2023
MODUL
MODUL PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA
TEMA:KEARIFAN LOKAL
(Membuat mural kebudayaan yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggal,
Fokus: kesenian Tayub dan Batik)
A. INFORMASI UMUM
a) Identitas Modul
Nama penyusun : Team
Institusi : SMP Negeri 1 Tangen
Tahun disusunnya : 2022
Jenjang sekolah : SMP
Fase : D
Kelas : 7
Alokasi waktu : 6 Minggu
Topik : Mural Kebudayaan Daerah
b) Sarana dan Prasarana
- Lembar Kerja Peserta Didik
- Alat dan bahan
Asesmen Diagnostik.
Dilakukan sebelum projek dimulai untuk mengukur kompetensi awal peserta didik yang dipakai
untuk menentukan kebutuhan diferensiasi peserta didik, pengembangan alur dan kegiatan projek,
dan penentuan perkembangan sub-elemen antarfase
10 11 12 13 14
MuralAksi MuralAksi MuralAksi MuralAksi Asesmen
Nyata budaya Nyata budaya Nyata Sayangi Nyata budaya Formatif
daerah tari daerah tari Sekolahku: batik & tari Simulasi
tayub & batik di tayub & batik di Menentukan tayub di Pameran
sekolahku: sekolahku: Karakteristik Sekolahku: MuralAksi
Eksplorasi Peranku dan Mural yang Membuat Mural Nyata budaya
program aksiku Baik Batik &Tari
pengelolaan tayub pada HUT
mural di sekolahku
15 16
Evaluasi Mari Beraksi
SolusiYang Sambil Refleksi
Ditawarkan membuat mural
di Sekolahku
Merumuskan tujuan
1. Mengamati 2. Mendefinisikan
Apa yang terjad? Oh, ternyata itu yang
• Mempersiapkan hendak dicapai
observasi • Mendefinisikan tujuan
• Mengenal dan dari temuan
mendekati persoalannya • Membuat kerangka
(mencerap) konteks
• Mencari inspirasi
Tindak lanjut
3. Menggagas 4. Memilih 5. Merefleksikan
Bagaimana aku bisa Bagaimana aku bisa Bagaimana supaya ide
menjadi bagian dari mewujudkannya ini menjadi lebih baik?
solusi? tujuan? • Membagi pengetahuan
• Melontarkan dan • Memilih solusi yang • Meminta masukan
mengembangkan sesuai dengan tujuan • Mengembangkan ide
gagasan • Membuat purwarupa lebih lanjut dari
• Membuat alternatif solusi masukan
Tahap Asesmen
1. Menentukan tujuan Membuat mural budaya batik dan tari tayub pada media
pembelajaran payung di satuan pendidikan,
Fokus: Pengembangan karakter menghargai budaya daerah di
lingkungan sekitar, menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.
(Fase D)
2. Merancang indikator Mampu membuat mural budaya batik dan tari tayub sebagai wujud
kemampuan mencintai budaya daerah
Mampu menunjukkan sikap bergotong royong, dan kreatif dalam
pembuatan mural pada media payung.
Rubrik asesmen:
1. Rubrik Perkembangan Sub-elemen Antarfase
Dimensi: Assesmen Kreatif Fase D
No Aspek pengamatan Capaian
BB MB SB BSH
Capaian
Kriteria Penilaian
BB MB SB BSH
Siswa berkontribusi pada kerja kelompok
Siswa bekerja secara kolaboratif dengan siswa lainnya
Siswa menyelesaikan pekerjaan sesuai waktu yang
dijadwalkan
Dalam mural, gambar di lukis dengan rapi
Dalam mural, gambar di lukis dengan baik
Dalam mural, gambar di lukis dengan indah
Kategori 1 2 3 4
Kontribusi Siswa tidak Siswa Siswa Siswa selalu
pernah Menyelesaikan berkontribusi, bersedia
mengerjakan Sebagian tugas Menyelesaikan membantu dan
tugas yang yang menjadi Sebagian tugas melakukan lebih
menjadi tanggungjawabny yang menjadi dari
tanggungjawabny a, siswa tanggungjawabny tanggungjawabn
a, siswa tidak memberikan ide- a, siswa sering ya, siswa selalu
memberikan ide- ide bermanfaat memberikan ide- memberi ide-ide
ide ide bermanfaat yang bermanfaat
Kolaborasi Siswa tidak pernah Siswa kadang Siswa sering Siswa selalu
mendengarkan dan mendengarkan bersedia mendengarkan,
berbagi beberapa dan berbagi mendengarkan berbagi dan
kali, seringkali beberapa kali, dan berbagi, mendukung teman
mengganggu kadang tidak bersedia kelompoknya.
jalannya kerja melakukan melakukan Mengkoordinir
kelompok. pekerjaan yang pekerjaan yang kinerja kelompok.
