Anda di halaman 1dari 19

Sudut Pandang Etika dalam Studi Kasus Lumpur Lapindo Brantas

by denprim
LATAR BELAKANG
Banjir Lumpur Panas Sidoarjo atau Lumpur Lapindo, merupakan peristiwa
menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc di Dusun
Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa
Timur, sejak 29 Mei 2006. Tragedi Lumpur Lapindo dimulai pada tanggal 27
Mei 2006. Peristiwa ini menjadi suatu tragedi ketika banjir lumpur panas mulai
menggenangi areal persawahan, pemukiman penduduk dan kawasan industri. Hal
ini wajar mengingat volume lumpur diperkirakan sekitar 5.000 hingga 50 ribu
meter kubik perhari (setara dengan muatan penuh 690 truk peti kemas berukuran
besar). Akibatnya, semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi
masyarakat sekitar maupun bagi aktivitas perekonomian di Jawa Timur: genangan
hingga setinggi 6 meter pada pemukiman; total warga yang dievakuasi lebih dari
8.200 jiwa; rumah/tempat tinggal yang rusak sebanyak 1.683 unit; areal pertanian
dan perkebunan rusak hingga lebih dari 200 ha; lebih dari 15 pabrik yang
tergenang menghentikan aktivitas produksi dan merumahkan lebih dari 1.873
orang; tidak berfungsinya sarana pendidikan; kerusakan lingkungan wilayah yang
tergenangi; rusaknya sarana dan prasarana infrastruktur (jaringan listrik dan
telepon); terhambatnya ruas jalan tol Malang-Surabaya yang berakibat pula
terhadap aktivitas produksi di kawasan Ngoro (Mojokerto) dan Pasuruan yang
selama ini merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur.
Lokasi Penyemburan Lumpur
Lokasi semburan lumpur ini berada di Porong, yakni kecamatan di bagian selatan
Kabupaten Sidoarjo, sekitar 12 km sebelah selatan kota Sidoarjo. Kecamatan ini
berbatasan dengan Kecamatan Gempol (kabupaten Pasuruan) di sebelah selatan.
Lokasi pusat semburan hanya berjarak 150 meter dari sumur Banjar Panji-1 (BJP1), yang merupakan sumur eksplorasi gas milik Lapindo Brantas Inc sebagai
operator blok Brantas. Lokasi semburan lumpur tersebut merupakan kawasan
pemukiman dan di sekitarnya merupakan salah satu kawasan industri utama di
Jawa Timur. Tak jauh dari lokasi semburan terdapat jalan tol Surabaya-Gempol,

jalan raya Surabaya-Malang dan Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi (jalur pantura


timur), serta jalur kereta api lintas timur Surabaya-Malang dan SurabayaBanyuwangi, Indonesia.
Penyebab Semburan Lumpur:
1. Aspek Ekonomis: Dalam kasus semburan lumpur panas ini,Lapindo
Brantas Inc. diduga dengan sengaja menghemat biaya operasional dengan
tidak memasang casing.
2. Aspek Teknis: Pemicu semburan lumpur dinyatakan oleh adanya pengaruh
gempa tektonik Yogyakarta yang mengakibatkan kerusakan sedimen.
3. Aspek Politik: Pemerintah menggunakan otoritasnya sebagai penguasa
kedaulatan atas sumber daya alam memberikan kontrak izin sebagai
legalitasusaha kepada Lapindo.
DATA
Penyebab Terjadinya Bencana Menurut Para Ahli:
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ilmuwan dari berbagai negara
menyimpulkan bahwa luapan lumpur adalah akibat dari proses pengeboran
eksplorasi gas yang dilakukan PT. Lapindo Brantas. Tim yang dipimpin oleh
Richard Davies dari Universitas Durham, Inggris, itu menyatakan, data yang
dirilis Lapindo yang menjadi dasar bukti baru timnya bahwa pengeboran
menyebabkan luapan lumpur. Dan melalui serangkaian konferensi internasional
yang diselenggarakan oleh pihak yang netral, diperoleh hasil akhir bahwa
kesalahan operasi Lapindo dianggap para ahli sebagai penyebab semburan
Lumpur panas di Sidoarjo.Akan tetapi pihak Lapindo dan beberapa geolog
menganggap bahwa semburan Lumpur diakibatkan oleh gempa bumi Yogyakarta
yang terjadi dua hari sebelum Lumpur menyembur pada tanggal 29 Mei 2006.
Sementara sebagian ahli menganggap bahwa hal itu tidak mungkin karena jarak
yang terlalu jauh dan skala gempa yang terlalu kecil. Mereka, melalui berbagai
penerbitan di jurnal ilmiah yang sangat kredibel, justru menganggap dan
menemukan fakta bahwa penyebab semburan adalah kesalahan operasi yang
dilakukan oleh Lapindo. Lapindo telah lalai memasang casing, dan gagal menutup
lubang sumur ketika terjadi loss dan kick, sehingga Lumpur akhirnya menyembur.

