A. INFORMASI UMUM
a) Identitas Modul
Nama penyusun : Team
Institusi : SMP Negeri 3 Sidoharjo
Tahun disusunnya : 2023
Jenjang sekolah : SMP
Fase : D
Kelas : 7
Alokasi waktu : 6 Minggu
Topik : Kesenian Kebudayaan Daerah
b) Sarana dan Prasarana
- Lembar Kerja Peserta Didik
- Alat dan bahan
Asesmen Diagnostik.
Dilakukan sebelum projek dimulai untuk mengukur kompetensi awal peserta didik yang
dipakai untuk menentukan kebutuhan diferensiasi peserta didik, pengembangan alur dan
kegiatan projek, dan penentuan perkembangan sub-elemen antarfase
10 11 12 13 14
Mural Aksi Mural Aksi Mural Aksi Mural Aksi Asesmen
Nyata budaya Nyata budaya Nyata Sayangi Nyata budaya Formatif
daerah tari daerah tari Sekolahku: batik & tari tari Simulasi
kethek ogleng kethek ogleng Menentukan kethek ogleng Pameran mural
dan gamelan dan gamelan karakteristik sekolahku: aksi nyata buda
Mural membuat mural
Di sekolahku: Sekolahku: Menentukan
Eksplorasi Peranku dan Karakteristik
program askisku Mural yang
pengelolaan baik
mural
Mural aksi
nyata budaya
mural, seni tari
kethek ogleng
pada HUT di
sekolahku
15 16
Evaluasi Mari Beraksi
SolusiYang Sambil Refleksi
Ditawarkan Membuat mural
di Sekolahku
Contoh bentuk Rubrik, observasi, kuesioner, Rubrik, umpan balik (dari pendidik
asesmen refleksi, esai dan sesama peserta didik) baik secara
lisan maupun tertulis, observasi,
diskusi, presentasi, jurnal, refleksi, esai
Tahap Asesmen
1. Menentukan Membuat mural budaya pada media dinding, tari kethek
tujuan ogleng dan gamelan.
pembelajaran Fokus: Pengembangan karakter menghargai budaya daerah di
lingkungan sekitar, menghasilkan karya dan tindakan yang
orisinal. (Fase D)
Mampu membuat mural budaya sebagai wujud mencintai
2. Merancang budaya daerah
indikator
kemampuan Mampu menunjukkan sikap bergotong royong, dan kreatif
dalam pembuatan mural pada media dinding.
Rubrik asesmen:
1. Rubrik Perkembangan Sub-elemenAntarfase
Dimensi: Assesmen Kreatif Fase D
Capaian
Kriteria Penilaian
BB MB SB BSH
Siswa berkontribusi pada kerja kelompok
Siswa bekerja secara kolaboratif dengan siswa lainnya
Siswa menyelesaikan pekerjaan sesuai waktu yang
dijadwalkan
Dalam mural, gambar di lukis dengan rapi dan indah
Dalam menarikan tari kethek ogleng dilakukan dengan baik
Dalam memainkan alat musik gamelan dimainkan dengan
indah
Kategori 1 2 3 4
Kontribusi Siswa tidak Siswa Siswa Siswa selalu
pernah Menyelesaikan berkontribusi, bersedia
mengerjakan Sebagian tugas Menyelesaikan membantu dan
tugas yang yang menjadi Sebagian tugas melakukan lebih
menjadi tanggungjawabny yang menjadi dari
tanggungjawabny a, siswa tanggungjawabny tanggungjawabn
a, siswa tidak memberikan ide- a, siswa sering ya, siswa selalu
memberikan ide- ide bermanfaat memberikan ide- memberi ide-ide
ide ide bermanfaat yang bermanfaat
Kolaborasi Siswa tidak Siswa kadang Siswa sering Siswa selalu
pernah mendengarkan bersedia mendengarkan,
mendengarkan dan dan berbagi mendengarkan berbagi dan
berbagi beberapa beberapa kali, dan berbagi, mendukung teman
kali, seringkali kadang tidak bersedia kelompoknya.
mengganggu melakukan melakukan Mengkoordinir
jalannya kerja pekerjaan yang pekerjaan yang kinerja kelompok.
kelompok.
