Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KEARIFAN LOKAL

“LOGANG WUWULOE, LOGANG TIWU LOMBO”

OLEH :

1. KONSTANTINA REMBO (1913010023)


2. ADOLFINA LURUK (1913010075)
3. YESEPUS ARIANTO OTU (1913010053)

PRODI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis mengucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat, rahmat, anugrah serta perlindungan-Nya penulis dapat
membuat serta menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Judul makalah adalah “KEARIFAN LOKAL (LOGANG WUWULOE,
LOGANG TIWU LOMBO)”. Laporan ini hanya membahas mengenai topik
yang ada.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Maka


dari itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar menjadi
acuan dalam penulisan laporan selanjutnya.

Kupang, 20 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 4


1.2 Tujuan ........................................................................................................................... 5
1.3 Manfaat ......................................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 6

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................... 7

3.1 Pengertian Logang ........................................................................................................ 7

3.2Tata cara Logang ............................................................................................................ 7

3.3 Larangan Yang Wajib di Patuhi .................................................................................... 8

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................ 9

4.1 Simpulan ....................................................................................................................... 9

4.2 Saran .............................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 10


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia masih terdapat berbagai bentuk kearifan lokal dan kelompok
masyarakat adat yang mempraktekan cara tradisional untuk mengolah sumberdaya
alam. Kearifan lokal terdegradasi dengan nilai-nilai dan norma adat yang
memudar, karena perkembangan dan tantangan kehidupan yang semakin
kompleks. Logang merupakan suatu upaya masyarakat untuk mendukung
konservasi pesisir dan laut yang terdiri dari penangkapan ikan dengan alat dan
cara tangkap yang masih ramah lingkungan. Kearifan lokal bermula pada
kebiasaan atau adat istiadat yang dianut atau dipercaya oleh masyarakat lokal
yang hanya mengijinkan operasi penangkapan ikan 2 (dua) kali dalam satu tahun.
Kearifan lokal menjadi penting dan bermanfaat hanya ketika masyarakat lokal
yang mewarisi system pengetahuan itu mau menerima dan mengklaim hal itu
sebagai bagian dari kehidupan. Dengan demikian, kearifan lokal dapat disebut
sebagai jiwa dari budaya lokal.

Tiap bagian dari kehiduan masyarakat lokal diarahkan secara arif


berdasarkan sistem pengetahuan, kepercayaan, kebiasaan dimana tidak hanya
bermanfaat dalam aktifitas keseharian dan interaksi sesama saja, tetapi juga dalam
situasi-situasi yang tidak terduga. Kearifan lokal sendiri merupakan sebuah
identitas yang membedakan suatu masyarakat lokal dengan masyarakat lokal
lainnya. Beberapa perbedaan tersebut dapat dilihat dari makanan khas, pengobatan
seperti masing-masing daerah memiliki tanaman tradisional dengan khasiat yang
berbeda, sistem produksi seperti memproduksi bahan lokal dengan system
tradisional sebagai suatu upaya untuk pemenuhan kebutuhan serta tenaga kerja,
perumahan seperti alat dan bahan pembuatan rumah sesuai dengan bahan baku
yang ada dalam wilayah serta kondisi iklim. Ada beberapa fungsi dari kearifan
lokal: sebagai penanda identitas sebuah suku atau daerah, memberikan warna serta
mendorong kebersamaan dari suku atau daerah.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Logang Wuwuloe, Tiwu Lombo
2. Untuk mengetahui tata cara Logang Wuwuloe, Tiwu Lombo
3. Untuk mengetahui larangan dalam Logang Wuwuloe, Tiwu Lombo.

1.3 Manfaat
Agar dapat mengetahui serta mempelajari kearifan lokal yang ada di Indonesia
khususnya di NTT.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Secara etimologi, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata, yaitu
kearifan (wisdom) dan lokal (local). Sebutan lain untuk kearifan lokal diantaranya
adalah kebijakan setempat (local wisdom), pengetahuan setempat (local
klowledge) dan kecerdasan setempat (local genious). Kearifan lokal juga
merupakan pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi
kehidupan yang berwujud aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat local dalam
menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka.

Kearifan lokal menurut para ahli:


a. Menurut Wibowo (2015:17), kearifan lokal adalah identitas atau
kepribadian budaya sebuah bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut
mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal dari
luar/bangsa lain menjadi watak dan kemampuan.
b. menurut F.X. Rahyono (2009), mendefenisikan kearifan lokal sebagai
kecerdasan manusia yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang
diperoleh melalui pengalaman masyarakat. Artinya kearifan lokal disini
adalah hasil dari masyarakat tertentu melalui pengalaman mereka dan
belum tentu dialami oleh masyarakat yang lain.
c. Menurut P.E.Tjahjojo dkk, dalam penelitiannya yang berjudul “pola
pelestarian keanekaragaman hayati berdasarkan kearifan lokal masyarakat
sekitar kawasan TNKS di provinsi Bengkulu (2000) adalah suatu sistem
nilai dan norma yang disusun, dianut, dipahami, dan diaplikasikan
masyarakat lokal berdasarkan pemahaman dan pengalaman mereka dalam
berinteraksi dengan lingkungan.
d. Menurut Sonny Keraf, kearifan lokal adalah mencakup semua bentuk
pengetahuan, keyakinan, pemahaman, wawasan serta adat kebiasaan atau
etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupannya didalam
komunitas ekologis.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Logang

