Disusun oleh:
ACHMAD SOFWAN MULYAWAN – 1501631160001
AHMAT ABI SARWAN – 1510631160007
Dosen Pengampu:
ULINNUHA LATIFA, ST., MT.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang bencana alam
“Lumpur Lapindo”. Kami juga berterima kasih dengan ibu Ulinnuha Latifa, ST., MT. selaku
dosen mata kuliah Etika Profesi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan kita
tentang adanya bencana lumpur lapindo. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah. Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya dan dapat berguna.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN 1
3.1 KESIMPULAN...........................................................................................................................1
3.2 SARAN.......................................................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA 1
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tanggal 29 Mei 2006 terjadi sebuah peristiwa bencana Lumpur Lapindo atau
Lumpur Sidoarjo adalah menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo
Brantas, inc di Dusun Balongnongo, Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten
Sidoarjo. Peristiwa ini menenggelamkan 6 desa, 2467 rumah, 24 pabrik, 48 sekolah, dan 360
area pertanian. PT lapindo adalah salah satu perusahaan yang ditunjuk BP-MIGAS untuk
melakukan proses pengeboran minyak dan gas bumi.
Banyak sekali isu yang bermunculan terkait penyebab terjadinya ledakan lumpur panas
lapindo ini. Selain itu, tindakan dari pemerintah dan pihak perusahaan juga menjadi sebuah
perbincangan terkait dengan janji yang diberikan sangat mengecewakan korban dari
peristiwa tersebut.
4. Etika profesi apa yang dilanggar sehinga terjadi kasus yang sangat membahayakan
manusia dan lingkungan.
1
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui penyebab terjadinya bencana lumpur lapindo.
2. Mengetahui dampak negatif dan positif dari bencana lumpur lapindo.
3. Mengetahui opini penulis terkait dengan bencana lumpur lapindo.
4. Mengetahui etika profesi apa yang dilanggar yang berdampak pada lingkungan dan
manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2
peristiwa ledakan lumpur yang pertama kali. Pada tanggal 29 Mei 2006 pukul 05.00 terjadi
penyemburan lumpur panas pada areal persawahan Desa Siring yang jaraknya kurang lebih
150 meter barat daya dari sumur Banjar Panji-1 milik Lapindo Brantas, Inc. Tiga hari
kemudian pada tanggal 1 Juni muncul semburan yang berjarak 150 meter ke arah Timur Laut
dari sumur Panji-1 dan keesokan harinya muncul lagi semburan dengan jarak 500 meter dari
Panji-1. Pada tanggal 7 Juni 2006, semburan lumpur panas semakin membesar dan
menggenangi areal pemukiman penduduk dusun Renomencil Desa Renokenongo dan Dusun
Siring Tangungan, Desa Siring.
5
Gambar 4. Beberapa Rumah yang Terendam Lumpur Lapindo
Lahan dan ternak juga terkena dampak dari bencana ini, yang tercatat terkena dampak
lumpur hingga Agustus 2006 antara lain: lahan tebu seluas 25,61 ha di Renokenongo, Jatirejo
dan Kedungcangkring; lahan padi seluas 172,39 ha di Siring, Renokenongo, Jatirejo,
Kedungbendo, Sentul, Besuki Jabon dan Pejarakan Jabon serta 1.605 ekor unggas, 30 ekor
kambing, 2 sapi dan 7 ekor kijang. Terdapat sekitar 30 pabrik yang tergenang dan tidak dapat
beroperasi sehingga 1.873 orang tenaga kerja menjadi korban dari peristiwa ini.
Atas keputusan dari pemerintah yaitu membuang sebagian lumpur ke sungai Porong
menimbulkan terjadinya pendangkalan sungai. Selain itu, makhluk hidup serta tumbuhan
yang hidup di daerah sekitar sungai Porong ikut menjadi korban dari luapan lumpur ini.
Keputusan pemerintah ini makin menimbulkan dampak lingkungan.
Terjadinya luapan lumpur panas lapindo ini sangat mengerikan, namun hal ini tak
selamanya menyeramkan, karena setiap musibah pasti ada hikmah dibaliknya. Bencana
lumpur Sidoarjo itu sesungguhnya membawa berkah bagi manusia di bumi ini. Lumpur
panas yang merupakan material dari gunung api purba ini mengandung beragam manfaat.
Lumpur luapan lapindo diketahui mengandung unsur selenium (Se) yaitu sebagai
bahan antikanker.
6
Gambar 5. Material Selenium yang Terkandung dalam Lumpur
Riset tersebut bertujuan untuk mencari sumber bahan aktif dan senyawa obat dari mikroba
dan tumbuhan herbal yang hidup di sana untuk mencegah dan mengobati kanker. Berbagai
jenis bakteri termofil tentunya akan banyak ditemukan di Indonesia termasuk di lumpur
lapindo, sebagai wilayah yang memiliki gunung berapi terbanyak di dunia. Keberadaan
bakteri ini ditunjang oleh limpahan selenium di permukaan bumi sebagai akibat luapan
7
magma pada masa lalu di daerah tersebut. Selenometionin (Se) akan mengurangi
berkembangnya sel kanker dan memperbaiki sel rusak. Dengan begitu, daya imunitas naik
dan tubuh terlindung dari infeksi virus dan serangan gen mutan penyebab kanker. Selenium
termasuk salah satu elemen esensial yang terikat dalam berbagai protein fungsional pada
tubuh seperti pada sistem hormonal, imunitas, reproduksi, pembuluh jantung, dan
mekanisme membunuh sel ganas secara terprogram (apoptosis). Karena itu, hasil dari
penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa individu dengan diet selenium rendah lebih
besar risikonya terkena berbagai macam tipe kanker.
