnya seperti kami yang mendapatkan
lokasi di Desa Rua, kepala desa dan masyarakat yang saling bentrok
akhirnya dalam pelaksanaan program tidak ads\a partisipasi masyarakat
2. Memilih DPL yang betul-betul bertanggung jawab, hal ini dikarenakan
DPL di Desa Rua hanya mendampingi kami mahasiswa selama kurang
lebih 3 hari setelah itu DPL baru dating Kembali dihari terakhir
program COP

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai