Anda di halaman 1dari 11

URAIAN MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

Masalah lingkungan hidup mulai mulai mendapat perhatian sejak


penyelenggaraan Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup pada 15 Juni 1972.
Faktor utama penyebab dari permasalahan lingkungan adalah pertumbuhan
penduduk yang tinggi. Akibatnya, kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan
menjadi meningkat. Pemenuhan kebutuhan tersebut memanfaatkan lingkungan.
Pemanfaatan ini bersifat antroposentris artinya pemanfaatan lingkungan berorientasi
pada kepentingan manusia. Padahal, pemanfaatan lingkungan yang tepat harus
memperhatikan kelestarian dan kesehatan lingkungan itu sendiri.
Faktanya, pemanfaatan lingkungan yang terjadi di masyarakat lebih merujuk
pada eksploitasi alam. Lingkungan dimanfaatkan tanpa memperhatikan dampaknya
terhadap lingkungan itu sendiri. Akibatnya, banyak permasalahan lingkungan yang
terjadi, terutama pencemaran lingkungan.
Air tercemar sudah tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Begitu pula
apabila lingkungan tercemar maka lingkungan tersebut mengalami perubahan dan
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Menurut Undang-undang Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 4 Tahun 1982 berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukanya disebut pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan terjadi
karena masuknya bahan pencemar dalam lingkungan atau yang disebut dengan
polutan melebihi batas normal. Berdasarkan lingkungan yang terkena polutan,
terdapat tiga jenis pencemaran yaitu pencemaran air, pencemaran udara, dan
pencemaran tanah.
A. Pencemaran Air
Air merupakan salah satu komponen terpenting bagi keberlangsungan hidup
organisme dalam ekosistem. Air dibutuhkan oleh manusia untuk memasak, minum,
mencuci, dan mandi. Selain itu, air juga diperlukan oleh tumbuhan agar dapat
melangsungkan fotosintesis.
Pencemaran air dapat terjadi karena masuknya polutan di lingkungan perairan
yang melebihi batas normal sehingga menurunkan kualitas air. Penurunan kualitas
air ini menyebabkan air tidak bisa digunakan sebagaimana mestinya. Perubahan
warna, rasa, dan bau merupakan indikator terjadinya pencemaran air. Pencemaran
air dapat disebabkan karena sampah dan limbah rumah tangga, limbah industri,
limbah pertanian, dan limbah pertambangan.
1) Sampah dan Limbah Rumah Tangga
Setiap hari manusia beraktivitas dan menimbulkan
sampah yang beraneka ragam. Sampah-sampah
tersebut eperti sampah plastik, sampah kertas, sisa
makanan, sisa sayuran yang dimasak, dan kotoran
manusia. Masyarakat memiliki paradigma yang keliru
tentang sampah. Paradigma tersebut adalah “membuang
sampah pada tempatnya”. Akhirnya masyarakat tidak Gambar 1. Limbah rumah
mengolah sampah tersebut melaainkan membuangnya. tangga

