Anda di halaman 1dari 6

1a.

Faktor-faktor yang menyebabkan permasalahan konservasi SDA di Indonesia


Kepunahan keanekaragaman hayati
Aktivitas manusia yang menyebabkan kepunahan spesies dan habitat serta
hilangnya keanekaragaman hayati. Aktifitas perburuan satwa yang tidak berkelanjutan untuk
memenuhi kebutuhan protein manusia, seperti perburuan telur penyu atau kura-kura
indonesia yang menyebabkan kura-kura sungai punah. Punahnya spesies berarti punahnya
sumber pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Ekosistem, yang menempuh waktu jutaan
tahun untuk stabil dan mendukung kehidupan manusia, kini berada dalam bahaya bila ada
populasi spesies yang punah atau hilang. Keseimbangan ekosistem terganggu. Kerusakan
terumbu karang di berbagai lautan, yang mendukung kehidupan laut yang kaya, menyebabkan
ketersediaan ikan di lautan berkurang. Padahal populasi manusia semakin bertambah.
Fenomena pengasaman laut
Ini adalah dampak langsung dari produksi berlebihan gas Karbon Dioksida (CO2). Dua puluh lima
persen gas CO2 yang dihasilkan oleh manusia. Keasaman laut telah meningkat dalam 250 tahun
terakhir. Dampak utama adalah pada punahnya kerang dan plankton, sumber makanan ikan. 
Hujan asam
Hujan asam terjadi karena adanya polutan tertentu di atmosfer. Hujan asam dapat disebabkan
karena pembakaran bahan bakar fosil atau akibat meletusnya gunung berapi atau
membusuknya vegetasi yang melepaskan sulfur dioksida dan nitrogen oksida ke atmosfer.
Hujan asam merupakan permasalahan lingkungan yang dapat memiliki efek serius pada
kesehatan manusia, satwa liar dan spesies air.
Rekayasa genetika
Produk makanan, peternakan, pertanian saat ini benyak dihasilkan oleh teknologi rekayasa
genetika atau modifikasi genetik. Modifikasi genetik makanan menggunakan bioteknologi
disebut rekayasa genetika. Modifikasi genetik dari hasil makanan, secara umum, akan
meningkatkan racun dan resiko penyakit bagi menusia. Genetika tanaman atau satwa yang
dimodifikasi dapat menyebabkan masalah serius bagi kesehatan manusia serta keseimbangan
ekosistem.
Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi keseimbangan dan Penipisan sumber daya
alam.sehingga menciptakan pemanasan global dan perubahan iklim secara global

1b. Prinsip ekologi yang digunakan terkait dengan bahasan artikel tersebut sebagai dasar dalam
pengelolaan kegiatan konservasi adalah siklus karbon.
Kandungan Karbon (C) di atmosfer dalam senyawa CO₂ jumlahnya 0.03%. Karbon yang ada di
atmosfer ini hanya dapat diikat oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis dan unsur karbon (C)
akan diikat dalam bentuk Karbohidrat (C 6H12O6). Selanjutnya, karbon tersebut akan dilepaskan
lagi oleh tumbuhan melalui proses respirasi kembali ke atmosfer.
Selanjutnya, karbon (C) dalam bentuk karbohidrat dari tumbuhan akan masuk ke dalam
organisme herbivora (hewan, manusia) dalam proses makan memakan akan disimpan dalam
bentuk lemak. Selanjutnya, akan dilepaskan lagi dalam proses respirasi kembali ke atmosfer dan
sebagian lagi akan hilang melalui kotoran dan apabila organisme herbivora tersebut mati.
Kotoran dan sisa organ yang mati itu akan didekomposisi kembali masuk ke dalam tanah. Begitu
pula sebagian dari CO2 yang terlarut ke dalam air akan dimanfaatkan oleh rumput laut dan
ganggang menjadi karbohidrat. Sebagian dari karbon tersebut akan masuk ke tubuh ikan,
rumput laut, ganggang, fitoplanktonnya dimakan oleh ikan. Sebagian dari karbon (C) juga akan
kembali lagi ke atmosfer dalam proses penguapan dari laut. Selanjutnya, karbon yang berasal
dari rumput laut, ikan dan ganggang yang mati akan masuk ke dasar laut, begitu juga yang
masuk ke tanah. Karbon tersebut akan membentuk bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil ini
(minyak tanah, premium, batu bara) akan digunakan untuk kebutuhan industri, seperti bahan
bakar kendaraan bermotor dan melalui proses pembakaran kembali lagi ke atmosfer dalam
bentuk senyawa CO2.
Siklus karbon (CO2) adalah tipe gas. Karbon harus dalam bentuk gas (CO 2) untuk dapat
dipergunakan oleh tanaman. Melalui proses fotosintesis gas ini diubah menjadi senyawa
organik yang dapat dipergunakan oleh organisme lainnya sebagai pemberi karbon, dan karbon
kembali lagi ke atmosfer atau air sebagai gas (CO 2) melalui proses metabolisme dari kehidupan
organik.

