Anda di halaman 1dari 25

Latar belakang

Dunia Bisnis hidup di tengah-tengah masyarakat. Kehidupannya tidak bisa lepas dari kehidupan
masyarakat. Oleh sebab itu ada suatu tanggung jawab sosial yang dipikul oleh bisnis. Banyak kritik
dilancarkan oleh masyarakat terhadap bisnis yang kurang memperhatikan lingkungan. Dalam dekade
terakhir ini diributkan adanya pergeseran dalam etika bisnis, yang dikatakan makin merosot.
Merosotnya rasa solidaritas, tanggung jawab sosial dan tingkat kejujuran di kalangan kelompok bisnis
merupakan gejala yang makin parah, permainan cek kosong, utang tidak dibayar, merupakan gejala
umum, dan meruntuhkan teori-teori tentang solidaritas, baik solidaritas finansial, komersial, dan moral.
Dalam dunia bisnis semua orang tidak mengharapkan memperoleh perlakuan tidak jujur dari
sesamanya. Praktek manipulasi tidak akan terjadi jika dilandasi dengan moral tinggi. Moral dan tingkat
kejujuran rendah akan menghancurkan tata nilai etika bisnis itu sendiri. Masalahnya ialah tidak ada
hukuman yang tegas terhadap pelanggaran etika tersebut, karena nilainya hanya ada dalam hati nurani
seseorang. Orang-orang bisnis diharapkan bertindak secara etis dalam berbagai aktivitasnya dalam
masyarakat. Harus ada etik dalam menggunakan sumber daya yang terbatas di masyarakat dan apa
akibat dari pemakaian sumber daya tersebut, apa akibat dari proses produksi yang ia lakukan.

CONTOH KASUS

Dampak dari Semburan Lumpur Lapindo

Semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar maupun bagi aktivitas
perekonomian di Jawa Timur. Luapan lumpur terjadi pertama kali pada 2006 hingga kini telah memaksa
sekitar 60 ribu orang mengungsi. Tidak hanya itu, masih banyak dampak lain yang timbul akibat bencana
ini, diantaranya adalah :[5]

1. Lumpur menggenangi 16 desa di tiga kecamatan. Semula hanya menggenangi empat desa dengan
ketinggian sekitar 6 meter, yang membuat dievakuasinya warga setempat untuk diungsikan serta
rusaknya areal pertanian. Luapan lumpur ini juga menggenangi sarana pendidikan dan Markas Koramil
Porong. Hingga bulan Agustus 2006, luapan lumpur ini telah menggenangi sejumlah desa/kelurahan di
Kecamatan Porong, Jabon, dan Tanggulangin, dengan total warga yang dievakuasi sebanyak lebih dari
8.200 jiwa dan 25.000 jiwa telah mengungsi. Karena tidak kurang dari 10.426 unit rumah terendam
lumpur dan 77 unit rumah ibadah terendam lumpur.

2. Lahan dan ternak yang tercatat terkena dampak lumpur hingga Agustus 2006 antara lain: lahan
tebu seluas 25,61 ha di Renokenongo, Jatirejo dan Kedungcangkring; lahan padi seluas 172,39 ha di
Siring, Renokenongo, Jatirejo, Kedungbendo, Sentul, Besuki Jabon dan Pejarakan Jabon; serta 1.605 ekor
unggas, 30 ekor kambing, 2 sapi dan 7 ekor kijang.

3. Sekitar 30 pabrik yang tergenang terpaksa menghentikan aktivitas produksi dan merumahkan
ribuan tenaga kerja. Tercatat 1.873 orang tenaga kerja yang terkena dampak lumpur ini.
4. Empat kantor pemerintah juga tak berfungsi dan para pegawai juga terancam tak bekerja.

5. Tidak berfungsinya sarana pendidikan (SD, SMP), Markas Koramil Porong, serta rusaknya sarana
dan prasarana infrastruktur (jaringan listrik dan telepon).

