Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA

“KEBUDAYAAN DAN LINGKUNGAN”

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah: Manusia dan Kebudayaan Indonesia
Dosen Pengampu: Nudya Kuntum Khoirel Abidah, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:
1. Cinta Rahma Hasari (205110100111013)
2. Nafira Rajwa Hanesasri (205110100111014)

Program Studi Sastra Inggris


Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Brawijaya
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat-Nya.
Akhirnya penyusunan makalah mata kuliah Manusia dan Kebudayaan Indonesia yang
berjudul ‘Kebudayaan dan Lingkungan’ dapat terselesaikan dengan lancar tanpa ada halangan
yang berarti. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manusia dan Kebudayaan
Indonesia yaitu tentang Kebudayaan dan Lingkungan. Tim penulis menyampaikan bahwa
makalah ini bertujuan untuk mengenalkan kepada masyarakat luas mengenai kebudayaan
yang ada di Indonesia dan peran lingkungan dalam pembentukan kebudayaan serta perumusan
kearifan lokal untuk konservasi alam dan kebudayaan. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesarbesarnya kepada:

1. Ibu Nudya Kuntum Khoirel Abidah, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing mata
kuliah Manusia dan Kebudayaan Indonesia.
2. Rekan-rekan yang kami cintai, yang memberikan dukungan dalam penulisan
makalah.

Dengan adanya makalah ini, penulis berharap masyarakat sekitar dapat lebih
memahami pengertian dari kebudayaan dan peranan lingkungan dalam pembentukan
kebudayaan serta kearifan lokal dalam konservasi alam dan kebudayaan. Tim penulis
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kelemahan dan
kekurangan. Untuk itu, tim penulis mengharapkan masukan-masukan dan kritik dari para
pembaca baik kritik membangun, serta saran guna menyempurnakan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun para pembaca.

Malang, 26 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beragam suku, bangsa, ras, bahasa,
dan budaya, bahkan semboyan negara Indonesia sangat menjunjung tinggi perbedaan dalam
kesatuan, yang berbunyi ‘Bhinneka Tunggal Ika’ dan memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap
satu jua. Maka dari itu, meskipun Indonesia memiliki perbedaan dan keberagaman tiap
daerah, namun masyarakatnya tetap berada dalam satu kesatuan dan menjaga kerukunan antar
suku serta berusaha memanfaatkan keberagaman untuk hal kebaikan.

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai banyak keanekaragaman budaya
yang sangat menarik dan unik.

Kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan Nusantara yang membentang dari Sabang


sampai Merauke, dari Talaud sampai dengan Timor. Indonesia ibarat bangunan besar yang
menopang ruang-ruang suku bangsa, mulai dari Melayu, Jawa, Bugis, Minahasa, Sunda dan
lainnya. Kebudayaan ini juga memiliki sejarah tersendiri dalam pembentukannya yang tidak
jauh dari peran lingkungan di daerah masing-masing serta masyarakat Indonesia sendiri dalam
mengembangkan dan menyebarluaskan kebudayaan mereka sehingga peran lingkungan
tersebut membuat kebudayaan menjadi memiliki bermacam-macam karakteristik yang khas
tiap daerah dan menjadikanya sebagai ciri khas yang membedakan suatu daerah dengan
daerah lainnya. Selain itu, kebudayaan juga memiliki manfaat besar dalam kehidupan sehari
hari terutama kearifan local yang dapat dimanfaatkan dalam konservasi alam demi
meningkatkan kualitas dan pelestarian alam dan budaya di seluruh wilayah Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


