Anda di halaman 1dari 11

PANDUAN

PRAKTIK UBUDIYAH
SMP TAQDIS NURUL HUDA

KELAS 7

1
1. Adzan dan Iqamat
Adzan adalah panggilan ibadah bagi umat Islam untuk mendirikan shalat
fardhu. Panggilan adzan dikumandangkan setiap memasuki waktu shalat
lima waktu. Sementara iqamat adalah seruan untuk segera menunaikan
shalat. Ketika adzan berkumandang, maka kita wajib mendengarkan
dengan khusyu’ serta menjawab kalimat demi kalimat adzan yang
dilantunkan muadzin. Berikut adalah kalimat-kalimat adzan dan
jawabannya:

Adzan Jawaban
ْ َ ‫اهلل أَ ْك‬
‫َب‬ ُ ‫َب‬ ُ َ ‫اهلل أَ ْك‬
ُ ْ َ ‫اهلل أَ ْك‬
‫َب‬ ُ ‫َب‬ ُ َ ‫اهلل أَ ْك‬
ُ
ْ َ
ْ َ ‫اهلل أك‬
ُ ‫َب‬ ْ َ
ُ َ ‫اهلل أك‬ُ ْ َ
ْ َ ‫اهلل أك‬
ُ ‫َب‬ ْ َ
ُ َ ‫اهلل أك‬ُ
‫َب‬ ‫َب‬
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar Allah Maha Besar, Allah Maha Besar
ْ ‫ال‬ َّ َ ‫َ ْ َ ُ َ ْ َ ه‬ ْ ‫ال‬ َّ َ ‫َ ْ َ ُ َ ْ َ ه‬
‫اهلل‬ ِ‫أشّص أن ال إِٰل إ‬ ‫اهلل‬ ِ‫أشّص أن ال إِٰل إ‬
ْ‫ال اهلل‬َّ َ ‫َ ْ َ ُ َ ْ َ ه‬ ْ‫ال اهلل‬َّ َ ‫َ ْ َ ُ َ ْ َ ه‬
‫أشّص أن ال ِإٰل ِإ‬ ‫أشّص أن ال ِإٰل ِإ‬
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah selain Allah
ْ ‫أَ ْش َّ ُص أَ َّن ُُمَ ًَّ ًصا َر ُغ ْْ ُل‬
‫اهلل‬ ْ ‫أَ ْش َّ ُص أَ َّن ُُمَ ًَّ ًصا َر ُغ ْْ ُل‬
‫اهلل‬
ْ ‫أَ ْش َّ ُص أَ َّن ُُمَ ًَّ ًصا َر ُغ ْْ ُل‬
‫اهلل‬ ْ ‫أَ ْش َّ ُص أَ َّن ُُمَ ًَّ ًصا َر ُغ ْْ ُل‬
‫اهلل‬
Aku bersaksi bahwa nabi Aku bersaksi bahwa nabi Muhammad
Muhammad itu adalah utusan Allah itu adalah utusan Allah
ْ َ َّ َ َ َّ َ َ ِّ َ َّ َ َّ ُ َ َ ْ َ َ
‫الطالة‬ ‫َح لَع‬ ‫اهِ ِم ْى‬ ّّ ِ‫اه‬
ِ ‫هلل‬ ِ ‫ال ذْل َوال قْة ِإال ِله‬
ْ َ َّ َ َ َّ َ َ ِّ َ َّ َ َّ ُ َ َ ْ َ َ
‫َح لَع الطالة‬ ‫اهِ ِم ْى‬ ّّ ِ‫اه‬
ِ ‫هلل‬ ِ ‫ال ذْل َوال قْة ِإال ِله‬
Marilah mendirikan salat Tidak ada daya upaya dan kekuatan
kecuali atas pertolongan Allah yang
Maha Luhur dan Maha Agung
ْ َ َ َ َّ َ َ ِّ َ َّ َ َّ ُ َ َ ْ َ َ
‫َح َلَع اهفالح‬ ‫اهِ ِم ْى‬ ّّ ِ‫اه‬
ِ ‫هلل‬ ِ ‫ال ذْل َوال قْة ِإال ِله‬
ْ َ َ َ َّ َ َ ِّ َ َّ َ َّ ُ َ َ ْ َ َ
‫َح َلَع اهفالح‬ ‫اهِ ِم ْى‬ ّّ ِ‫اه‬
ِ ‫هلل‬ ِ ‫ال ذْل َوال قْة إِال لِه‬
Marilah menuju kepada kejayaan Tidak ada daya upaya dan kekuatan
kecuali atas pertolongan Allah yang
Maha Luhur dan Maha Agung
Khusus saat adzan subuh:
َ َّ
ٌ ْ ‫ال ُة َس‬ َ ‫َ ََ َ ه‬
‫ْي ِي ٌَ انلَّ ْْم‬ ‫الط‬ َّ َ ْ‫َض َصق‬
ٌْ‫ت َو َب َط ْرت َوأٍه َلَع ذلِك ِي ٌَ الشه ِِ ِصي‬
ْ َ ُ َ َّ َّ َ ‫َ َ َ ه‬ َ َ ْ‫َض َصق‬
‫ْي ِي ٌَ انلَّ ْْم‬
ٌ ‫الطالة س‬ ٌْ‫ت َو َب َط ْرت َوأٍه َلَع ذلِك ِي ٌَ الشه ِِ ِصي‬
Shalat itu lebih baik daripada tidur Engkau benar dan tak berdusta. Dan
aku termasuk orang-orang yang
menyaksikan atas hal itu.
ْ َ ‫اهلل أَ ْك‬
‫َب‬ ُ ‫َب‬ ُ َ ‫اهلل أَ ْك‬
ُ ْ َ ‫اهلل أَ ْك‬
‫َب‬ ُ ‫َب‬ ُ َ ‫اهلل أَ ْك‬
ُ
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar Allah Maha Besar, Allah Maha Besar

2
ْ ‫ال‬ َّ َ ‫َ ه‬ ْ ‫ال‬ َّ َ ‫َ ه‬
‫اهلل‬ ِ‫ال إِٰل إ‬ ‫اهلل‬ ِ‫ال إِٰل إ‬
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah selain Allah