Logang merupakan upacara adat tangkap ikan menggunakan getah pohon


dengan cara tangkap yang masih sederhana (menggunakan tangan dan serampang)
yang ramah lingkungan yang dilaksanakan oleh sebuah suku yaitu suku Mbuang
dan dilakukan 2 kali dalam satu tahun (bulan juni dan juli). Lokasi untuk
melakukan upacara adat Logang ini di pinggir pantai dekat hutan mangrove
dilanjutkan di air laut (Tiwu Ikang) tepatnya di Desa Nggolonio, Kec. Aesesa,
Kab. Nagekeo. Yang bisa melakukan upacara adat tersebut hanyalah orang tua
yang dewasa dalam adat (yang perempuan sudah melewati upacara adat potong
gigi dan laki-laki sudah melakukan upacara pendewasaan diri).

3.2 Tata Cara Logang

Tiga (3) hari sebelum melakukan upacara adat tersebut, terlebih dahulu
menyiapkan (nanah pu’ung Lelak) getah pohon yang diambil dari hutan yang
disimpan di dalam sebuah tempat yang berbentuk bulat dan panjang yang terbuat
dari kayu, sirih, pinang, dll. Dan diusahakan agar semua bahan yang dibutuhkan
dalam upacara adat tersebut sudah disiapkan supaya dalam pelaksanaannya tidak
menghambat. Yang melakukan upacara adat tersebut ada lima orang. Dan 3 hari
setelah persiapan itu,sebelum berangkat ke tempat upacara (pinggir pantai), ada
upacara yang namanya “musu mama ne singi ta wura wiwit” (memberikan siri
pinang, rokok yang terbuat dari daun lontar) dan memberitahukan kepada mereka
agar selalu menjaga serta membimbing dalam upacara tersebut sehingga bisa
berjalan dengan lancar. Setelah itu, langsung berangkat ke pinggir pantai dan
disana juga melakukan upacara adat yaitu dengan membakar tumpukan kayu
kering yang sudah disiapkan dan memasang rokok (Mbako) yang bahan dasarnya
dari kulit jagung kering dan rambut jagung dan mengisapnya bergilir sampai
habis. Tempat yang menyimpan getah pohon tersebut sudah digantung di salah
satu pohon bakau. Selanjutnya persiapan untuk turun ke laut.
Dan posisi air laut saat upacara logang harus dalam keadaan surut. Pada
saat turun ke laut, getah pohon yang digantung itu diambil dan dibawah ke laut
dan dalam perjalanan, ada sebuah nyanyian adat.”MBUANG LONTO NGGOLO
NGGATE KECUK KALI MBOK. LEKO NE DHEKO KONGKO, NE MBOK
NE WONO” dan nanyian itu berhenti setelah sampai di ‘’TIWU’’ (tempat untuk
menangkap ikan). Lalu, mengambil getah pohon tersebut dan disiram di tempat
untuk menangkap ikan. Dan mulailah menangkap ikan. Setelah menangkap ikan
diusakan agar segera pulang ke pinggir pantai dan membakar ikan untuk susunan
adat yang terakhir. Karena jika ada orang yang terlebih dahulu membakar ikan dan
memakannya, maka orang tersebut akan terkena musibah setelah sampai di
rumahnya.

3.3 Larangan Yang Harus di Patuhi

1.Bagi yang belum dewasa dalam adat tidak boleh ikut andil dalam upacara
logang.

2. Selama upacara adat berlangsung, tidak boleh bersin-bersin.

3. Tidak boleh melakukan sesuatu hal sesuka hati ketika berlangsungnya upacara,
misalnya ketika belum disuruh berdiri, tetapi sudah berdiri terlebih dahulu.

4. Selama upacara berlangsung, hal sekecil apapun yang berkaitan dengan upacara
tidak boleh mendahului jubir.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Upacara adat merupakan salah satu upaya untuk melestarikan adat-istiadat


yang diwariskan para leluhur untuk dijaga dan diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari. Salah satunya adalah upacara adat logang dimana melakukan
upacara adat tangkap ikan menggunakan getah pohon dengan alat tangkap
yang masih sederhana (menggunakan tangan dan serampang) yang ramah
lingkungan yang dilaksanakan oleh sebuah suku yaitu suku Mbuang dan
dilakukan 2 kali dalam satu tahun (bulan juni dan juli). Yang bisa melakukan
upacara adat tersebut hanyalah orang tua yang dewasa dalam adat (yang
perempuan sudah melewati upacara adat potong gigi dan laki-laki sudah
melakukan upacara pendewasaan diri).

4.2 Saran

Saran bagi orang tua serta muda mudi, jika belum melakukan upacara
pendewasaan diri (belum dewasa dalam adat) sebaiknya jangan ikut ambil
bagian dalam upacara adat logang karena akan membahayakan diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.studocu.com/en-us/document/the-wright
institute/design/makalah-kearifan-lokal/13027675

https://tirto.id/pengertian-kearifan-lokal-menurut-para-ahli-dan-fungsinya-
gjsF

Anda mungkin juga menyukai