Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun berusaha untuk menemukan sumber daya sumber daya yang ada di wilayah Indonesia guna memajukan kehidupan rakyatnya. Mereka mencoba untuk mengadakan riset dan menggali wilayah-wilayah yang diduga menyimpan minyak bumi dan gas alam, seperti yang terjadi di Porong, Sidoarjo. Pemerintah bekerja sama dengan perusahaan swasta mengadakan penelitian dan pengeboran di Sidoarjo guna memastikan adanya minyak bumi dan gas alam yang terkandung di dalamnya. Dalam penelitian ini pemerintah bersama Lapindo Brantas Inc menjalin hubungan kerja sama dimana Lapindo Brantas Inc merupakan salah satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang ditunjuk BPMIGAS untuk melakukan proses pengeboran minyak dan gas alam. Dalam perjalanannya, penggeboran ini mengalami

kegagalan yang disebabkan kurangnya planning dan organizing yang baik dari pihak Lapindo Brantas Inc maupun Pemerintah yang menyebabkan terjadinya luapan lumpur Lapindo ke permukaan sehingga merugikan masyarakat sekitar yang tinggal di wilayah tersebut. Lumpur Lapindo meyerang pemukiman-pemukiman dan pabrik-pabrik di wilayah Porong, Sidoarjo. Musibah lumpur Lapindo yang menimpa Indonesia sejak 2006 silam masih terus merugikan pihak perusahaan, masyarakat di sekitarnya ,dan pemerintahan Indonesia dari segi psikologis maupun material. Hal ini terjadi dikarenakan Lapindo sejak awal merencanakan kegiatan pengeboran dengan membuat prognosis pengeboran yang salah. Mereka membuat prognosis dengan mengasumsikan pengeboran di zona yang salah

2 sehingga mengakibatkan terjadinya luapan lumpur yang sekarang dikenal dengan lumpur Lapindo. Akibat dari planning yang sejak awal salah dan organizing yang dijalankan menuju goal yang salah. Dalam hal ini, planning direncanakan dengan tidak serius dan terkesan asal-asalan sekalipun masalah pengeboran ini adalah masalah yang harus benar-benar dipikirkan karena dampak yang ditimbulkan dapat merugikan masyarakat di sekitarnya juga.

1.2 Rumusan Masalah Ada beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini. Masalah-masalah itu adalah : Apakah ada hubungan antara manajemen yang kurang baik dengan terjadinya lumpur lapindo? Bagaimana penanggulangan masalah lumpur lapindo yang berdasarkan pada planning dan organizing yang baik? Apakah dampak yang dirasakan oleh masyrakat terkait dengan planning dan organizing yang buruk?

1.3 Tujuan Pembahasan Ada beberapa tujuan yang diharapkan tercapai dalam pembuatan makalah ini. Tujuan itu adalah : Menjabarkan hubungan antara manajemen yang kurang baik dengan terjadinya lumpur lapindo. Menjabarkan penanggulangan masalah lumpur lapindo yang berdasarkan pada planning dan organizing yang baik. Menjelaskan dampak yang dirasakan oleh masyarakat terkait dengan planning dan organizing yang buruk.

3 1.4 Manfaat Pembahasan Dari hasil makalah ini, diharapkan dapat memberikan wawasan yang luas tentang dampak yang terjadi dari hubungan manajemen yang kurang baik. Dari hasil makalah ini, diharapkan dapat memberikan informasi cara penganggulangan terhadap masalah-masalah di masyarakat yang berhubungan dengan planning dan organizing. Dari hasil makalah ini, diharapkan dapat memberikan dampak positif guna memperbaiki planning dan organizing dalam menjalankan sebuah perusahaan maupun badan usaha.

BAB II TELAAH PUSTAKA

2.1 Lumpur Lapindo Banjir Lumpur Panas Sidoarjo atau Lumpur Lapindo

adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo,

Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 29 Mei 2006. Semburan lumpur panas selama beberapa bulan ini menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta memengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.

