Anda di halaman 1dari 3

Kamis, 16 Maret 2017

Critical Public Relations dan Studi Kasus Terhadap PT Lapindo Brantas


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Deskripsi Kasus
                  Nama perusahaan PT.Lapindo Brantas Inc semakin dikenal oleh masyarakat
dengan adanya kasus Lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur yang terjadi pada
tanggal 29 Mei 2006. Lumpur lapindo ini merupakan peristiwa menyemburnya lumpur panas
yang lokasinya dekat dengan Sumur Banjar Panji (BJP-1). Kejadian tersebut membuat
masyarakat sekitar menyatakan bahwa adanya lumpur panas tersebut disebabkan oleh
kesalahan dari PT.Lapindo Brantas Inc pada saat melakukan mud loging (pengeboran
lumpur).  Hal itu tentu saja sangat merugikan dan merusak lingkungan yang berada di sekitar
lokasi kejadian tersebut (Luthfiany, 2015, h.1)
            PT Lapindo Brantas, Inc sangat dikenal secara luas balik dalam maupun luarnegeri
semenjak peristiwa banjir lumpur panas sidoarjo, atau yang biasadikenal dengan
perisitwa Lumpur Lapindo yang terjadi pada 29 Mei 2006.Peristiwa Lumpur Lapindo,
adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas dilokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di
Sumur Banjar Panji 1 (BJP-1)
      Dengan adanya kejadian Lumpur Lapindo yang disebabkan oleh PT.Lapindo Brantas Inc
juga mengakibatkan tidak stabilnya kondisi tanah dibawah lokasi awal. Lumpur Lapindo
tersebut menggenangi wilayah sekitar pengeboran seperti pemukiman, pertanian dan
perindustrian. Hal ini mengakibatkan 16 desa tenggelam di wilayah Kecamatan Porong,
Kecamatan Jabung, dan Kecamatan Tanggulangin. Mengutip dari beritasatu.com pada
tanggal 29 Mei 2015.
Luasan kolam penampungan (pond) semburan lumpur panas itu sendiri, sementara
ini mencapai 640 hektar (ha), yang mengubur belasan pabrik, ribuan unit rumah tangga dan
aneka serba usaha di 16 desa yang ada di wilayah  Kecamatan Porong, Kecamatan Jabon
dan Kecamatan Tanggulangin. (beritasatu.com)
      Dengan meningkatnya korban dan kerugian yang disebabkan oleh kasus Lumpur Lapindo
ini membuat PT. Lapindo Brantas Inc memberdayakan praktisi Public Relations untuk
mengklarifikasi kasus tersebut. Praktisi Public Relations dari PT. Lapindo Brantas  berusaha
mengklarifikasi kepada publik internal dan publik eksternal dengan mengajak beberapa ahli
geologi untuk melakukan penelitian agar menemukan penyebab dari menyemburnya lumpur
panas tersebut. Namun, langkah yang diambil oleh prakitis PR ini salah. Public
Relations tidak memberikan informasi yang  sesuai dengan fakta mengenai hasil konferensi
para ahli geologi yang dilakukan di London. Hal itu dilakukan saat siaran pers pada tanggal
28 Oktober 2008. Sehingga membuat media semakin memberitakan keburukan tentang PT.
Lapindo Brantas Inc terkait peristiwa Lumpur Lapindo (Nova, 2009, h.16)
      Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof.Stephen Miller dan timnya ini juga menyatakan
bahwa peristiwa Lumpur Lapindo ini tidak dapat dihentikan karena merupakan gejala alam.
Prof. Stephen Miller juga menghimbau untuk masyarakat tidak perlu khawatir, karena lumpur
tersebut hanya mengeluarkan letupan kecil. Selain Prof. Stephen Miller, wakil Kepala Badan
Penanggulangan Lumpur Sidoarjo(BPLS) mengatakan bahwa hal tersebut disebabkan oleh 2
hal. Pertama adalah adanya ledakan dibawah tanah dan yang kedua adalah dipicu oleh adanya
Gempa Yogyakarta. Mengutip dari kompas.com pada tanggal 4 Juni 2014
Lusi yang di Sidoarjo kejadiannya sama seperti di Italia. Jadi, karena ada gempa
bumi sebelumnya, ada gesekan bebatuan panas. Lusi keluar seperti lahar karena ada
tekanan dari bawah, kemudian keluar letupan," katanya. 
                  Masyarakat sekitar yang menjadi korban meminta ganti rugi dengan mengadakan
demo ke kediaman Aburizal Bakrie (Ical) selaku direktur dari PT. Lapindo Brantas Inc.
Korban Lumpur Lapindo mengancam akan mengadakan demo besar-besaran ke Istana
Negara, Jakarta bila dari pihak PT. Lapindo Brantas Inc tidak mengganti rugi dan tidak
bertanggung jawab. Korban dalam kasus ini selalu mengikuti perkembangan ganti rugi yang
akan diberikan oleh PT. Lapindo Brantas Inc yang tidak mendapat kepastian dan selalu
diundur. Demo juga dilakukan di Porong, Sidoarjo oleh korban Lumpur Lapindo dengan
menutup jalan raya Porong. Demonstran yang melakukan penutupan jalanraya porong ini
merupakan warga Jatirejo, Renokenongo, Kecamatan Porong dan warga Desa Kedungbongo
(Kecamatan Tanggulangin). Seperti yang dikutip dari Tribunnews.com pada tanggal 10 Mei
2015
Para pengunjuk rasa ini adalah korban yang berada di dalam area peta terdampak
yakni warga Jatirejo, Renokenongo (Kecamatan Porong) dan Desa Kedungbendo (Kecamatan
Tanggulangin). Aksi nekat warga memicu reaksi ratusan anggota Polres Sidoarjo. Sempat
terjadi adu dorong antara polisi dan warga. Belasan warga yang lolos dari kepungan polisi
hingga menutup Jalan Raya Porong. Alhasil aksi penutupan jalan itu berlangsung hanya 5
menit."Nasib kami digantung. Diulur-ulur. Kami sudah muak 9 tahun dibohongi. Warga
sudah kehabisan kata-kata karena janji pelunasan tak jelas ujungnya," ujar Sugiono, Korlap
Aksi.Namun, kata dia, warga tidak akan menyerah menuntut haknya. Berbagai spanduk berisi
hujatan kepada Lapindo dan pemerintah mereka bentangkan.

