Anda di halaman 1dari 17

STUDI KASUS ETIKA PROFESI

BENCANA LUMPUR LAPINDO

Disusun oleh:
ACHMAD SOFWAN MULYAWAN – 1501631160001
AHMAT ABI SARWAN – 1510631160007

Dosen Pengampu:
ULINNUHA LATIFA, ST., MT.

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang bencana alam
“Lumpur Lapindo”. Kami juga berterima kasih dengan ibu Ulinnuha Latifa, ST., MT. selaku
dosen mata kuliah Etika Profesi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan kita
tentang adanya bencana lumpur lapindo. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah. Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya dan dapat berguna.

Karawang, 07 November 2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI i

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................................................1


1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................1
1.3 TUJUAN......................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN 1

2.1 PENYEBAB TERJADINYA BENCANA LUMPUR LAPINDO................................................1


2.2 DAMPAK NEGATIF DAN POSITIF DARI BENCANA LUMPUR LAPINDO........................1
2.3 OPINI PENULIS TERKAIT BENCANA LUMPUR LAPINDO................................................1
2.4 ETIKA PROFESI YANG DILANGGAR TERKAIT BENCANA LUMPUR LAPINDO............1
BAB III PENUTUP 1

3.1 KESIMPULAN...........................................................................................................................1
3.2 SARAN.......................................................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA 1

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil alamnya. Sejak jaman dahulu banyak
sekali bangsa asing yang berdatangan ke Indonesia dan berusaha untuk menduduki tanah air
kita tercinta ini. Banyak sekali hasil alam yang terdapat di Indonesia ini mulai dari yang
dapat dimakan maupun hasil alam yang dapat digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan
lainnya. Salah satu hasil alam yang terdapat di Indonesia adalah minyak dan gas bumi.

Pada tanggal 29 Mei 2006 terjadi sebuah peristiwa bencana Lumpur Lapindo atau
Lumpur Sidoarjo adalah menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo
Brantas, inc di Dusun Balongnongo, Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten
Sidoarjo. Peristiwa ini menenggelamkan 6 desa, 2467 rumah, 24 pabrik, 48 sekolah, dan 360
area pertanian. PT lapindo adalah salah satu perusahaan yang ditunjuk BP-MIGAS untuk
melakukan proses pengeboran minyak dan gas bumi.

Banyak sekali isu yang bermunculan terkait penyebab terjadinya ledakan lumpur panas
lapindo ini. Selain itu, tindakan dari pemerintah dan pihak perusahaan juga menjadi sebuah
perbincangan terkait dengan janji yang diberikan sangat mengecewakan korban dari
peristiwa tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang menjadi penyebab terjadinya benacana lumpur lapindo?
2. Dampak negatif dan positif yang ditimbulkan dari bencana lumpur lapindo.
3. Opini penulis terkait dengan bencana lumpur lapindo.

4. Etika profesi apa yang dilanggar sehinga terjadi kasus yang sangat membahayakan
manusia dan lingkungan.

1
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui penyebab terjadinya bencana lumpur lapindo.
2. Mengetahui dampak negatif dan positif dari bencana lumpur lapindo.
3. Mengetahui opini penulis terkait dengan bencana lumpur lapindo.
4. Mengetahui etika profesi apa yang dilanggar yang berdampak pada lingkungan dan
manusia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENYEBAB TERJADINYA BENCANA LUMPUR LAPINDO


Lapindo Brantas, Inc melakukan pengeboran sumur selama 3 bulan pada Panji-1 yang
terletak di desa Renokenongo, kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, provinsi Jawa
Timur, Indonesia. Pengeboran ini dilakukan dengan tujuan untuk mencapai kedalaman
10.300 kaki. Namun ketika dicapai kedalaman 9.297 kaki atau sekitar 3.500 meter terjadilah

2
peristiwa ledakan lumpur yang pertama kali. Pada tanggal 29 Mei 2006 pukul 05.00 terjadi
penyemburan lumpur panas pada areal persawahan Desa Siring yang jaraknya kurang lebih
150 meter barat daya dari sumur Banjar Panji-1 milik Lapindo Brantas, Inc. Tiga hari
kemudian pada tanggal 1 Juni muncul semburan yang berjarak 150 meter ke arah Timur Laut
dari sumur Panji-1 dan keesokan harinya muncul lagi semburan dengan jarak 500 meter dari
Panji-1. Pada tanggal 7 Juni 2006, semburan lumpur panas semakin membesar dan
menggenangi areal pemukiman penduduk dusun Renomencil Desa Renokenongo dan Dusun
Siring Tangungan, Desa Siring.