(Ketika Lapindo mengebor lapisan bumi dari kedalaman 3580 kaki sampai ke
9297 kaki, mereka belum memasang casing 9-5/8 inchi)Puluhan ahli datang
dari seluruh penjuru dunia membahas enam makalah tentang masalah Lapindo
yang dipaparkan oleh para presenter, baik dari pihak Lapindo maupun para pakar
independen. Dan karena para ahli yang berada di pihak Lapindo tetap berkeras
dengan pendirian mereka, untuk memperoleh kepastian pendapat dari para ahli
dunia tersebut dengan cara voting, menggunakan metoda langsung angkat tangan.
Hasilnya, tidak diragukan lagi bahwa sebagian besar peserta yang hadir
berpendapat bahwa penyebab semburan adalah karena pengeboran yang
disebabkan oleh Lapindo. Hasil konferensi ini mestinya cukup untuk meyakinkan
publik, pemerintah, dan penegak hukum di Indonesia bahwa Lapindo merupakan
pihak yang harus bertanggung jawab dalam Bencana ini. Kesimpulan ini juga
diharapkan bisa segera menghentikan berbagai upaya Lapindo untuk menghindar
dari kewajiban, serta segera memenuhi hak dari korban Lumpur.
RUMUSAN MASALAH

Bagaimana dampak lingkungan dari lumpur panas Lapindo tersebut?

Bagaimana sudut pandang dari etika lingkungan terhadap kasus Lapindo?

PEMBAHASAN
Teori Prinsip Etika yang ada: 1. HAM Lingkungan berkualitas bukan hanya
menjadi harapan namun harus direalisasikan karena menjadi hak tiap manusia.
Manusia mempunyai hak moral atas segala sesuatu yang perlu untuk hidup pantas
sebagai

manusia,

artinya

hal

ini

memungkinkan

manusia

memenuhi

kesanggupannya sebagai makhluk yang rasional dan bebas. Dalam konteks


ekonomi pasar bebas, setiap orang berhak memakai miliknya guna menghasilkan
keuntungan. Tapi hak atas lingkungan berkualitas dapat mengalahkan hak
seseorang untuk memakai miliknya dengan bebas.2. Keadilan Keadilan dipahami
sebagai keadilan distributif, artinya keadilan yang mewajibkan kita membagi
dengan adil. Prinsip etika bisnis mengenai keadilan distributif juga dilanggar oleh
PT. Lapindo, karena perusahaan tidak bertindak adil dalam hal persamaan, prinsip
penghematan adil, dan keadilan sosial. PT. Lapindo pun dinilai tidak memiliki
kepedulian terhadap sesama manusia atau lingkungan, karena menganggap

peristiwa tersebut merupakan bencana alam yang kemudian dijadikan alasan


perusahaan untuk lepas tanggung jawab. Dengan segala tindakan yang dilakukan
oleh PT. Lapindo secara otomatis juga berarti telah melanggar etika kebajikan.Hal
ini membuktikan bahwa etika berbisnis yang dipegang oleh suatu perusahaan akan
sangat mempengaruhi kelangsungan suatu perusahaan. Dan segala macam bentuk
pengabaian etika dalam berbisnis akan mengancam keamanan dan kelangsungan
perusahaan itu sendiri, lingkungan sekitar, alam, dan sosial. 4. Etika Kepedulian
Kepedulian terhadap sesama manusia ataupun lingkungan harus diterapkan di
mana saja kita tinggal. Etika kepedulian di sini kurang diperhitungkan dan
diterapkan guna kepentingan bersama. Dalam kasus ini, menjadi tidak etis karena
telah mencemari lingkungan dan tidak bertanggungjawab secara sosial atas
dampak yang telah dihasilkan. 5. Etika Kebajikan Nilai kebajikan perlu
dipahami demi kenyamanan satu sama lain. Menjadi tidak etis apabila perusahaan
tidak bisa memberikan nilai atau value yang positif untuk lingkungan sekitar.
Nilai atau value yang dimiliki hanya untuk kepentingan perusahaan dan
kepentingan pihak atas tanpa memperdulikan masyarakat sekitar terutama
masyarakat miskin dan tertindas. Dampak Lumpur Lapindo Keseluruhan
Lumpur berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Kandungan logam berat (Hg),
misalnya, mencapai 2,565 mg/liter Hg, padahal baku mutunya hanya 0,002
mg/liter Hg. Hal ini menyebabkan infeksi saluran pernapasan, iritasi kulit dan
kanker. Kandungan fenol bisa menyebabkan sel darah merah pecah (hemolisis),
jantung berdebar (cardiac aritmia), dan gangguan ginjal. Selain perusakan
lingkungan dan gangguan kesehatan, dampak sosial banjir lumpur tidak bisa
dipandang remeh. Setelah lebih dari 100 hari tidak menunjukkan perbaikan
kondisi, baik menyangkut kepedulian pemerintah, terganggunya pendidikan dan
sumber penghasilan, ketidakpastian penyelesaian, dan tekanan psikis yang
bertubi-tubi, krisis sosial mulai mengemuka. Makalah ini berusaha untuk
mengulas kasus lumpur panas dari aktivitas bisnis PT. Lapindo Brantas dalam
kaitannya dengan etika lingkungan. KESIMPULAN
Dari Uraian kasus diatas diketahui bahwa kelalaian yang dilakukan PT. Lapindo
Brantas merupakan penyabab utama meluapnya lumpur panas di Sidoarjo, akan

