Anda di halaman 1dari 6

Ibadah Kurban Dalam Islam

(Belajar dari Nabi Ibrahim membangun keluarga mulia serta upaya mengembalikan harkat
dan martabat kemanusiaan)
Oleh : Nur Cholid

Khutbah 1
‫ِلل‬
ِّٰ‫اْلَ حم ِد ل‬ ‫ل‬
‫ َو ح‬،ِ‫ِريا‬ ‫ِلل ح‬
ِّٰ‫ول‬.
ً ‫ للاِ أَ حك َِب َكب‬،‫اْلَ حمد‬ َ ‫لل أَ حك َِب‬
ِ َ‫لل أَ حك َِب ا‬
ِ َ‫لل أَ حك َبِ ا‬
ِ َ‫ا‬. ‫لل أَ حك َِب‬
ِ َ‫لل أَ حك َِب ا‬
ِ َ‫لل أَ حك َِب ا‬
ِ َ‫ا‬. ِ‫لل أَ حك َب‬
ِ َ‫لل أَ حك َِب ا‬
ِ َ‫لل أَ حك َِب ا‬
ِ َ‫ا‬

،ِ‫اِلل‬ ‫للال ولِبم لدِهل بكحرًِة وأ ل‬


َِّ ‫ َونَ حش َهدِ أ‬،ِ‫ َوَِّل نَ حعبدِ إلَِّّل إل ََّّيه‬،ِ‫ َونَ حش َهدِ أَ حِن َِّل إللَِهَ إلَِّّل للا‬،‫َص ًيًل‬
ّٰ ِ‫َن َسيلّ َد َِن َونَبليَّنَا ُمَ َّم ًدا َرسول‬ َ َ
‫ل‬
‫ َوسحب َحا َِن ِ َ َ ح‬،‫َكث ًريا‬
‫ وعلَى اٰلللِه وأَصحابللِه الطَّيلبل ِ ل‬،ِ‫ي‬
‫ فَأ ل‬،‫اه لرينِ أ ََّمِا ب عد‬ ‫ل‬ ‫ل‬
ِ‫وصحيك حم‬ ‫َح‬ َ ‫ي الطَّ ح‬
َ‫ّ ح‬ َ‫َ ح‬ َ َ ‫صلَّى للاِ َو َسلَّ َِم َوََب َرَكِ َعلَ ِى َسيلّد َِن ُمَ َّم ِد األَم ح ل‬
َ ،ِِ‫َوَر حْحَتِه الحم حه َداة‬
َِ َ‫كِ َو حاْنَحرِ ال َِّن َشانلئ‬
‫ك ه َوِ حاّلَبحَِࣖت‬ ‫ال َِّنا اَعطَي نٰكِ الح َكوثَ ِر فَ ل‬: ‫ف كلتابللِه ال َك لرحلِي‬
َ ّ‫ص لّلِ لَربل‬
َ َ‫ح ح َ ح‬ َ ِ ‫ ال َقائل لِل ل‬،‫الع لظحي لم‬
‫اِلل ل‬ ‫ل‬
َ ِّٰ ‫َونَ حفسي بلتَ حق َوى‬
َ ‫العل لِّي‬