Setelah adzan selesai kemudian membaca doa:


ُ َ ْ َ َ ْ َّ َ ْ ُ ْ َ ً َ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َّ َ ُ َ َ ّّ َ َ َ َ َّ َّ َّ َ ْ َّ ‫ِّ ُ َّ َ َّ ه‬
.ُ‫َّلي وعصث‬ ِ ‫ وابِثُ يقهيه ُمًْد ن ِا‬.‫آت غ صٍه ُمًص ن ِالْ ِغ وة واهف ِض وة‬ ِ .‫الوّى رب ِ ِض ِه ادلعْ ِة اتلهي ِة َوالطال ِة اهقهئًِ ِة‬
َ ْ ُ ْ ُ َ َ َّ
.‫ِإٍك ال ُت ِوف ال ًِ َِهد‬
“Ya Allah, Tuhan pemilik panggilan yang sempurna ini dan juga sholat
yang didirikan, berilah wasilah dan fadilah kepada Muhammad. Dan
bangkitkanlah beliau sehingga bisa menempati kedudukan terpuji yang
telah Engkau janjikan. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.”

Adapun lafal iqamat adalah sebagai berikut.


Iqamat Artinya
ْ َ ‫اهلل أَ ْك‬
‫َب‬ ُ ‫َب‬ ُ َ ‫اهلل أَ ْك‬
ُ Allah Maha Besar, Allah Maha Besar

ْ ‫ال‬ َّ َ ‫ َ ْ َ ُ َ ْ َ ه‬Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan


‫اهلل‬ ‫أشّص أن ال ِإٰل ِإ‬
selain Allah
ْ ‫ أَ ْش َّ ُص أَ َّن ُُمَ ًَّ ًصا َر ُغ ْْ ُل‬Aku bersaksi bahwa nabi
‫اهلل‬
Muhammad itu adalah utusan Allah
ْ َ َّ َ َ َّ َ Marilah mendirikan salat
‫الطالة‬ ‫َح لَع‬
ْ َ َ َ َّ َ Marilah menuju kepada kejayaan
‫َح َلَع اهفالح‬
ْ َ َّ َ َ َْ
‫الطالة‬ ‫ت‬ ِ ‫ قص قهي‬Shalat akan segera didirikan
ْ َ َّ َ َ َْ
‫الطالة‬ ‫ت‬ ِ ‫ قص قهي‬Shalat akan segera didirikan
ْ َ ‫اهلل أَ ْك‬
‫َب‬ ُ ‫َب‬ ُ َ ‫اهلل أَ ْك‬
ُ Allah Maha Besar, Allah Maha Besar
َّ ‫ه‬ َ
ْ ‫ ال إ َٰل إال‬Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
‫اهلل‬ ِ ِ selain Allah
2. Najis
Najis dalam istilah fiqh adalah segala sesuatu yang dianggap
kotor yang menjadikan tidak sahnya ibadah. Mengingat
najis membatalkan ibadah shalat, maka wajib disucikan terlebih dahulu
sebelum menjalankannya. Dalam fiqh terdapat 3 macam najis yang telah
diurutkan berdasarkan tingkatannya, yaitu najis mukhaffafah (najis
ringan), najis mutawassithah (najis sedang), dan najis mughalladzah
(najis berat). Ketiga kategori macam-macam najis tersebut, masing-
masing memiliki cara untuk mensucikannya.
Namun sebelum membahas lebih jauh tentang bagaimana cara
mensucikan ketiga najis tersebut perlu diketahui istilah “najis ‘ainiyah”
dan “najis hukmiyah” terlebih dahulu. Najis ‘ainiyah adalah najis yang
memiliki warna, bau dan rasa. Sedangkan najis hukmiyah adalah najis

3
yang tidak memiliki warna, bau, dan rasa. Dengan kata lain najis ‘ainiyah
adalah najis yang masih ada wujudnya, sedangkan najis hukmiyah adalah
najis yang sudah tidak ada wujudnya namun secara hukum masih
dihukumi najis. Pengertian ini akan lebih jelas pada pembahasan tata
cara menyucikan najis.
Adapun tata cara mensucikan najis sebagai berikut:
a. Najis Mukhaffafah (Najis Ringan)
Najis mukhaffafah adalah najis air kencingnya bayi laki-laki
yang belum makan selain air susu ibu dan belum sampai usia dua
tahun. Najis jenis ini dapat disucikan dengan cara memercikkan air
ke tempat yang terkena najis.
Caranya air harus dipercikkan dengan kuat dan mengenai
seluruh tempat yang terkena najis. Air yang dipercikkan juga mesti
lebih banyak dari air kencing yang mengenai tempat tersebut.
Setelah itu barulah diperas atau dikeringkan. Dalam hal ini tidak
disyaratkan air yang dipakai untuk menyucikan harus mengalir.
b. Najis Mutawassithah (Najis Sedang)
Ini merupakan najis sedang atau pertengahan antara najis
yang ringan dan berat. Di antara yang termasuk najis mutawassithah
adalah kotoran manusia, darah haid, nanah bercampur darah, darah
yang keluar dalam jumlah banyak, arak (minuman keras), kotoran
hewan, bangkai hewan (kecuali ikan dan belalang), muntahan, dsb.
Najis mutawassithah ini dapat disucikan dengan cara
menghilangkan terlebih dahulu najis ‘ainiyah-nya. Setelah tidak ada
lagi warna, bau, dan rasanya, kemudian tempat yang terkena najis
tersebut disiram dengan air yang suci dan mensucikan.
Sebagai contoh kasus, bila seorang anak kecil buang air
besar di lantai ruang tamu, umpamanya, maka langkah pertama
untuk mensucikannya adalah dengan membuang terlebih dahulu
kotoran yang ada di lantai. Ini berarti najis ‘ainiyahnya sudah tidak
ada dan yang tersisa adalah najis hukmiyah. Setelah yakin bahwa
wujud kotoran itu sudah tidak ada (dengan tidak adanya warna, bau
dan rasa dan lantai juga terlihat kering) baru kemudian
menyiramkan air ke lantai yang terkena najis tersebut. Tindakan
menyiramkan air bisa cukup di area najis saja, dan sudah dianggap
suci meski air menggenang atau meresap ke dalam. Selanjutnya kita
bisa mengelapnya lagi agar lantai menjadi kering.
c. Najis Mughalladzah (Najis Berat)
Najis mughalladzah adalah najisnya anjing dan babi beserta
anakan salah satu dari keduanya. Najis mughalladzah dapat
disucikan dengan cara membasuhnya dengan air sebanyak tujuh kali
basuhan di mana salah satunya dicampur dengan debu. Namun
4
sebelum dibasuh dengan air mesti dihilangkan terlebih dulu ‘ainiyah
atau wujud najisnya. Dengan hilangnya wujud najis tersebut maka
secara kasat mata tidak ada lagi warna, bau dan rasa najis tersebut.
Namun secara hukum (hukmiyah) najisnya masih ada di tempat yang
terkena najis tersebut karena belum dibasuh dengan air.
Untuk benar-benar menghilangkannya dan mensucikan
tempatnya barulah dibasuh dengan air sebanyak tujuh kali basuhan
di mana salah satunya dicampur dengan debu. Pencampuran air
dengan debu ini bisa dilakukan dengan tiga cara:
Pertama, mencampur air dan debu secara berbarengan baru
kemudian diletakkan pada tempat yang terkena najis. Cara ini adalah
cara yang lebih utama dibanding cara lainnya.
Kedua, meletakkan debu di tempat yang terkena najis, lalu
memberinya air dan mencampur keduanya, baru kemudian dibasuh.
Ketiga, memberi air terlebih dahulu di tempat yang terkena
najis, lalu memberinya debu dan mencampur keduanya, baru
kemudian dibasuh.