6. Rumah/tempat tinggal yang rusak akibat diterjang lumpur dan rusak sebanyak 1.683 unit.
Rinciannya: Tempat tinggal 1.810 (Siring 142, Jatirejo 480, Renokenongo 428, Kedungbendo 590, Besuki
170), sekolah 18 (7 sekolah negeri), kantor 2 (Kantor Koramil dan Kelurahan Jatirejo), pabrik 15, masjid
dan musala 15 unit.

7. Kerusakan lingkungan terhadap wilayah yang tergenangi, termasuk areal persawahan.

8. Akibat amblesnya permukaan tanah di sekitar semburan lumpur, pipa air milik PDAM Surabaya
patah.

9. Meledaknya pipa gas milik Pertamina akibat penurunan tanah karena tekanan lumpur dan sekitar
2,5 kilometer pipa gas terendam.

10. Ditutupnya ruas jalan tol Surabaya-Gempol hingga waktu yang tidak ditentukan, dan mengakibatkan
kemacetan di jalur-jalur alternatif, yaitu melalui Sidoarjo-Mojosari-Porong dan jalur Waru-tol-Porong.
Penutupan ruas jalan tol ini juga menyebabkan terganggunya jalur transportasi Surabaya-Malang dan
Surabaya-Banyuwangi serta kota-kota lain di bagian timur pulau Jawa. Ini berakibat pula terhadap
aktivitas produksi di kawasan Ngoro (Mojokerto) dan Pasuruan yang selama ini merupakan salah satu
kawasan industri utama di Jawa Timur.

11. Sebuah SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) milik PT PLN dan seluruh jaringan telepon dan
listrik di empat desa serta satu jembatan di Jalan Raya Porong tak dapat difungsikan.

12. Berubahnya suhu udara yang semakin panas, yang bercampur bau lumpur.

13. Mayoritas warga sekitar lumpur kini begitu akrab dengan sesak nafas dan batuk. Sekalipun belum
ada korban meninggal akibat ISPA, namun batuk ‘jamaah’ yang diidap warga sulit untuk disebut wajar.

14. Pencemaran air di kawasan sekitar bencana yang menyebabkan air menjadi tidak layak lagi
dikonsumsi. Akibatnya warga terpaksa membeli air bersih dari sumber mata air Prigen yang dijual
perusahaan pengangkut air dengan harga Rp. 1500 per curigen (25 liter).

15. Pengangguran massal yang mengancam masa depan warga.

Sejumlah warga merelakan anaknya tidak sekolah akibat sulitnya mendapatkan pekerjaan baru. Tingkat
pendidikan rendah menjadi penghalang selanjutnya. Sayangnya disituasi rumit ini warga tak disiapkan
pekerjaan oleh Lapindo Berantas, dan nyaris di campakkan pemerintahan yang berkuasa.

2.3 Pelanggaran Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial yang dilakukan

Dari Segi Etika Bisnis

Dari Uraian kasus diatas diketahui bahwa kelalaian yang dilakukan PT. Lapindo Brantas merupakan
penyabab utama meluapnya lumpur panas di Sidoarjo, akan tetapi pihak Lapindo malah berdalih dan
enggan untuk bertanggung jawab.

Jika dilihat dari sisi etika bisnis, apa yang dilakukan oleh PT. Lapindo Berantas jelas telah melanggar etika
dalam berbisnis. Dimana PT. Lapindo Brantas telah melakukan eksploitasi yang berlebihan dan
melakukan kelalaian hingga menyebabkan terjadinya bencana besar yang mengakibatkan kerusakan
parah pada lingkungan dan sosial.