2.2 Lokasi Semburan Lokasi semburan lumpur ini berada di Porong, yakni kecamatan di bagian selatan Kabupaten Sidoarjo, sekitar 12 km sebelah selatan kota Sidoarjo. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Gempol (Kabupaten Pasuruan) di sebelah selatan. Lokasi pusat semburan hanya berjarak 150 meter dari sumur Banjar Panji-1 (BJP-1), yang merupakan sumur eksplorasi gas milik Lapindo Brantas Inc sebagai operator blok Brantas. Oleh karena itu, hingga saat ini, semburan lumpur panas tersebut diakibatkan aktivitas pengeboran yang dilakukan Lapindo Brantas di sumur tersebut. Pihak Lapindo Brantas sendiri punya dua teori soal asal semburan. Pertama, semburan lumpur berhubungan dengan kesalahan prosedur dalam kegiatan pengeboran. Kedua, semburan lumpur kebetulan terjadi bersamaan dengan pengeboran akibat sesuatu yang belum diketahui. Lokasi semburan lumpur tersebut merupakan kawasan pemukiman dan di sekitarnya merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur. Tak jauh dari lokasi semburan terdapat jalan tol SurabayaGempol, jalan raya Surabaya-Malang dan Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi 4

5 (jalur pantura timur), serta jalur kereta api lintas timur Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi,Indonesia.

2.3 Perkiraan Penyebab Kejadian Lapindo Brantas melakukan pengeboran sumur Banjar Panji-1 pada awal Maret 2006 dengan menggunakan perusahaan kontraktor pengeboran PT Medici Citra Nusantara. Kontrak itu diperoleh Medici atas nama Alton International Indonesia, Januari 2006, setelah menang tender pengeboran dari Lapindo senilai US$ 24 juta. Pada awalnya sumur tersebut direncanakan hingga

kedalaman 8500 kaki (2590 meter) untuk mencapai formasi Kujung (batu gamping). Sumur tersebut akan dipasang selubung bor (casing ) yang ukurannya bervariasi sesuai dengan kedalaman untuk mengantisipasi potensi circulation loss (hilangnya lumpur dalam formasi) dan kick(masuknya fluida formasi tersebut ke dalam sumur) sebelum pengeboran menembus formasi Kujung. Sesuai dengan desain awalnya, Lapindo sudah

memasang casing 30 inchi pada kedalaman 150 kaki, casing 20 inchi pada 1195 kaki, casing (liner) 16 inchi pada 2385 kaki dan casing 13-3/8 inchi pada 3580 kaki (Lapindo Press Rilis ke wartawan, 15 Juni 2006). Ketika Lapindo mengebor lapisan bumi dari kedalaman 3580 kaki sampai ke 9297 kaki, mereka belum memasang casing 9-5/8 inchi yang rencananya akan dipasang tepat di kedalaman batas antara formasi Kalibeng Bawah dengan Formasi Kujung (8500 kaki). Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan pemboran ini dengan membuat prognosis pengeboran yang salah. Mereka membuat prognosis dengan mengasumsikan zona pemboran mereka di zona Rembang dengan target pemborannya adalah formasi Kujung. Padahal mereka membor di zona Kendeng yang tidak ada formasi Kujungnya. Alhasil, mereka merencanakan memasang casing setelah menyentuh target yaitu batu gamping formasi Kujung yang sebenarnya tidak ada. Selama

6 mengebor mereka tidak meng-casing lubang karena kegiatan pemboran masih berlangsung. Selama pemboran, lumpuroverpressure (bertekanan tinggi) dari formasi Pucangan sudah berusaha menerobos (blow out) tetapi dapat diatasi dengan pompa lumpurnya Lapindo (Medici). Setelah kedalaman 9297 kaki, akhirnya mata bor

