TENTANG
LUMPUR LAPINDO
Diajukan untuk memenuhi tugas masalah sosial budaya
Oleh
1. Febria Linggawati R. (12413244007)
2. M.Rizal Muhsin (12413244009)
3. Hidayat (10413249008)
PENDIDIKAN SOSIOLOGI B
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan tema Lumpur
Lapindo. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Masalah Sosial Bidaya
di Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Yogyakarta sebagai syarat untuk memperoleh nilai.
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini, khususnya kepada :
1. Terry Irenewati. selaku dosen mata kuliah Masalah Sosial Budaya yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan dalam penulisan makalah ini.
2. Orang tua yang telah memberikan doa dan dorongan kepada kami.
3. Teman-teman yang telah membantu kami.
Penulis menyadari bahwa makalah ini mempunyai banyak kekurangan baik dalam
penulisan maupun dalam materi.Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik agar makalah ini
sempurna dan semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan.
BAB I
PENDAHULUAN
Negara Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas meliputi ribuan pulau –
pulau kecil maupun besar sehingga negara Indonesia disebut sebagai “Zamrud
Khatulistiwa”. Banyaknya kepulauan ini dapat memberikan variasi budaya, adat-istiadat,
dan bahasa pada setiap daerah atau kepulauan yang ada di negara Indonesia. Bahasa yang
digunakan adalah bahasa Indonesia yang merupakan sebagai bahasa nasional, sehingga
negara Indonesia menjadi negara kesatuan.
Dengan bervariasinya budaya di Indonesia, maka sumber daya alam yang ada
pada negara Indonesia juga bervariasi yang dapat dimanfaatkan sebagai pusat atau
sumber energi. Sumber energi yang digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan pasar
global (untuk kebutuhan negara lain (eksport) maupun kebutuhan lokal atau dalam
negeri). Kepulauan-kepulauan di Indonesia sendiri banyak mengandung sumber daya
alam (SDA) yang meliputi gas, minyak bumi, logam, batubara, dan lain-lain.
Sumber daya alam ini dapat bersifat menguntungkan dan merugikan. Jika sumber
daya alam ini disalahgunakan, maka sumber daya alam akan berakibat fatal dan
merugikan segala pihak. Dan ini terjadi pada bencana Lumpur Lapindo Brantas Sidoarjo-
Jawa Timur. Sumber daya alam (minyak bumi dan gas) yang terjadi pada kasus lumpur
Lapindo Brantas Sidoarjo ini bersifat merugikan. Lumpur Lapindo ini dapat
mengakibatkan pengaruh yang berakibat fatal pada lingkungan dan masyarakat sekitar.
Peristiwa Lumpur Lapindo ini mengakibatkan serentetan masalah yang khususnya
dialami oleh warga sekitar lumpur lapindo. Bahkan hingga saat ini pun permasalahan
yang ditimbulkan oleh Lumpur Lapindo tersebut masih menjadi hal yang sulit untuk
diatasi. Sehingga dalam hal ini pemerintah juga harus memperhatikan nasib para korban
lumpur. Maka dalam makalah ini kelompok kami akan membahas lebih lanjut tentang
permasalahan yang ditimbulkan adanya Lumpur Lapindo maupun cara-cara yang
dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Kronologi Munculnya Lumpur Lapindo?
2. Bagaimana Dampak dari Munculnya Lumpur Lapindo?
3. Bagaimana Upaya Pemerintah Mengatasi Masalah yang Timbul Akibat Adanya
Lumpur Lapindo?
C. TUJUAN
1. Mengetahui bagaimana kronologi munculnya Lumpur Lapindo.
2. Mengetahui bagaimana dampak yang ditimbulkan dari munculnya Lumpurnya
Lapindo.
3. Mengetahui bagaimana upaya pemerintah mengatasi masalah yang timbul akibat
adanya Lumpur lapindo.
BAB II
PEMBAHASAN
Jadi dari adanya dampak-dampak tersebut dapat dilihat jika peristiwa lumpur
lapindo tidak hanya mampu menimbulkan dampak negatif saja tetapi juga dapat
menimbulkan dampak positif seperti yang sudah disebutkan di atas.
1
rugi untuk warga yang ada di dalam peta Sidoarjo (BPLS). 2[2] Konsekeunsi dari
kebijakan ini yakni jatah dari anggaran untuk penanggulangan lumpur Lapindo lebih
besar dari pada alokasi anggaran untuk infrastruktur di daerah tertinggal (IDT) dimana
anggarannya mencapai 3,79 Triliun Rupiah untuk tahun 2013 ini, lain halnya dengan
anggaran IDT yang hanya mencapai 3,20 Triliun Rupiah. 3[3] Selain itu Badan
Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) yang dibentuk Presiden juga tidak bisa
berjalan secara efektif.