Eksploitasi besar-besaran yang dilakukan PT. Lapindo membuktikan bahwa PT. Lapindo rela
menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan. [6]

Dari Segi Tanggung Jawab Sosial

Keengganan PT. Lapindo untuk bertanggung jawab membuktikan bahwa PT. Lapindo lebih memilih
untuk melindungi aset-aset mereka daripada melakukan penyelamat dan perbaikan atas kerusakan
lingkungan dan sosial yang mereka timbulkan. Dan Penyelesaian ganti rugi korban lumpur tak kunjung
tuntas kendati telah dipinjami dana pemerintah Rp 781 miliar pada 2015. Masih ada 87 berkas korban
lumpur yang belum terbayar. Penyebabnya banyak, seperti masalah perbedaan status tanah, masalah
ahli waris, dan masalah administrasi.[7] Selain itu permasalahan ganti rugi lahan yang telah terlewati
dengan lumpur lapindo brantas masih kurang memadai dalam segi kesejahteraan baik tempat tinggal,
tempat ibadah, gedung-gedung, sekolah atau pendidikan, pabrik-pabrik atau fasilitas-fasilitas umum dan
sosial lainnya yang masih belum terlihat mensejahterakan korban lumpur Lapindo Brantas Sidoarjo
sampai sekarang.

2.4 Hasil Analisis SWOT PT. LAPINDO BRANTAS Inc.

STRENGTH (Kekuatan)

1. “Lapindo Brantas Inc” adalah salah satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) ditunjuk
BPMIGAS untuk melakukan proses pengeboran minyak dan gas bumi.

2. Saham Lapindo Brantas dimiliki 100% oleh PT. Energi Mega Persada melalui anak perusahaannya
yaitu PT Kalila Energy Ltd (84,24 persen) dan Pan Asia Enterprise (15,76 persen). Dikarenakan memiliki
nilai saham terbesar, maka Lapindo Brantas bertindak sebagai operator.

3. Ini merupakan anak perusahaan yang dimiliki oleh PT Energi Mega Persada Tbk dan 60% dimiliki
dan dikontrol oleh Grup Bakrie.
4. The Bakrie Group yang dimiliki oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie dan
saudara-saudaranya.

5. Lapindo Brantas telah mengambil alih tanggung jawab awal dan biaya untuk merawat dan mitigasi
dampak dari aliran lumpur Sidoarjo.

6. Pada bulan September 2006 Lapindo Brantas yang dijual seharga $ 2 ke Lyte Ltd, yang off-shore
sebelumnya perusahaan yang didirikan pada 2006 oleh Grup Bakrie. Dengan cara ini, Energi yang
menderita kerugian besar dalam nilai pemegang saham akan dibebaskan dari tanggung jawab terkait
dengan bencana.

WEAKNESS (Kelemahan)

Pengeboran PT. LAPINDO menyebebkan Banjir Lumpur Panas Sidoarjo atau Lumpur Lapindo atau
Lumpur Sidoarjo (Lusi) , adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo
Brantas di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 27
Mei 2006, bersamaan dengan gempa berkekuatan 5,9 SR yang melanda Yogyakarta

OPPORTUNITIES (Peluang)

1. Berdasarkan pengujian toksikologis di 3 laboratorium terakreditasi (Sucofindo, Corelab dan


Bogorlab) diperoleh kesimpulan ternyata lumpur Sidoarjo tidak termasuk limbah B3 baik untuk bahan
anorganik seperti Arsen, Barium, Boron, Timbal, Raksa, Sianida Bebas.

2. Pada 9 September 2006, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menandatangani surat keputusan
pembentukan Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur di Sidoarjo dan Seluruh biaya untuk
pelaksanaan tugas tim nasional ini dibebankan pada PT Lapindo Brantas.

THREATS (Ancaman)

1. Lumpur menggenangi dua belas desa di tiga kecamatan.

2. Warga yang dievakuasi sebanyak lebih dari 8.200 jiwa dan telah 25.000 jiwa mengungsi.

3. Lahan dan ternak yang tercatat terkena dampak lumpur hingga Agustus 2006 antara lain: lahan
tebu seluas 25,61 ha di Renokenongo, Jatirejo dan Kedungcangkring; lahan padi seluas 172,39 ha di
Siring, Renokenongo, Jatirejo, Kedungbendo, Sentul, Besuki Jabon dan Pejarakan Jabon; serta 1.605 ekor
unggas, 30 ekor kambing, 2 sapi dan 7 ekor kijang.