3. Wudhu
Wudhu atau bersuci dari hadat kecil merupakan syarat sah
shalat. Tanpa bersuci dari hadats kecil, shalat yang dilakukan dalam
situasi normal (bukan rukhsah) tidak sah karena tidak memenuhi syarat.
Rukun wudhu ada enam: (1) niat, (2) membasuh wajah, (3)
membasuh kedua tangan beserta kedua siku, (4) mengusap sebagian
kepala, (5) membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki, dan (6) tertib.
Berikut ini merupakan rangkaian wajib wudhu beserta
sunnahnya:
a. Membaca basmalah.
b. Membasuh kedua telapak tangan.
c. Berkumur 3 kali.
d. Menghirup air ke dalam hidung (istinsyaq) 3 kali.
e. Melafalkan niat seperti berikut:
َ َ ِّ ً ْ َ َ ْ َ َ ْ َ َْ ُ ُ ُ ََْ
‫لِل ت َِهل‬
ِ ِ ‫ٍْيت الْضْء لِطف ِع احلَص ِث األضغ ِط فطضه‬
“Aku niat berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil sebagai suatu
kewajiban semata-mata karena Allah ta’ala.”
f. Memasang niat wudhu dalam hati berbarengan dengan membasuh
wajah.
g. Membasuh wajah 3 kali.
h. Membasuh tangan hingga siku sebanyak 3 kali.
i. Mengusap sebagian kepala dengan air 3 kali.
j. Menyapu kedua telinga 3 kali.

5
k. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki sebanyak 3 kali.
l. Menghadap kiblat dan membaca doa setelah wudhu. Adapun doanya
adalah sebagai berikut:
َ ْ ‫اتل َّْاب‬
َّ ٌَ ‫ِ ِي‬ ْ َّ ُ ِّ ُ ُ ْ ُ َ َ ُ ُ ْ َ ً َّ َ ُ َّ َ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ ُ َّ َ ‫َ ْ َ ُ َ ْ َ ه‬
ْ ْ‫اح َِو‬
ْ ِ ِ ‫ الوّى‬.‫َشيك ٰل وأشّص أن ُمًصا عبصه ورغْٰل‬ ِ ‫أشّص أن ال إِٰل إِال اهلل وذصه ال‬
َ ْ َ ُ ْ ُ َ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ ْ َ َّ َ ‫َ ْ َ ْ ْ َ ُ َ َ ّّ ْ َ ُ ْ َ َ َ ِّ ُ َّ َ َ ْ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ ه‬
.‫ غبرهٍك الوّى و ِِبً ِصك أشّص أن ال ِإٰل ِإال أٍت أغجغ ِفطك وأثْب ِإَلك‬.ٌ‫واحِو ِِ ِيٌ الًجطّ ِطي‬
“Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah Yang Mahaesa serta
tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah
hamba dan utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-
orang yang bertaubat, dan jadikan pula aku termasuk orang-orang
yang senang bersuci. Mahasuci Engkau, Ya Allah, aku memuji-Mu.
Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Engkau, aku meminta ampun
dan bertaubat kepada-Mu.”

Dalam kitab matan al-Ghoyatu wat Taqrib karangan Abi Suja


diterangkan bahwa perkara yang dapat membatalkan wudhu ada enam,
yaitu:
a. Sesuatu yang keluar dari kedua jalan (kemaluan depan maupun
belakang).
b. Tidur tidak dalam keadaan duduk. Tidur dapat membatalkan wudhu
kecuali tidur dalam posisi duduk yang menetap (pantat yang rapat)
seperti duduknya orang bersila.
c. Hilangnya akal sebab mabuk atau sakit.
d. Bersentuhan (kulit) pria dan wanita yang bukan mahram tanpa
penghalang.
e. Menyentuh kemaluan manusia dengan telapak tangan.
f. Menyentuh lubang dubur manusia.