Fokus Siswa tidak pernah diminta anggota
Siswa hampir selalu diminta anggota
Siswa kadang Siswa selalu fokus
lainnya. lainnya.
fokus pada tugas fokus pada tugas fokus pada tugas pada tugas dan hal
dan hal yang perlu dan hal yang perlu dan hal yang perlu yang perlu
dilakukan dan dilakukan dan perlu dilakukan dan dilakukan dan
mengandalkan diingatkan dapat diandalkan sangat mandiri.
pekerjaan temannya saat kerja temannya.
temannya. kelompok.
C. Lampiran
1. Lembar Kerja Peserta Didik
Lembar Kegiatan Peserta didik
Mural kebudayaan daerah
Metode: Praktek/ demonstrasi
Tujuan: Membuat Mural kebudayaan daerah
Alat dan bahan
▪ Alat untuk menggambar dikertas (Pensil, Penggaris, Penghapus, Pensil warna , kertas)
▪ Cat minyak
▪ Bahan pengencer cat
▪ Kuas berbagai macam ukuran
▪ Payung polos
Langkah kegiatan
1. Langkah-langkah pembuatan mural
a. Tahap awal
1) Lakukan persiapan
➢ Siswa di kumpulkan dan di beri informasi tentang projek yang akan dibuat
➢ Siswa diajak untuk mengenal apa itu mural
➢ Siswa diajak untuk mengenal apa itu budaya
➢ Siswa diajak untuk mengidentifikasi budaya yang ada di lingkungan sekitar
2) Menuangkan gagasan
➢ Guru memfasilitasi alat tulis untuk menggambar kepada siswa
➢ Siswa mencoba membuat gambar tentang budaya daerah di kertas gambar
➢ Jika sudah selesai hasilnya dikumpulkan ke Guru fasilitator projek
3) Memilih warna
Agar anda tidak bingung memilih warna, pilih warna berdasarkan pola yang
dominan di payung. Jika anda ingin aturan-aturan yang praktis, ikuti yang satu ini :
warna yang lebih ringan naik ke atas dan warna middle pada payung. Gunakan
putaran/roda warna agar warna saling bekerja sama dengan baik, warna yang
jauh dengan warna lainnya pada roda warna sedikit lebih membutuhkan
bantuan untuk menyesuaikan skema warna yang bisa diterapkan.
b. Tahapan melukis mural
1) Tekan tepi pertama dengan cat
Celupkan alat lukis anda ke warna yang anda inginkan, celupkan hanya 1/3 dari
menurunkan kuas, menekan warna dengan kuas jangan menyikatnya.
2) Celupkan kuas ke dalam cat.
Untuk mengisi area tengah, serta area yang belum dicat, disarankan menggunakan
ujung kuas.
Contoh sebagai berikut:
✓ Basahkan kuas sebelum dicelupkan ke dalam cat, basahkan dengan air untuk
cat dasar lateks.
✓ Basahkan dengan tinner untuk cat dasar minyak.
✓ Isi ember dengan cukup cat sampai hampir naik ke atas. Kelebihan tentu saja
tidak baik.
✓ Celupkan kuas ke dalam ember, dan angkat kembali ke atas, peras cat yang
berlebihan sambil meratakan lapisan kuas.
MODUL PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA
✓ Mulai melukis/ menggambar mural.
c. Langkah-langkah dalam melukis
1) Memunculkan gagasan
Untuk memunculkan gagasan kreatif, dapat ditempuh dengan cara :
✓ Mempelajari atau membaca buku,
✓ Melihat film-film dokumenter tentang lukisan,
✓ Melihat objek secara langsung, dan
✓ Mengembangkan imajinasi.
2) Memilih bahan
Setelah terbentuk/muncul gagasan kreatif tersebut, langkah selanjutnya adalah
memilih bahan yang akan digunakan:
Menggunakan kertas gambar ukuran A3
3) Menentukan teknik
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam melukis, diantaranya :
Teknik transparan warna (warna tipis),
Teknik plakat warna (tebal).
4) Membuat sketsa
Setelah bahan dapat ditentukan, langkah selanjutnya adalah membuat sketsa gambar.
Yang dimaksud sketsa adalah gambar awal yang akan dibuat lukisan. Sketsa inilah
yang nantinya diselesaikan menjadi sebuah lukisan yang sempurna.