tetapi pihak Lapindo malah berdalih dan enggan untuk bertanggung jawab. Jika
dilihat dari sisi etika bisnis, apa yang dilakukan oleh PT. Lapindo Berantas jelas
telah melanggar etika dalam berbisnis. Dimana PT. Lapindo Brantas telah
melakukan eksploitasi yang berlebihan dan melakukan kelalaian hingga
menyebabkan terjadinya bencana besar yang mengakibatkan kerusakan parah
pada lingkungan dan sosial.Eksploitasi besar-besaran yang dilakukan PT. Lapindo
membuktikan bahwa PT. Lapindo rela menghalalkan segala cara untuk
memperoleh keuntungan. Dan keengganan PT. Lapindo untuk bertanggung jawab
membuktikan bahwa PT. Lapindo lebih memilih untuk melindungi aset-aset
mereka daripada melakukan penyelamat dan perbaikan atas kerusakan lingkungan
dan sosial yang mereka timbulkan. Hal yang dilakukan oleh PT. Lapindo telah
melanggar prinsip prinsip etika yang ada, baik dari prinsip hak dan deontologi,
utilitarisme, prinsip keadilan distributif, dan prinsip kepedulian dan kebajikan.
DAFTAR PUSTAKA
Geolog

Yakin

Lumpur

Lapindo

adalah

Mud

Volcano

4,9

Juta

Tahun, www.detik.com.25/9/2006
Lapindo

Dinilai

Berbohong

Soal

Dana

Penanggulangan

Lumpur, ,www.tempointeraktif.com, 9/03/2007


Studi Kasus Lumpur Lapindo,http://www.slideshare.net/ChandraWijaya1/studikasus-lumpur-lapindo
MAKALAH PELANGGARAN ETIKA BISNIS LUMPUR PANAS LAPINDO
,http://ikeyko-bleky.mhs.narotama.ac.id/2012/10/03/makalah-pelanggaran-etikabisnis-%E2%80%9C-lumpur-panas-lapindo-%E2%80%9C/
http://jarangjarang.wordpress.com/2013/09/01/sudut-pandang-etika-dalam-studikasus-lumpur-lapindo-brantas/

Analisis Kasus Penyimpangan Etika Bisnis (Studi Kasus : PT. Lapindo Brantas,
Sidoarjo)
Permasalahan Utama :
Banjir lumpur panas Sidoarjo atau Lumpur Lapindo, merupakan peristiwa
menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc di Dusun
Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa
Timur, sejak 29 Mei 2006. Tragedi Lumpur Lapindo dimulai pada tanggal 27
Mei 2006. Peristiwa ini menjadi suatu tragedy ketika banjir lumpur panas mulai
menggenangi areal persawahan, pemukiman penduduk dan kawasan industry. Hal
ini memberikan akibat buruk bagi warga sekitar seperti :
1.

Genangan lumpur setinggi 6 meter pada pemukiman

2.

Total warga yang di evakuasi lebih dari 8.200 jiwa

3.

Rumah/tempat tinggal yang rusak sebanyak 1.683 unit

4.

Areal pertanian dan perkebunan rusak hingga lebih dari 200 ha

5.

Lebih dari 15 pabrik yang tergenang menghentikan aktivitas produksi dan


merumahkan lebih dari 1.873 orang

6.

Tidak berfungsinya sarana pendidikan

7.

Kerusakan lingkungan wilayah yang tergenangi

8.

Rusakknya sarana dan prasarana infrastruktur (jaringan listrik dan telepon)

9.

Terhambatnya ruas jalan tol Malang-Surabaya yang berakibat pula terhadap


aktivitas produksi di kawasan Ngoro (Mojokerto) dan Pasuruan yang selama ini
merupakan salah satu kawasan industry utama di Jawa Timur
Pembahasan Teori :
Prinsip Etika yang ada :

1.

Hak dan Deontologi


William Blackstone mengajukan pikiran bahwa setiap manusia berhak atas
lingkungan berkualitas yang memungkinkan manusia untuk hidup lebih baik lagi.

Lingkungan berkualitas bukan hanya menjadi harapan namun harus direalisasikan


karena menjadi hak tiap manusia
2.

Teori Utilitarisme
Dalam perspektif Utilitarisme sudah menjadi jelas bahwa lingkungan hidup tidak
lagi boleh diperlakukan sebagai suatu eksternalitas ekonomis. Jika dampak atas
lingkungan tidak diperhitungkan dalam biaya manfaat, pendekatan ini menjadi
tidak etis apalagi jika kerusakan lingkungan di bebankan pada orang lain.

3.

Keadilan
Keadilan dipahami sebagai keadilan distributive, artinya keadilan yang
mewajibkan kita membagi dengan adil. Hal ini dapat dijelaskan dengan berbagai
macam cara, diantaranya :

a.

Persamaan

b.

Prinsip penghematan adil

c.

Keadilan social

4.