Fokus Siswa tidak Siswa hampir selalu Siswa kadang Siswa selalu fokus
pernah fokus pada fokus pada tugas fokus pada tugas pada tugas dan hal
tugas dan hal yang dan hal yang perlu dan hal yang perlu yang perlu
perlu dilakukan dilakukan dan perlu dilakukan dan dilakukan dan
dan diingatkan dapat diandalkan sangat mandiri.
mengandalkan temannya saat temannya.
pekerjaan kerja kelompok.
temannya.
Langkah kegiatan
1. Langkah-langkahpembuatanmural
a. Tahap awal
1) Lakukan persiapan
Siswa di kumpulkan dan di beri informasi tentang projek yang akan dibuat
Siswa diajak untuk mengenal apa itu mural
Siswa diajak untuk mengenal apa itu kratifitas
Siswa diajak untuk mengidentifikasi budaya yang ada di lingkungan sekitar
2) Menuangkan gagasan
Guru memfasilitasi alat tulis untuk menggambar kepada siswa
Siswa mencoba membuat gambar tentang kratifitas di kertas gambar
Jika sudah selesai hasilnya dikumpulkan ke Guru fasilitator projek
3) Memilihwarna
Agar anda tidak bingung memilih warna, pilih warna berdasarkan pola yang
dominan di dinding. Warna yang tidak tersedia di buat nelalui pengoplosan warna. Gunakan
putaran/roda warna agar warna saling bekerja sama dengan baik, warna yang
jauh dengan warna lainnya pada roda warna sedikit lebih membutuhkan
bantuanuntukmenyesuaikanskemawarnayangbisaditerapkan.
b. Tahapan melukis mural
1) Tekan tepi pertama dengan cat
Celupkan alat lukis anda ke warna yang anda inginkan, celupkan hanya 1/3 dari
menurunkan kuas, menekan warna dengan kuas jangan menyikatnya.
2) Celupkan kuaske dalam cat.
Untuk mengisi area tengah, serta area yang belum dicat, disarankan
menggunakan ujung kuas.
Contoh sebagai berikut:
Basahkan kuas sebelum dicelupkan ke dalam cat, basahkan dengan air untuk
cat dasar lateks.
Basahkan dengan tinner untuk cat dasar minyak.
Isi ember dengan cukup cat sampai hampir naik ke atas. Kelebihan tentu
saja tidak baik.
Celupkan kuas ke dalam ember, dan angkat kembali ke atas, peras cat
yang berlebihan sambil meratakan lapisan kuas.
Buatlah kesimpulannya :
Jawab :
5. CaraMelukisdi Payung
Detail ukiran kain yang dikenakan Prajnaparamita, arca yang berasal dari Jawa Timur abad ke-13.
Ukiran pola lingkaran dipenuhi kembang dan sulur tanaman yang rumit ini mirip dengan pola batik
tradisional Jawa. Seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan menggunakan malam atau
lilin adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah
dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengandiketemukannyakainpembungkus mumi yangjugadilapisi
malam untukmembentukpola.
Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T’ang (618-907)
serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh
Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal.[8] Di Indonesia, batik dipercaya
sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad
XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal
setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an.[9]
Walaupun kata “batik” berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat.
G.P. Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka
pada abad ke-6 atau ke-7.[8] Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (sejarawan
Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan
Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi
diketahui memiliki tradisi kuno membuat batik.[10]
G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa
Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat
canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.[10] Detail ukiran
kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan buddhis dari
Jawa Timur abad ke-13. Detail pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit
yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa
membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak
abad ke-13 atau bahkan lebih awal.[11] Pada perempat terakhir abad ke-13, kain batik dari Jawa telah
diekspor ke kepulauan Karimata, Siam, bahkan sampai ke Mosul.[12]
Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang
Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan
140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu
memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam
perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan
kecewa.[13] Oleh beberapa penafsir,who? serasah itu ditafsirkan sebagai batik.
Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London,
1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon
menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel memberikan selembar
batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada
awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition
Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.[8]
Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru
muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi
dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Pada saat yang
sama imigran dari Indonesia ke Wilayah Persekutuan Malaysia juga membawa Batik bersama mereka.
Sekarang batik sudah berkembang di beberapa tempat di luar Jawa, bahkan sudah ke manca negara.
Di Indonesia batik sudah pula dikembangkan di Aceh dengan batik Aceh, Batik Cual di Riau, Batik
MODUL PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA
Papua, batik Sasirangan Kalimantan, dan Batik Minahasa.
Batik dipakai untuk membungkus seluruh tubuh oleh penari Tari Bedhoyo Ketawang di keraton Jawa.
Corak batik
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik
memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh
MODUL PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA
kalangan tertentu.
Jenis batik
Menurut teknik
MODUL PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA
Batik tulis adalah kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik menggunakan tangan.
Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan. Batik cap adalah kain yang dihias
Berdasarkan corak
Batik Kraton
Batik Sudagaran
Batik Cuwiri
Batik Petani
Batik Tambal
Batik Sida
Mukti
Batik Sekar Jagad
Batik Pringgondani
Batik Kawung
Batik Sida Luhur
MODUL PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA
Batik Sida Asih
Batik Semen Rama
Batik Jlamprang dan Batik Gedo
Pastinya setiap tarian tradisional memiliki kostum yang menjadi ciri khas dari tarian tersebut. Begitupun
dengan tari tayub, ksotum yang digunakan biasanya berupa pakaian tradisional Jawa.
Pada awalnya para penari hanya menggunakan kain panjang dan kemben hingga dada. Sedangkan untuk
menutupi bahu, para penari akan menutupnya dengan kain sampur sebagai properti utamanya.
Namun sekarang ini, para penari ada juga yang menggunakan kain panjang dan baju lengan pendek, sehingga
terlihat lebih sopan.
Musik pengiring atau gending tayub berfungsi untuk menciptakan suasana yang diinginkan dan
memberikan tekanan pada gerak sehingga akan lebih mantap. Sedangkan untuk penekanan pada
kendang dan ricikan- ricikan balungan seperti saron demung serta saron barung.
Kesenian tayub biasanya akan melibatkan sekitar 17 orang dengan 2 wanita sebagai ledhek, 2 orang
sebagai waranggana atau vokalis pria yang disebut gerong. Sedangkan untuk 13 orang lainnya
berguna sebagai penabuh gamelan dan sutradara.
Dulunya para penari akan menggunakan kain panjang, kemben, selendang dan juga sampur sebagai
properti tari tayub. Namun saat ini, hal itu mulai diisolasikan dengan kostum budaya baru menggunakan
kain panjang dan baju lengan pendek.
Sedangkan untuk bagian rambut penari akan disanggul dengan gaya asli Solo dan riasan wajah penari
yang cantik, anggun serta menawan. Bunyi suara gamelan akan dimulai terlebih dulu untuk mengawali
pertunjukan, kemudian dilanjut para penari keluar untuk menunjukan gerakan-gerakan indah tarian
tayub.
Apabila sebelumnya tarian ini hanya ditampilkan menggunakan tikar dan jarak antara penonton dengan
penari sangatlah dekat. Namun sekarang ini telah dibuatkan sebuah panggung yang bertujuan untuk
memberikan batas antara penonton dan penari.
Jika dulunya tarian ini dipentaskan sebagai ajang menari sembari meminum minuman keras.Akan tetapi
saat ini sudah ada aturan tentang dilarang mengkonsumsi minuman keras dan menjadikan tarian ini
murni sebagai pertunjukanseni.