5) Menyempurnakan lukisan
Tahap melukis yang terakhir adalah menyempurnakan /menyelesaikan sketsa yang
telah dibuat yaitu dengan cara :
Mewarnai sketsa dengan goresan tipis pada objek pokok (positif) dan latar
belakangnya (negatif).
Menyempurnakan lukisan dengan kontur, penyinaran (spot light), penegasan, dan
penentuan gelap terang.
Tabel Projek Mural
Buatlah kesimpulannya :
Jawab :
5. CaraMelukisdi Payung
Detail ukiran kain yang dikenakan Prajnaparamita, arca yang berasal dari Jawa Timur abad ke-13. Ukiran
pola lingkaran dipenuhi kembang dan sulur tanaman yang rumit ini mirip dengan pola batik tradisional Jawa.
Seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan menggunakan malam atau lilin adalah salah satu
bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM,
dengan diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola.
Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T’ang (618-907)
serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh
Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal.[8] Di Indonesia, batik dipercaya sudah
ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik
yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang
Dunia I atau sekitar tahun 1920-an.[9]
Walaupun kata “batik” berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P.
Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada
abad ke-6 atau ke-7.[8] Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (sejarawan Indonesia)
percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu
dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki
tradisi kuno membuat batik.[10]
G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur.
Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga
ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.[10] Detail ukiran kain yang menyerupai
pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan buddhis dari Jawa Timur abad ke-13.
Detail pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik
tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang
hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.[11] Pada
perempat terakhir abad ke-13, kain batik dari Jawa telah diekspor ke kepulauan Karimata, Siam, bahkan
sampai ke Mosul.[12]
Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim
yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140
lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi
perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang
dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa. [13] Oleh
beberapa penafsir,who? serasah itu ditafsirkan sebagai batik.
Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817)
tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki
Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel memberikan selembar batik yang
diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19
itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada
tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.[8]
Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul,
dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik
tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Pada saat yang sama imigran dari
Indonesia ke Wilayah Persekutuan Malaysia juga membawa Batik bersama mereka.
Sekarang batik sudah berkembang di beberapa tempat di luar Jawa, bahkan sudah ke manca negara. Di
Indonesia batik sudah pula dikembangkan di Aceh dengan batik Aceh, Batik Cual di Riau, Batik Papua,
batik Sasirangan Kalimantan, dan Batik Minahasa.
MODUL PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA
Budaya batik
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia
(khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan
mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah
pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke
dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis
maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, di mana di beberapa daerah pesisir
pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif
dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang.
Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta
dan Surakarta.
Batik dipakai untuk membungkus seluruh tubuh oleh penari Tari Bedhoyo Ketawang di keraton Jawa.
Corak batik
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki
ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu.
MODUL PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA
Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada
akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga
memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan
hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-
benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka
seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-
upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing
Cara pembuatan
Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori.
Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis
lainnya. Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif
halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang
telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna
muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa
kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin.
Jenis batik
Menurut teknik
Batik tulis adalah kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik menggunakan tangan.
Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan. Batik cap adalah kain yang dihias
MODUL PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA
dengan tekstur dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses
pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari. Batik lukis adalah proses pembuatan
batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.
Menurut asal pembuatan
Batik Jawa
Sebuah warisan kesenian budaya orang Indonesia, khususnya daerah Jawa yang dikuasai orang Jawa dari turun
temurun. Batik Jawa mempunyai motif-motif yang berbeda-beda. Perbedaan motif ini biasa terjadi dikarnakan
motif-motif itu mempunyai makna, maksudnya bukan hanya sebuah gambar akan tetapi mengandung makna
yang mereka dapat dari leluhur mereka, yaitu penganut agama animisme, dinamisme atau Hindu dan Buddha.
Batik Jawa banyak berkembang di daerah Solo atau yang biasa disebut dengan batik Solo, Yogyakarta atau
biasa disebut Batik Jogja dan Kota Pekalongan atau yang biasa disebut Batik Pekalongan.
Berdasarkan daerah asal
Batik Bali
Batik Banyumas
Batik Betawi
Batik Besurek
Batik Jambi
Batik Madura
Batik Malang
Batik Pekalongan
Batik Tegal (Tegalan)
Batik Solo
Batik Yogyakarta
Batik Tasik
BatikAceh
Batik Cirebon
Batik Kebumen[14]
Batik Jombang
Batik Banten
BatikTulungagung
Batik Kediri
Batik Kudus
Batik Jepara / Batik Kartini
Batik Brebes
Batik Minangkabau
Batik Minahasa
Batik Belanda
Batik Jepang
Berdasarkan corak
Batik Kraton
Batik Sudagaran
Batik Cuwiri
Batik Petani
Batik Tambal
Batik Sida Mukti
Batik Sekar Jagad
Batik Pringgondani
Batik Kawung
Batik Sida Luhur
Batik SidaAsih
Batik Semen Rama
Batik Jlamprang dan Batik Gedo
MODUL PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA
Materi tentang tari tayub
Tari Tayub – merupakan kesenian tari tradisional yang berasal dari daerah Jawa Tengah, serta bersumber
dari Kerajaan Jawa Kuno. Bisa dikatakan juga, bahwa tarian tayub berasal dari Jawa Tengah ini sudah
berumur sangat tua, serta menjadi awal mula terciptanya tari gambyong.