Etika Kepedulian
Kepedulian terhadap sesama manusia ataupun lingkungan arus diterapkan dimana
saja kita tinggal. Etika kepedulian disini kurang di perhitungkan dan diterapkan
guna kepentingan bersama. Dalam kasus ini, menjadi tidak etis karena telah
mencemari lingkungan dan tidak bertanggung jawab secara social atas dampak
yang telah dihasilkan

5.

Etika Kebajikan
Nilai kebajikan perlu di pahami demi kenyamanan satu sama lain. Menjdai tidak
etis apabila perusahaan tidak bisa memberikan nilai atau value yang positif untuk
lingkungan sekitar. Nilai atau value yang dimiliki hanya untuk kepentingan
perusahaan dan kepentingan pihak atas tanpa memperdulikan masyarakat sekitar
terutama masyarakat miskin dan tertindas.

Analisis Dari Segi Etika Bisnis Mengenai Lumpur Lapindo :


Dari uraian kasus diatas diketahui bahwa kelalaian yang dilakukan PT.
Lapindo Brantas merupakan penyebab utama meluapnya lumpur panas di
Sidoarjo, akan tetapi pihak Lapindo malah berdalih dan enggan untuk
bertanggung jawab. Jika dilihat dari sisi etika bisnis, apa yang dilakukan oleh PT.
Lapindo Brantas jelas telah melanggar etika dalam berbisinis. Dimana PT.
Lapindo Brantas telah melakukan eksploitasi yang berlebihan dan melakukan
kelalaian hingga menyebabkan terjadinya bencana besar yang mengakibatkan
kerusakan parah pada lingkungan dan social.
Eksploitasi besar-besaran yang dilakukan PT. Lapindo membuktikan
bahwa PT. Lapindo rela menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan.
Dan keengganan PT. Lapindo untuk bertanggung jawab membuktikan bahwa PT.
Lapindo lebih memilih untuk melindungi asset-aset mereka daripada melakukan
penyelamat dan perbaikan atas kerusakan lingkungan dan social yang mereka
timbulkan.
Hal yang dilakukan oleh PT. Lapindo telah melanggar prinsip-prinsip etika
yang ada. Prinsip mengenai hak dan deontology yang menekankan bahwa tiap
manusia berhak atas lingkungan berkualitas, akan tetapi dengan adanya perisyiwa
lumpur panas tersebut, warga justru mengalami dampak kualitas lingkungan yang
buruk. Sedangkan perspektif utilitarisme menegaskan bahwa lingkungan hidup
tidak lagi boleh diperlakukan sebagai suatu eksternalitas ekonomis. Jika dampak
atas lingkungan tidak diperhitungkan dalam biaya manfaat, pendekatan ini
menjadi tidak etis apalagi jika kerusakan lingkungan dibebankan pada orang lain.
Akan tetapi, dalam kasus ini PT. Lapindo justru mengeruk sumber daya alam di
Sidoarjo untuk kepentingan ekonomis semata, dan cenderung kurang melakukan
pemeliharaan terhadap alam, yang dibuktikan dengan pengehematan biaya
operasional pada pemasangan chasing, sehingga menimbulkan bencana yang
besar.
Prinsip etika bisnis mengenai keadilan distributive juga dilanggar oleh PT.
Lapindo, karena perusahaan tidak bertindak adil dalam hal persamaan, prinsip

penghematan adil dan keadilan social. PT. Lapindo pun dinilai tidak memiliki
kepedulian terhadap sesame manusia atau lingkungan, karena menganngap
peristiwa tersebut merupakan bencana alam yang kemudian dijadikan alas an
perusahaan untuk lepas tanggung jawab. Dengan segala tindakan yang dilakukan
oleh PT. Lapindo secara otomatis juga berarti telah melanggar etika kebajikan.
Hal ini membuktikan bahwa etika berbisnis yang dipegang oleh suatu
perusahaan akan sangat mempengaruhi kelangsungan suatu perusahaan. Dan
segala macam bentuk pengabdian etika dalam berbisnis akan mengancam
kemanan dan kelangsungan perusahaan itu sendiri.
source :
http://underground-paper.blogspot.com/2012/02/makalah-etika-bisnis-ptlapindo.html
http://marthasuzan.wordpress.com/2013/09/01/artikel-kegagalan-etika-bisnis-ptlapindo/
Artikel Kegagalan Etika Bisnis PT Lapindo