Tempat pembuangan sampah secara naluriah dan banyak terjadi di


masyarakat adalah di sungai. Pembuangan sampah di sungai menimbulkan
berbagai permasalahan. Sampah yang dibuang oleh masyarakat di sungai
menyebabkan penumpukan sampah sehingga menghambat aliran sungai.
Penghambatan aliran sungai yang penuh dengan sampah ini menyebabkan banyak
bakteri tumbuh di sana. Selain itu, kebiasaan masyarakat buang air besar di sungai
menyebabkan meningkatnya mikroorganisme patogen. Ketika musim hujan tiba,
sungai meluap sehingga menyebabkan banjir. Air banjir mengandung bakteri-
bakteri patogen. Masyarakat yang berinteraksi dengan air banjir dapat terserang
penyakit seperti diare, kolera maupun penyakit kulit.
Selain sampah, aktivitas rumah tangga juga menimbulkan limbah yang berasal
dari limbah cucian, kamar mandi, dan kotoran manusia. Apabila limbah-limbah
tersebut dialirkan ke perairan seperti sungai maka dapat menyebabkan pencemaran.
Limbah deterjen akan mempengaruhi kemampuan air dalam mengikat
oksigen di udara. Akibatnya kadar oksigen terlarut dalam air yang tercemar menjadi
lebih rendah. Rendahya kadar oksigen tersebut menyebabkan organisme dalam
ekosistem perairan menjadi terganggu bahkan mati karena tidak bisa
melangsungkan proses metabolisme dalam tubuhnya.
2) Limbah Industri
Demi terpenuhinya kebutuhan penduduk yang semakin banyak, maka industri
didirikan. Industri mengeluarkan zat sisa yang disebut limbah sehingga semakin
banyak industri, maka semakin banyak pula limbah yang dihasilkan. Banyak industri
yang tidak memiliki sistem pengolahan limbah yang baik. Akibatnya, limbah dibuang
ke sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Limbah industri dapat berupa air bersuhu tinggi, air yang mengandung zat pewarna,
dan air yang mengandung zat-zat kimia berbahaya atau yang sering disebut limbah
B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Gambar 1 disamping merupakan salah satu contoh pencemaran air. Limbah
cair dari salah satu industri kimia dialirkan ke sungai. Akibatnya, air sungai menjadi
tercemar. Pencemaran ini mengganggu ekosistem sungai. Banyak ikan yang lama
kelamaan mati karena keracunan zat kimia yang terkandung dalam air limbah.
Limbah industri yang dialirkan ke sungai dapat merembes ke sumur-sumur
warga disekitar sungai. Akibatnya sumur warga menjadi ikut tercemar. Air yang
sudah tercemar tidak bisa difungsikan sesuai peruntukaannya sehingga
mengakibatkan terjadinya krisis air bersih.
3) Limbah Pertanian
Penggunaan pupuk merupakan tindakan yang wajar bagi para petani.
Penggunaan pupuk terbanyak di lingkungan pertanian adalah jenis pupuk kimiawi.
Sebagian besar pupuk yang digunakan dalam pemupukan terbawa aliran sungai