2a. Dengan menurunnya aktivitas ekonomi global sebagai akibat pandemi Virus Corona, tidak
mengherankan bahwa emisi berbagai gas yang terkait dengan energi dan transportasi akan
berkurang.
Para ilmuwan mengatakan bahwa pada Mei 2020, ketika emisi CO2 mencapai puncaknya berkat
dekomposisi daun, level yang tercatat mungkin yang terendah sejak krisis keuangan lebih dari
satu dekade lalu.
Dengan terhentinya penerbangan dan jutaan orang yang bekerja dari rumah, sejumlah emisi di
banyak negara kemungkinan mengikuti jalur menurun yang sama.
Sementara orang yang bekerja dari rumah kemungkinan akan meningkatkan penggunaan
pemanas rumah dan listrik, pembatasan perjalanan dan perlambatan umum di ekonomi
kemungkinan akan berdampak pada emisi keseluruhan.

2b. Di daerah tempat tinggal saya di kabupaten kayong utara juga mengalami penurunan
pencemaran udara.
solusi/usaha konservasi agar pencemaran udara di daerah kabupaten kayong menjadi
berkurang dapat dilakukan dengan reboisasi.
1. Menanam pohon di berbagai tempat
Hal ini bertujuan agar udara udara yang ada di lingkungan tersebut menjadi lebih bersih dan
tidak mudah tercemar.
2. Menanam tanaman hias
Selain menanam pohon, di butuhkan juga untuk menanam tanaman di tengah kota yang mana
tengah kota tersebut jarang di tumbuhi pohon-pohon dan tanaman, sehingga udara udara yang
ada di lingkungan tersebut mudah sekali untuk di cemari. Dengan menanam tanaman, udara
akan menjadi lebih tidak mudah tercemar sebab ada yang memberikan tambahan oksigen di
lingkungan tersebut.
3. Mengurangi dan menghindari pengunaan gas-gas kimia
Tentu saja, dengan adanya bahan-bahan gas kimia yang sering di pakai oleh manusia, seperti
parfum, akan dapat merusak dan mencemari udara. Selain itu, penggunaan gas kimia tersebut
akan dapat merusak lapisan di atmosfer bumi. 
4. Mengupayakan pengurangan pembuangan gas-gas sisa pembakaran
Biasanya, manusia sering sekali melakukan pembakaran baik dalam lingkungan rumahnya
sendiri ataupun dalam pabrik-pabrik industri lainnya. Denga adanya hal seperti ini, udara yang
biasa kita hirup akan mudah sekali untuk tercemari dan bisa menjadi penyebab banjir. Maka,
sangat diperlukan sekali untuk mengurangi penggunaan hal-hal seperti ini bahkan kala bsa di
hindari.
5. Bersepeda atau berjalan kaki
Dengan adanya kendaraan bermotor atau transportasi lainnya, pasti kita akan di manjakan dan
selalu membuat udara menjadi tercemar. Sebaiknya, jika jarak tujuan yang ingin kita tempati
tidak jauh, jangan menggunakan kendaraan berpolutan tersebut. usahakan berjalan kaki atau
mengendarai sepeda, karena dengan 2 hal tersebut, udara tidak akan menjadi tercemar dan
bersih.