Gambar 1. Bencana lumpur lapindo


Hingga saat ini, semburan lumpur panas tersebut diduga diakibatkan aktivitas pengeboran
yang dilakukan Lapindo Brantas di sumur tersebut. Pihak Lapindo Brantas sendiri punya dua
teori soal asal semburan. Pertama, semburan lumpur berhubungan dengan kesalahan
prosedur dalam kegiatan pengeboran. Kedua, semburan lumpur kebetulan terjadi bersamaan
dengan pengeboran akibat sesuatu yang belum diketahui. Namun bahan tulisan lebih banyak
yang condong kejadian itu adalah akibat pemboran. Pada awalnya sumur tersebut
direncanakan hingga kedalaman 8.500 kaki (2.590 meter) untuk mencapai formasi Kujung
(batu gamping). Sumur tersebut akan dipasang selubung bor (casing) yang ukurannya
bervariasi sesuai dengan kedalaman untuk mengantisipasi potensi circulation loss (hilangnya
lumpur dalam formasi) dan kick (masuknya fluida formasi tersebut ke dalam sumur) sebelum
pengeboran menembus formasi Kujung. Sesuai dengan desain awalnya, Lapindo “sudah”
memasang casing pada kedalaman 150 kaki, 1.195 kaki, 2.385 kaki, dan 3.580 kaki. Ketika
Lapindo mengebor lapisan bumi dari kedalaman 3.580 kaki sampai ke 9.297 kaki, mereka
“belum” memasang casing yang rencananya akan dipasang tepat di kedalaman batas antara
3
formasi Kalibeng Bawah dengan formasi Kujung (8.500 kaki). Diperkirakan bahwa Lapindo,
sejak awal merencanakan kegiatan pengeboran ini dengan membuat prognosis pengeboran
yang salah. Mereka membuat prognosis dengan mengasumsikan zona pengeboran mereka di
zona Rembang dengan target pengeborannya adalah formasi Kujung. Padahal mereka
membor di zona Kendeng yang tidak ada formasi Kujung-nya. Alhasil, mereka
merencanakan memasang casing setelah menyentuh target yaitu batu gamping formasi
Kujung yang sebenarnya tidak ada. Selama mengebor mereka tidak meng-casing lubang
karena kegiatan pemboran masih berlangsung. Selama pemboran,
lumpur overpressure (bertekanan tinggi) dari formasi Pucangan sudah berusaha menerobos
(blow out) tetapi dapat diatasi dengan pompa lumpur Lapindo (Medici). Setelah kedalaman
9.297 kaki, akhirnya mata bor menyentuh batu gamping. Lapindo mengira target formasi
Kujung sudah tercapai, padahal mereka hanya menyentuh formasi Klitik. Batu gamping
formasi Klitik sangat porous (berlubang-lubang). Akibatnya lumpur yang digunakan untuk
melawan lumpur formasi Pucangan hilang (masuk ke lubang di batu gamping formasi Klitik)
atau circulation loss sehingga Lapindo kehilangan/kehabisan lumpur di permukaan sehingga
ketika fluida formasi naik ke atas dan mengakibatkan semburan lumpur. Namun hal yang
lebih parah adalah fluida ini berusaha mencari jalan lain yang lebih mudah sehingga
terjadilah semburan di beberapa tempat di area sekitar sumur.

Gambar 2. Kedalaman tanah pada saat penggalian


4
2.2 DAMPAK NEGATIF DAN POSITIF DARI BENCANA LUMPUR LAPINDO
Dari semburan 6 Juni sebanyak 725 jiwa dengan terpaksa harus mengungsi ke Balai Desa
Renokenongo dan Pasar Baru Porong. Sedangkan dari semburan 7 Juni 3.815 jiwa harus
mengungsi ke Pasar Baru Porong dan rumah famili yang dimiliki. Sampai dengan bulan
Oktober 2006, semburan belum dapat dihentikan. Lumpur ini menyebabkan 10 pabrik tutup
serta 90 hektar sawah dan pemukiman tidak dapat ditinggali. Selain itu perjalanan dari
Gempol menjadi terhambat dan menyebabkan kemacetan. Dari peristiwa ledakan pipa gas
Pertamina mengakibatkan sejumlah desa di wilayah utara desa tersebut seperti, Desa Kali
Tengah dan Perumahan Tanggulangin Anggun Sejahtera Kecamatan Tanggulangin, mulai
terancam akan tergenang lumpur sehingga penduduk desa tersebut harus ikut mengungsi.