Pada saat terjadinya bencana lumpur lapindo, Aburizal Bakrie (figur
sentral di dalam grup bakrie) sedang menjabat sebagai Menteri Kordinator Kesejahteraan
Rakyat (Mesko Kesra) pada kabinet Indonesia Bersatu jilid 1 dibawah kepemimpinan
SBY. Keberadaan Aburizal Bakrie dalam kabinet, membuat kebijakan pemerintah tidak
memihak kepada masyarakat korban lumpur lapindo4[4]. Pada hari rabu tanggal 27
Februari 2008 di kantor kepresidenan. Aburizal Bakrie, Menteri Koordinator
Kesejahteraan Rakyat, memimpin rapat tertutup tentang penanganan dampak sosial
lumpur panas di Sidoarjo. Presiden Yudhoyono meninggalkan ruangan untuk bertemu
menteri luar negeri Jerman, Frank Walter Steinmeier, setelah membuka rapat itu.
Sebelum meninggalkan ruangan, presiden mengatakan pada forum agar memberikan
kompensasi pada penduduk tiga desa terdampak baru (Besuki, Pejarakan dan Kedung
Cangkring), yang tidak termasuk pada peta terdampak menurut Peraturan Presiden No.14
Tahun 2007, menggunakan dana dari APBN. Bakrie yang ditunjuk presiden untuk
melanjutkan rapat membuka forum dengan berkata, “Saya minta perintah bapak Presiden
tadi segera dilaksanakan5[5]”. Kebijakan berikutnya yang dibuat oleh Presiden SBY
yakni perpres nomer 48 tahun 2008. Jika dilihat dari perspektif partisipasi, perpres ini
cenderung mengabaikan untuk berdialog dengan publik dan menimbulkan kekecewaan
masyarkat korban lumpur lapindo. Selain itu, perpres ini juga hanya melanjutkan dalam
penanganan kasus lapindo.akibat kebijakan ini, anggaran negara terserap triliunan dan hal
ini sangat merugikan negara.
2
5
Dari uraian fenomena atas kasus semburan lumpur Lapindo ini sangat
jelas terlihat bahwa terdapat Kekuatan kelas yang dapat mempengaruhi kebijakan negara,
bagaimana kelas kapitalis melakukan berbagai skenario untuk melancarkan setiap
usahanya dan negara dijadikan alat untuk memudahkan setiap tindakan yang diambil.
Bahkan kesalahan yang sebenarnya datang dari pihak kelas kapitalis tersebut itupun bisa
dibayar oleh negara yang kerugiannya diambil langsung dari anggaran perbelanjaan
negara.
Melihat fenomena ini sangatlah terbukti hubungan antara kelas kapitalis
dengan negara sebagaimana yang disampaikan oleh kaum instrumentalis dimana kaum
instrumentalis berasumsi bahwa negara dikontrol oleh kelas kapitalis dan tugas dari
negara tersebut adalah melayani setiap kepentingan-kepentingan dari kelas kapitalis
tersebut. Menurut Milliband yaitu salah satu dari pemikir instrumentalis menyatakan
bahwa kelas penguasa kapitalis didalam menjalankan kekuasaannya, menjadikan negara
sebagai instrumen untuk mendominasi masyarakat. Sebenarnya pendapat dari Milliband
ini di ambil dari salah satu pendirian eksplisit Marxis yang pandangannya ditarik
langsung dari communist manifesto dimana Marx dan Engels menegaskan bahwa negara
modern tidak lain adalah sebuah komite yang mengelola setiap urusan umum seluruh
kaum borjuis.6[6] Selain itu, fenomena ini juga membenarkan pernyataan kaum
instrumentalis yang lain yaitu Nelson Polsby yang menerapkan teori stratifikasi dimana
menurutnya para kapitalis yang dalam piramida kekuasaan menempati puncak tertinggi
piramid kekuasaan memiliki kekuasaan yang paling besar dari pada pemimpin politik dan
tokoh masyarakat, mereka memerintah demi kepentingannya sendiri,7[7] dan ini terbukti
dengan kekuasaan yang mereka miliki mampu membayar semua pihak untuk
memenangkan setiap alibinya dan jalan akhir yang didapat adalah keuntungan pribadi
kaum kapitalis itu sendiri khususnya dalam kasus ini adalah PT. Lapindo.
7
semua anggota masyarakat dari ketidakadilan atau penindasan dari anggota lainnya.
Dalam pembukan UUD 1945 alinea keempat sudah jelas menyebutkan bahwa salah satu
fungsi dari negara yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia. berkaitan dengan kasus lapindo, menurut saya seharusnya negara membuat
kebijakan yang melindungi masyarakat korban lumpur lapindo tersebut. Dalam hal ini,
pemerintah harus berani menyatakan kepada PT Lapindo untuk mengganti rugi semua
korban lapindo tersebut. PT lapindo sebagai pihak yang paling bertanggungjawab atas
terjadinya bencana ini menanggung seluruh biaya kerusakan baik masyarakat maupun
pada infrastruktur dan wilayah publik yang terkena dampak baik dampak langsung
maupun tidak langsung.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Semburan lumpur Lapindo terjadi karena ada beberapa aspek yang belum tentu
kepastiannya yang benar sebagai akibat munculnya lumpur. Dan ini akan mengakibatkan
tidak akan cepat terselesaikannya pada kasus lumpur dan dengan siapa yang akan
menanggung jawabkannya pun tidak ada.