2c. Di masa pandemi Covid-19 ini, penggunaan air semakin meningkat karena kita harus sering
mencuci tangan dan membersihkan tubuh dengan air dalam rangka mencegah penularan virus
penyebab penyakit Covid-19 Konsumsi air ternyata meningkat selama pandemi COVID-19,
Aktivitas mandi, misalnya, meningkat menjadi 3 kali sehari atau tiga kali lipat dari kondisi
normal, mencuci tangan kurang dari 5 kali. Di balik kenaikan kebutuhan air, ketersediaan air di
sebagian besar wilayah saat ini sudah tergolong langka.
Persoalannya, konservasi sumber daya air tidak mudah mengingat kita memasuki masyarakat
digital dan pandemik. Dominasi teknologi informasi dan komunikasi terjadi pada masyarakat. Ia
mengubah pola relasi dan cara pandang manusia atas teknologi dan kehidupan sosial. Demikian
pula pandemi, relasi-relasi sosial yang berubah berpengaruh pada relasi manusia dengan alam.
Disinilah dituntut penyesuaian-penyesuaian dan inovasi tentang model konservasi yang adaptif,
tangguh dan berkelanjutan.
solusi/usaha konservasi agar pencemaran air dapat dilakukan dengan mengubah pola pikir
menuju penyelesaian secara integral dan sistematis dengan memasukan seluruh faktor yang
berpengaruh baik secara biotik, abiotik dan sosio-kultur. Fokus reformasi tersebut pada
pemeliharaan sungai dan daerah resapan air. Kuantitas dan kualitas air sungai dipantau dengan
memelihara ekosistem, daerah sempadan dan keanekaragaman flora dan fauna dikawasan
sungai tersebut. tetap harus dipantau agar kualitas air tetap bisa diandalkan. Kondisi alamiah
yang membuat sungai melindungi manusia harus diperhatikan. Kebudayaan air didorong
dengan memanfaatkan kekuatan aliran sungai untuk pengembangan energi baru dan
terbaharukan (EBT).
Fokus pada daerah resapan air dengan pertimbangan karena ia menyuplai kebutuhan untuk
masyarakat baik demi kebutuhan domestik maupun bisnis. Konservasi daerah resapan air
digarap dengan menghitung kuantitas dan kualitas air. Pendekatan kultural digunakan untuk
mengobjektivasi keberadaan air dengan memanfaatkan institusi sosial. Sementara itu,
pendekatan struktural memberikan jaminan bahwa tata ruang sudah sesuai dengan lahan
perlindungan resapan air. Kekuatan ekonomi politik pada kota/kabupaten memberikan jaminan
bahwa tidak ada kegiatan yang merusak sumber daya air tersebut.