sehingga mencemari sungai. Pupuk yang digunakan pada arela pertanian sebagian
besar terbawa terbawa oleh air hujan dan akan masuk ke badan sungai. Residu
pupuk di sungai menyebabkan terjadinya ledakan populasi ganggang.
Ledakan populasi disebut eutrofikasi
yaitu pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan perairan yang berlebihan akibat
dari kandungan unsur hara berlimpah di
perairan. Eutrofikasi mengakibatkan jumlah
oksigen yang terlarut dalam air menurun dan
membahayakan organisme perairan. Salah
satu ciri perairan yang mengalami eutrofikasi
Gambar 2. Kematian massal ikan
adalah munculnya warna hijau, kuning, atau
merah di dalam perairan tersebut karena ledakan populasi ganggang tertentu.
Terjadinya eutrofikasi menyebabkan kandungan oksigen dalam ekosistem air
menurun dan berakibat pada kematian massal ikan.
4) Limbah Pertambangan
Berbagai proses penambangan memerlukan zat kimia berbahaya untuk
menghasilkan produk tertentu, emas misalnya. Pengolahan bijih emas memerlukan
air raksa. Akibatnya, penambangan emas menyumbang limbah cair yang
berbahaya. Raksa merupakan golongan logam berat berwujud cair. Apabila
terakumulasi dalam tubuh organisme maka raksa dapat menyebabkan kelainan
saraf bahkan kematian.
Selain itu, penambangan minyak bumi di laut
bebas juga kerap menimbulkan pencemaran air laut.
Hal ini dapat terjadi akibat kebocoran kapal tanker
sehingga minyak bumi tumpah di laut lepas.
Tumpahan minyak mengandung zat yang
membahayakan organisme di laut serta menghalangi Gambar 3. Limbah tambang
batu bara
difusi oksigen ke dalam air.
B. Pencemaran Udara
Pertumbuhan penduduk yang cepat memicu pesatnya perkembangan industri.
Pesatnya perkembangan industri tidak diimbangi dengan kemajuan teknik
pengolahan limbah (termasuk asap) yang baik. Akibatnya, industri mengeluarkan
asap yang masih mengandung gas-gas berbahaya seperti gas CO, CO2, NO, NO2,
SO, dan SO2.
Selain asap industri, asap pembakaran juga
menyumbang emisi gas berbahaya yang dapat
mencemari udara. Sumber asap pembakaran antara
lain pembakaran hutan, asap rokok, dan asap
pembakaran oleh mesin bermotor. Gas-gas berbahaya
yang dikeluarkan oleh cerobong asap industri maupun
hasil pembakaran dapat menimbulkan berbagai macam
Gambar 4. Asap industri
permasalahan diantaranya gangguan kesehatan tubuh,
hujan asam, dan penipisan lapisan ozon.
1) Gangguan Kesehatan Tubuh
Akumulasi gas CO ke dalam tubuh dapat meracuni pernapasan. Hal ini terjadi
karena afinitas hemoglobin darah lebih tinggi terhadap gas CO daripada gas O2. Jika
gas CO dan O2 berada bersam-sama, hemoglobin akan mengikat lebih banyak gas
CO. Dalam jumlah tertentu, gas CO di dalam darah dapat menyebabkan kematian
pada manusia.
Gambar 5. Penipisan lapisan ozon

