Anda di halaman 1dari 3

Nama : Shifa Afifah

NPM : 24022120044
Kelas : B – Akuntansi S1
TUGAS 3 AKUNTANSI SOSIAL
PT NEWMONT MINAHASA RAYA (NMR)
Teluk Buyat, terletak di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, adalah lokasi
pembuangan limbah tailing milik PT. Newmont Minahasa Raya . Sejak tahun
1996, perusahaan asal Denver, Amerika Serikat, membuang sebanyak 2000 ton limbah tailing
ke dasar periran Teluk Buyat setiap harinya. Sejumlah ikan ditemui memiliki benjolan
semacam tumor dan mengandung cairan kental berwarna hitam dan lendir berwarna kuning
keemasan. Fenomena serupa ditemukan pula pada sejumlah penduduk Buyat, dimana mereka
memiliki benjol-benjol di leher, payudara, betis, pergelangan, pantat, dan kepala.

Dari laporan-laporan penelitian tersebut, ditemukan kesamaan pola penyebaran logam-


logam berat seperti Arsen , Antimon , dan Merkuri dan Mangan , dimana konsentrasi tertinggi
logam berbahaya tersebut ditemukan di sekitar lokasi pembuangan tailing Newmont. Hal ini
mengindikasikan bahwa pembuangan tailing Newmont di Teluk Buyat merupakan sumber
pencemaran sejumlah logam berbahaya. Pencemaran ini tak pelak menjadi sorotan publik. PT
Newmont Minahasa Raya diduga telah mencemari lingkungan sekitarnya. Diantara
pencemaran tersebut, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, yaitu gangguan terhadap
kesehatan kehidupan laut berupa banyaknya ikan yang mengandung Arsen dan Merkuri zat
berbahaya dari limbah pabrik.

Kondisi Teluk Buyat pun dikategorikan mempunyai resiko tinggi terhadap kesehatan
manusia dengan adanya ikan yang mengandung zat berbahaya tersebut. Karena hasil ikan dari
teluk tersebut adalah bahan konsumsi bagi masyarakat sekitar teluk. Hal ini tentu saja
menimbulkan penderitaan kesehatan, ekonomi, dan ancaman keberlangsungan hidup bagi
masyarakat yang mendiami kawasan sekitar Teluk Buyat. Dengan demikian, pencemaran oleh
PT Newmont Minahasa Raya ini diindikasikan telah melanggar hak masyarakat sekitarnya atas
jaminan kesehatan dan rasa aman terhindar dari dampak negatif aktifitas pabrik. Lebih jauh
lagi, pencemaran ini diindikasikan telah melanggar peraturan perundang-undangan Indonesia
di lingkungan hidup.

Analisis Kasus:

Dilihat dari kasus tersebut, mereka tidak memikirkan dampak yang ditimbulkan dari operasi
perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Seharusnya perusahaan
menerapkan akuntansi sosial yang berguna untuk mengevaluasi dampak sosial organisasi,
menilai efektivitas program sosial, dan melaporkan secara keseluruhan pelaksanaan tanggung
jawab sosial. perusahaan dapat menerapkan CSR, melakukan rset dan analisa lingkungan
sebelum pelaksanaan program, pengecekan berkala dan monitoring atau dengan
pelaksanaan reklamasi,
PT. LAPINDO BRANTAS Inc (LBI)

Lumpur Lapindo merupakan salah satu fenomena alam unik yang terjadi di
Indonesia. Fenomena ini berupa semburan lumpur panas yang muncul di Kabupaten
Sidoarjo, Jawa Timur. Sejak terjadi pertama kali pada 29 Mei 2006, semburan lumpur Sidoarjo
hingga kini masih terus berlangsung. Bahkan, hingga saat ini fenomena ini masih menarik
banyak perhatian ahli geologi dalam meneliti faktor penyebabnya. Sering kali, penyebab
lumpur Lapindo ini dikaitkan dengan aktivitas PT. Lapindo Brantas yang memiliki sumur
pengeboran gas sekitar 200 meter dari lokasi semburan lumpur. Ada juga teori yang
menyebutkan semburan lumpur Lapindo juga dipengaruhi oleh bencana gempa yang ada di
Yogyakarta.