Era new normal telah membawa banyak perubahan pada keseimbangan ekosistem lingkungan
secara umum dan lingkungan pertanian khususnya. Kebiasaan baru yang timbul tersebut seperti
keberadaan pandemi virus COVID-19 mewajibkan semua orang di dunia untuk menerapkan
protokol kesehatan demi melindungi diri dari COVID-19, salah satunya adalah dengan
menggunakan masker medis (masker sekali pakai), masifnya kegiatan produksi sabun dan hand
sanitizer yang dewasa ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan tentu akan
menghasilkan efek samping atau dampak negatif bagi lingkungan tentunya. Banyak sampah
masker medis, limbah bahan kimia kegiatan medis serta limbah B3 dari masifnya kegiatan
produksi sabun dan hand sanitizer yang tak jarang ditemui banyak dibuang begitu saja sehingga
masuk ke tanah dan mencemarinya yang bila dibiarkan begitu saja dapat bersifat toksik bagi
tanah.
Adapun beberapa hal yang harus dihindari ketika ada indikasi tanah telah terkontaminasi
limbah B3 limbah air cuci tangan seperti halnya menghindari menanam tanaman yang
diperuntukkan untuk dikonsumsi (edible plants). Akan tetapi menanam tanaman
hiperakumulator yang non-edible. Cara menanggulangi atau cara mengatasi terjadinya masalah
tanah terkontaminasi limbah B3 dari limbah air cuci tangan kegiatan remediasi (bioremediasi
dan fitoremediasi). Upaya perawatan yang tepat serta bisa dilakukan oleh masyarakat
khususnya masyarakat petani terkait masalah tanah terkontaminasi oleh limbah B3 air cuci
tangan bisa dengan ditambahkan bahan organik melalui penerapan pemberian pupuk kompos,
POC/POP yang bisa diproduksi dari bahan-bahan sederhana.
Ada beberapa hal yang harus dihindari oleh masyarakat terkait masalah tanah terkontaminasi
oleh limbah B3 air cuci tangan antara lain:
1. Jangan membuang sampah sembarangan, terutama bahan B3
2. Pahami jenis limbah, terutama berdasarkan termasuk B3 nya atau tidak.
3. Hindari penggunaan bahan kimia sebagai aplikasi pupuk atau pestisida.
4. Direkomendasikan menggunakan pupuk organik yang bisa diproduksi dari bahan-bahan
sederhana.Esensinya misalnya ada bahan organik, bahan kontaminan logam berat diikat oleh
bahan organik yang tidak bisa diserap oleh tanaman.

3a. Penyebab Terjadinya Krisis Energi


a. Menipisnya cadangan minyak bumi
Setelah terjadi krisis energi yang mencapai puncak pada dekade 1970, dunia menghadapi
kenyataan bahwa persediaan minyak bumi, sebagai salah satu tulang punggung produksi energi
terus berkurang. Bahkan beberapa ahli berpendapat, bahwa dengan pola konsumsi seperti
sekarang maka dalam waktu 50 tahun ke depan, cadangan minyak bumi dunia akan habis.
Keadaan ini bisa diamati dengan kecenderungan meningkatnya harga minyak di pasar dunia,
serta ketidakstabilan harga tersebut di pasar internasional karena beberapa negara maju
sebagai konsumen minyak terbesar mulai melepaskan diri dari ketergantungan pada minyak
bumi sekaligus berusaha mengendalikan harga, agar tidak meningkat.
b. Kelakuan yang tidak kompetitif
Subsidi harga BBM mencegah energi lain semacam gas, batu bara, panas bumi, air dan biomassa
memasuki pasar (diversifikasi) dan mengakibatkan pemakaian energi yang boros. Hal ini juga
mencegah penelitian dan pengembangan untuk konservasi energi dan penggunaan energi baru,
seperti panas bumi, air, biomassa, dan elektrolisis air menjadi hidrogen mono dan hidrogen di
atomik.
c. Preferensi (masalah budaya)
Di beberapa negara, khususnya negara berkembang termasuk Indonesia budaya malu
menggunakan kendaraan umum, kebiasaan menikmati harga energi murah, serta budaya yang
tidak hemat energi di kantor, industri, hotel maupun di rumah serta pola hidup konsumtif, telah
mengakibatkan pemborosan pemakaian energi.
d. Standar hidup tinggi dalam konsumsi energi
Konsumsi energi warga sangat tinggi, hal ini terjadi karena terbiasa mendapat kenyamanan
hidup, penggunaan kendaraan bermotor dengan kekuatan tinggi, seperangkat TV berwarna,
unit AC, sepeda motor, mobil salju, alat penghangat tubuh, kereta pengangkut peralatan golf,
peralatan rumah tangga menggunakan listrik. Peningkatan konsumsi energi ini mengakibatkan
konsumsi BBM meningkat dengan pesat pula, terutama pada sektor transportasi yang
mengonsumsi BBM di atas 90% dari total energi yang digunakan.
Dengan demikian, sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara pasokan dan cadangan
energi dengan laju permintaan terhadap energi itu sendiri. Apabila terjadi ketidakseimbangan
antara cadangan dan laju permintaan energi, akibatnya cadangan energi akan terkuras habis
dengan cepat.
b. Upaya-upaya konservasi sumber daya energi untuk masalah yang ada di lingkungan sekitar
dengan memanfaatkan potensi sumber energi alternatif yang ada di daerah tempat tinggal
1. Panas Matahari
Selain merupakan sumber vitamin D di pagi hari, sinar matahari juga dapat menjadi energi
alternatif untuk menggantikan bahan bakar fosil.
Contoh energi alternatif satu ini, baru bisa diubah menjadi listrik dengan menggunakan panel
surya.
Panel yang merupakan rangkaian sel photovoltaic yang diartikan sebagai “cahaya-listrik” ini,
mampu menggerakan kendaraan listrik hingga menghidupi listrik rumah.
Meskipun matahari akan terus ada dan terbarukan, faktor cuaca dapat merupakan salah satu
penghambat produksi energi alternatif ini.
2. Air
Selain dapat dikonsumsi dan digunakan untuk membersihkan, air juga merupakan contoh
energi alternatif yang bisa digunakan.
Air sungai yang mengalir, dibendung lalu diarahkan menggunakan pipa menuju turbin yang
mampu menyimpan dan memberikan listrik.
Energi alternatif yang didapat, dihitung berdasarkan proses jatuhnya air ke turbin dan
banyaknya jumlah air yang mengalir.
Tentunya Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) akan membutuhkan sumber air yang sangat
besar juga pembangunan tempat layaknya danau atau waduk alami.