Bencana lumpur Sidoarjo tahun 2006 membuat ribuan warga kehilangan tempat tinggal.
Sampai hari ini, limbah lumpur tersebut masih terus menumpuk. Seorang arsitek dan juga
peneliti dari Institut Teknologi Sepuluh November, Vincentius Totok Noerwasito, tergerak
untuk melakukan penelitian soal lumpur tersebut. Dia pun mencoba melihat manfaat apa
yang bisa diambil dari material yang ada. Selama tiga tahun melakukan penelitian, Totok
menemukan limbah lumpur Sidoarjo dapat diolah jadi batu bata untuk bahan bangunan.
Meskipun berasal dari limbah bencana, tapi batu bata ini sangat aman digunakan untuk
membangun rumah atau bangunan lainnya karena telah dicampur dengan materi lainnya
seperti semen dan kapur. Proses pembuatannya juga lebih ramah lingkungan karena dibuat
tanpa proses pembakaran, tidak merusak hutan dan lingkungan sekitar.
9
PT. Lapindo Brantas Inc, dimana keterangan resmi pertama yang keluar dari jubir perusahaan
terkait adalah bahwa semburan lumpur lapindo disebabkan oleh gempa bumi.
Dalam konteks ekonomi pasar bebas, tiap individu berhak untuk memakai miliknya guna
menghasilkan keuntungan. Tetapi, hak atas lingkungan berkualitas mengalahkan hak
seseorang untuk memakai miliknya dengan bebas. Lingkungan hidup tidak dapat
disingkirkan dari perhitungan atas dampak, baik secara ekonomis maupun sosial. Menjadi
tidak etis, apabila dampak yang ditimbulkan dibebankan kepada pihak lain. Dalam hal ini
masyarakat, mengutip dari dua prinsip etika diatas, maka dapat disimpulkan bahwa PT
Lapindo Brantas telah melakukan pelanggaran etika dalam kasus semburan lumpur sidoarjo
ini.
10
11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penulis menyimpulkan bahwa penyebab munculnya lumpur panas Sidoarjo adalah
merupakan kecelakaan dalam pengeboran dan juga dampak dari pelanggaran etika bisnis
yaitu dengan tidak memasang casing untuk pipa pada kedalaman 3.850 sampai 9.200 kaki.
Kesimpulan ini didapatkan dari hasil analisa perbandingan pendapat antara kedua kelompok
ahli dan didukung oleh hasil konferensi yang dilakukan oleh American Association of
Petroleum Geologist (AAPG) di Cape Town, Afrika Selatan, yang menduga bahwa
semburan lumpur muncul terjadi akibat pengeboran. Dan dalam hal ini, seharusnya PT
Lapindo Brantas sebagai pihak yang mengeksploitasi dan melakukan pengeboran di daerah
tersebut dinyatakan sebagai pihak yang bersalah. Tetapi kesimpulan yang penulis dapatkan
tentang penyebab semburan dan siapakah yang bersalah dalam kasus ini, adalah belum final
dan masih bersifat opini pribadi karena para ahli masih dalam proses untuk mengungkap dan
meneliti lebih lanjut tentang penyebabnya.
Sebagai legalitas usaha (eksplorasi atau eksploitasi), Lapindo telah mengantongi izin
usaha kontrak bagi hasil/production sharing contract (PSC) dari Pemerintah sebagai otoritas
penguasa kedaulatan atas sumberdaya alam. Poin inilah yang paling penting dalam kasus
lumpur panas ini. Pemerintah Indonesia telah lama menganut sistem ekonomi neoliberal
dalam berbagai kebijakannya. Alhasil, seluruh potensi tambang migas dan sumberdaya alam
(SDA) “dijual” kepada swasta/individu (corporate based). Di Jawa Timur saja, tercatat
banyak kasus bencana yang diakibatkan lalainya para korporat penguasa tambang migas,
seperti tragedy lumpur lapindo.
3.2 SARAN
Saran penulis bagi negara sebagai pihak yang turut dikenai tanggungjawab, akan lebih
baik jika negara fokus untuk menyelesaikan masalah lumpur Sidoarjo, terutama terkait
pembayaran ganti rugi rakyat. Jika seluruh rakyat telah menerima ganti rugi yang sesuai,
maka para ahli dapat dengan leluasa melanjutkan investigasi di lapangan tanpa dihalang-
halangi oleh rakyat yang belum mendapat ganti rugi. Menurut penulis, negara sebaiknya
12
“mengambil alih” penyelesaian kasus ganti rugi ini, dengan menimbang kesulitan dana yang
diakui oleh Gesang Budiarso sebagai komisaris utama PT Lapindo Brantas. Negara dapat
memberikan pinjaman kepada PT Lapindo Brantas, kemudian.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://ruanghati.com/2014/02/28/wajib-baca-sisi-positif-keberadaan-lumpur-panas-lapindo/
http://achmadmahardi.tumblr.com/post/59932287327/pelanggaran-etika-lapindo
http://monicabaniwijaya.blogspot.co.id/2013/09/siapakah-yang-bertanggungjawab-atas.html
http:/detiknews.com
http://rifkadodol.blogspot.co.id/2011/10/opini-tentang-bagaimana-cara-mengatasi.html?m=1
14