1.2  Permasalahan

            PT. Lapindo Brantas yang kehilangan citra positif dikarenakan proyek yang
dilakukan oleh perusahaan tersebut mengalami kesalahan teknis saat melakukan pengeboran,
sehingga terjadi penyempuran lumpur panas didaerah Porong, Sidoardjo pada 26 Mei 2006.
            Praktisi Public Relations dari PT. Lapindo Brantas mengklarifikasi kejadian itu
dengan cara mengusung beberapa ahli geologi. Ahli geologi menyatakan bahwa penyebab
dari menyemburnya lumpur panas lapindo ini bukan karena human error, melainkan bencana
alam. Namun, penelitian lain mengatakan bahwa ini adalah kesalahan yang sebabkan oleh
PT. Lapindo Brantas. Publik eskternal (masyarakat sekitar) melakukan ancaman yang men
datangi Istana Negara, Jakarta untuk meminta pertanggung jawaban berupa ganti rugi dengan
adanya kasus yang dikenal dengan Lumpur Lapindo.

Dari kasus tersebut, maka PR Lapindo Brantas dapat dinyatakan telah melanggar kode
etik profesi Public Relations, yaitu :

• a.       Pasal 2 mengenai Penyebaran informasi ; “seorang anggota tidak akan


menyebarluaskan, secara sengaja dan tidak bertanggungjawab, informasi yang palsu
atau yang meyesatkan, dan sebaliknya justru akan berusaha sekeras mungkin untuk
mencegah terjadinya hal tersebut. Ia berkewajiban menjaga dan ketepatan informasi.”.
Lapindo dikatakan melanggar pasal tersebut karena Lapindo menyebarkan informasi
yang tidak sesuai dengan fakta.

• b.      Pasal 3 mengenai Media Komunikasi ; “seorang anggota tidak akan


melaksanakan kegiatan yang dapat merugikan integritas media komunikasi”. Lapindo
dapat dikatakan melanggar pasal berikut karena Lapindo yang merupakan milik
Bakrie Group dapat menciptakan opini public sendiri mengenai lumpur Lapindo itu
sendiri melalui media yang dimiliki sehingga informasi yang diberikan meskipun
tidak sesuai dengan kenyataan tetapi tidak menjatuhkan citra Lapindo.

Anda mungkin juga menyukai