A. Apa pengertian kebudayaan?
B. Apa peran lingkungan dalam pembentukan kebudyaan?
C. Apa pengertian kearifan lokal?
D. Apa kearifan lokal yang dapat dimanfaatkan dalam konservasi alam dan kebudayaan?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Memahami apa pengertian dari kebudayaan.
2. Memahami peran lingkungan dalam pembentukan kebudayaan.
3. Memahami pengertian dari kearifan lokal.
4. Mengetahui contoh kearifan lokal yang dapat dimanfaatkan dalam konservasi alam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebudayaan
B. Peran Lingkungan Dalam Pembentukan Kebudayaan
C. Pengertian Kearifan Lokal
Secara etimologis, kearifan lokal terdiri dari dua kata yaitu kearifan dan lokal.
Pada KBBI, lokal berarti setempat, sedangkan kearifan sama dengan kebijaksanaan.
Sehingga jika dilihat secara etimologis, kearifan lokal dapat diartikan sebagai gagasan-
gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam
dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Pengertian kearifan lokal yang lain dikemukakan oleh Suhartini (2009) yang
menyatakan bahwa kearifan lokal merupakan suatu bentuk kearifan lingkungan yang
ada dalam kehidupan bermasyarakat di suatu tempat atau daerah yang merujuk pada
lokalitas dan komunitas tertentu. Sedangkan Fajarini (2014) mengartikan kearifan
lokal sebagai pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi
kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam
menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka.
Negara (2011) menyatakan bahwa kearifan lokal bukan hanya menyangkut
pengetahuan atau pemahaman masyarakat adat/lokal tentang manusia dan bagaimana
relasi yang baik diantara manusia, melainkan juga menyangkut pengetahuan,
pemahaman, dan adat kebiasaan tentang manusia, alam, dan bagaimana relasi diantara
semua, dimana seluruh pengetahuan itu dihayati, dipraktikkan, diajarkan, dan
diwariskan dari satu generasi ke generasi.
Beberapa definisi kearifan lokal di atas pada dasarnya memiliki konsep yang
sama, dimana kearifan lokal diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang berupa
nilai, norma, dan aturanaturan khusus yang berkembang, ditaati, dan dilaksanakan
oleh masyarakat di suatu tempat dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Pengetahuanpengetahuan tersebut bersifat lokal, dapat berbeda antara satu daerah
dengan daerah yang lain, meskipun memiliki makna yang sama.
D. Pemanfaatan Kearifan Lokal Dalam Konservasi Alam dan Kebudayaan
Kearifan lokal yang berkaitan dengan konservasi tanah dan air dapat diartikan
sebagai berbagai bentuk pengetahuan baik nilai, norma, maupun aturan khusus yang
sampai saat ini masih dilakukan, ditaati, dan dijaga kelestariannya oleh masyarakat di
suatu tempat untuk menjaga kelestarian sumber daya air, mencegah kerusakan tanah,
serta mengatur penggunaan sumber daya air dan tanah yang berada di lingkungannya.
Kearifan lokal dalam hubungannnya dengan konservasi air dan tanah dapat berupa
nilai-nilai yang diwujudkan dalam praktek ritual dan upacara adat atau norma baik
berupa anjuran maupun larangan untuk menggunakan sumberdaya air dan tanah secara
berlebihan, atau bahkan dapat berupa sanksi bagi yang tidak menaatinya. Nilai-nilai
luhur tersebut berawal dan berasal dari nilai luhur yang disepakati oleh rakyat
penduduk wilayah tertentu.
Upaya menjaga keseimbangan dengan lingkungannya masyarakat memiliki
norma-norma, nilai-nilai atau aturan-aturan yang telah berlaku turun temurun yang
merupakan kearifan lokal setempat.
Beberapa contoh praktek-praktek budaya dan kearifan lokal di Indonesia,
antara lain sebagai berikut:
a. Pranoto Wongso
Salah satu kearifan lokal yang terdapat di Jawa yaitu Pranoto Mongso.
Pranoto Mongso atau aturan waktu musim digunakan oleh para petani
pedesaan yang didasarkan pada naluri dari leluhur dan digunakan sebagai
patokan untuk mengolah pertanian. Pranoto Mongso dapat memberikan
arahan pada petani untuk bercocok tanam mengikuti tandatanda alam
dalam mongso yang bersangkutan, tidak memanfaatkan lahan seenaknya
sendiri meskipun sarana prasarana mendukung seperti air dan saluran
irigasinya. Melalui perhitungan pranoto mongso maka alam dapat terjaga
keseimbangannya.
b. Pohon Keramat
Pada hampir semua daerah di Jawa, dan beberapa wilayah lain di
Indonesia, terdapat budaya menganggap suatu tempat dengan pohon besar
(misal beringin) adalah tempat yang keramat. Kearifan lokal ini
memberikan dampak positif bagi lingkungan dimana jika suatu tempat
dianggap keramat misal terdapat pohon beringin, maka hal ini merupakan
salah satu bentuk konservasi karena dengan memelihara pohon tersebut
menjaga sumber air, dimana beringin memiliki akar yang sangat banyak
dan biasanya di dekat pohon tersebut ada sumber air. Salah satu contoh
nyata kearifan lokal ini nampak pada masyarakat di Desa Beji, Ngawen,
Gunungkidul.
c. Baduy Dalam
Masyarakat Baduy memiliki kepercayaan bahwa mereka adalah orang
pertama yang diciptakan sebagai pengisi dunia dan bertempat tinggal di
pusat bumi. Segala tingkah laku masyarakat Baduy harus berpedoman
kepada buyut yang telah ditentukan dalam bentuk pikukuh karuhuh.
Seseorang tidak berhak dan tidak berkuasa untuk melanggar dan mengubah
tatanan kehidupan yang telah ada dan sudah berlaku turun temurun.
Beberapa pikukuh yang harus ditaati oleh masyarakat Baduy atau
masyarakat luar yang berkunjung ke Baduy antara lain:
1. Dilarang masuk hutan larangan (leuweung kolot) untuk menebang
pohon, membuka ladang, atau mengambil hasil hutan lainnya.
2. Dilarang menebang sembarang jenis tanaman, misalnya
buahbuahan, dan jenis jenis tertentu.
3. Dilarang menggunakan teknologi kimia seperti pupuk dan pestisida
untuk meracuni ikan.
4. Berladang harus sesuai dengan ketentuan adat.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Saran
DAFTAR PUSTAKA