Sekitar abad ke-20, tarian tayub sering digunakan oleh kaum darah biru ataupun elite ketika sedang
mengadakan acara. Tarian ini awalnya berguna sebagai acara jumenengan raja, kemudian berpindah
menjadi tari sambutanuntukmenghormatitamuagung
Pola lantai atau yang lebih akrab di sebut desain lantai merupakan garis-garis yang dilewati para
penari, atau perpindahan tempat untuk pemerataan ruang dengan cara menari sembari melangkah
untuk berpindah. Perpindahan yang dilakukan tersebut dilakukan dengan aba-aba kendang, baik
perpindahan melingkar atau berpindah tempat dengan penari lainnya.
Jadi pada saat penampilannya, tari tayub menggunakan pola lantai garis lurus dan garis lengkung.
3. GLOSARIUM
A
B
Budaya adalah suatu cara hidup yang terdapat pada sekelompok manusia, yang telah berkembang
dan diturunkan dari generasi ke generasi, dari sesepuh kelompok tersebut (KBBI)
C
D
F
G
H
I
K
Keberagaman sebagaisuatukondisidalammasyarakatyangterdapatbanyakperbedaandalamberbagai
bidang. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari suku bangsa, RAS, agama, keyakinan, ideologi
politik, sosial budaya dan ekonomi dan lainnya
L
Daftar pustaka
Doellah, H.Santosa. (2003). Batik: The Impact of Time and Environment, Solo: Danar
Hadi. ISBN 979-97173-1-0
Elliott, Inger McCabe. (1984) Batik: fabled cloth of Java photographs, Brian Brake ; contributions,
Paramita Abdurachman, Susan Blum, Iwan Tirta ; design, Kiyoshi Kanai. New York: Clarkson N.
Potter Inc., ISBN 0-517-55155-1
Fraser-Lu, Sylvia.(1986) Indonesian batik: processes, patterns, and places Singapore: Oxford
University Press. ISBN 0-19-582661-2
Gillow, John; Dawson, Barry. (1995) Traditional Indonesian Textiles. Thames and Hudson.
ISBN 0- 500-27820-2
QuaChee & eM.K. (2005) Batik Inspirations: Featuring Top Batik Designers. ISBN 981-05-4447-2
Raffles, Sir Thomas Stamford. (1817) History of Java, Black, Parbury & Allen, London.
Sumarsono, Hartono; Ishwara, Helen; Yahya, L.R. Supriyapto; Moeis, Xenia (2013). Benang Raja:
Menyimpul Keelokan Batik Pesisir. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-979-9106-
01-8.
Tirta, Iwan; Steen, Gareth L.; Urso, Deborah M.; Alisjahbana, Mario. (1996) “Batik: a play of lights and
shades, Volume 1”, Indonesia: Gaya Favorit. ISBN 979-515-313-7, ISBN 978-979-515-313-9
Nadia Nava, Il batik - Ulissedizioni - 1991 ISBN 88-414-1016-7
https://www.suara.com/news/2021/04/08/170504/apa-itu-keragaman-agama-ini-definisi-dan-kaitannya-
dengan-pancasila?page=all#:~:text=Selain%20suku%2C%20rakyat%20Indonesia%20 juga, dalam%20
Kamus%20Besar%20Bahasa%20Indonesia.
https://www.imural.id/blog/pengertian-mural/
http://ditsmp.kemdikbud.go.id/indahnya-keberagaman-dan-pentingnya-toleransi-di-indonesia/
https://www.bola.com/ragam/read/4460880/pengertian-toleransi-tujuan-manfaat-ciri-dan-contoh-
sikapnya-dalam-kehidupan
https://adalah.co.id/mural/
https://www.imural.id/blog/tahap-tahap-membuat-mural/
http://untukfebsatu.blogspot.com/
https://www.alodokter.com/kenali-ciri-ciri-orang-kreatif-apa-kamu-salah-satunya
Ket:
Berilah tanda centang (˅) pada salah satu kotak jawaban yang tersedia
Lembar refleksi Guru
Nama Siswa
Sangat Setuju Tidak Sangat
setuju Setuju Tidak Setuju
Guru terlibat aktif dalam projek ini
Ket:
Berilah tanda centang (˅) pada salah satu kotak jawaban yang tersedia