Maasiral Muslimin Rahima Kumullah


Kurban dalam bahasa Arab, Qarraba, Yuqarribu, Qurbaanan berarti mendekatkan
diri kepada Allah. Ibadah kurban adalah mendekatkan diri kepada Allah, melalui
penyembelihan binatang yang boleh dikurbankan seperti, unta, sapi, dan kambing.
Sungguhpun demikian, daging, dan darah binatang kurban tidak akan sampai kepada Allah,
selain ketakwaan mudhahhi atau orang yang berkurban (QS: 22, 37).
Berawal dari pengurbanan nabi Ibrahim As, terhadap putranya, nabi Ismail
(QS:37,102), sebenarnya Allah menghendaki agar pengurbanan manusia sebagai makhluk
Allah yang paling mulya (QS;95, 4) dihentikan. Karenanya, pada saat penyembelihan, tanpa
setahu nabi Ibrahim, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan besar (QS: 37,107)
berupa kambing. Hal tersebut tidak saja karena manusia tercipta sebagai khalifah yang akan
memakmurkan bumi, dalam sebuah peradaban yang menghargai harkat dan martabat
kemanusiaan, tetapi lebih dari itu, karena Allah sangat menghormati cinptaan-Nya sendiri,
yang bernama manusia (QS: 17,70).
Saat terutusnya, Nabi Ibrahim As, beliau berada dalam persimpangan peradaban
manusia yang tidak mengenal harkat dan martabat kemanusiaan. Untuk menyenangkan
Tuhan yang dipuja dan yang disembahnya, manusia harus mengurbankan manusia, demi
keberlangsungan hidup dan kehidupan yang mereka inginkan.
Saat itu, menurut catatan M. Quraish Shihab, di Mesir, orang-orang
mempersembahkan gadis cantik kepada Dewa sungan Nil. Sementara orang-orang Kan’an di
Irak, mempersembahkan bayi untuk Dewa Ba’al, dan di Mexico mempersembahkan darah,
dan jantung manusia untuk Dewa matahari. Demikian juga, orang-orang Viking di Eropah
Timur, mempersembahkan Tokoh Agama mereka, kepada Dewa Perang yang disebut dengan
Dewa Odion. (Tafsir al-Misbah, Vol. 12, Jakarta: Lentera Hati, 2004,37).
Hadirin jamaah sholat idul adha rahima kumullah
Kisah pengurbanan manusia, juga terjadi di negeri ini. Dikutip dari
https://www.merdeka.com> peristiwa, 26/6/023, bahwa di daerah Tengger Probolinggo,
seorang pendeta bernama Joko Seger, mempersunting putri Mojopahit, Roro Anteng.
Bertahun-tahun pernikahannya tidak dikaruniai seorang anakpun, sehingga Joko Seger
bernadzar, bila mempunyai 25 anak, salah satu di antaranya akan dijadikan sesajen di kawah
gunung Bromo. Dalam perjalanan panjang, Joko Seger lupa akan nadzarnya itu, sehingga
Tuhan menegornya melalui mimpi. Merasa mendapat tegoran Tuhan, Joko Seger kemudian
membicarakanya bersama keluarga dan anak-anaknya. Dalam pembicaraan tersebut, Kusuma
sebagai anak terakhir, siap untuk dijadikan sesajen dengan syarat, agar Kusuma diceburkan
ke kawah Bromo pada tanggal 14 Kasada (kalender Jawa). Kemudian, ke 24 saudaranya,
harus memberikan sesajen dari hasil bumi setiap tanggal tersebut, pada setiap tahunnya.
Tradisi pemberian sesajen tersebut, dipetahankan sampai sekarang oleh masyarakat Tengger
yang mengaku sebagai keturunan Joko Seger dan Roro Anteng.
Dalam Islam, manusia adalah makhluk Allah yang paling mulya. Karenanya,
pengurbanan manusia, semestinya sudah berakhir, sejak seekor kambing menggantikan posisi
anak Ismail As, dalam proses pengurbanan di tangan ayahnya sendiri, nabi Ibrahim As.
Ibadah kurban yang dilakukan umat Islam pada setiap tanggal 10 s/d13 bulan Dzu al-Hijjah,
tidak saja menjadi bagian dari ibadah, tetapi juga menjadi lembaga pengingat di tengah-
tengah semakin maraknya kejahatan kemanusiaan sekarang ini. Bila pengurbanan zaman
lampau korbannya bisa dihitung jari, sekarang semua jari jadi korbannya. Semoga dengan
ibadah kurban tahun ini, Allah akan mengembalikan keluhuran harkat dan martabat manusia
yang mulai redup saat ini, amin.