Gambar 3. Pemukiman yang terendam lumpur


Hingga bulan November 2008 terdapat 18 desa yang menjadi korban dari lumpur lapindo
itu. Desa tersebut adalah Desa Renokenongo, Jatirejo, Siring, Kedung Bendo, Sentul, Besuki,
Glagah Arum, Kedung Cangkring, Mindi, Ketapang, Pajarakan, Permisan, Ketapang,
Pamotan, Keboguyang, Gempolsari, Kesambi, dan Kalitengah. Jumlah total warga yang
menjadi korban adalah sebanyak sebanyak lebih dari 8.200 jiwa warga yang dievakuasi dan
25.000 jiwa yang tidak mengungsi. Jumlah rumah yang rusak sebanyak 1.683 unit. Dengan
rincian bangunan sebanyak 1.810, sekolah 18, kantor 2, pabrik 15, masjid dan mushala 15
unit.

5
Gambar 4. Beberapa Rumah yang Terendam Lumpur Lapindo
Lahan dan ternak juga terkena dampak dari bencana ini, yang tercatat terkena dampak
lumpur hingga Agustus 2006 antara lain: lahan tebu seluas 25,61 ha di Renokenongo, Jatirejo
dan Kedungcangkring; lahan padi seluas 172,39 ha di Siring, Renokenongo, Jatirejo,
Kedungbendo, Sentul, Besuki Jabon dan Pejarakan Jabon serta 1.605 ekor unggas, 30 ekor
kambing, 2 sapi dan 7 ekor kijang. Terdapat sekitar 30 pabrik yang tergenang dan tidak dapat
beroperasi sehingga 1.873 orang tenaga kerja menjadi korban dari peristiwa ini.

Atas keputusan dari pemerintah yaitu membuang sebagian lumpur ke sungai Porong
menimbulkan terjadinya pendangkalan sungai. Selain itu, makhluk hidup serta tumbuhan
yang hidup di daerah sekitar sungai Porong ikut menjadi korban dari luapan lumpur ini.
Keputusan pemerintah ini makin menimbulkan dampak lingkungan.

Terjadinya luapan lumpur panas lapindo ini sangat mengerikan, namun hal ini tak
selamanya menyeramkan, karena setiap musibah pasti ada hikmah dibaliknya. Bencana
lumpur Sidoarjo itu sesungguhnya membawa berkah bagi manusia di bumi ini. Lumpur
panas yang merupakan material dari gunung api purba ini mengandung beragam manfaat.

Lumpur luapan lapindo diketahui mengandung unsur selenium (Se) yaitu sebagai
bahan antikanker.

6
Gambar 5. Material Selenium yang Terkandung dalam Lumpur

Gambar 6. Bakteri Termofil


Bukan itu saja, dalam material panas itu ternyata ada bakteri yang malah hidup nyaman di
dalamnya, dinamai bakteri termofil. Mikroba ini senang bermukim di lingkungan air yang
sangat hangat karena mendapat kelimpahan makanan yang tak lain adalah unsur selenium.
Dr Novik Nurhidayat, peneliti dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), memiliki keyakinan itu berdasarkan penelitiannya selama ini di beberapa
kawasan vulkanis di Indonesia. Bakteri penyerap selenium ini ditemukan Novik selama dua
tahun menjelajahi sumber air panas di Gunung Kerinci-Seblat Sumatera dan Dataran Tinggi
Toraja di Sulawesi, serta Gunung Rinjani di Pulau Lombok juga hasil survei ke Cibodas-
Bogor Bali dan yang terakhir ke lokasi lumpur panas lapindo.

Riset tersebut bertujuan untuk mencari sumber bahan aktif dan senyawa obat dari mikroba
dan tumbuhan herbal yang hidup di sana untuk mencegah dan mengobati kanker. Berbagai
jenis bakteri termofil tentunya akan banyak ditemukan di Indonesia termasuk di lumpur
lapindo, sebagai wilayah yang memiliki gunung berapi terbanyak di dunia. Keberadaan
bakteri ini ditunjang oleh limpahan selenium di permukaan bumi sebagai akibat luapan

7
magma pada masa lalu di daerah tersebut. Selenometionin (Se) akan mengurangi
berkembangnya sel kanker dan memperbaiki sel rusak. Dengan begitu, daya imunitas naik
dan tubuh terlindung dari infeksi virus dan serangan gen mutan penyebab kanker. Selenium
termasuk salah satu elemen esensial yang terikat dalam berbagai protein fungsional pada
tubuh seperti pada sistem hormonal, imunitas, reproduksi, pembuluh jantung, dan
mekanisme membunuh sel ganas secara terprogram (apoptosis). Karena itu, hasil dari
penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa individu dengan diet selenium rendah lebih
besar risikonya terkena berbagai macam tipe kanker.