Tari tayub atau biasa disebut tayuban hingga saat ini masih tetap berkembang dan masih banyak peminatnya,
khususnya di daerah Jawa Timur serta Jawa Tengah. Tarian ini memiliki unsur keindahan dan keserasian
gerak yang dilakukan oleh para penari dan penabuh musik.
Apabila dilihat sekilas, tarian tayub ini mempunyai kesamaan dengan jaipongan di Jawa Barat. Dulunya tarian
ini lebih digunakan dalam rangkaian upacara yang bersifat religius, tujuannya adalah sebagai permohonan
keselamatan kepada Tuhan sebagai rasa syukur.
Nama tayub sendiri berasal dari dua suku kata, yakni “tata” yang berarti aturan dan “guyub” yang artinya
bersatu atau rukun. Jadi bisa diartikan sebagai bentuk tari yang ditata dengan teratur sehingga memunculkan
kerukunan atau bersatu padu.
Istilah tayub sendiri di dalam kamus Bau Sastra Jawa Indonesia yang dikarang oleh PrawiraAtmaja memiliki
arti bersenang-senang dengan mengibing bersama tandak. Dengan kata lain bisa disebut bersama ledek,
penjoged atau ronggeng.
Terlepas dari itu, ada juga yang menafsirkan tayub sebagai ditata dan guyub, maksudnya adalah diatur dengan
baik guna menjaga kerukunan di antara sesama. Tak hanya itu saja, banyak yang menghubungkan antara
kata tayub dengan nayub.
Menurut Perbatjaraka (1945), nayub diartikan bukan berasal dari kata tayub, namun bersumber dari kata
sayub.Artinya adalah untuk menyebutkan makanan yang sudah hampir basi atau menjadi tape.
Sementara penafsiran nayub sendiri berasal dari kata syub (sayu-sajeng, wayu-wajeng) yang menunjukan
minuman keras. Maksudnya adalah menari dengan minuman keras, yakni di dalam pertunjukan tayub tidak
pernah lepas dari yang namanya minuman keras.
Pastinya setiap tarian tradisional memiliki kostum yang menjadi ciri khas dari tarian tersebut. Begitupun
dengan tari tayub, ksotum yang digunakan biasanya berupa pakaian tradisional Jawa.
Pada awalnya para penari hanya menggunakan kain panjang dan kemben hingga dada. Sedangkan untuk
menutupi bahu, para penari akan menutupnya dengan kain sampur sebagai properti utamanya.
Namun sekarang ini, para penari ada juga yang menggunakan kain panjang dan baju lengan pendek, sehingga
terlihat lebih sopan.
Musik pengiring atau gending tayub berfungsi untuk menciptakan suasana yang diinginkan dan memberikan
tekanan pada gerak sehingga akan lebih mantap. Sedangkan untuk penekanan pada kendang dan ricikan-
ricikan balungan seperti saron demung serta saron barung.
Kesenian tayub biasanya akan melibatkan sekitar 17 orang dengan 2 wanita sebagai ledhek, 2 orang sebagai
waranggana atau vokalis pria yang disebut gerong. Sedangkan untuk 13 orang lainnya berguna sebagai
penabuh gamelan dan sutradara.
Dulunya para penari akan menggunakan kain panjang, kemben, selendang dan juga sampur sebagai properti
tari tayub. Namun saat ini, hal itu mulai diisolasikan dengan kostum budaya baru menggunakan kain panjang
dan baju lengan pendek.
Sedangkan untuk bagian rambut penari akan disanggul dengan gaya asli Solo dan riasan wajah penari yang
cantik, anggun serta menawan. Bunyi suara gamelan akan dimulai terlebih dulu untuk mengawali pertunjukan,
kemudian dilanjut para penari keluar untuk menunjukan gerakan-gerakan indah tarian tayub.
Apabila sebelumnya tarian ini hanya ditampilkan menggunakan tikar dan jarak antara penonton dengan penari
sangatlah dekat. Namun sekarang ini telah dibuatkan sebuah panggung yang bertujuan untuk memberikan
batas antara penonton dan penari.
