Penyebab kerusakan lingkungan hidup secara umum bisa dikategorikan dalam dua faktor yaitu
akibat peristiwa alam dan akibat ulah manusia.
Letusan gunung berapi, banjir, abrasi, tanah longsor, angin puting beliung, gempa bumi, dan
tsunami merupakan beberapa contoh bencana alam. Bencana-bencana tersebut menjadi
penyebab rusaknya lingkungan hidup akibat peristiwa alam. Meskipun jika ditelaah lebih lanjut,
bencana seperti banjir, abrasi, kebakaran hutan, dan tanah longsor bisa saja terjadi karena adanya
campur tangan manusia juga.
Penyebab kerusakan lingkungan yang kedua adalah akibat ulah manusia. Kerusakan yang
disebabkan oleh manusia ini justru lebih besar dibanding kerusakan akibat bencana alam. Ini
mengingat kerusakan yang dilakukan bisa terjadi secara terus menerus dan cenderung meningkat.
Kerusakan ini umumnya disebabkan oleh aktifitas manusia yang tidak ramah lingkungan
seperti perusakan hutan dan alih fungsi hutan, pertambangan, pencemaran udara, air, dan tanah
dan lain sebagainya.
Sebagai pengkonsumsi ikan yang cukup tinggi (286 – 410 gr/hari), masyarakat sekitar Prefektur
Kumamoto terdampak sangat dahsyat. Sampai saat inipun masih ada warga Minamata yang
hidup tetapi dengan kondisi cacat fisik. Kondisi tersebut dikenal dengan Penyakit Minamata atau
Sindrom Minamata.
Dampak buruk mulai terlihat sekitar tahun 1949. Saat itu terjadi wabah penyakit aneh di
Minamata. Ratusan orang mati karena kelumpuhan syaraf dan menurut para ahli kesehatan saat
itu, penyakit itu disebabkan karena orang Jepang suka makan ikan yang ternyata sudah tercemar
logam berat Hg yang berasal dari industri batu baterai milik Chisso yang membuang merkuri ke
laut. Pabrik itu akhirnya ditutup dan pemiliknya harus memberikan ganti rugi sekitar US$ 26,6 juta
kepada masyarakat dan Pemerintah Kerajaan Jepang.
B. kasus limbah teluk buyat
Awalnya tak banyak yang mengetahui kawasan Teluk Buyat, Kabupaten Bolaang Mongondow,
Sulawesi Utara. Selain tak begitu menonjol, kawasan ini memang berada di daerah terpencil,
tepatnya sekitar 104 kilometer sebelah barat daya ibu kota Provinsi Sulut, Manado. Namun,
beberapa bulan terakhir, kawasan di perbatasan Kabupaten Bolaang Mongondow dan Minahasa
Selatan ini menjadi sorotan berbagai media massa. Bukan prestasi. Justru, cerita duka yang
dialami penduduk di sekitar teluk itu. Sebagian besar warga menderita berbagai penyakit kulit.
Bahkan, ada warga yang meninggal dunia. Ini diduga akibat pencemaran limbah yang dibuang
perusahaan tambang emas PT Newmont Minahasa Raya (NMR). Sebuah perusahaan tambang
emas milik Amerika Serikat yang beroperasi di sana sejak 1996.
Selama delapan tahun terakhir beroperasi NMR sudah mengeruk sedikitnya 60 juta ton emas.
Sedangkan negara hanya kebagian dari pajak dan royalti sekitar US$ 100 juta. Ironisnya, Teluk
Buyat kebagian warisan lima juta ton limbah yang ditabur ke dasar teluk. Itulah sebabnya, warga
setempat, sejumlah lembaga swadaya masyarakat, dan beberapa lembaga penelitian lingkungan
meyakini Teluk Buyat telah tercemar zat berbahaya. Banyak warga di sana sakit dengan
kandungan merkuri (Hg) dan arsenik (As)--zat beracun--yang cukup tinggi pada darah
dan rambutnya. Bahkan, Markas Besar Polri juga memutuskan bahwa Teluk Buyat
sudah tercemar
C. kasus limbah teluk Jakarta
Pembangunan kawasan Pantai Bersama hasil reklamasi yang dilanjutkan Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta dinilai tidak mengganggu keberadaan biota laut, termasuk produksi kerang hijau.
Penurunan produksi kerang hijau di wilayah itu terjadi disebabkan pencemaran limbah industri
"Teluk Jakarta adalah muara 13 sungai yang mengalirkan limbah industri dan rumah tangga,"
kata pakar hidrologi Universitas Indonesia Firdaus Ali kepada wartawan, Selasa (9/7).
Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, sekitar 61 persen sungai di
Jakarta saat ini tercemar berat. Pencemaran Teluk Jakarta sudah terjadi jauh sebelum
reklamasi dilakukan.
"Teluk Jakarta hampir 40 tahun menerima beban pencemaran baik itu organik, inorganik, baik
dari aktivitas domestik, komersial maupun industri yang selama ini membuang limbah dan
Akumulasi pencemaran tersebut menimbulkan banyak kejadian seperti ribuan ikan mati di
Ancol, algae bloom dan lain-lain. Hasil uji laboratorium juga menunjukkan kualitas air dan