Hadirin Jamaah sholat idul adha rahima kumumllah

Belajar dari Ibrahim as dalam Membangun Keluarga Mulia

Dalam QS. Ali Imran/3: 33 disebutkan: sesungguhnya Allah telah memilih Adam,
Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (pada masing masing). Ada
yang menarik untuk dikaji pada ayat ini. Ketika menyebut Nabi Adam, disebut namanya saja,
ketika menyebut Nabi Nuh, disebut Nuh sendiri tapi ketika menyebut Nabi Ibrahim as
ternyata Allah menyertakan Ibrahim dan keluarganya (‫ )ال ابراهيم‬bersama dengan keluarga
Imran.
Ada apa dengan keluarga Nabi Ibrahim as? Mengapa sepertinya ada ucapan
khusus untuk Nabi Ibrahim dan keluarganya. Berikut ini perlu kita lihat berdasarkan nash
pendukung betapa beliau memang mulia bersama keluarganya.
Ibrahim as disebut juga dengan abul anbiya yang artinya bapaknya para nabi, hal
ini dapat difahami betapa mulianya keluarga ini mengingat anak dan keturunannya
dinyatakan sebagai penerus nabi dan rasul. Perjuangan dan perjalanan Ibrahim as sebagai
nabi diteruskan oleh Ismail as dan Ishaq as, kemudian lanjut kepada Nabi Ya'qub, Nabi
Yusuf as. Dari silsilah Nabi Ismail berlanjut hingga kepada nabi kita, Nabi Muhammad Saw.
Jadi dari sisi zuriyat (keturunan), Allah SWT menjaganya dengan mengelompokkannya
sebagai para anbiya wal mursalin.
Kemuliaan Nabi Ibrahim as lainnya adalah satu surah dari 114 surah diambil dari
nama nabiNya yang bergelar khalilullah ini. Surah Ibrahim yang merupakan surah ke 14, juga
didalamnya ada menyebutkan tentang da-doa Nabi Adam as yang sangat layak untuk kita
teruskan dan panjatkan kehadirat Allah SWT. (Buka Qs. 14: 35-41).
Dalam Qs. Ibrahim/14: 35-41 disebutkan doa-doa yang dimintakan oleh Nabi
Ibrahim as.

ِ‫صنَ َام‬ َِّ ‫ن َوبَل‬


‫ن اَ حِن ن حَّعب َِد حاّلَ ح‬ ِ‫اجن حب ل ح‬ ‫ل‬
‫اج َع حِل ٰه َذا الحبَ لَ َِد اٰمنًا َّو ح‬ ‫ب ح‬ ِّ‫ال البح ٰرلهحي ِم َر ل‬َِ َ‫ِ َوالحِذ ق‬
ۤ
ِ‫وةل َولم حِن ذ ّلريَّل يح‬
‫ت َربَّنَا َوتَ َقبَّ حِل د َعا لِء‬ َّ ‫ن م لقحي َِم‬
ِ ‫الص ٰل‬ ِ‫اج َعلح ل ح‬
‫ب ح‬ ِّ‫َر ل‬
ِ‫ي يَ حوَِم يَق حومِ ا حْلل َساب‬ َِ ‫ي َولللحم حِؤلمنل ح‬َِّ ‫ل َوللَوالل َد‬
ِ‫َربَّنَا ا حغ لف حِر ل ح‬