Bencana lumpur Sidoarjo tahun 2006 membuat ribuan warga kehilangan tempat tinggal.
Sampai hari ini, limbah lumpur tersebut masih terus menumpuk. Seorang arsitek dan juga
peneliti dari Institut Teknologi Sepuluh November, Vincentius Totok Noerwasito, tergerak
untuk melakukan penelitian soal lumpur tersebut. Dia pun mencoba melihat manfaat apa
yang bisa diambil dari material yang ada. Selama tiga tahun melakukan penelitian, Totok
menemukan limbah lumpur Sidoarjo dapat diolah jadi batu bata untuk bahan bangunan.
Meskipun berasal dari limbah bencana, tapi batu bata ini sangat aman digunakan untuk
membangun rumah atau bangunan lainnya karena telah dicampur dengan materi lainnya
seperti semen dan kapur. Proses pembuatannya juga lebih ramah lingkungan karena dibuat
tanpa proses pembakaran, tidak merusak hutan dan lingkungan sekitar.

Gambar 7. Pembuatan Batu Bata


Tim Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) mengembangkan pembuatan
baterai sel kering (dry cell battery) dari bahan baku material lumpur lapindo di Sidoarjo.
Lumpur lapindo memiliki kadar garam sangat tinggi yakni mencapai 40 persen dan juga
8
mengandung berbagai jenis logam. Baterai kering ini diberi nama “LUSI CELL”. LUSI
kepanjangan dari Lumpur Sidoarjo karena masyarakat sekitar lokasi di sana kebanyakan
menyebutnya lumpur Sidoarjo. Proses pembuatannya masih dengan cara manual yakni
dengan memanfaatkan selongsong baterai bekas yang sudah tidak terpakai kemudian isinya
diganti dengan lumpur Lapindo, namun sebelum itu lumpur Lapindo diektrasi, logam yang
terkandung meliputi mangaan, merkuri, dan sebagainya kemudian dicampur dengan bahan-
bahan kimia terus dijadikan sel kering. Walaupun dikerjakan secara manual untuk
menyelesaikan satu buah baterai ukuran 1,5 volt hanya dibutuhkan waktu sekitar 15 menit
saja.

Gambar 8. Dry Cell Battery

2.3 OPINI PENULIS TERKAIT BENCANA LUMPUR LAPINDO


Untuk perusahaan diharapkan lebih berhati-hati dan melakukan kegiatan dengan
persiapan yang matang pada saat melakukan proses pengeboran sehingga tidak terjadi tragedi
atau bencana yang serupa. Untuk pemerintah juga harus lebih tegas terhadap perusahaan
yang terkait dan memberikan janji yang pasti bukan wacana yang tidak dapat dipenuhi
kepada masyarakat.

2.4 ETIKA PROFESI YANG DILANGGAR TERKAIT BENCANA LUMPUR


LAPINDO
Information is Public-Informasi adalah milik publik. Sebuah informasi sepatutnya harus
diberitakan, secara lengkap dan benar kepada publik. Sebuah perusahaan besar, tidak
sepatutnya memberikan keterangan “palsu” kepada publik-terlebih pers, tentang sebuah isu
yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat luas. Berbalik dengan yang dilakukan oleh

9
PT. Lapindo Brantas Inc, dimana keterangan resmi pertama yang keluar dari jubir perusahaan
terkait adalah bahwa semburan lumpur lapindo disebabkan oleh gempa bumi.

Dalam konteks ekonomi pasar bebas, tiap individu berhak untuk memakai miliknya guna
menghasilkan keuntungan. Tetapi, hak atas lingkungan berkualitas mengalahkan hak
seseorang untuk memakai miliknya dengan bebas. Lingkungan hidup tidak dapat
disingkirkan dari perhitungan atas dampak, baik secara ekonomis maupun sosial. Menjadi
tidak etis, apabila dampak yang ditimbulkan dibebankan kepada pihak lain. Dalam hal ini
masyarakat, mengutip dari dua prinsip etika diatas, maka dapat disimpulkan bahwa PT
Lapindo Brantas telah melakukan pelanggaran etika dalam kasus semburan lumpur sidoarjo
ini.