Jika dulunya tarian ini dipentaskan sebagai ajang menari sembari meminum minuman keras.Akan tetapi saat
ini sudah ada aturan tentang dilarang mengkonsumsi minuman keras dan menjadikan tarian ini murni sebagai
pertunjukan seni.
Sekitar abad ke-20, tarian tayub sering digunakan oleh kaum darah biru ataupun elite ketika sedang
mengadakan acara. Tarian ini awalnya berguna sebagai acara jumenengan raja, kemudian berpindah menjadi
tari sambutan untuk menghormati tamu agung
Pola lantai atau yang lebih akrab di sebut desain lantai merupakan garis-garis yang dilewati para penari,
atau perpindahan tempat untuk pemerataan ruang dengan cara menari sembari melangkah untuk berpindah.
Perpindahan yang dilakukan tersebut dilakukan dengan aba-aba kendang, baik perpindahan melingkar
atau berpindah tempat dengan penari lainnya.
Jadi pada saat penampilannya, tari tayub menggunakan pola lantai garis lurus dan garis lengkung.
3. GLOSARIUM
A
B
Budaya adalah suatu cara hidup yang terdapat pada sekelompok manusia, yang telah berkembang dan
diturunkan dari generasi ke generasi, dari sesepuh kelompok tersebut (KBBI)
C
D
F
G
H
I
K
Keberagaman sebagai suatu kondisi dalam masyarakat yang terdapat banyak perbedaan dalam berbagai
bidang. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari suku bangsa, RAS, agama, keyakinan, ideologi politik,
sosial budaya dan ekonomi dan lainnya
L
Daftar pustaka
Doellah, H.Santosa. (2003). Batik: The Impact of Time and Environment, Solo: Danar
Hadi. ISBN 979-97173-1-0
Elliott, Inger McCabe. (1984) Batik: fabled cloth of Java photographs, Brian Brake ; contributions,
Paramita Abdurachman, Susan Blum, Iwan Tirta ; design, Kiyoshi Kanai. New York: Clarkson N. Potter
Inc., ISBN 0-517-55155-1
Fraser-Lu, Sylvia.(1986) Indonesian batik: processes, patterns, and places Singapore: Oxford
University Press. ISBN 0-19-582661-2
Gillow, John; Dawson, Barry. (1995) Traditional Indonesian Textiles. Thames and Hudson. ISBN 0-
500-27820-2
QuaChee & eM.K. (2005) Batik Inspirations: Featuring Top Batik Designers. ISBN 981-05-4447-2
Raffles, Sir Thomas Stamford. (1817) History of Java, Black, Parbury & Allen, London.
Sumarsono, Hartono; Ishwara, Helen; Yahya, L.R. Supriyapto; Moeis, Xenia (2013). Benang Raja:
Menyimpul Keelokan Batik Pesisir. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-979-9106-
01-8.
Tirta, Iwan; Steen, Gareth L.; Urso, Deborah M.; Alisjahbana, Mario. (1996) “Batik: a play of lights and
shades, Volume 1”, Indonesia: Gaya Favorit. ISBN 979-515-313-7, ISBN 978-979-515-313-9
Nadia Nava, Il batik - Ulissedizioni - 1991 ISBN 88-414-1016-7
https://www.suara.com/news/2021/04/08/170504/apa-itu-keragaman-agama-ini-definisi-dan-kaitannya-
dengan-pancasila?page=all#:~:text=Selain%20suku%2C%20rakyat%20Indonesia%20 juga, dalam%20
Kamus%20Besar%20Bahasa%20Indonesia.
https://www.imural.id/blog/pengertian-mural/
http://ditsmp.kemdikbud.go.id/indahnya-keberagaman-dan-pentingnya-toleransi-di-indonesia/
https://www.bola.com/ragam/read/4460880/pengertian-toleransi-tujuan-manfaat-ciri-dan-contoh-
sikapnya-dalam-kehidupan
https://adalah.co.id/mural/
https://www.imural.id/blog/tahap-tahap-membuat-mural/
http://untukfebsatu.blogspot.com/
https://www.alodokter.com/kenali-ciri-ciri-orang-kreatif-apa-kamu-salah-satunya
Ket:
Berilah tanda centang (˅) pada salah satu kotak jawaban yang tersedia
Lembar refleksi Guru
Nama Siswa
Sangat Setuju Tidak Sangat
setuju Setuju Tidak Setuju
Guru terlibat aktif dalam projek ini
Ket:
Berilah tanda centang (˅) pada salah satu kotak jawaban yang tersedia