Menurut bapak Juliath, Air sungai di Dusun Siliha, berbusa warna putih
dan coklat kehitaman. Ikan pun banyak mengambang, mati, pada Februari lalu.
Warga Dusun Siliha, Desa Maneo, Kecamatan Seram Utara Kobi, Kabupaten
Maluku Tengah. Maluku, geger, terlebih ada yang alami sakit perut dan gatal-
gatal setelah makan ikan dari sana. Mereka menduga, air sungai dan pesisir
pantai Siliha tercemar pembuangan limbah pabrik perusahaan sawit, PT. Nusa
Ina Group.
“Ikan mendadak mati, kami temukan 17 Februari 2021 pukul 11.00 siang.
Peristiwa itu membuat warga seng (tidak) mau beraktivitas mencari ikan di
pesisir pantai Dusun Siliha, karena takut dengan cairan di sekitar muara sungai
dan pesisir pantai,” kata Juliath Itihuny, pemuda Dusun Siliha, April lalu.
Dia bilang, bersama keluarga alami gatal-gatal dan sakit perut setelah pakai air
dan makan ikan dari situ.
Juliath cerita, sekeluarga makan ikan dari pesisir Pantai Siliha. Pada, 16
Februari, dia menjala ikan di pesisir Pantai Siliha. “Ikan saya bawa pulang,
mungkin sekitar jam 12.00 siang, dimasak. Kami makan siang. Setelah istirahat
setengah jam, kami sekeluarga perut sakit semua, mual, dan gatal-gatal,”
katanya.
Tak hanya Juliath dan keluarga, belasan warga di Siliha juga mengalami hal
serupa seperti gatal-gatal dan sakit perut. “Bapak Babinsa dan keluarga juga
mengalami gatal-gatal. Anak-anak disini juga terjangkit.”
Keesokan harinya, dia langsung ke pesisir Pantai Siliha. Di sana, dia temukan
permukaan air laut berubah berbusa dan kecoklatan. Penasaran dengan sumber
cairan itu, Juliath mendatangi muara Sungai Siliha dan menemukan cairan
warna sama dengan yang berada di pesisir pantai.
Dia melihat warna air berubah dan ikan mati. “Saya masih sempat lihat ikan
seperti mabuk. Putar-putar dan langsung mati di permukaan air. Saat itu, saya
langsung mengabadikan video dan juga foto,” katanya.
3. Menyimpulkan (inference)
Pencemaran atau polusi adalah peristiwa masuknya atau dimasukkannya
zat atau bahan ke lingkungan yang menyebabkan penurunan kualitas
lingkungan sehingga lingkungan tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukannya. Zat atau bahan penyebab polusi disebut polutan. Polusi dapat
terjadi karena kegiatan manusia atau peristiwa alam. Menurut tempat terjadinya
polusi dibedakan menjadi polusi udara, polusi air dan polusi tanah. Menurut
jenis polutannya polusi dibedakan menjadi polusi fisik, polusi kimia, polusi
biologi, polusi suara dan polusi radioaktif. Polusi dapat menurunkan mutu
lingkungan, penurunan mutu lingkungan akan menurunkan daya dukung
lingkungan. Selain karena kegiatan manusia perubahan lingkungan dapat terjadi
karena peristiwa alam. Untuk mengurangi pencemaran terhadap lingkungan
dapat dilakukan dengan daur ulang (recycle), digunakan kembali (reuse),
perawatan (repair) dan penghematan (reduce). Perubahan lingkungan dapat
terjadi karena penebangan hutan secara liar, pertanian sistem monokultur dan
pemakaian pestisida dalam pertanian.
Buatlah kesimpulan dari paragraph yang di atas ?
Kata A Kata B
1. Detritivore a. metana
2. hujan asam b. menghasilkan mineral
3. biogas c. limbah cair pabrik
4. pupuk organic d. polusi CO2 udara
5. biodegradasi e. uap air, asap
6. limbah domestic f. air cucian, air dari kamar
7. efek rumah kaca mandi
8. lubang ozon g. cacing tanah, rayap
9. reboisasi h. kompos
10. tumpangsari i. urea, TSP
j. korosi logam
k. kebocoran AC, kulkas
l. menurunkan kompetisi
antar jenis tanaman
m. menghutankan kembali
lahan gundul
Ekosistem berupa terumbu karang, beserta berbagai jenis biota laut yang
ada di kawasan perairan Teluk Ambon dan sekitarnya terancam rusak dan
bahkan punah. Hal ini menyusul adanya pencemaran zat merkuri di
perairan tersebut. Pencemaran itu diketahui sudah terjadi sejak tahun
2010 lalu, karena disebabkan pembuangan limbah dari sebuah rumah
sakit di Ambon. Selain itu juga ada pembuangan zat beracun oleh
penambang emas ilegal di Pulau Buru ke Teluk Kayeli, yang kemudian
berimbas ke Perairan Pulau Ambon. “Dari hasil penelitian yang kami
lakukan, terumbu karang dan biota laut lainnya di Teluk Ambon sudah
rusak. Ikan-ikan yang ada di teluk Ambon juga tercemari zat merkuri. Ini
tentunya sangat berbahaya bagi masyarakat,” ungkap Peneliti Lingkungan
Kelautan, Abraham.S Khouw yang juga Guru Besar Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura. Dalam acara diskusi di Ambon.
Abraham mengungkapkan, selain di kawasan teluk, ekosistem di Perairan
Pulau Ambon dan sekitarnya juga terancam rusak akibat pencemaran zat
tersebut. “Kalau pencemarannya sudah di atas 0,0001 mikro mili itu sudah
berbahaya dan di perairan Teluk Ambon sudah di atas itu,” ujar dia. ”Saat
ini mungkin belum terasa, tapi dampaknya itu akan sangat berbahaya bagi
masyarakat, dan akan berpengruh secara genelogi bagi generasi
mendatang,” ujar dia. Atas temuan itu, Abraham meminta Pemerintah
Provinsi Maluku dan juga Kota Ambon segera mengatasi masalah
tersebut, agar tidak terjadi kerusakan dan ancaman bahaya yang lebih
parah lagi.