Maridi. 2005. “Mengangkat Budaya dan Kearifan Lokal Dalam Sistem Konservasi Tanah dan
Air”. [online]. Tersedia. (file:///C:/Users/ASUS/Downloads/175293-ID-mengangkat-budaya-
dan-kearifan-lokal-dal%20(1).pdf)
Lampiran

Pertanyaan dan Jawaban Sesi Tanya-Jawab

1. Pertanyaan 1
2. Pertanyaan 2
3. Pertanyaan 3
4. Pertanyaan 4
5. Pertanyaan 5
Kenapa banyak kearifan lokal yang tidak arif? Banyak budaya yang di pandangan
awam kurang bijak untuk dilakukan contohnya oyok dari Cirebon. Seorang ibu hamil
harus ke dukun dan disentuh atau digoyang.
- Jawaban :
Menurut saya contoh yang disebutkan tadi seperti oyok itu bukan termasuk kearifan
lokal, karena seperti yang sudah dijelaskan tadi kearifan lokal adalah gagasan yang
bersifat bijaksana. Penjelasan tentang oyok tadi memang terlihat kurang baik untuk
dilakukan karena bisa berdampak buruk bagi si ibu hamil, jadi mungkin hal ini kurang
benar apabila disebut dengan kearifan lokal. Mungkin ini adalah kepercayaan warga
setempat atau tradisi yang ada di daerah tersebut. Tetapi kita harus tetap bertoleransi
terhadap hal tersebut dan tidak boleh menghujat atau bahkan memakinya.
6. Pertanyaan 6
Tadi disebutkan bahwa terdapat adat atau norma di Baduy, apakah ada sanksi apabila
adat tersebut tidak ditaati, apakah tertulis atau tidak?
- Jawaban :
Menurut hasil pencarian di internet, dijelaskan bahwa dalam suku Baduy ada sanksi-
sanksi sebagai hukuman apabila tidak menaati norma atau adat di Baduy. Akan tetapi
sanksi ini dijelaskan bahwa bentukny tidak tertulis. Jadi apabila ada yang melanggar
adat biasanya diselesaikan dengan musyawarah atau bahkan ganti rugi.
7. Pertanyaan 7
Apakah kearifan lokal yang kental menyebabkan sulitnya budaya asing masuk?
- Jawaban :
Biasanya suatu kelompok atau suku di Indonesia yang kearifan lokalnya masih kental
atau pekat, mereka memilih untuk menutup diri dari dunia luar sehingga kurang
memungkinkan budaya asing masuk dan mempengaruhi budaya mereka. Hal ini tentu
memiliki dampak bagi suku tersebut, positifnya mereka jadi tidak terpengaruh dampak
negative dari teknologi luar. Neagatifnya, kelompok tersebut belum memiliki akses
terhadap teknologi baru sehingga memiliki kesan kuno dan tertinggal zaman.

Anda mungkin juga menyukai