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia berperan paling aktif dalam mengubah tatanan Lingkungan. Manusia
bisa dengan cepat mengubah Lingkungan, namun karena perbuatan manusia pula
lah Lingkungan menjadi berubah bahkan dapat berdampak merusak bagi
Lingkungan maupun ekosistem didalamnya.
Hubungan manusia dengan lingkungan tidak dapat dipisahkan, karena manusia
bergantung kepada alam, pun sebaliknya, alam pun membutuhkan campur tangan
manusia untuk dipelihara sehingga tercipta satu bentuk simbiosis.
Dalam hubungan manusia dan alam, terdapat etika etika yang perlu
diperhatikan. Namun pada kenyataannya manusia masih menyalahi etika dalam
mengelola lingkungan. Seperti halnya bencana Lumpur Lapindo yang terjadi di
Porong Sidoarjo pada tahun 2007 silam. PT Lapindo Brantas dianggap melakukan
pelanggaran etika dalam eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi dan gas.
Di lain sisi seharusnya, kita tidak dapat menutup mata begitu saja terhadap
kerusakan lingkungan yang telah enam tahun terakhir ini memberikan kerusakan,
dan mengakibatkan kecemasan pada setiap manusia di sekitarnya. Lumpur panas
yang menyembur di dekat sumur gas Lapindo Brantas Inc. di Porong, Sidoarjo.
Sampai dengan saat ini lumpur bercampur gas metana, yang kita ketahui gas
metana adalah gas beracun telah menebarkan sengsara serta kerusakan yang
akibat semburan lumpur tersebut sudah menenggelamkan beberapa desa dan
mengakibatkan kerusakkan struktur tanah hingga 3 km dari pusat semburan, tidak
menutup kemungkinan apabila tetap dibiarkan menerus menyembur, lumpur
tersebut dapat menenggelami lebih banyak desa-desa sekitarnya.
1.2

RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas maka masalah yang akan dibahas dalam artikel ini
adalah :
1. Bagaimana pandangan etika terhadap kasus mengenai eksploitasi
lingkungan hidup yang berlebihan ?
2. Bagaimana etika PT Lapindo Brantas dalam eksploitasi dan eksplorasi
migas khususnya di Porong Sidoarjo ?
1.3 TUJUAN

Adapun tujuan dalam pembuatan artikel ilmiah ini yaitu :


1. Memenuhi tugas mata kuliah etika profesi
2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan etika terhadap kasus mengenai
eksploitasi lingkungan hidup yang berlebihan
3. Mengetahui dampak eksplorasi dan eksploitasi migas oleh PT Lapindo
Brantas
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN ETIKA BISNIS DAN PRINSIP PRINSIPNYA
Etika merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan
standar moral masyarakat. Ia mempertanyakan bagaimana standar-standar
diaplikasikan dalam kehidupan kita dan apakah standar itu masuk akal atau tidak
masuk akal standar, yaitu apakah didukung dengan penalaran yang bagus atau
jelek.
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan
salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam
kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar
formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang
digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang
dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.
Berikut ini adalah 10 Prinsip di dalam menerapkan Etika Bisnis yang positif :
1. Etika Bisnis itu dibangun berdasarkan etika pribadi.
2. Etika Bisnis itu berdasarkan pada fairness.
3. Etika Bisnis itu membutuhkan integritas.
4. Etika Bisnis itumembutuhkan kejujuran.
5. Etika Bisnis itu harus dapat dipercayai.
6. Etika Bisnis itu membutuhkan perencanaan bisnis.
7. Etika Bisnis itu diterapkan secara internal dan eksternal.
8. Etika Bisnis itu membutuhkan keuntungan.

9. Etika Bisnis itu berdasarkan nilai.


10. Etika Bisnis itu dimulai dari pimpinan.
2.2 PENERAPAN ETIKA BISNIS PADA ORGANISASI
Mengapa etika bisnis dalam perusahaan terasa sangat penting saat ini?
Karena untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing
yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang
tinggi,diperlukan suatu landasan yang kokoh.Biasanya dimulai dari perencanaan
strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh
budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yangdilaksanakan secara
konsisten dan konsekwen.
Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika perusahaan akan selalu
menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang
karena :
1. Akan dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya
friksi baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.
2. Akan dapat meningkatkan motivasi pekerja.
3. Akan melindungi prinsip kebebasan ber-niaga
4. Akan meningkatkan keunggulan bersaing.
Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan
sebuah harga yang tidak dapat ditawar lagi. Seorang konsumen yang tidakpuas,
rata-rata akan mengeluh kepada 16 orang di sekitarnya.
2.3 PENGERTIAN EKSPLORASI DAN EKSPLOITASI
Eksplorasi

adalah

penyelidikan

lapangan

untuk

mengumpulkan

data/informasi selengkap mungkin tentang keberadaan sumberdaya alam di suatu


tempat. Kegiatan eksplorasi sangat penting dilakukan sebelum pengusahaan bahan
tambang dilaksanakan mengingat keberadaan bahan galian yang penyebarannya
tidak merata dan sifatnya sementara yang suatu saat akan habis tergali. Sehingga
untuk menentukan lokasi sebaran, kualitas dan jumlah cadangan serta cara
pengambilannya diperlukan penyelidikan yang teliti agar tidak membuang tenaga
dan modal, disamping untuk mengurangi resiko kegagalan, kerugian materi,
kecelakaan kerja dan kerusakan lingkungan.