2) Hujan Asam
Udara yang mengandung gas-gas seperti COx, NOx. dan SOx yang berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil jika bereaksi dengan uap air saat hujan dapat
menimbulkan hujan asam. Reaksinya dapat dituliskan seperti berikut.
CO2(g) + H2O(l)  H2CO3(aq)
SO2(g) + O2(g)  SO3(g)
SO3(g) + H2O(l)  H2SO4(aq)
Air hujan asam bersifat korosif dan berbahaya bagi organisme. Hujan asam
bisa merusak dan mematikan tumbuhan, meracuni hewan perairan, serta
membunuh mikroorganisme di tanah. Ciri khas tumbuhan yang keracunan karena
terkena hujan asam adalah matinya tanaman mulai dari ujung/ tunas yang muda.
Selain itu, karena sifatnya yang korosif maka hujan asam juga dapat merusak
bangunan dan patung. Hujan asam juga dapat menyebabkan iritasi kulit, mata,
maupun bagian tubuh lainnya pada manusia
3) Penipisan Lapisan Ozon
Ozon terbentuk secara alami karena adanya reaksi antar gas O2 di atmosfer.
Lapisan ozon berfungsi melindungi bumi dari bahaya sinar ultraviolet (UV) dari
radiasi sinar matahari. Saat ini lapisan ozon semakin tipis karena gas pencemar
udara seperti gas NO2, SO2, dan CFC dapat merusak lapisan ozon.
Gas CFC digunakan sebagai pendingin pada lemari es, AC, dan parfum serta
peralatan spray. Gas akan naik ke atmosfer dan terakumulasi di lapisan ozon. Gas-
gas tersebut bereaksi dengan ozon sehingga jumlah ozon dan mengakibatkan
lapisan ozon semakin tipis dan berlubang. Ketika gas CFC terlepas ke atmosfer,
maka molekulnya akan terurai menjadi atom C. Berikut adalah reaksi yang terjadi
pada penipisan lapisan ozon.
C(g) + O3(g)  CO(g) + O2(g)
CO(g) + O3(g)  C(g) + 2 O2(g)
Berdasarkan persamaan reaksi di atas, kita dapat mengetahui bahwa gas polutan
dapat menyebabkan penipisan lapisan ozon karena proses penguraian ozon yang
terus berlanjut menjadi O2.
Penipisan dan berlubangnya lapisan ozon menyebabkan radiasi UV dapat
masuk ke bumi. Radiasi sinar UV menyebabkan berbagai penyakit pada manusia
seperti kanker kulit, katarak, melemahkan sistem pertahanan tubuh, serta merusak
gen sehingga menyebabkan kelainan pada keturunan manusia. Berikut adalah
perkembangan penipisan lapisan ozon berdasarkan pengamatan NASA.