4. Sekitar 30 pabrik yang tergenang terpaksa menghentikan aktivitas produksi dan merumahkan
ribuan tenaga kerja. Tercatat 1.873 orang tenaga kerja yang terkena dampak lumpur ini.

5. Kerusakan lingkungan terhadap wilayah yang tergenangi, termasuk areal persawahan

6. Ditutupnya ruas jalan tol Surabaya-Gempol hingga waktu yang tidak ditentukan, dan
mengakibatkan kemacetan di jalur-jalur alternatif, yaitu melalui Sidoarjo, Mojosari, Porong dan jalur
Waru tol Porong.
MAKALAH

I. PENDAHULUAN

Masalah etika bisnis atau etika usaha akhir-akhir ini semakin banyak dibicarakan bukan hanya di tanah
air kita, tetapi juga di negara-negara lain termasuk di negara-negara maju. Perhatian mengenai masalah
ini tidak terlepas dari semakin berkembangnya dunia usaha kita sebagai hasil pembangunan selama ini.
Peran dunia usaha dalam perekonomian begitu cepatnya, sehingga dalam hal investasi, misalnya,
sekarang sudah 3 kali investasi pemerintah. Kegiatan bisnis yang makin merebak baik di dalam maupun
di luar negeri, telah menimbulkan tantangan baru, yaitu adanya tuntutan praktek bisnis yang baik, yang
etis, yang juga menjadi tuntutan kehidupan bisnis di banyak negara di dunia. Transparansi yang dituntut
oleh ekonomi global menuntut pula praktik bisnis yang etis. Dalam ekonomi pasar global, kita hanya bisa
survive kalau mampu bersaing.

Para ahli sering berkelakar bahwa pengertian etika bisnis merupakan sebuah kontradiksi istilah karena
ada pertentangan antara etika dan minat pribadi yang berorientasi pada pencarian keuntungan. Ketika
ada konflik antara etika dan keuntungan, bisnis lebih memilih keuntungan daripada etika. Buku Business
Ethics mengambil pandangan bahwa tindakan etis merupakan strategi bisnis jangka panjang terbaik bagi
perusahaan sebuah pandangan yang semakin diterima dalam beberapa tahun belakangan ini. Oleh
karena itu, pemahaman tentang etika bisnis diperlukan untuk para pelaku bisnis agar usaha yang
dijalankan dapat menjadi suatu usaha bisnis yang beretika dan mengurangi resiko kegagalan. Selain itu
pemahaman tentang pengertian komunikasi terutama komunikasi bisnis.

Banyaknya contoh kasus etika bisnis dimana perusahaan pada era globalisasi ini yang tidak menjalankan
usahanya dengan berlandaskan etika bisnis, dan tidak mengetahui para pelaku usaha tentang penting
etika binis dalam perusahaan. Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan contoh makalah etika
bisnis ini adalah:

Mengetahui pengertian etika bisnis

Mengetahui pentingnya etika dalam dunia bisnis

Mengetahui penerapan etika bisnis dalam organisasi perusahaan.

II. PENGERTIAN ETIKA BISNIS


Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini
berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku
bisnis. Pengertian dan prinsip etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu
diterapkan ke dalam sistem dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan
mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.

Beberapa hal yang mendasari perlunya etika dalam kegiatan bisnis:

Selain mempertaruhkan barang dan uang untuk tujuan keuntungan, bisnis juga mempertaruhkan
nama, harga diri, bahkan nasib manusia yang terlibat di dalamnya.

Bisnis adalah bagian penting dalam masyarakat

Bisnis juga membutuhkan etika yang setidaknya mampu memberikan pedoman bagi pihak – pihak
yang melakukannya.

Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu: Suap (Bribery), Paksaan
(Coercion), Penipuan (Deception), Pencurian (Theft), Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination),
yang masing-masing dapat diuraikan berikut ini:

Suap (Bribery), adalah tindakan berupa menawarkan, memberi, menerima atau meminta sesuatu
yang berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam melaksanakan kewajiban
publik. Suap dimaksudkan untuk memanipulasi seseorang dengan membeli pengaruh. 'Pembelian' itu
dapat dilakukan baik dengan membayarkan sejumlah uang atau barang, maupun pembayaran kembali'
setelah transaksi terlaksana. Suap kadangkala tidak mudah dikenali. Pemberian cash atau penggunaan
callgirls dapat dengan mudah dimasukkan sebagai cara suap, tetapi pemberian hadiah (gift) tidak selalu
dapat disebut sebagai suap, tergantung dari maksud dan respons yang diharapkan oleh pemberi hadiah.

Paksaan (Coercion), adalah tekanan, batasan, dorongan dengan paksa atau dengan menggunakan
jabatan atau ancaman. Coercion dapat berupa ancaman untuk mempersulit kenaikan jabatan,
pemecatan, atau penolakan industri terhadap seorang individu.

Penipuan (Deception), adalah tindakan memperdaya, menyesatkan yang disengaja dengan


mengucapkan atau melakukan kebohongan.
Pencurian (Theft), adalah merupakan tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak kita atau
mengambil property milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa
property fisik atau konseptual.

Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), adalah perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap
orang-orang tertentu yang disebabkan oleh ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama. Suatu
kegagalan untuk memperlakukan semua orang dengan setara tanpa adanya perbedaan yang beralasan
antara mereka yang 'disukai' dan tidak.

III. PENTINGNYA ETIKA DALAM DUNIA BISNIS

Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya etika bisnis agar tatanan ekonomi dunia
semakin membaik. Dalam bisnis tidak jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara. Bahkan
tindakan yang berbau kriminal pun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan. Kalau sudah demikian,
pengusaha yang menjadi pengerak motor perekonomian akan berubah menjadi binatang ekonomi.
Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak menampakan kecenderungan tetapi
sebaliknya, makin hari semakin meningkat. Tindakan mark up, ingkar janji, tidak mengindahkan
kepentingan masyarakat, tidak memperhatikan sumber daya alam maupun tindakan kolusi dan suap
merupakan segelintir contoh pengabaian para pengusaha terhadap etika bisnis.

Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada masyarakat. Tata
hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta etika-etika tertentu
dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap
masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung. Dengan memetakan pola hubungan
dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola
hubungan yang bersifat interaktif. Hubungan ini tidak hanya dalam satu negara, tetapi meliputi berbagai
negara yang terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia yang nuansanya kini telah berubah.
Perubahan nuansa perkembangan dunia itu menuntut segera dibenahinya etika bisnis. Pasalnya, kondisi
hukum yang melingkupi dunia usaha terlalu jauh tertinggal dari pertumbuhan serta perkembangan di
bidang ekonomi.

Jalinan hubungan usaha dengan pihak-pihak lain yang terkait begitu kompleks. Akibatnya, ketika dunia
usaha melaju pesat, ada pihak-pihak yang tertinggal dan dirugikan, karena peranti hukum dan aturan
main dunia usaha belum mendapatkan perhatian yang seimbang. Salah satu contoh yang selanjutnya
menjadi masalah bagi pemerintah dan dunia usaha adalah masih adanya pelanggaran terhadap upah
buruh. Hal lni menyebabkan beberapa produk nasional terkena batasan di pasar internasional.
Contoh lain yang merupakan contoh kasus etika bisnis adalah produk-produk hasil hutan yang mendapat
protes keras karena pengusaha Indonesia dinilai tidak memperhatikan kelangsungan sumber alam yang
sangat berharga. Perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah
bisnis. Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku untuk kedua perspektif, baik lingkup makro maupun
mikro, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Perspektif Makro

Pertumbuhan suatu negara tergantung pada market system yang berperan lebih efektif dan efisien
daripada command system dalam mengalokasikan barang dan jasa. Beberapa kondisi yang diperlukan
market system untuk dapat efektif, yaitu:

Hak memiliki dan mengelola properti swasta

Kebebasan memilih dalam perdagangan barang dan jasa

Ketersediaan informasi yang akurat berkaitan dengan barang dan jasa.