1. Nabi Ibrahim mendoakan negerinya Makkah sebagai "baladan Amina" (negeri


yang aman) dan minta jauhkan dirinya dan keturunannya dari menyembunyikan
berhala. Pesan yang terkandung dalam ayat ini adalah bahwa mendoakan negeri
kita, mendoakan kampong halaman, komplek dan tempat tinggal kita harus selalu
diselipkan dalam isian doa-doa kita, doa-doa yang mengandung kebaikan. Doa
yang dimintakan agar diijabah adalah untuk keamanan dan kenyamanan. Dengan
aman dan nyaman maka segala aktifitas akan berlangsung dengan lancar. Doa
berikutnya, Nabi Ibrahim as ingin negeri ini aman dengan masyarakatnya yang
mentauhidkan Allah SWT dan tidak menduakannya. Dijauhkan dari
penyembahan selain Allah SWT. Masyarakat yang tidak hanya baldah thoyyibah
tapi juga robbun ghofur. Artinya pendidikan akidah harus menjadi pesan utama
untuk membangun keluarga seperti halnya keluarga Nabi Nuh as.
2. Doa berikutnya yang penting untuk diucapkan adalah permohonan kepada Allah
SWT agar dirinya dan keturunannya sebagai orang yang menegakkan sholat. Ini
menunjukkan bahwa Nabi Ibrahim as memahami bahwa seorang nabi meskipun
sudah dijamin Allah SWT tentang akidah dan tauhidnya tapi tidak ada jaminan
untuk anak dan keturunannya. Nabi atau rasul hakikatnya juga manusia namun
tetap dalam penjagaan Allah SWT meskipun demikian harapan dan mohon
perlindungan kepada Zat yang Maha Melindungi harus tetap dipanjatkan.
Disinilah misi para nabi dan rasul yang mengajarkan kepada kita untuk tidak
mengandalkan kekuatan fisik, IQ dan jabatan tetapi yakin dengan ketentuan
Allah SWT. Sholat sebagai perintah Allah adalah simpul dari penghambaan
seorang makhluk kepada Khaliq. Ada pengakuan kemuliaan-Nya, penghambaan
seorang manusia, menundukkan setunduk-tunduknya dengan rukuk dan sujud.
3. Munajat Nabi Ibrahim as dalam lantunan doa-doanya sebagaimana dalam ayat
ke 41 yang mendoakan permohonan ampun untuk dirinya, orang tuanya dan
orang-orang beriman pada saat hari penghisaban dihadapan Allah SWT.

Sekali lagi, meskipun sebagai seorang nabi, Ibrahim as tiada sungkan dan malu untuk
terus memohon ampun untuk dirinya dan orang lain. Doa yang pertama ditujukan untuk
dirinya, doa berikutnya permohonan ampun untuk orang tuanya dan terakhir untuk untuk
keselamatan orang orang beriman.
Untuk point yang terakhir ini, dalam perspektif pendidikan, ternyata lingkungan
keluarga (baca: orang tua) memiliki tanggung jawab yang sama besarnya dalam pembentukan
sikap mental seorang anak. Keluarga dimaksud antara lain adalah nuclear family atau
keluarga inti. Keluarga inti dimaksud (Suparyanto dalam Syamsul Kurniawan (2013: 43)
terdiri dari suami, isteri, dan anak anak baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
Orang tua dan sekitarnya adalah lingkungan yang bisa mendikte, mengarahkan dan
mewarnai tumbuh kembang si anak. Menyiapkan lingkungan yang baik adalah bagian dari
tugas orang tua (siapapun) agar tercipta bahtera keluarga yang mendekati suasana
keluarganya Ibrahim as.
Selain dengan yakinnya kekuatan doa kepada Sang Pencipta, kita meyakini juga bahwa
lingkungan berpengaruh terhadap pembentukan karakter seorang manusia. Disiapkannya
‫‪lingkungan yang agamis, religius dan edukatif menjadi prasyarat terbangunnya keluarga kecil‬‬
‫‪yang berawal dari individu yang memahami tugasnya masing-masing.‬‬
‫‪Demikianlah, Nabi Ibrahim as dengan keluarganya telah dijadikan Allah SWT‬‬
‫‪sebagai keluarga panutan bagi generasi sesudahnya dan mudah-mudahan banyak karakter‬‬
‫‪kebaikan yang bisa kita ikuti sebagai cara membangun keluarga yang sesungguhnya‬‬

‫الرلححيمِ‬
‫َّ‬ ‫الحغَف حورِ‬ ‫ه َوِ‬ ‫إلنَِّه‬ ‫استَ حغ لفرحوهِ‪،‬‬
‫فَ ح‬ ‫َولَك حمِ‪،‬‬ ‫لح‬
‫لِ‬ ‫للاَ‬
‫ِ‬ ‫َستَ حغ لف ِر‬
‫َوأ ح‬ ‫ٰه َذا‬ ‫قَ حول ح‬
‫لِ‬ ‫أَق حولِ‬