2.5 SOLUSI UNTUK BENCANA LUMPUR LAPINDO


Ada dua solusi untuk menanggulangi bencana lumpur lapindo. Yang pertama adalah
meneruskan upaya penangangan lumpur di lokasi semburan dengan membangun waduk
tambahan di sebelah tanggul-tanggul yang ada sekarang. Dengan sedikit upaya untuk
menggali lahan ditempat yang akan dijadikan waduk tambahan tersebut agar daya
tampungnya menjadi lebih besar. Masalahnya, untuk membebaskan lahan disekitar waduk
diperlukan waktu, begitu juga untuk menyiapkan tanggul yang baru, sementara semburan
lumpur secara terus menerus, dari hari ke hari, volumenya terus membesar. Dan yang kedua
adalah mengumpulkan lumpur panas Sidoarjo ke tempat yang kemudian menjadi lahan basah
yang akan ditanami oleh mangrove, lumpur tersebut dapat dicegah masuk ke Selat Madura
sehingga tidak mengancam kehidupan nelayan tambak di kawasan pantai Sidoardjo dan
nelayan penangkap ikan di Selat Madura. Pantai rawa baru yang akan menjadi lahan
reklamasi tersebut dikembangkan menjadi hutan bakau yang lebat dan subur, yang
bermanfaat bagi pemijahan ikan, daerah penyangga untuk pertambakan udang. Pantai baru
dengan hutan bakau diatasnya dapat ditetapkan sebagai kawasan lindung yang menjadi
sumber inspirasi dan sarana pendidikan bagi masyarakat terhadap pentingnya pelestarian
kawasan pantai.

10
11
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Penulis menyimpulkan bahwa penyebab munculnya lumpur panas Sidoarjo adalah
merupakan kecelakaan dalam pengeboran dan juga dampak dari pelanggaran etika bisnis
yaitu dengan tidak memasang casing untuk pipa pada kedalaman 3.850 sampai 9.200 kaki.
Kesimpulan ini didapatkan dari hasil analisa perbandingan pendapat antara kedua kelompok
ahli dan didukung oleh hasil konferensi yang dilakukan oleh American Association of
Petroleum Geologist (AAPG) di Cape Town, Afrika Selatan, yang menduga bahwa
semburan lumpur muncul terjadi akibat pengeboran. Dan dalam hal ini, seharusnya PT
Lapindo Brantas sebagai pihak yang mengeksploitasi dan melakukan pengeboran di daerah
tersebut dinyatakan sebagai pihak yang bersalah. Tetapi kesimpulan yang penulis dapatkan
tentang penyebab semburan dan siapakah yang bersalah dalam kasus ini, adalah belum final
dan masih bersifat opini pribadi karena para ahli masih dalam proses untuk mengungkap dan
meneliti lebih lanjut tentang penyebabnya.
Sebagai legalitas usaha (eksplorasi atau eksploitasi), Lapindo telah mengantongi izin
usaha kontrak bagi hasil/production sharing contract (PSC) dari Pemerintah sebagai otoritas
penguasa kedaulatan atas sumberdaya alam. Poin inilah yang paling penting dalam kasus
lumpur panas ini. Pemerintah Indonesia telah lama menganut sistem ekonomi neoliberal
dalam berbagai kebijakannya. Alhasil, seluruh potensi tambang migas dan sumberdaya alam
(SDA) “dijual” kepada swasta/individu (corporate based). Di Jawa Timur saja, tercatat
banyak kasus bencana yang diakibatkan lalainya para korporat penguasa tambang migas,
seperti tragedy lumpur lapindo.

3.2 SARAN
Saran penulis bagi negara sebagai pihak yang turut dikenai tanggungjawab, akan lebih
baik jika negara fokus untuk menyelesaikan masalah lumpur Sidoarjo, terutama terkait
pembayaran ganti rugi rakyat. Jika seluruh rakyat telah menerima ganti rugi yang sesuai,
maka para ahli dapat dengan leluasa melanjutkan investigasi di lapangan tanpa dihalang-
halangi oleh rakyat yang belum mendapat ganti rugi. Menurut penulis, negara sebaiknya
12
“mengambil alih” penyelesaian kasus ganti rugi ini, dengan menimbang kesulitan dana yang
diakui oleh Gesang Budiarso sebagai komisaris utama PT Lapindo Brantas. Negara dapat
memberikan pinjaman kepada PT Lapindo Brantas, kemudian.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://ruanghati.com/2014/02/28/wajib-baca-sisi-positif-keberadaan-lumpur-panas-lapindo/

http://achmadmahardi.tumblr.com/post/59932287327/pelanggaran-etika-lapindo

http://monicabaniwijaya.blogspot.co.id/2013/09/siapakah-yang-bertanggungjawab-atas.html

http:/detiknews.com

http://rifkadodol.blogspot.co.id/2011/10/opini-tentang-bagaimana-cara-mengatasi.html?m=1

14

Anda mungkin juga menyukai