Eksploitasi adalah usaha penambangan dengan maksud untuk menghasilkan


bahan galian dan memanfaatkannya. Kegiatan ini dapat dibedakan berdasarkan
sifat bahan galiannya yaitu, galian padat dan bahan galian cair serta gas.
2.4 PENYEBAB TERJADINYA BENCANA MENURUT PARA AHLI
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ilmuwan dari berbagai negara
menyimpulkan bahwa luapan lumpur adalah akibat dari proses pengeboran
eksplorasi gas yang dilakukan PT. Lapindo Brantas. Tim yang dipimpin oleh
Richard Davies dari Universitas Durham, Inggris, itu menyatakan, data yang
dirilis Lapindo yang menjadi dasar bukti baru timnya bahwa pengeboran
menyebabkan luapan lumpur. Dan melalui serangkaian konferensi internasional
yang diselenggarakan oleh pihak yang netral, diperoleh hasil akhir bahwa
kesalahan operasi Lapindo dianggap para ahli sebagai penyebab semburan
Lumpur panas di Sidoarjo.
Akan tetapi pihak Lapindo dan beberapa geolog menganggap bahwa semburan
Lumpur diakibatkan oleh gempa bumi Yogyakarta yang terjadi dua hari sebelum
Lumpur menyembur pada tanggal 29 Mei 2006. Sementara sebagian ahli
menganggap bahwa hal itu tidak mungkin karena jarak yang terlalu jauh dan skala
gempa yang terlalu kecil. Mereka, melalui berbagai penerbitan di jurnal ilmiah
yang sangat kredibel, justru menganggap dan menemukan fakta bahwa penyebab
semburan adalah kesalahan operasi yang dilakukan oleh Lapindo. Lapindo telah
lalai memasang casing, dan gagal menutup lubang sumur ketika terjadi loss dan
kick, sehingga Lumpur akhirnya menyembur. (Ketika Lapindo mengebor lapisan
bumi dari kedalaman 3580 kaki sampai ke 9297 kaki, mereka belum memasang
casing 9-5/8 inchi)
Puluhan ahli datang dari seluruh penjuru dunia membahas enam makalah tentang
masalah Lapindo yang dipaparkan oleh para presenter, baik dari pihak Lapindo
maupun para pakar independen. Dan karena para ahli yang berada di pihak
Lapindo tetap berkeras dengan pendirian mereka, untuk memperoleh kepastian
pendapat dari para ahli dunia tersebut dengan cara voting, menggunakan metoda
langsung angkat tangan. Hasilnya, tidak diragukan lagi bahwa sebagian besar

peserta yang hadir berpendapat bahwa penyebab semburan adalah karena


pengeboran yang disebabkan oleh Lapindo. Hasil konferensi ini mestinya cukup
untuk meyakinkan publik, pemerintah, dan penegak hukum di Indonesia bahwa
Lapindo merupakan pihak yang harus bertanggung jawab dalam Bencana ini.
Kesimpulan ini juga diharapkan bisa segera menghentikan berbagai upaya
Lapindo untuk menghindar dari kewajiban, serta segera memenuhi hak dari
korban Lumpur.
2.5 PANDANGAN ETIKA TENTANG KEJADIAN LUMPUR LAPINDO
Dari Uraian kasus diatas diketahui bahwa kelalaian yang dilakukan PT. Lapindo
Brantas merupakan penyabab utama meluapnya lumpur panas di Sidoarjo, akan
tetapi pihak Lapindo malah berdalih dan enggan untuk bertanggung jawab. Jika
dilihat dari sisi etika bisnis, apa yang dilakukan oleh PT. Lapindo Berantas jelas
telah melanggar etika dalam berbisnis. Dimana PT. Lapindo Brantas telah
melakukan eksploitasi yang berlebihan dan melakukan kelalaian hingga
menyebabkan terjadinya bencana besar yang mengakibatkan kerusakan parah
pada lingkungan dan sosial.
Eksploitasi besar-besaran yang dilakukan PT. Lapindo membuktikan bahwa PT.
Lapindo rela menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan. Dan
keengganan PT. Lapindo untuk bertanggung jawab membuktikan bahwa PT.
Lapindo lebih memilih untuk melindungi aset-aset mereka daripada melakukan
penyelamat dan perbaikan atas kerusakan lingkungan dan sosial yang mereka
timbulkan.
Hal yang dilakukan oleh PT. Lapindo telah melanggar prinsip prinsip etika yang
ada. Lapindo Brantas Inc. melakukan pengeboran gas melalui perusahaan
kontraktor pengeboran PT. Medici Citra Nusantara yang merupakan perusahaan
afiliasi Bakrie Group. Kontrak itu diperoleh Medici dengan tender dari Lapindo
Brantas Inc. senilai US$ 24 juta. Namun dalam hal perijinannya telah terjadi
kesimpang siuran prosedur dimana ada beberapa tingkatan ijin yang dimiliki oleh
lapindo. Hak konsesi eksplorasi Lapindo diberikan oleh pemerintah pusat dalam
hal ini adalah Badan Pengelola Minyak dan Gas (BP MIGAS), sementara ijin
konsensinya diberikan oleh Pemerintah Propinsi Jawa Timur sedangkan ijin