menyentuh batu gamping. Lapindo mengira target formasi Kujung sudah tercapai, tetapi mereka hanya menyentuh formasi Klitik. Batu gamping formasi Klitik sangat porous(bolong-bolong). Akibatnya lumpur yang digunakan untuk melawan lumpur formasi Pucangan hilang (masuk ke lubang di batu gamping formasi Klitik) atau circulation loss sehingga Lapindo kehilangan/kehabisan lumpur di permukaan. Akibat dari habisnya lumpur Lapindo, maka lumpur formasi Pucangan berusaha menerobos ke luar (terjadi kick). Mata bor berusaha ditarik tetapi terjepit sehingga dipotong. Sesuai prosedur standard, operasi pemboran dihentikan, perangkap Blow Out Preventer (BOP) di rig segera ditutup & segera dipompakan lumpur pemboran berdensitas berat ke dalam sumur dengan tujuan mematikan kick. Kemungkinan yang terjadi, fluida formasi bertekanan tinggi sudah terlanjur naik ke atas sampai ke batas antara open-hole dengan selubung di permukaan (surface casing) 13 3/8 inchi. Di kedalaman tersebut, diperkirakan kondisi geologis tanah tidak stabil & kemungkinan banyak terdapat rekahan alami (natural fissures) yang bisa sampai ke permukaan. Karena tidak dapat melanjutkan perjalanannya terus ke atas melalui lubang sumur disebabkan BOP sudah ditutup, maka fluida formasi bertekanan tadi akan berusaha mencari jalan lain yang lebih mudah yaitu melewati rekahan alami tadi & berhasil. Inilah mengapa surface blowout terjadi di berbagai tempat di sekitar area sumur, bukan di sumur itu sendiri.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_lumpur_panas_Sidoarjo)

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Manajemen Lapindo yang Kurang Baik

Pengeboran yang di lakukan oleh PT Lapindo Brantas Inc (LBI), sebenarnya mengalami kesalahan teknis yang berarti telah terjadi kesalahan pada prosedur operasional standar. Semburan lumpur kebetulan terjadi bersamaan dengan pengeboran akibat sesuatu yang belum diketahui. Namun bahan tulisan lebih banyak yang condong kejadian itu adalah akibat pengeboran. Dari hal tersebut dapat kita lihat bahwa perencanaan pengeboran yang di lakukan oleh LBI tidak direncanakan dengan baik. Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan pemboran ini dengan membuat perencanaan pengeboran yang salah. Lapindo juga diduga sengaja menghemat biaya operasional dengan tidak memasang casing. Jika dilihat dari perspektif ekonomi, keputusan pemasangan casing berdampak pada besarnya biaya yang dikeluarkan Lapindo. Medco, sebagai salah satu pemegang saham wilayah Blok Brantas, dalam surat bernomor MGT-088/JKT/06, telah memperingatkan Lapindo untuk memasang casing (selubung bor) sesuai dengan standar operasional pengeboran minyak dan gas. Namun, entah mengapa Lapindo sengaja tidak memasang casing, sehingga pada saat terjadi underground blow out, lumpur yang ada di perut bumi menyembur keluar tanpa kendali. Dapat kita lihat bahwa di sini tidak ada organizing yang baik antara pihak Medco dengan LBI sehingga menyebabkan miss communication.

(http://agorsiloku.wordpress.com/2006/10/11/tragedi-lumpur-lapindo/)

3.2 Penanggulangan Lumpur Lapindo Sejumlah upaya telah dilakukan untuk menanggulangi luapan lumpur, diantaranya dengan membuat tanggul untuk membendung area genangan lumpur. Namun demikian, lumpur terus menyembur setiap harinya, sehingga sewaktu-waktu tanggul dapat jebol, yang mengancam tergenanginya lumpur pada permukiman di dekat tanggul. Jika dalam tiga bulan bencana tidak tertangani, adalah membuat waduk dengan beton pada lahan seluas 342 hektar, dengan mengungsikan 12.000 warga. Kementerian Lingkungan Hidup mengatakan, untuk menampung lumpur sampai Desember 2006, mereka menyiapkan 150 hektare waduk baru. Juga ada cadangan 342 hektare lagi yang sanggup memenuhi kebutuhan hingga Juni 2007. Akhir Oktober, diperkirakan volume lumpur sudah mencapai 7 juta m3.Namun rencana itu batal tanpa sebab yang jelas. Badan Meteorologi dan Geofisika meramal musim hujan bakal datang dua bulanan lagi. Jika perkira-an itu tepat, waduk terancam kelebihan daya tampung. Lumpur pun meluap ke segala arah, mengotori sekitarnya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_lumpur_panas_Sidoarjo) Wakil Presiden Boediono sendiri mengatakan bahwa penanganan lumpur Lapindo dapat dilakukan dengan lebih baik lagi. Hal ini lantaran masih ada ancaman kondisi alam, terutama hujan. Boediono mengatakan pihaknya sudah membicarakan lagi bagaimana mengelola Lumpur Lapindo jika nanti makin membesar.