Jika salah satu subsistem dalam market system melakukan perilaku yang tidak etis, maka hal ini akan
mempengaruhi keseimbangan sistem dan menghambat pertumbuhan sistem secara makro. Pengaruh
dari perilaku tidak etik pada perspektif bisnis makro :

Penyogokan atau suap. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya kebebasan memilih dengan cara
mempengaruhi pengambil keputusan.

Coercive act. Mengurangi kompetisi yang efektif antara pelaku bisnis dengan ancaman atau memaksa
untuk tidak berhubungan dengan pihak lain dalam bisnis.

Deceptive information

Pecurian dan penggelapan

Unfair discrimination.
2. Perspektif Bisnis Mikro

Dalam Iingkup ini perilaku etik identik dengan kepercayaan atau trust. Dalam Iingkup mikro terdapat
rantai relasi di mana supplier,perusahaan, konsumen, karyawan saling berhubungan kegiatan bisnis
yang akan berpengaruh pada Iingkup makro. Tiap mata rantai penting dampaknya untuk selalu menjaga
etika, sehingga kepercayaan yang mendasari hubungan bisnis dapat terjaga dengan baik. Standar moral
merupakan tolok ukur etika bisnis. Dimensi etik merupakan dasar kajian dalam pengambilan keputusan.
Etika bisnis cenderung berfokus pada etika terapan daripada etika normatif.

Dua prinsip yang menjadi acuan dimensi etik dalam pengambilan keputusan, yaitu:

Prinsip konsekuensi (Principle of Consequentialist) adalah konsep etika yang berfokus pada
konsekuensi pengambilan keputusan. Artinya keputusan dinilai etik atau tidak berdasarkan konsekuensi
(dampak) keputusan tersebut

Prinsip tidak konsekuensi (Principle of Nonconsequentialist) adalah terdiri dari rangkaian peraturan
yang digunakan sebagai petunjuk/panduan pengambilan keputusan etik dan berdasarkan alasan bukan
akibat, antara lain: (a) Prinsip Hak, yaitu menjamin hak asasi manusia yang berhubungan dengan
kewajiban untuk tidak saling melanggar hak orang lain (b) Prinsip Keadilan, yaitu keadilan yang biasanya
terkait dengan isu hak, kejujuran dan kesamaan. Prinsip keadilan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu:

Keadilan distributive, yaitu keadilan yang sifatnya menyeimbangkan alokasi benefit dan beban antar
anggota kelompok sesuai dengan kontribusi tenaga dan pikirannya terhadap benefit. Benefit terdiri dari
pendapatan, pekerjaan, kesejahteraan, pendidikan dan waktu luang. Beban terdiri dari tugas kerja, pajak
dan kewajiban social.

Keadilan retributive, yaitu keadilan yang terkait dengan retribution (ganti rugi) dan hukuman atas
kesalahan tindakan. Seseorang bertanggungjawab atas konsekuensi negatif atas tindakan yang
dilakukan kecuali tindakan tersebut dilakukan atas paksaan pihak lain.