4. Tayammum
Tayamum adalah bersuci dengan menggunakan tanah atau debu
yang suci sebagai rukhsah (keringanan) ketika tidak ada air. Bersuci
dengan tayamum juga diperbolehkan bagi orang yang tidak dapat
memakai air karena ada halangan (udzur).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat
bertayamum, yakni:
a. Tayamum harus dilakukan setelah masuk waktu shalat.
b. Jika alasannya ketiadaan air, maka ketiadaan itu harus dibuktikan
setelah melakukan pencarian dan pencarian itu dikerjakan setelah
masuk waktu.
c. Tanah yang dipergunakan harus yang bersih, lembut, dan berdebu.
Artinya, tidak basah, tidak bercampur tepung, kapur, batu, dan
kotoran lainnya.
6
d. Tayamum hanya sebagai pengganti wudhu dan mandi besar, bukan
pengganti menghilangkan najis. Artinya, sebelum bertayamum, najis
harus dihilangkan terlebih dahulu.
e. Tayamum hanya bisa dipergunakan untuk satu kali shalat fardhu.
Berbeda halnya jika usai shalat fardhu dilanjutkan dengan shalat
sunat, shalat jenazah, atau membaca Al-Quran. Maka rangkaian
ibadah itu boleh dengan satu kali tayamum.
f. Tayamum berbeda dengan wudhu. Jika wudhu setidaknya ada enam
rukun, maka tayamum hanya memiliki empat rukun: (1) niat dalam
hati, (2) mengusap wajah, (3) mengusap kedua tangan, (4) tertib.
Adapun tata cara tayamum adalah sebagai berikut.
a. Siapkan tanah berdebu atau debu yang bersih. Ulama
memperbolehkan menggunakan debu yang berada di tembok, kaca,
atau tempat lain yang dirasa bersih.
b. Disunnahkan menghadap kiblat, lalu letakkan kedua telapak tangan
pada debu, dengan posisi jari-jari kedua telapak tangan dirapatkan.
c. Dalam keadaan tangan masih diletakan di tembok atau debu, lalu
ucapkan basmalah dan lafalkan niat seperti berikut.
‫َ ه‬ َ َّ َ َ ْ ُ ْ‫ٍَ َْي‬
‫هلل ت َِهل‬ ُّ َ َّ ‫ت‬
ِ ِ ‫اتل ً َى ِالغ ِتبهذ ِة الطال ِة‬
Artinya: "Aku berniat tayamum agar diperbolehkan shalat karena
Allah."
Niat di atas apabila ingin mengerjakan shalat. Jika ingin melakukan
ibadah lain, seperti membaca Al-Qur'an atau lainnya, maka niatnya
diganti sesuai dengan tujuan bersuci.
d. Kemudian, usapkan kedua telapak tangan pada seluruh wajah
disertai dengan niat di dalam hati. Berbeda dengan wudhu, dalam
tayamum tidak diharuskan untuk mengusapkan debu pada bagian-
bagian yang ada di bawah rambut atau bulu wajah, baik yang tipis
maupun yang tebal. Dianjurkan untuk berusaha meratakan debu
pada seluruh bagian wajah. Dan itu cukup dengan satu kali
menyentuh debu, sebab pada dasarnya lebar wajah tidak melebihi
lebar dua telapak tangan. Sehingga meratakan debu di wajah, cukup
mengandalkan dugaan yang kuat (ghalibuzhan);
e. Selanjutnya bagian tangan. Lepaskan cincin bila ada di jari, dan
letakkan kembali telapak tangan pada debu. Kali ini jari tangan
direnggangkan, lalu tengadahkan kedua telapak tangan, dengan
posisi telapak tangan kanan di atas tangan kiri. Rapatkan jari-jari
tangan, dan usahakan ujung jari kanan tidak keluar dari telunjuk jari
kiri, atau telunjuk kanan bertemu dengan telunjuk kiri.
f. Telapak tangan kiri mengusap lengan kanan hingga ke siku.
Kemudian, tangan kanan diputar untuk diusapkan juga sisi lengan
kanan yang lain, dan telapak tangan mengusap dari siku hingga
7
dipertemukan kembali jempol kiri mengusap jempol kanan. Lakukan
hal yang sama pada tangan kiri seperti tadi.
g. Pertemukan kedua telapak tangan dan usap-usapkan di antara jari-
jarinya.
h. Setelah tayamum, dianjurkan juga oleh sebagian ulama untuk
membaca doa bersuci, seperti halnya doa berikut ini.
َ ْ ‫اتل َّْاب‬
َّ ٌَ ‫ِ ِي‬ ْ َّ ُ ِّ ُ ُ ْ ُ َ َ ُ ُ ْ َ ً َّ َ ُ َّ َ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ ُ َّ َ ‫َ ْ َ ُ َ ْ َ ه‬
ْ ْ‫اح َِو‬
ْ ِ ِ ‫ الوّى‬.‫َشيك ٰل وأشّص أن ُمًصا عبصه ورغْٰل‬ ِ ‫أشّص أن ال إِٰل إِال اهلل وذصه ال‬
َ ْ َ ُ ْ ُ َ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ ْ َ َّ َ ‫َ ْ َ ْ ْ َ ُ َ َ ّّ ْ َ ُ ْ َ َ َ ِّ ُ َّ َ َ ْ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ ه‬
.‫ غبرهٍك الوّى و ِِبً ِصك أشّص أن ال ِإٰل ِإال أٍت أغجغ ِفطك وأثْب ِإَلك‬.ٌ‫واحِو ِِ ِيٌ الًجطّ ِطي‬
“Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah Yang Mahaesa serta
tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah
hamba dan utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-
orang yang bertaubat, dan jadikan pula aku termasuk orang-orang
yang senang bersuci. Mahasuci Engkau, Ya Allah, aku memuji-Mu.
Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Engkau, aku meminta ampun
dan bertaubat kepada-Mu.”

5. Siwak
Bersiwak termasuk salah satu sunnah Nabi. Bersiwak ini sangat
dianjurkan ketika hendak menunaikan shalat. Sebagaimana sabda Nabi:
ْ َ ً َ َْ َْ ْ َ ْ ٌْ َ َ ََ َْ
ٍ َْ ‫ْي ِغ‬
‫اك‬ ِ ‫اك سْي ِيٌ غب ِِْ ركِة ِلغ‬ ٍ ْ‫هن ب ِ ِػ‬
ِ ‫ركِج‬
“Sholat dua rakaat dengan bersiwak terlebih dahulu itu lebih baik
daripada sholat 70 rakaat dengan tanpa bersiwak.”
Adapun niat saat hendak bersiwak adalah sebagai berikut:
َ َ ِّ ً َّ ُ َ َ ْ ُ ََْ
‫لِل ت َِهل‬
ِ ِ ‫الغتِ هك غَة‬
ِ ‫ٍْيت ا‬
“Aku niat bersiwak sebagai amalan sunnah semata-mata karena Allah
ta’ala.”