C. Pencemaran Tanah
Tanah merupakan media hidup yang sangat dibutuhkan oleh tanaman
ekosistem darat. Pencemaran tanah disebabkan karena penumpukan baik sampah
baik organik maupun anorganik. Sampah- sampah tersebut berasal dari sampah
rumah tangga, pertanian, dan industri.
Sampah-sampah organik akan mengalami pembusukan dan menimbulkan
banyak mikrooganisme penyakit hidup disana. Selain itu, pembusukan sampah juga
menyebabkan bau tidak sedap yang sangat mengganggu, dan mengakibatkan
keracunan pada tanaman. Sampah anorganik memang tidak menimbulkan bau,
akan tetapi sampah tersebut menghalangi peresapan air ke dalam tanah. Sehingga
air tanah akan berkurang persediaannya. Apabila terjadi demikian maka akan
menyebabkan kekeringan dan krisis air bersih.

D. Usaha-usaha Penanggulangan Pencemaran Lingkungan


Dampak dari pencemaran lingkungan kembali pada manusia itu sendiri. Ketika
lingkungan telah rusak barulah manusia menyadari pentingnya mengelola
lingkungan bukan memanfaatkan lingkungan. Mengelola lingkungan merupakan
upaya terpadu dari memanfaatkan, memelihara, mengawasi, mengendalikan,
memulihkan, dan mengembangkan lingkungan. Dengan demikian mengelola
lingkungan tidaklah bersifat antroposentris.
Menurut Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa lingkungan hidup yang baik dan
sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga negara
Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya pengelolaan lingkungan hidup agar
masyarakat dapat hidup dengan nyaman. Selain itu, agar lingkungan hidup di
Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan penunjang dalam keberlangsungan hidup
masyarakat serta makhluk hidup lainnya.
Pada prinsipnya ada 2 (dua) upaya untuk menanggulangi pencemaran, yaitu
penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non-
teknis dapat dilakukan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang
dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan
industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini
hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang
akan dilaksanakan, misalnya meliputi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), pengaturan dan pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin.
Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber pada perlakuan industri
terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola
limbah atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran.
a. Penanggulangan secara non-teknis
Secara non-teknis, pemerintah telah membuat beberapa peraturan agar baik
masyarakat maupun pengelola industri dapat lebih terarah dalam melakukan
kegiatan yang menimbulkan pemicu pencemaran lingkungan. Salah satu
peraturannya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air. Salah satu upaya serius
yang telah dilakukan Pemerintah dalam pengendalian pencemaran air adalah
melalui Program Kali Bersih (PROKASIH). Program ini merupakan upaya untuk
menurunkan beban limbah cair khususnya yang berasal dari kegiatan usaha skala
menengah dan besar, serta dilakukan secara bertahap untuk mengendalikan beban
pencemaran dari sumber-sumber lainnya. Selain itu, juga ada Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan. Pada peraturan tersebut dijelaskan
beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam menanggulangi pencemaran laut
baik yang berasal dari daratan, kegiatan di laut, dan kegiatan di udara. Selain itu,
juga dipaparkan mengenai penyelesaian sengketa serta penerapan sanksi
pencemaran laut.
b. Penanggulangan secara teknis
Berikut ini adalah upaya-upaya penanggulangan secara teknis yang dapat
dilakukan untuk mengatasi pencemaran lingkungan.
1) Pengelolaan sampah
Sampah merupakan barang yang tak ternilai. Akan tetapi, apabila sampah-
sampah tidak diolah maka akan menimbulkan permasalahan lingkungan seperti
pencemaran. Dalam pengelolaan sampah dapat diterapkan budaya 6M yaitu suatu
upaya pengelolaan sampah rumah tangga yang terdiri dari beberapa langkah yaitu
mengurangi, menggunakan kembali, mengganti, memisahkan, mendaurulang, dan
mengomposkan.
a) Mengurangi
Mengurangi berarti suatu upaya mengurangi
jumlah sampah yang ditimbulkan. Cara mengurangi
antara lain: (1) berbelanja lebih berhati-hati; (2)
membuat lebih banyak makanan di rumah sebagai
ganti membeli makanan jadi; (3) membuat hadiah dan
kartu ucapan-ucapan sendiri di rumah dengan
memanfaatkan bahan-bahan sisa kegiatan sehari-hari; Gambar 6. Kegiatan
Mengurangi
dan (4) memperbaiki pakaian dan peralatan daripada
membeli baru.
b) Menggunakan kembali
Menggunakan kembali berarti memakai atau
memanfaatkan kembali sampah rumah tangga. Cara
menggunakan kembali antara lain: (1) menggunakan
kembali botol-botol plastik yang masih layak; (2)
memberikan barang yang tidak dipakai untuk orang lain
agar digunakan kembali; (3) menggunakan satu sisi Gambar 7. Kegiatan
Menggunakan Kembali
kertas yang masih kosong untuk menggambar dan
mencatat; dan (4) menggunakan kembali tas plastik
ketika berbelanja.
c) Mengganti
Mengganti berarti mengganti jenis bahan
kebutuhan rumah tangga tertentu dengan jenis bahan
lainnya yang mudah diuraikan. Gantilah pembungkus
barang atau makanan dengan pembungkus yang
dapat digunakan kembali, mudah didaurulang, atau
dikomposkan seperti mengganti bungkus makanan Gambar 8. Kegiatan Mengganti
dari kertas minyak menjadi daun.
d) Memisahkan
Memisahkan berarti memisahkan antara sampah
organik dan sampah anorganik. Sampah organik
merupakan sampah yang berasal dari makhluk hidup
dan mudah terurai secara alami (degradable) seperti
sisa nasi, sayuran, dan buah-buahan. Sampah
organik biasa dikenal sebagai sampah basah.
Sampah anorganik merupakan sampah yang sulit
bahkan tidak bisa terurai seperti plastik, gelas, kain, Gambar 9. Kegiatan Memisahkan