Keadilan kompensatoris, yaitu keadilan yang terkait dengan kompensasi bagi pihak yang dirugikan.
Kompensasi yang diterima dapat berupa perlakuan medis, pelayanan dan barang penebus kerugian.
Masalah terjadi apabila kompensasi tidak dapat menebus kerugian, misalnya kehilangan nyawa
manusia. Apabila moral merupakan suatu pendorong orang untuk melakukan kebaikan, maka etika
bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan secara rela dari semua anggota
suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-
rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi. Etika sebagai rambu-rambu
dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada
suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Karena itu
diperlukan pemahaman pula akan berbagai contoh kasus etika bisnis yang lebih luas.

IV. PENERAPAN ETIKA PADA ORGANISASI PERUSAHAAN

Dapatkan pengertian moral seperti tanggung jawab, perbuatan yang salah dan kewajiban diterapkan
terhadap kelompok seperti perusahaan, ataukah pada orang (individu) sebagai perilaku moral yang
nyata?

Ada dua pandangan yang muncul atas masalah ini:

Ekstrem pertama, adalah pandangan yang berpendapat bahwa, karena aturan yang mengikat, organisasi
memperbolehkan kita untuk mengatakan bahwa perusahaan bertindak seperti individu dan memiliki
tujuan yang disengaja atas apa yang mereka lakukan, kita dapat mengatakan mereka bertanggung jawab
secara moral untuk tindakan mereka dan bahwa tindakan mereka adalah bermoral atau tidak bermoral
dalam pengertian yang sama yang dilakukan manusia.

Ekstrem kedua, adalah pandangan filsuf yang berpendirian bahwa tidak masuk akal berpikir bahwa
organisasi bisnis secara moral bertanggung jawab karena ia gagal mengikuti standar moral atau
mengatakan bahwa organisasi memiliki kewajiban moral. Organisasi bisnis sama seperti mesin yang
anggotanya harus secara membabi buta mentaati peraturan formal yang tidak ada kaitannya dengan
moralitas. Akibatnya, lebih tidak masuk akal untuk menganggap organisasi bertanggung jawab secara
moral karena ia gagal mengikuti standar moral daripada mengkritik organisasi seperti mesin yang gagal
bertindak secara moral. Karena itu, tindakan perusahaan berasal dari pilihan dan tindakan individu
manusia, indivdu-individulah yang harus dipandang sebagai penjaga utama kewajiban moral dan
tanggung jawab moral: individu manusia bertanggung jawab atas apa yang dilakukan perusahaan karena
tindakan perusahaan secara keseluruhan mengalir dari pilihan dan perilaku mereka. Jika perusahaan
bertindak keliru, kekeliruan itu disebabkan oleh pilihan tindakan yang dilakukan oleh individu dalam
perusahaan itu, jika perusahaan bertindak secara moral, hal itu disebabkan oleh pilihan individu dalam
perusahaan bertindak secara bermoral.

MAKALAH 2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sesuai dengan fungsinya baik secara mikro maupun makro, sebuah bisnis yang baik harus memiliki etika
dan tanggung jawab sosial. Nantinya, jika sebuah perusahaan memiliki etika dan tanggung jawab sosial
yang baik, bukan hanya lingkungan makro dan mikronya saja yang akan menikmati keuntungan, tetapi
juga perusahaan itu sendiri.

Namun dewasa ini telah kita ketahui banyak sekali gejolak sosial dalam lingkungan bisnis, yang semua
itu menyangkut dengan pelanggaran etika dan tanggung jawab bisnis. Seringkali kita melihat dan
membaca berbagai media yang mengupas permasalahan tanggung jawab sosial dan etika bisnis oleh
para pelaku bisnis (Sunarto SE., MM,Pengantar Bisnis, 2003 : 38).