6. Sholawat Nariyah
Sholawat Nariyah ini dibaca setiap hari setelah sholat ‘isya’. Sebelum
membaca sholawat ini, salah seorang pemimpin akan membacakan
hadhrah sebagaimana berikut:

ْ ْ َّ
‫الطْح ٌِ ا َّلط ِذ ِى‬ ‫هلل‬
ِ ‫ِمْسِب ا‬
َِ‫مطام‬ َ ََْ َ ْ َ
َ َّ ّّ ُ َ ْ َ ْ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ ْ ُ َ َّ َ ُ ‫َ َ ْ َ َّ ّّ ُ ْ َ ه‬
ِ ‫اح ُِ وأوال ِدهِ ال‬
ِ ‫هلل ضَّل اهلل عو ُِ وغوى وأِ ِن لي ِج ُِ وذريهثِ ُِ وأزو‬ ِ ‫ إِل ذْض ِة انل ِِب الًططٰف ُمً ٍص رغْ ِل ا‬.1
]‫[اهفهحتة‬
ُ َ َّ ْ َ َ َ ْ َ َ ّّ َ َ ْ َ َ ً َّ َ ً ْ ُ ُ َ ْ َّ َ ُ َ َ َ ْ َ ََْ َ
]‫هلل الًقطبِْ سطْضه ِ ِصية ِال ذْض ِة غ ِصٍه ِياك ِئ ن عو ُِ الػالم [اهفهحتة‬ ِ ‫َج ِع مالئِك ِة ا‬ ِ ‫اح‬ِ ‫ ِإل أرو‬.2
ُ َ َّ ُ ْ َ َ َ َ ْ
]‫هلل ِاغرهع عو ِّى الػالم [اهفهحتة‬
َ َ ْ َ ْ
ّّ ٍ‫هلل إِغًه ِع ن َو‬
ِ ‫ِب ا‬ ِ ‫ِب ا‬
َ ْ ْ
ّّ ٍ‫هلل إِل َطا ِِ َى َو‬
ِ ‫ِب ا‬
َ ْ ُ
ّّ ٍ ‫ْض ِة رو ِح‬ َ ْ ‫ إ َل َذ‬.3
ِ ِ ِ ِ
ُ َ َّ َ ْ َ َ َ َ ْ ّّ َ ُْ َ َ ْ ّّ َ ُْ َ ْ َ َ
]‫هلل إَِلهس عو ًِّه الػالم [اهفهحتة‬ ِ ‫هلل ِذ ِْض و ِإل رو ِح ٍ ِِب ا‬ ِ ‫ إِل ذْض ِة رو ِح ٍ ِِب ا‬.4
8
‫ال ِ ّّ‬‫ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ ْ َ َّ ْ َ ْ‬
‫ِن [اهفهحتة]‬ ‫اجل‬
‫‪ .5‬إِل ذْض ِة الش ِز عب ِص اهقه ِد ِر ِ‬
‫َ َ ْ َ ُ ْ َ ّّ َ َّ ْ َ ْ َ َ َّ ّّ َ َ ُ َ ْ ُ‬
‫اهلل عَُ [اهفهحتة]‬ ‫هزي ر ِِض‬ ‫‪ .6‬إِل َذْض ِة رو ِح َغ ِصٍه الش ِز أْحص اتل ِ‬
‫ُ ُ ْ ً َ َ َ َ ُ َّ َ َ َ َ ْ َ َ َ‬ ‫َ ُْ َْ َ ُْ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ُُْ َ ُ ْ ْ‬ ‫َ ْ ْ‬ ‫َ‬
‫هت سطْضه آلهءٍه وأمّهثَِه وأحصادٍه‬ ‫هت والًؤ ِي َِْ والًؤ ِيَ ِ‬ ‫َ‬
‫َج ِع أِ ِن اهقبْ ِر ِيٌ الًػ ِو ًِْ والًػ ِوً ِ‬ ‫اح ِ‬ ‫‪ِ .7‬إل أ ْر َو ِ‬
‫َ ً َ‬ ‫ُ‬ ‫َ َ َّ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ َ َ َ َّ ً َ ُ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ‬
‫ِن َوَن ُّص س ُط ْْ ًضه ِ ِصيَّة ِإل ُر ْو ِح َي ٌْ َب ََن‬ ‫ْي يٌ أحهز ِ‬ ‫دل ِ‬
‫َج ع أغجه ِذٍه وِ ِصية ِإل رو ِح يٌ أحهز ِِن و ِ‬ ‫وحصا ِثَه و ِ‬
‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ َْ َ ُْ ْ‬
‫هحْ َوأض ْْ ِ ِٰل َوف ُط ْو ِع ُِ [اهفهحتة]‬ ‫يِّص ٍْ ِر الّصى ذ ِ‬
‫َْ ْ َ‬
‫ُُْ‬
‫ن‬ ‫ِيف‬ ‫ة‪ ،‬د‬ ‫َْ‬ ‫َا آخِر‬ ‫ْص‬ ‫ِك‬ ‫ْ س‬ ‫َا َله‬ ‫وي‬ ‫دْ‬ ‫ء ُ‬ ‫بالَْ‬ ‫ْ َ‬ ‫ِيڠ‬ ‫ْ سَاك‬ ‫كه‬ ‫َآ‬ ‫ٍْ‬ ‫ِي‬ ‫ن ٓتب‬ ‫ُُْ‬ ‫ِيف‬ ‫ِلفعد ا َبلالءد = د‬ ‫‪ .8‬د‬
‫َا‬ ‫ْص‬ ‫ُُ‬
‫مى‬ ‫ٓ‬ ‫ْ‬
‫ه‬ ‫َ‬
‫ل‬ ‫ْ‬
‫ه‬ ‫ِي‬ ‫ج‬ ‫ْ‬
‫ه‬ ‫َ‬
‫ل‬ ‫ْ‬
‫ن‬ ‫َ‬
‫طا‬ ‫ْ‬
‫ي‬‫َ‬‫ش‬ ‫ْ‬
‫ن‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ف‬ ‫ِ‬
