KEARIFAN LOKAL
OLEH :
KUPANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis mengucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat, rahmat, anugrah serta perlindungan-Nya penulis dapat
membuat serta menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Judul makalah adalah “KEARIFAN LOKAL (LOGANG WUWULOE,
LOGANG TIWU LOMBO)”. Laporan ini hanya membahas mengenai topik
yang ada.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................... i
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
Agar dapat mengetahui serta mempelajari kearifan lokal yang ada di Indonesia
khususnya di NTT.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara etimologi, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata, yaitu
kearifan (wisdom) dan lokal (local). Sebutan lain untuk kearifan lokal diantaranya
adalah kebijakan setempat (local wisdom), pengetahuan setempat (local
klowledge) dan kecerdasan setempat (local genious). Kearifan lokal juga
merupakan pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi
kehidupan yang berwujud aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat local dalam
menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka.
Tiga (3) hari sebelum melakukan upacara adat tersebut, terlebih dahulu
menyiapkan (nanah pu’ung Lelak) getah pohon yang diambil dari hutan yang
disimpan di dalam sebuah tempat yang berbentuk bulat dan panjang yang terbuat
dari kayu, sirih, pinang, dll. Dan diusahakan agar semua bahan yang dibutuhkan
dalam upacara adat tersebut sudah disiapkan supaya dalam pelaksanaannya tidak
menghambat. Yang melakukan upacara adat tersebut ada lima orang. Dan 3 hari
setelah persiapan itu,sebelum berangkat ke tempat upacara (pinggir pantai), ada
upacara yang namanya “musu mama ne singi ta wura wiwit” (memberikan siri
pinang, rokok yang terbuat dari daun lontar) dan memberitahukan kepada mereka
agar selalu menjaga serta membimbing dalam upacara tersebut sehingga bisa
berjalan dengan lancar. Setelah itu, langsung berangkat ke pinggir pantai dan
disana juga melakukan upacara adat yaitu dengan membakar tumpukan kayu
kering yang sudah disiapkan dan memasang rokok (Mbako) yang bahan dasarnya
dari kulit jagung kering dan rambut jagung dan mengisapnya bergilir sampai
habis. Tempat yang menyimpan getah pohon tersebut sudah digantung di salah
satu pohon bakau. Selanjutnya persiapan untuk turun ke laut.
Dan posisi air laut saat upacara logang harus dalam keadaan surut. Pada
saat turun ke laut, getah pohon yang digantung itu diambil dan dibawah ke laut
dan dalam perjalanan, ada sebuah nyanyian adat.”MBUANG LONTO NGGOLO
NGGATE KECUK KALI MBOK. LEKO NE DHEKO KONGKO, NE MBOK
NE WONO” dan nanyian itu berhenti setelah sampai di ‘’TIWU’’ (tempat untuk
menangkap ikan). Lalu, mengambil getah pohon tersebut dan disiram di tempat
untuk menangkap ikan. Dan mulailah menangkap ikan. Setelah menangkap ikan
diusakan agar segera pulang ke pinggir pantai dan membakar ikan untuk susunan
adat yang terakhir. Karena jika ada orang yang terlebih dahulu membakar ikan dan
memakannya, maka orang tersebut akan terkena musibah setelah sampai di
rumahnya.
1.Bagi yang belum dewasa dalam adat tidak boleh ikut andil dalam upacara
logang.
3. Tidak boleh melakukan sesuatu hal sesuka hati ketika berlangsungnya upacara,
misalnya ketika belum disuruh berdiri, tetapi sudah berdiri terlebih dahulu.
4. Selama upacara berlangsung, hal sekecil apapun yang berkaitan dengan upacara
tidak boleh mendahului jubir.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Saran bagi orang tua serta muda mudi, jika belum melakukan upacara
pendewasaan diri (belum dewasa dalam adat) sebaiknya jangan ikut ambil
bagian dalam upacara adat logang karena akan membahayakan diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.studocu.com/en-us/document/the-wright
institute/design/makalah-kearifan-lokal/13027675
https://tirto.id/pengertian-kearifan-lokal-menurut-para-ahli-dan-fungsinya-
gjsF