‫‪Khutbah 2‬‬

‫أَ حك َِب‬ ‫للاِ‬ ‫)‪(٣x‬‬ ‫أَ حك َِب‬ ‫للا‬


‫ِ‬ ‫)‪(٣x‬‬ ‫اْلَحِم‬
‫ح‬ ‫ِلل‬
‫َولِّٰ‬ ‫أَ حك َِب‬ ‫للا‬
‫ِ‬

‫ص ححبللِه‬ ‫لل‬ ‫ل ل‬ ‫ََّّي لن‪َ ،‬و َّ‬ ‫ِلل الح َملل لِ‬
‫ِلل ا حْلَ حم ِد اْلَ حم ِد لِّٰ‬
‫للا أَ حك َِب َولِّٰ‬
‫الس ًَلمِ َعلَى ُمَ َّم ِد َسيّل ِد َولَ ِد َع حد َن َن‪َ ،‬و َعلَى اٰل ِه َو َ‬
‫الص ًَلةِ َو َّ‬ ‫ك الد َّ‬
‫ك لَهِ الحمِنَ َّزهِ ع لِن ا حْللس لميَّلِة وا حْلله لِة و َّ ل‬
‫ان والحم َك ل‬ ‫الزم ل‬
‫ان‪َ ،‬وأَ حش َه ِد أَ حِن َِّّل إلٰل ِهَ إلَِّّل للاِ َو حح َدهِ َِّل َش لريح َِ‬ ‫لل ل‬
‫ان‪،‬‬ ‫الزَم ِ َ َ‬ ‫ح َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َو ََتبعحي ِه َعلَى َمّلِر َّ َ‬
‫اِلل َعَِّز َو َج َِّل‬ ‫آن أ ََّما بَ حعد‪ ،‬فَأ حو لصحيك حِم َونَ حف لسي بلتَ حق َو ِ‬
‫ى ِّٰ‬ ‫َن َسيّل َد َِن ُمَ َّم ًدا َعحبدهِ َوَرس حولهِ الَّ لذ حِ‬
‫ي َكا َِن خل َقهِ الحق حر ِ‬ ‫َوأَ حش َه ِد أ َِّ‬

‫لص ًَلِةل َو َّ‬


‫الس ًَللِم َعلَى نَبليّللِه الح َك لرحلِي‬ ‫للاَ أ ََمَرك حِم لِب حَم ِر َع لظحيمِ‪ ،‬أ ََمَرك حمِ لَب َّ‬
‫َن ِ‬‫ِال لفِ َه َذا الحيَ حولِم الح َع لظي لم‪َ ،‬و حاعلَم حوا أ َِّ‬
‫للاَ تَ َع َِ‬
‫َواتَّقوِا ِ‬

‫ص لِّل َو َسلّل حِم َوََب لرحكِ‬ ‫ٰ‬ ‫ل‬ ‫ل ل‬


‫صلُّ حوِا َعلَحي ِه َو َسلّموِا تَ حسل ً‬
‫يماِ‪ ،‬اللّه َِّم َ‬ ‫َّب‪ََِّ ،‬ي أَيُّ َهِا الَّ لذ َِ‬
‫ين َآمن حوِا َ‬ ‫اِلَ َوَم ًَلئل َكتَهِ ي َ ُّ‬
‫صلو َِن َعلَى النل لّ‬ ‫ال ‪:‬إل َِّن َِّ‬
‫فَ َق َِ‬

‫ينِ‪ ،‬ألَبِ بَك ِ‬


‫حر َوع َمَرِ َوعثح َما َِن‬ ‫الراشد َ‬ ‫ضِ ال ٰلّه َِّم َع لِن ا حْللَ َف لِ‬
‫اء َّ ل ل‬
‫ي‪َ ،‬و حار َ‬
‫علَى سيل لد َِن ونَبليلنَا ُم َّم ِد وعلَى آلللِه و ل‬
‫ص ححبلِه الطَّيّلبل ح َ‬
‫ََ‬ ‫َ َّ َ ّ َ َ َ‬
‫اْليِ‬
‫الص َ‬ ‫َو َعلل ّيِ‪َ ،‬و َع حِن َسائللِر َّ‬
‫الص َحابَلِة َّ‬