‫و‬ ‫ْ‬
‫َ‬ ‫د‬ ‫ُ‬ ‫ي‬ ‫ْ‬‫ِ‬‫ر‬ ‫‪/‬‬ ‫ْ‬
‫ن‬ ‫َ‬
‫ٌا‬ ‫ْ‬
‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ڮ‬ ‫ْ‬‫اڠ‬ ‫َ‬
‫ڮ‬ ‫ْ‬
‫ِيڠ‬ ‫ك‬ ‫ا‬ ‫َ‬ ‫س‬ ‫ْ‬
‫ه‬ ‫ٓ‬
‫ك‬ ‫ا‬ ‫َ‬
‫ٍ‬ ‫ْ‬
‫ي‬ ‫ب‬
‫ِ‬ ‫ت‬ ‫ٓ‬
‫ْ‪[ .‬اهفهحتة]‬ ‫ِب‬ ‫َائ‬ ‫ْ غ‬ ‫ْ َله‬ ‫ِر‬ ‫َاٌ‬ ‫ْ ظ‬ ‫َڠ‬ ‫برا‬ ‫ْ َ‬ ‫َله‬
‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ن‪،‬‬ ‫َاْ‬ ‫ٍْ‬ ‫َاجِي‬ ‫ٓڠ‬ ‫ن‪ ،‬ف‬ ‫ءاْ‬ ‫َْ‬‫ُر‬ ‫ت‪ ،‬ق‬ ‫َْ‬‫يق‬ ‫ِْ‬ ‫َر‬ ‫ت‪ ،‬ط‬ ‫َْ‬ ‫يع‬ ‫ِْ‬ ‫د شَر‬ ‫ِيْ‬ ‫ْر‬ ‫مُ‬ ‫د‪ُ-‬‬ ‫ِيْ‬ ‫ْر‬ ‫مُ‬ ‫اج دة = ُ‬ ‫‪ .9‬ل دقضاءد احل‬
‫َاي‬
‫ْ‬ ‫تاْ‬
‫مب‬ ‫َا َ‬ ‫ٓج‬ ‫ي ر‬ ‫َْ‬
‫ْبا‬ ‫تم‬ ‫يا َ‬ ‫َاَ‬ ‫ن‪ ،‬ص‬ ‫تاْ‬ ‫ََ‬ ‫لُ‬ ‫َْ‬‫ن‪ ،‬خ‬ ‫َْ‬‫َاجِكا‬ ‫َُ‬ ‫ن خ‬ ‫َاْ‬ ‫َم‬ ‫َت‬ ‫ن‪ ،‬خ‬ ‫َاْ‬ ‫ٍُّ‬ ‫َج‬ ‫تُ‬ ‫َ‬
‫َا‬ ‫َر‬ ‫ْ فا‬ ‫ِڠ‬ ‫ت إ‬ ‫َْ‬ ‫َاع‬ ‫ّٰللْ‪ ،‬ط‬ ‫ِ اه‬ ‫ْل‬ ‫َسُُ‬ ‫ْ ر‬ ‫ِڠ‬ ‫ت إ‬ ‫َْ‬ ‫َاع‬ ‫ّٰللْ‪ ،‬ط‬ ‫ْ اه‬ ‫ِڠ‬ ‫َِ إ‬ ‫ُْ‬ ‫تق‬ ‫ِيْ َ‬ ‫وت‬ ‫َْ‬‫ً كا‬ ‫َْ‬ ‫َاط‬ ‫ك‬
‫َت‪،‬‬ ‫لحْ‬ ‫َاِ‬ ‫ْ ص‬ ‫ْ َله‬ ‫لح‬‫َاِ‬ ‫ْ ص‬ ‫َاڠ‬ ‫ِي‬‫ِِ ت‬ ‫داد‬ ‫ً‪َ ،‬‬ ‫ِيْ‬ ‫َل‬ ‫ي كا‬ ‫ُُْ‬ ‫ٓف‬ ‫ْ س‬ ‫َاڠ‬ ‫ِي‬ ‫ْ ت‬ ‫ِڠ‬ ‫ت إ‬ ‫َْ‬ ‫َاع‬ ‫ْ‪ ،‬ط‬ ‫َُ‬ ‫ْر‬ ‫ُُ‬ ‫ڮ‬
‫ّٰللْ‪[ .‬اهفهحتة]‬ ‫ُُن اه‬ ‫ْ‬ ‫ْف‬ ‫ِي‬‫ِضاو‬ ‫َ‬ ‫َة‪ ،‬أڠسَال ر‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬‫دويا آخِر‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َيْ ُ‬ ‫مت‪ ،‬سَاٌ‬ ‫ْ‬ ‫ِقاَ‬ ‫َ‬ ‫ِسْت‬ ‫إ‬
‫َ َ َ َ ُ ُ َ ِّ ُ َّ ّّ ْ َ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ َّ ّّ َ َّ ُ َ َ ْ‬ ‫َّ َ ُ َ َ ْ َ َ ُّ َ َّ ُّ َ َ ْ َ ُ‬ ‫َّ ْ‬ ‫َّ ْ‬
‫هلل وبطاكثُ الوّى ِإِن ٍْيت ِلطال ِِت لَع انل ِِب ضَّل اهلل عو ُِ‬ ‫هلل الطْح ٌِ الط ِذ ِى‪ .‬الػالم عو ك أيّه انل ِِب ورْحة ا ِ‬ ‫ِمْسِب ا ِ‬
‫َ َ َّ َ ْ َ ً َ ْ َ َ َ ْ ْ ً َ ّّ َ ُ َ َّ َ َّ ُ َ َ ْ َ َ َّ َ َ َ َ َّ ً ْ َ َ ْ ً َ ْ َ َ ْ ْ ً َ ْ َ َ ْ َ ْ ً‬
‫وغوى ِاي ِجثهال ِألم ِطك وثط ِصيقه ِنل ِب ك ُمً ٍص ضَّل اهلل عو ُِ وغوى وُمبة ِػ ُِ وشْقه ِإَل ُِ‪ .‬وتِ ِم ًه ِهقص ِر ِه و ِهمٍِْ ُِ أِال‬
‫َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ْ َ ْ َ ْ ْ ْ َ َ َّ ْ َ ِّ ُ َّ ْ ُ َ َ ً‬ ‫ْ َ َ َ ْ‬ ‫ه َ َ َ َ َّ ْ َ ّّ ْ َ ْ َ‬
‫َشفه‬ ‫هحلِْ‪ .‬الوّى ِزده‬ ‫ِ ِلفض ِوك َو ِإذػه ٍِك َوأ ِزل ِذخهب اهغفو ِة عٌ قو ِِب واحِو ِِ ِيٌ ِعبه ِدك الط ِ‬ ‫َِّللِك ػجقبوّه ِي‬
‫ُ ْ َ َْ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ َ َّ ْ َ ْ َ ْ َ ُ َ ًّ َ َ ّّ َّ ْ ْ َ ْ َ ُ َ ُ ْ ً َ َ ُ ْ َّ ْ ْ ُ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ ُ َ َ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫هت الًطغ ِوْ‬ ‫اَّلي ِيَُ سوقجُ وأع ِن يقهيُ ِ يقهي ِ‬ ‫اَّلي أعط جُ وٍْرا لَع ٍْ ِرهِ ِ‬ ‫اَّلي أوَلجُ و ِعظا لَع ِعظهِ ِ‬ ‫لَع َشفِ ُِ ِ‬
