Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaraan Umum Lokasi penelitian
Desa Lewotolok, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Alasannya adalah lokasi ini merupakan dampak
dari erupsi gunung Ile Lewotolok sehingga mampu memberikan informasi
yang valid.
Waktu Penelitian dimulai pada 15 Januari – 13 Februari 2022
2. Responden
Responden dalam peneilitan ini menggunakan penelitian kualitatif
yang mana sampel data yang dipilih dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap paling
tahu suatu kejadian atau sebagai sumber informasi sehingga memudahkan
peneliti menjelajahi objek situasi sosial yang diteliti.
Dalam penelitian, peneliti mengambil 6 (enam) orang sebagai sumber
data penelitian yaitu 1 (satu) orang Kepala desa, 2 (dua) orang orang tokoh
masyarakat, 2 (dua) orang tokoh pemuda dan 1(satu) orang tokoh adat.

B. Analisi Data
1. Dampak Erupsi Terhadap Pola Kehidupan Masyarakat Di Desa
Lewotolok
Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa
Tenggara Timur terjadi letusan erupsi pada Jumad 27 November 2020,
setelah terjadi kenaikan aktivitas vulkanik dan kegempaan sejak Tahun
2017 lalu. Erupsi pernah terjadi pada Tahun 1660, 1819, 1849, 1839, dan
1951. Sejak Kamis 03 Desember 2020 atas instruksi Presiden Republic
Indonesia Kepada Bupati Lembata melalui Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) dan pada Tanggal 02 desember 2020
sudah ditetapkan desa-desa yang masuk zona merah dan zona merah
muda.
Erupsi berupa abu dan pasir mengandung silica dimana sifatnya tajam
seperti kaca sehingga bisa menyebabkan iritasi pada mata, bila terpapar
serta bisa menyebabkan gangguan saluran pernapasan pada manusia. Staf
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PUMBG) mengatakan
Bulan September 2017 terjadi peningkatan kegempaan sejak pertengahan
hingga awal Oktober 2020.
Erupsi ini juga mengakibatkan lontaran material vulkanik berupa pasir,
abu dan kerikil sejauh sekitar 4 Km dari Puncak Gunung dan bisa dilihat
dari arah barat dari Desa Amakaka. Pada erupsi juga terjadi banjir lahar
dari air hujan yang mengikis material letusan dan tersebar di tubuh gunung
lalu akan bermuara ke lembah.
Abu vulkaniknya tentu memberi perubahan pada ekosistem
disekitarnya, baik binatang dan tumbuhan. Dampak gunung meletus
diamati dari sisi positif, halini menciptakan ekosistem baru. Hutan yang
rusak akibat erupsi akan segera digantikan dengan pepohonan baru dengan
membawa ekosistem yang baru juga. Pasir hasil erupsi akan membawa
banyak pasir, serta tanah yang dilalui oleh abu vulkanis akan membuat
tanah menjadi subur dan sangat baik untuk bercocok tanam
Pada erupsi ini juga memakan banyak korban makluk hidup, termasuk
tumbuhan, hewan dan manusia. Beberapa warga ada yang tidak sempat
melarikan diri akibat lontaran awan panas dan pasir, ada juga yang sudah
mulai panik dan sakit dari gas beracun. Ada pula pencemaran udara akibat
hutan terbakar, ada pula adat istiadat warga mulai menurun akibat banyak
warga yang sudah tidak mau mempercayai tentang adat dari nenek
moyang lagi, banyak juga aktivitas warga yang menjadi lumpuh.
Adapula dampak-dampak khusus di beberapa bidang dari erupsi
Gunung Ile Lewotolok
a. Perekonomian
Perekonomian merupakan serangkaian besar kegiatan produksi dan
konsumsi. Pada perekonomian ini mengalami kerugian besar pada
sektor pertanian, banyak masyarakat yang pekerjaannya sebagai petani
mulai hilang lapangan pekerjaan, karena banyak lahan yang rusak dan
para nelayan juga hilang pekerjaan karena air laut menjadi kotor dan
cuaca yang tidak mendukung. Perekonomian pada desa Lewotolok ini
mengalami penurunan karena pasar di tutup, listrik padam dan
telekomunikasi putus.
b. Sosial Budaya
Sosial budaya merupakan segala hal yang diciptakan oleh manusia
dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk kehidupan bermasyrakat.
Dampak perubahan dibidang sosial budaya. Sebelum terjadi erupsi
masyarakat Desa Lewotolok masih melakukan kegiatan gotong
royong, para kaum remaja dan anak-anak masih melakukan kegiatan-
kegiatan mereka bersama, dan budaya makan kacang di Desa
Lewotolok masih berlangsung. Namun setelah terjadi erupsi gunung
Ile Lewotolok masyarakat dan kaum remaja sudah tidak melakukan
aktivitasnya masing-masing karena sudah banyak warga dan anak-
anak yang sudah mengungsi dan tempat pengungsiannya pun terbagi-
bagi. Sedangkan budaya makan kacang mulai pudar karena
masyarakat enggan dan takut melakukan upacara makan kacang di
Desa Lewotolok.
c. Adat istiadat
Adat istiadat adalah sebuah gagasan kebudayaan yang berisi nilai
kebudayaan, norma, kebiasaan dan hukum yang disepakati dan
dianggap wajar dalam suatu daerah (Jaludin Tunsam,
https://www.saturadar.com2019/07).
Perubahan adat istiadat di Desa Lewotolok sangat menjolok, dan
ada beberapa perubahan besar dari sebelum erupsi dan setelah erupsi.
Adat sebelum terjadinya erupsi yaitu masi banyak masyarakat yang
melakukan hantaran-hantaran disaat upacara perkawinan, ada pula
ritual di gunung Ile Lewotolok memberi makan nenek moyang, namun
setelah terjadi Erupsi banyak warga yang mengungsi di posko utama,
keluarga adapula yang di kebun, sehingga kegiatan adat istiadat di
Desa Lewotolok mulai pudar karena sudah tidak mempunyai
kebersamaan untuk melakukan kegiatan di Desa Lewotolok.

Anda mungkin juga menyukai