4a. salah satu masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar. Seperti
diketahui, berdasarkan data Worldometers 2021, Indonesia menempati urutan keempat
dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Dikutip dari Agustina Bidarti dalam bukunya Teori
Kependudukan, masalah kependudukan bisa disebut juga sebagai masalah sosial karena
terjadinya di lingkungan sosial atau masyarakat. Masalah kependudukan dapat terjadi karena
adanya ketimpangan antara pertumbuhan penduduk dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia.
Beberapa capaian positif bisa memburuk yang diawali dari merosotnya status ekonomi dengan
bertambahnya penduduk miskin. Persentase penduduk miskin diprediksi meningkat pada tahun
2020 karena terjadinya pandemi Covid-19. Sektor informal yang merupakan lapangan usaha
sebagian besar penduduk miskin mengalami penurunan omzet seiring dengan adanya PSBB
maupun pengurangan interaksi sosial (sosial distancing). Selain itu, mulai bulan Mei 2020 telah
banyak penduduk yang kehilangan pekerjaan karena PHK maupun usaha yang gulung tikar. Di
daerah pedesaan, petani mulai kesulitan memasarkan produk pertaniannya karena penerapan
PSBB dan penurunan daya beli masyarakat. Peningkatan angka kemiskinan akibat pandemi
diperkirakan juga akan berdampak pada kualitas gizi dan ketahanan pangan penduduk. Kedua
hal tersebut merupakan elemen penting dari tujuan SDGs kedua dan ketiga yaitu no
hunger dan good health and well being. Bahkan tujuan keempat SDGs yaitu inklusivitas dan
pemerataan pendidikan juga bisa terkena imbas jika pembelajaran di rumah (study from home)
berlangsung lama.
b. Untuk mengurangi masalah kependudukan yang terjadi di Indonesia, ada beberapa upaya yang
bisa dilakukan yang dapat dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan menciptakan lapangan kerja
di daerah-daerah yang jarang penduduk.

Anda mungkin juga menyukai