‫َ َ ُّ َّ‬ ‫َ َ َّ َ َ َ ْ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ َ ُ َ َ َّ َ َ ْ‬ ‫َّ ّّ ْ َ َ َ ْ َ ُ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ََ ََُ‬
‫مجه ِب والػَ ِة‬ ‫هت انل ِب ْ‪ .‬وأغألك ِرضهك و ِرضهه يهرب اهِهل ًِْ يع اهِه ِػ ِة ادلائًِ ِة والًْ ِت لَع ال ِ‬ ‫َودرحجُ ِ درح ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫َّ َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َ َ ْ ْ َ ْ ْ َ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ َ َ َ‬
‫َ‬
‫ارثكبجُُ ِلفض ِوك َو ُح ْْ ِد َك َوك َط ِمك يَه‬ ‫ْي واغ ِفط ِِل يه‬ ‫ْي تب ِصي ٍن وال تغ ِ ٍ‬ ‫واجلًهع ِة وَكًِ ِة الشّهد ِة لَع ذ ِق ق ِجّه ِيٌ غ ِ‬
‫َجِ ْ َ‬ ‫َ ْ َ َْ‬ ‫وض ََّّل ُ َ َ َ ّّ َ ُ َ َّ‬ ‫ْ َ‬ ‫اْح ْ َ‬ ‫أَ ْر َذ َى َّ‬
‫ْ‪[ .‬اهفهحتة]‬ ‫آٰل َوضر ِب ُِ أ ِ‬ ‫اهلل لَع غ ِصٍه ُمً ٍص َو ِ ِ‬ ‫الط ِ ِ‬
‫‪Setelah itu baru dilanjutkan pembacaan sholawat Nariyah berikut ini:‬‬
‫َّ ْ‬ ‫َّ ْ‬
‫الط ِذ ِى‪.‬‬ ‫الطْح ٌِ‬ ‫هلل‬
‫ِمْسِب ا ِ‬
‫الم َط ُب َو ُت ْق ََض لُ احل َ َْائجُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َُ ُ َََْ‬ ‫ِّ ُ َّ َ ّّ َ َ ً َ َ ً َ َ ّّ ْ َ َ ً َ ًّ َ َ َ ّّ َ ُ َ َّ َّ ْ َ ْ َ ُّ‬
‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫هَّلي تَرن ِل ُِ اهِقص وتَف ِطج لِ ُِ‬ ‫الوّى ضن ضالة َك ِموة وغوى غاليه ثهيه لَع غ ِصٍه ُمً ٍص ٍِ ِ‬
‫ك َي ِْوُْمٍْ‬ ‫َ َ ُ ّّ‬ ‫ُ ّّ َ ْ َ َ َ َ‬ ‫َ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُْ َ ْ َ َ َ ُ ْ‬
‫الطَغئِب َوذػ ٌُ اخل َْاثِ ِى َويػتػَق اهغًهم ِل َْح ِّ ُِ الم ِطي ِى ولَع ِ ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫هل لُ َّ َ ُ ُ ْ‬ ‫َُ ُ‬
‫آٰل وضر ِب ُِ ِ ك لًر ٍة وَف ٍع ِلِص ِد‬ ‫َوتَ ِ ِ‬
‫َ َ‬
‫لك ‪.‬‬
‫‪Dibaca sebanyak: 3/11/41/100/313/1000/ 4444 x‬‬
‫‪“Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan keselamatan yang sempurna kepada‬‬
‫‪junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan kecintaanku kepadanya‬‬
‫‪semoga menjadi sebab terlepasnya segala ikatan, sirnanya segala‬‬
‫‪kesusahan, tertunaikannya segala hajat, tercapai segala keinginan,‬‬
‫‪baiknya penutup kehidupan, serta tercurahkannya hujan (rahmat) berkat‬‬
‫‪berkah pribadinya yang mulia. Semoga rahmat dan keselamatan yang‬‬
‫‪sempurna itu juga tetap tercurah kepada para keluarga dan para‬‬