kegiatan aktifitas dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten


Sidoarjo yang memberikan keleluasaan kepada Lapindo untuk melakukan
aktivitasnya tanpa sadar bahwa Rencana Tata Ruang (RUTR) Kabupaten Sidoarjo
tidak sesuai dengan rencana eksplorasi dan eksploitasi tersebut.
Dampak dari luapan lumpur yang bersumber dari sumur di Desa Renokenongo,
Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur sejak 29 Mei 2006
ini telah mengakibatkan timbunan lumpur bercampur gas sebanyak 7 juta meter
kubik atau setara dengan jarak 7.000 kilometer, dan jumlah ini akan terus
bertambah bila penanganan terhadap semburan lumpur tidak secara serius
ditangani. Lumpur gas panas Lapindo selain mengakibatkan kerusakan
lingkungan, dengan suhu rata-rata mencapai 60 derajat celcius juga bisa
mengakibatkan rusaknya lingkungan fisik masyarakat yang tinggal disekitar
semburan lumpur. Tulisan lingkungan fisik diatas adalah untuk membedakan
lingkungan hidup alami dan lingkungan hidup buatannya, dimana dalam kasus ini
Daud Silalahi menganggap hal ini sebagai awal krisis lingkungan karena manusia
sebagai pelaku sekaligus menjadi korbannya. Rusaknya lingkungan fisik tersebut
sudah dirasakan berbagai pihak selama ini antara lain
1. Lumpuhnya sektor industri di Kabupaten Sidoarjo. Sebagai mana
diketahui Sidoarjo merupakan penyangga Propinsi Jawa Timur, khususnya
Kota Surabaya dalam sektor industri. Hingga kini sudah 25 sektor usaha
tidak dapat beroperasi yang berakibat hilangnya mata pencaharian ribuan
karyawan yang bekerja pada sektor industri tersebut.
2. Lumpuhnya sektor ekonomi sebagai akibat rusaknya infrastruktur darat
seperti rusaknya jalan, jalan tol dan jalur ekonomi darat lainnya seperti
jalur transportasi kereta api dll.
3. Kerugian di sektor lain seperti pertanian, perikanan darat dll. Sejauh ini
sudah diidentifikasi luas lahan pertanian berupa lahan sawah yang
mengalami kerusakan, menurut Direktur Jenderal Tanaman Pangan
Departemen Pertanian Soetarto Alimoeso mengatakan area pertanian di
Sidoarjo, Jawa Timur, yang terkena luapan lumpur Lapindo seluas 417
hektare. Lumpur telah menggenangi duabelas desa di tiga kecamatan, tak

kurang 10.426 unit rumah terendam lumpur, menggenangi sarana dan


prasarana publik, Sekitar 30 pabrik yang tergenang terpaksa menghentikan
aktivitas produksi dan merumahkan ribuan tenaga kerja. Tercatat 1.873
orang tenaga kerja yang terkena dampak lumpur ini, serta memindah
paksakan sebanyak lebih dari 8.200 jiwa dan tak 25.000 jiwa mengungsi.
4. Dampak sosial kehidupan masyarakat disekitar seperti sarana tempat
tinggal, pendidikan, kesehatan, sarana air bersih dll. Bahwa efek langsung
lumpur panas menyebabkan infeksi saluran pernapasan dan iritasi kulit.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa lumpur tersebut juga mengandung bahan
karsinogenik yang bila berlebihan menumpuk dalam tubuh dapat
menyebabkan kanker dan akumulasi yang berlebihan pada anak-anak akan
mengakibatkan berkurangnya kecerdasan.
5. Hasil uji laboratorium juga menemukan adanya kandungan Bahan Beracun
dan Berbahaya yaitu kandungan (B3) yang sudah melebihi ambang batas.
Hasil uji kualitas air lumpur Lapindo pada tanggal 5 Juni 2006 oleh Dinas
Pekerjaan Umum Propinsi Jawa Timur, menunjukkan bahwa uji
laboratorium dalam air tersebut terdapat kandungan fenol. Kontak
langsung dengan kulit dapat mengakibatkan kulit seperti terbakardan
gatal-gatal. Fenol bisa berakibat menjadi efek sistemik atau efek kronis
jika fenol masuk ke dalam tubuh melalui makanan. Efek sistemik fenol
bisa mengakibatkan sel darah merah pecah (hemolisis), jantung berdebar
(cardiac aritmia), dan gangguan ginjal. Hal ini menunjukkan bahwa selain
dampak kerusakan lingkungan fisik, lumpur panas tersebut juga
mengakibatkan ancaman lain yaitu efek kesehatan yang sangat merugikan
dimasa yang akan datang dan hal ini justru tidak diketahui oleh
masyarakat korban pada umumnya.
Prinsip etika bisnis mengenai keadilan distributif juga dilanggar oleh PT. Lapindo,
karena perusahaan tidak bertindak adil dalam hal persamaan, prinsip penghematan
adil, dan keadilan sosial. PT. Lapindo pun dinilai tidak memiliki kepedulian
terhadap sesama manusia atau lingkungan, karena menganggap peristiwa tersebut
merupakan bencana alam yang kemudian dijadikan alasan perusahaan untuk lepas