‫يب لُميبِ‬ ‫َّكِ َلَس ِ‬ ‫ات‪ ِ،‬حاأل ل‬


‫اء لمحن همِ و حاألَمو ل‬ ‫ي والحم حؤلمنَ ل‬ ‫لل‬ ‫ل ل‬ ‫ل لل‬ ‫ال ٰلّه َِّم ا حغ لف حرِ‬
‫يع قَ لر ِ‬ ‫ات‪ ،‬إلن َ‬‫َحيَ ِ ح َ ح َ‬ ‫ح‬ ‫يِ َوالحم حسل َمات‪َ ،‬والحم حؤمن َِ َ‬
‫للحم حسلم َ‬
‫ادةًِ َوتًَلَْحًا‪َ ،‬وَم َسَّرةًِ َوتَ َراْحًا‪َ ،‬ولزحد َِن فل لِيه ط َمأحنلينَِةً َوألح َفةً‪َ ،‬وَهنَ ِاءً َوَُمَبَّةً‪َ ،‬وأَعل حدهِ‬ ‫اج َع حلِ عل َ‬
‫يد َنِ َه َذا َس َع َِ‬ ‫الد ل ٰ‬
‫َّع َوات‪ ،‬اللّه َِّم ح‬
‫َ‬

‫َّاس َدأحبَنَا‪ ،‬ال ٰلّه َِّم أ لَدلِم َّ‬


‫الس َع َادِةَ‬ ‫يمتَ نَا‪َ ،‬وبَ حذ َِل ا حْلَحلِري لللن لِ‬ ‫ل‬
‫اج َع لِل الح َم َوَّدِةَ ش َ‬
‫ل ٰ‬ ‫علَي نَا لَب حْلَ لِري و َّ ل‬
‫الر َْحَات‪َ ،‬والحي حم لِن َوالحََبَكات‪ ،‬اللّه َِّم ح‬ ‫ح َ‬ ‫َح‬
‫ف الدُّنحيَا َو حاْل لخَرةل‪َ ،‬ربَّنَا آتلنَا لفِ‬ ‫ف أ حَهللينَا َوأ حَر َح لامنَا‪َ ،‬وأَ حك لرحمنَا بل َكَرلم َِ‬
‫ك لِ‬ ‫اح َفظحنَا ل ِ‬ ‫علَى وطَنلنَا‪ ،‬وانحش لِر الحب هج ِةَ ل ِ ل‬
‫ف ب يوتنَا‪َ ،‬و ح‬ ‫َح َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ‬
‫ف حاْل لخَرةلِ َح َسنَةً‪َ ،‬وقلنَا َع َذ َِ‬
‫اب النَّا لر‪َ ،‬وأ حَد لخ حلنَا ا حْلَنَِّةَ َم َِع حاألَبح َرا لر‪ََِّ ،‬ي َع لز ِيز ََِّي َغفَّارِ‬ ‫الدُّنحيَا َح َسنَةً‪َ ،‬ول ِ‬

‫ب ويَحن َهى َع لِن ال َف حح َش لِ‬


‫اء َوالحمحن َك لِر َوالبَ حغ لي‪ ،‬يَعلظك حِم لَ َعلَّك حمِ‬ ‫ان‪َ ،‬وإليحتَ لِ‬
‫اء لذي الحق حرَِ‬ ‫للا َيحمرِ لَبلحع حد لِل و حاْلحس ل‬
‫َ َ حَ‬ ‫اد للال‪َِّ ،‬‬
‫إن َِ َ‬ ‫علبَ َِ‬

‫للاَ الح َع لظحي َمِ يَذحك حرك حمِ َولَ لذ حك ِر ِ‬


‫للال أَ حك َب‪ ،‬علحي ِد َسعلحي ِد َوك ُّلِ َع ِام َوأَنحت حمِ لِبَحريِ‬ ‫تَ َذ َّكرحو َن‪ ،‬فَاذكروا ِ‬

Anda mungkin juga menyukai