‫‪9‬‬
sahabatnya dalam setiap kedipan mata dan hembusan nafas, bahkan
sebanyak bilangan yang Engkau ketahui.”

7. Doa-doa Aktivitas Keseharian


- Tidur
Doa sebelum tidur:
ُ َ ْ َ ِّ َ ْ
.‫لِهغ ًِك الو ُّ َّى أذ َه َوأ ُم ْْت‬
“Dengan asma-Mu, ya Allah, aku hidup dan mati.”
Doa bangun tidur:
ُ ُّ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َّ ُ ْ
.‫اَّل ْي أذ َهٍه َبِص َيه أ َيهتَه َو ِإَلْ ُِ اهنش ْْ ُر‬
ِ ‫هلل‬ِ ِ ‫احلًَص‬
“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah
mematikan kami dan kepada-Nya-lah kami akan kembali.”
- Mandi
Doa hendak mandi:
ْ ‫ِل َدار ْي َو َبهر ْك‬
ْ ‫ِل ِ ر ْز‬ ْ ْ ّّ َ َ ْ ْْ ٍُ‫ِل ُذ‬ ْ َّ ُ ِّ
ْ ‫اغ ِف ْط‬
.‫ِق‬ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ِب ووغع‬ ِ ِ ‫الوّى‬
“Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan berilah aku keluasan di rumahku,
serta berkahilah rizkiku.”
Doa ketika masuk kamar mandi:
ََ ُ ُ َ َ ُ ْ ُ َ ْ ّّ ‫الوِّ ُّ َّى إ‬
ِ ِ‫ح َواخلبهئ‬
.‫ح‬ ِ ‫ِن أعْذ ِلك ِيٌ اخلب‬ ِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari godaan setan
laki-laki dan setan perempuan.”
Doa ketika keluar kamar mandi:
َ ّّ َ َ َ ْ َ ْ َّ
ْ َ‫ِ األ َذى َو ََعف‬
.ِ ْ ‫اَّلي أذِب ع‬
ِ ‫هلل‬
ُ ْ
ِ ِ ‫احلًَص‬
ِ
“Segala puji bagi Allah yang telah menyingkirkan bahaya dariku dan
juga telah menyehatkanku.”

- Berpakaian
Doa ketika mengenakan pakaian:
َ ُ ّّ َ ‫َشهِ َو‬ َ ُ ْ ُ َ َ ُ َ َ ُ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ُ َ ْ َ ْ ّّ َّ ُ ِّ
ّّ َ ٌْ ‫ك ِي‬ ْ َّ ‫َّ ْ ه‬
.‫َش َيه ِ َْ ُٰل‬ ‫ْي يه ِْ ٰل وأعْذ ِل‬ِ ‫ْيهِ وس‬
ِ ‫ الوّى ِإِن أغألك ِيٌ س‬.‫هلل الطْح ٌِ الط ِذ ِى‬
ِ ‫ِمْسِب ا‬
“Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dari kebaikan pakaian
ini dan dari kebaikan sesuatu yang ada pada pakaian ini. Dan aku
berlindung kepada-Mu dari kejahatan pakaian ini dan kejahatan
sesuatu yang ada pada pakaian ini.”
Doa ketika bercermin:
ْ ِ ُ‫ر ّّػ ٌْ ُسو‬
.‫ِق‬ ْ ِ ْ‫ت َسو‬
َ َ‫ِق ف‬ َ َْ‫الوِّ ُّ َّى َل ًَه َذ َّػ‬
“Ya Allah, sebagaimana Engkau telah membaguskan penciptaanku, maka
baguskanlah akhlakku.”
- Makan
10
Doa sebelum makan:
ْ َّ ‫َّ ْ ه‬
.‫الط ِذ ِى‬ ٌِ ‫هلل الطْح‬
ِ ‫ ِمْسِب ا‬.‫هر‬ َّ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ‫الوِّ ُّ َّى ل‬
ِ ‫هرك نله ِ يه رزؼجَه وقَِه عضاب انل‬ ِ
“Ya Allah, berkahilah kami dalam rizki yang telah Engkau limpahkan
kepada kami, dan peliharalah kami dari siksa neraka. Dengan menyebut
asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Doa setelah makan:
ُ ٌَ ‫احل َ ًْ ُص ِهلل َّاَّل ْي أَ ْط َِ ًَََه َو َغ َقهٍَه َو َح َِوَََه ي‬
َ ْ ً‫الً ْػو‬
.ْ ِِ ِ ِ ِ
“Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan dan minum,
serta menjadikan kami termasuk golongan orang-orang muslim.”
- Keluar-Masuk Asrama Asrama
Doa ketika keluar dari asrama asrama:
َّ َ َّ ُ َ َ ْ َ َ َ َ ُ ْ َّ َ
ِ ‫هلل َوال ذْل َوال قْة ِإال ِله‬
.‫هلل‬ ِ ‫هلل ث ََْكت لَع ا‬ ِ ‫ِمْسِب ا‬
“Dengan menyebut asma Allah, aku menyerahkan diriku kepada Allah.
Tidak ada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah.”
Doa ketika masuk asrama:
ََ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ ْ ّّ َّ ُ ِّ َ ْ َّ َ َ َ َ ْ َ َ ُ َ َّ
ِ ‫هلل َوجلَْه َوِمْسِب ا‬
‫هلل‬ ِ ‫ ِمْسِب ا‬.‫ْي الًش َط ِج‬ ‫ الوّى ِإِن أغألك سْي الًْ ِه ِج وس‬.ِْ‫هحل‬ ِ ‫الػالم عو َه َولَع ِعبه ِد ا‬
ِ ‫هلل الط‬
َ ْ َّ ُ ْ َ ْ َّ َ ََ َ ْ َ
ْ ‫اَّلي أ َو‬
.‫اِن‬ِ ِ ِ ‫ احلًَص‬.‫هلل ث ََْكَه‬
ِ ‫هلل‬ ِ ‫س َطحَه َولَع ا‬
“Semoga Allah mencurahkan keselamatan atas kami dan atas hamba-
hamba-Nya yang saleh. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-
Mu kebaikan tempat masuk dan tempat keluarku. Dengan menyebut
asma Allah aku masuk, dan dengan menyebut asma Allah pula aku
keluar. Dan kepada Allah kami berserah diri. Segala puji bagi Allah yang
telah melindungi kami.”
- Masuk Masjid/Mushola
Doa ketika masuk masjid/mushola:
َ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ ْ َ ْ َ ْ ْ ُ ُ ْ ْ ْ َّ ُ ِّ َُ َ َ ّّ ِّ
.‫ْح ِجك‬ ‫ الوّى اغ ِفط ِِل ذٍْ ِِب واػجد ِِل ألْاب ر‬.‫الو ُّ َّى َضن َلَع َغ ّّ ِصٍه ُم ًَّ ٍص‬
“Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi
Muhammad. Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami dan bukakanlah
untukku pintu-pintu rahmat-Mu.”

11

Anda mungkin juga menyukai