dan logam. Sampah anorganik dikenal sebagai


sampah kering.
e) Mendaurulang
Mendaurulang berarti memanfaatkan sampah
kembali dengan mengolahnya terlebih dahulu.
Kegiatan memisahkan akan memperlancar proses
daurulang. Sampah-sampah plastik dapat didaurulang
menjadi barang-barang lainnya yang lebih berguna. Gambar 10. Kegiatan Mendaurulang
f) Mengomposkan
Mengomposkan berarti suatu upaya mengolah
sampah rumah tangga menjadi kompos.
Pengomposan dilakukan dengan pemendaman
sampah organik yang dicampur dengan cacing tanah.
Selain cacing tanah, bakteri juga dapat dimanfaatkan
dalam pengomposan karena bersifat mempercepat
Gambar 11. Kegiatan Mengomposkan
penguraian sampah.
2) Fitoremediasi
Fitoremediasi didefinisikan sebagai pencucian polutan yang dimediasi oleh
tumbuhan, termasuk pohon, rumput-rumputan, dan tumbuhan air (Hidayati, 2004).
Fitoremediasi merupakan sistem pengolahan limbah secara biologis, yaitu dengan
menggunakan tanaman atau bagian-bagiannya untuk menyerap logam-logam
berbahaya seperti raksa (Hg), timbal (Pb), kadmium (Cd), tembaga (Cu), dan seng
(Zn). Fitoremediasi bisa dilakukan untuk mengatasi pencemaran air dan
pencemaran tanah. Beberapa tanaman yang dapat digunakan dalam fitoremediasi
antara lain azolla (tumbuhan paku air), kiambang (Salvinia molesta), eceng gondok,
kangkung air, dan beberapa jenis tumbuhan mangrove.
Penelitian menunjukkan keberhasilan tanaman normal dan transgenik
Solanium ningrum L. dalam penyerapan polutan. Keuntungan utama dari aplikasi
teknik fitoremediasi dibandingkan dengan sistem remediasi lainnya adalah
kemampuannya untuk menghasilkan buangan sekunder. yang lebih rendah sifat
toksiknya, lebih bersahabat dengan lingkungan serta lebih ekonomis. Kelemahan
fitoremediasi adalah dari segi waktu yang dibutuhkan lebih lama dan juga terdapat
kemungkinan masuknya kontaminan ke dalam rantai makanan melalui konsumsi
hewan dari tanaman tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa logam berat Zn
terakumulasi paling besar di bagian akar untuk tanaman S. nigrum L. transgenik
yaitu sebesar 40% selama satu siklus pertumbuhan. Pada tanaman normalnya
secara umum terakumulasi pada daun yaitu sebesar 41%. Selama siklus hidupnya
kemampuan tanaman S. nigrum L. dalam menyerap logam berat Zn pada awalnya
naik, kemudian menurun sampai berakhirnya daur hidup tanaman tersebut.
Kemampuan tanaman transgenik S. nigrum L. Dalam menyerap dan mengakumulasi
logam berat Zn pada konsentrasi relatif tidak berbeda jauh dibandingkan dengan
nilai konsentrasi fisiologis yang dapat diserap oleh tanaman normalnya.
Strategi yang paling banyak digunakan dalam fitoremediasi berlandaskan pada
kemampuan mengakumulasi kontaminan polutan dengan cara menyerap polutan
dalam air ataupun tanah yang tercemar. Kemampuan akar menyerap kontaminan
dari air tanah (rhizofiltration) dan kemampuan tumbuhan dalam memetabolisme
kontaminan di dalam jaringan (phytotransformation) juga digunakan dalam strategi
fitoremediasi. Fitoremediasi juga berlandaskan pada kemampuan tumbuhan dalam
menstimulasi proses biodegradasi oleh mikroba yang berinteraksi dengan akar
(phytostimulation) dan imobilisasi kontaminan di dalam tanah oleh eksudat dari akar
(phytostabilization). Selain itu juga ditinjau dari kemampuan tumbuhan dalam
menyerap logam dari dalam tanah dalam jumlah besar sehingga dapat meremediasi
tanah yang tercemar (phytomining).
3) Pengelolaan limbah
Terkait dengan pencemaran lingkungan maka diperlukan pengelolaan limbah
yang tepat dan mudah dilakukan, terlebih untuk limbah industri dan peternakan. Ada
beberapa tindakan yang dapat dilakukan sebagai upaya pengelolaan peternakan,
antara lain (1) memanfaatkan limbah peternakan sehingga dapat memberi nilai
tambah bagi usaha tersebut, seperti mengolahnya menjadi pupuk kandang, (2)
membuat kebijakan penggunaan suatu areal atau kawasan usaha peternakan agar
tidak saling mengganggu antara petemakan dan pemukiman, dan (3) melakukan
pengelolaan limbah serta pemantauan lingkungan secara terus menerus.
Tidak hanya peternakan dan industri saja, aktivitas kelautan juga dapat
menghasilkan limbah. Terdapat enam sumber pencemaran terhadap lingkungan laut
yang diatur di United Nations on the Law of the Sea (UNCLOS), yaitu aktivitas di
daerah pantai, kegiatan pengeboran minyak di landas kontinen, penambangan di
daerah seabed, pembuangan limbah ke laut (dumping), pencemaran yang berasal
dari kapal, dan pencemaran dari lapisan atmosfer. Upaya yang dapat dilakukan
terkait limbah di laut antara lain (1) melakukan pembersihan laut secara berkala
dengan melibatkan peran serta masyarakat, (2) melakukan proses bioremediasi dan
fitoremediasi di laut, (3) tidak membuang sampah ke sungai yang bermuara ke laut,
(4) tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti bom, racun, pukat harimau,
dan lain-lain yang mengakibatkan rusaknya ekosistem laut, dan (5) tidak menjadikan
laut sebagai tempat pembuangan limbah produksi pabrik yang akan mencemari laut.

Anda mungkin juga menyukai