tanggung jawab. Dengan segala tindakan yang dilakukan oleh PT. Lapindo secara
otomatis juga berarti telah melanggar etika kebajikan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi alam seperti minyak bumi,
gas batu bara, dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan potensi yang sangat
melimpah jika sumberdaya tersebut di eksploitasi. namun bukan eksploitasi besarbesaran yang dimaksudkan tetapi eksploitasi yang berwawasan dengan
lingkungan dan sesuai etika.
Sebaiknya kepada mereka yang berkecimpung dalam dunia industri terutama
dalam bidang pengeksploitasian sumber daya alam agar lebih berhati-hati dalam
mengeksploitasi dan memperhatikan dampak dari eksploitasi dan eksplorasi yang
dilakukanya itu.
Dari berbagai uraian di atas tentang kasus eksplorasi lingkungan secara berlebihan
yang dilakukan oleh PT. Lapindo Brantas dapat disimpulkan bahwa :
1. Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
2. Eksploitasi besar-besaran yang dilakukan PT. Lapindo membuktikan
bahwa PT. Lapindo rela menghalalkan segala cara untuk memperoleh
keuntungan,
3. Kasus Lumpur lapindo ditinjau dari segi etika baik teori deontologi,
utilitarisme, serta keadialan, dinilai sangat tdk beretika karena merugikan
masyarakat Porong Sidoarjo.
3.2 SARAN
Berdasarkan data geologi cekungan Jawa Timur Bagian Utara dan dampak yang
ditimbulkan oleh semburan Lumpur Lapindo maka kegiatan eksplorasi dan

eksploitasi minyak dan gas bumi di daratan Provinsi Jawa Timur termasuk
kegiatan yang berisiko menimbulkan bencana.
Oleh karenanya berdasarkan UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana pada Pasal 40 (3) bahwa Setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai
risiko tinggi yang menimbulkan bencana dilengkapi dengan analisis risiko
bencana sebagai bagian dari usaha penanggulangan bencana sesuai dengan
kewenangannya.
Hal ini dipertegas oleh Peraturan Pemerintah RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana pada Pasal 12 ayat (1) bahwa Setiap
kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko tinggi menimbulkan bencana,
wajib dilengkapi dengan analisis risiko bencana dan (2) Analisis risiko bencana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan persyaratan analisis
risiko bencana melalui penelitian dan pengkajian terhadap suatu kondisi atau
kegiatan yang mempunyai risiko tinggi menimbulkan bencana.
Untuk itu disarankan agar pemerintah:
1. Meninjau kembali sistem pengawasan atas kegiatan eksplorasi dan
eksploitasi migas, dengan mempertimbangkan risiko-risiko yang timbul,
2. Memperketat perizinan eksplorasi dan ekploitasi migas di daratan, di
antaranya menambahkan Dokumen Analisa Risiko yang berisi upaya
pengelolaan, evaluasi dan pemantaun terhadap ancaman semburan lumpur
dan risiko yang timbul lainnya. Dalam pembuatan dokumen analisa risiko
ini harus melibatkan otoritas lokal (pemerintah setempat) dan masyarakat
yang bermukim di sekitar lokasi,
3. Melakukan

sosialisasi

peningkatan

kapasitas

masyarakat

terkait

pentingnya kegiatan eksplorasi dan eksploitasi mingas bagi pembangunan


nasional
4. Khusus di sekitar Patahan Aktif Watukosek diperlukan peninjauan kembali
aktivitas pembangunan di wilayah ini dan diberlakukan Moratorium
kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas. (*)
*) Pakar geologi ITS dan Ketua Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan
Iklim (PSKBPI) ITS Surabaya.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.antarajatim.com/lihat/berita/111022/7-tahun-lumpur-lapindo
http://underground-paper.blogspot.com/2012/02/makalah-etika-bisnis-ptlapindo.html
http://kesmasuh.blogspot.com/2013/05/makalah-etika-bisnis-kasus-ptlapindo.html
http://restieokti.blogspot.com/2012/10/kasus-lapindo-sebagai-suatu-bisnistak_26.html
http://biruhitam17.blogspot.com/2011/11/pelanggaran-etika-bisnis-lumpurpanas.htmL
http://adesyams.blogspot.com/2009/09/tentang-etika-bisnis.html
http://www.gudono.com/apps/forums/topics/show/3251070
Ancaman Luapan Lumpur Sidoarjo, Kompas, 2/12/2006
Divisi Humas Lapindo Brantas, Siaran Pers Lapindo Brantas: Memanfaatkan
lumpur alami, Sidoarjo, 7 Juli 2006
Ediar Usman, M. Salahuddin, DAS. Ranawijaya dan Juniar P. Hutagaol, Lokasi
Pengendepan Akhir dan Evaluasi Pengelolaan Lumpur Porong, 3/10/2006.
Geolog Yakin Lumpur Lapindo adalah Mud Volcano 4,9 Juta Tahun,
http://www.detik.com.25/9/2006
Lapindo

Dinilai

Berbohong

Soal

Dana

Penanggulangan

Lumpur,

http://www.tempointeraktif.com., 9/03/2007
Menteri Urusan Lumpur, Koran Tempo, 26/11/2006
Tim Lapindo Tanggap Amankan Lumpur Panas, http://www.detik.com., 10/6/2006

Anda mungkin juga menyukai