9 (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/09/22/lrwqh7-wapresinstruksikan-penanganan-lumpur-lapindo-lebih-baik-lagi).

3.3 Dampak bagi Masyarakat Lumpur Lapindo ini membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar maupun bagi aktivitas perekonomian di Jawa Timur : Masyarakat harus di evakuasi dari tempat tinggal mereka dan mengungsi di tempat pengungsian untuk waktu yang sangat lama. Lahan dan ternak masyarakat sekitar juga terkena dampak dari semburan lumpur. Pemberhentian sejumlah tenaga kerja karena penutupan pabrik. Tidak berjalannya kegiatan belajar mengajar. Ditutupnya ruas jalan tol Surabaya-Gempol yang menyebabkan kemacetan.

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Masalah yang telah lama melanda daerah Porong yaitu masalah lumpur lapindo. Dalam hal ini, pemerintah harus

memperhatikan masalah ini karena masalah ini adalah masalah yang rumit dan mulai dulu tidak dapat dipecahkan bagaimana cara menyelesaikannya. Pemerintah seharusnya cepat-cepat memikirkan bagaimana cara mengatasi masalah ini, karena jika masalah ini tidak cepat diselesaikan maka tidak hanya lingkungan yang rusak tetapi juga warga masyarakat sekitar lumpur lapindo menjadi korban dan mereka bingung harus bertempat tinggal dimana. Selain pemerintah warga pun seharusnya juga membantu mencari solusi bagaimana cara mengatasi masalah ini, karena jika masalah ini tidak cepat diselesaikan maka masalah ini akan menjadi tambah besar dan sulit untuk dipecahkan. Karena lumpur itu tambah lama tambah meningkat dan lama kelamaan tanggul-tanggul penopang lumpur itu akan roboh dan lumpur akan menjalar kemana-mana, maka sebelum terjadi hal demikian sebaiknya pemerintah dan juga warga masyarakat memikirkan atau memberikan masukan kepada pemerintah untuk mengatasi masalah ini.

4.2 Saran 4.2.1 Bagi Pemerintah Pemerintah seharusnya memberikan pemecahan yang terbaik untuk masalah ini karena masalah ini sangat merugikan banyak orang, selain warga masyarakat sekitar porong masyarakat lainnya diluar porong juga merasakan masalahnya karena biasanya jika ke luar kota yang melewati porong biasanya tidak macet sekarang macet dan banyak orang takut jika lewat porong karena misalnya tanggul lumpur itu hancur maka pengguna jalan porong akan menjadi korban.

10

11 4.2.2 Bagi Warga Seharusnya warga masyarakat sekitar lumpur lapindo juga harus membantu mencari cara untuk memecahkan masalah tersebut, karena jika hanya pemerintah yang memikirkan masalah ini hasilnya tidak akan selesai masalah ini. Karena warga masyarakat sekitar lumpur lapindo juga pasti memikirkan masa depan kehidupannya, jika mereka tetap pasrah terhadap masalah ini maka masa depan kehidupan warga sekitar lumpur lapindo tidak akan pernah damai seperti semula. Masyarakat sekitar juga tidak boleh hanya memikirkan minta ganti rugi saja tetapi pikirkan bagaimana cara menyelesaikan masalah ini sehingga kembali seperti semula.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_lumpur_panas_Sidoarjo

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/09/22/lrwqh7-wapresinstruksikan-penanganan-lumpur-lapindo-lebih-baik-lagi

http://agorsiloku.wordpress.com/2006/10/11/tragedi-lumpur-lapindo/

Anda mungkin juga menyukai