Tak heran, jika kini penyebab lumpur Lapindo masih menjadi pertanyaan besar yang
meningkatkan rasa penasaran masyarakat. Terlebih lagi, fenomena ini telah berlangsung
hingga bertahun-tahun, tak seperti bencana alam lain yang berlangsung dalam beberapa waktu
saja. Tentu hal ini pun menyebabkan dampak berkepanjangan bagi masyarakat sekitar.
Apalagi, lokasi semburan lumpur tersebut merupakan kawasan permukiman yang menjadi
tempat tinggal masyarakat. Lalu seperti apa penyebab lumpur lapindo dan berbagai dampak
yang terjadi pada lingkungan dan masyarakat akibat fenomena semburan lumpur ini.
Setelah memahami fenomena secara teoritis, berikutnya tak kalah penting untuk diketahui
adalah faktor apa saja yang menjadi penyebab lumpur Lapindo. Dalam hal ini, secara umum
ahli geologi memiliki dua teori yang dapat menjelaskan asal mula
semburan. Pertama, semburan bisa terjadi akibat kesalahan prosedur dalam kegiatan
pengeboran PT. Lapindo Brantas. Teori kedua, bisa jadi semburan muncul secara bersamaan
dengan pengeboran akibat sesuatu yang belum diketahui.
Selain itu, ahli juga mengaitkan fenomena lumpur Lapindo dengan bencana gemba bumi yang
terjadi dua hari sebelumnya. Pada saat terjadi, gempa bumi di Yogyakarta ini juga
memunculkan semburan. Meskipun begitu, sebagian besar ahli lebih condong pada
penyebabaktivitaspengeboran.

Setelah mengetahui teori penyebab lumpur Lapindo, terakhir terdapat beberapa dampak
yang terjadi akibat fenomena alam ini. Sejak kemunculan pertama pada tahun 2006, semburan
lumpur ini mengakibatkan area lokasi tergenang lumpur panas yang terus meluas.
Terdapat sekitar 16 desa di 3 kecamatan tergenang lumpur akibat semburan Lapindo. Selain
itu, 30 pabrik yang terkena dampak genangan lumpur Lapindo ini terpaksa menghentikan
aktivitas produksinya sehingga ribuan tenaga kerja juga harus kehilangan sumber mata
pencahariannya.

Dampak lainnya dari genangan lumpur Lapindo, tidak lain adalah rumah dari
permukiman warga yang mengalami kerusakan. Dalam rincian yang lebih jelas, sekitar 1.810
tempat tinggal warga mengalami kerusakan, 18 bangunan sekolah , 2 bangunan kantor , 15
pabrik, serta 15 masjid dan musala juga terkena dampak dari semburan lumpur Lapindo ini.
Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa semburan lumpur Lapindo cukup memberikan
banyak bagi warga sekitar. Bukan hanya tempat tinggal yang rusak dan lenyap akibat genangan
lumpur, tetapi juga beberapa bangunan pabrik yang menjadi pusat aktivitas ekonomi
masyarakat serta fasilitas umum lainnya juga harus terdampak.
Analisis Kasus :
Kasus ini termasuk salah satu bencana nasional di Indonesia. Dimana, bencana ini
melibatkan beberapa faktor seperti:
a) Pemanfaatan sumber daya alam yang tidak memperhatikan lingkungan hidup. Dalam
kasus ini, telah membuktikan bahwa Lapindo Brantas Inc. melakukan kelalaiannya
karena telah menyebabkan pencemaran.
b) Tidak adanya pengendalian baik oleh pemerintah maupun penanggungjawab usaha.
Lapindo Brantas Inc. tidak melakukan upaya pengendalian ini dan pemerinth sebelum
terjadi semburan juga tidak melakukan upaya pengendalian yang maksimal hingga
Lapindo Brantas Inc. yang tidak memiliki AMDAL dapat melakukan eksplorasi sumber
daya alam di Sidoarjo saat itu.
c) Lapindo Brantas Inc. tidak memiliki AMDAL.
d) Tidak amksimalnya usaha pemulihan karena putusan pengadilan yang tidak sesuai
dengan aspek kebenaran hukum.
e) Pembuangan lumpur ke laut tidak sesuai dengan pengelolaan limbah

Anda mungkin juga menyukai