Seperti halnya kasus yang terjadi di ladang minyak Tiaka, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah
(Sulteng) dipicu karena adanya pengabaian hak sosial, budaya dan ekonomi oleh PT Medco E&P Tomori.
Seperti yang telah diberitakan, Kerusuhan di Tiaka pecah, Senin (22/8) saat warga melakukan unjuk rasa
di lapangan minyak yang dikelola bersama antara PT Pertamina dan Medco E&P Tomori Sulawesi.
Mereka menuntut investor merealisasikan program tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social
responsibility) di Kecamatan Mamosalato, Bungku dan Baturube. Dalam peristiwa tersebut, dua orang
warga dinyatakan tewas tertembak oleh polisi, sementara belasan orang lainnya masih dirawat di rumah
sakit setempat, dan sekitar 24 orang ditangkap oleh aparat kepolisian. Perusahaan tambang minyak
tersebut telah merampas hak-hak masyarakat yang seharusnya diberikan perusahaan, Namun PT Medco
hanya sebatas mengumbar janji terhadap warga Desa Kolo Bawah, Kecamatan Mamosalato yang
akhirnya warga menggelar aksi unjuk rasa yang berujung kerusuhan (dikutip dari
http://www.seruu.com/utama/nasional/artikel/komnas-ham-sulteng-kerusuhan-tiaka-jelas-
pelanggaran-ham).

Dari masalah Tiaka tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat semakin menuntut peran yang lebih
nyata dari pelaku bisnis untuk terlibat lebih banyak dalam aktifitas sosial, serta menerapkan etika dan
perilaku bisnisnya. Pelaku bisnis merespon tuntutan masyarakat yang sangat variatif. oleh karena itu
untuk meminimalsir gejolak sosial yang terjadi dalam lingkungan bisnis kami menyajikan makalah denan
judul “Tanggung Jawab Sosial Suatu Bisnis”.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana sistem bisnis yang kompleks?

1.2.2 Apa yang dimaksud dengan etika dan etika bisnis?


1.2.3 Bagaimana Konsep dari etika bisnis?

1.2.4 Bagaimana bentuk-bentuk tanggung jawab sosial suatu bisnis?

1.2.5 Apa yang dimaksud dari masalah polusi dan apa saja penyebab dari masalah polusi, serta
bagaimana cara mengatasinya?

1.3 Tujuan

1.3.1 Memahami konsep dari sistem bisnis yang kompleks;

1.3.2 Memahami definisi dari etika dan etika bisnis;

1.3.3 Memahami dan menjabarkan konsep dari etika bisnis;

1.3.4 Menjabarkan dan menjelaskan tentang bentuk-bentuk tanggung jawab sosial dari suatu bisnis;

1.3.5 Memahami masalah polusi yang terjadi, penyebab masalah polusi, dan dapat mengaplikasikan
penganggulangan masalah polusi dalam kehidupan bisnis sehari-hari.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sistem

Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang
terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi
atau energi. (http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem)

Sistem adalah suatu kesatuan atau unit yang terdiri dari sub – sub sistem yang saling bekerjasama
ataupun saling mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung untuk mencapai tujuan tertentu
(Pengantar Bisnis : 13)

2.2 Pengertian Etika


Etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu ethos yg berarti : kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan,
sikap, cara berpikir. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (Poerwadarminta) etika adalah “ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Menurut Drs. O.P. SIMORANGKIR "etika atau etik
sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. (dikutip dari
http://handyleonardoetikabisnis.blogspot.com/2012/09/pengertian-etika-etika-bisnis-dan.html)

Etika merupakan keyakinan mengenai tindakan yang benar dan yang salah, atau tindakan yang baik dan
yang buruk, yang mempengaruhi hal lainnya. (Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert, Bisnis edisi
kedelapan, 2006 : 58)

Perkataan etika berasal dari perkataan yunani yaitu, Ethos yang berarti karakter atau sifat individu yang
baik. Pada dasarnya etika dapat didenfinisikan sebagai prinsip-prinsip moral dalam hidup manusia yang
akan menentukan tingkah laku yang benar yang harus dijalankan dan tingkah laku yang salah yang harus
dihindari. (Sadono sukirno, Pengantar Bisnis, 2012 : 325)

Etika adalah suatu study mengenai yang benar dan yang salah dan pilihan moral yang dilakukan
seseorang. Keputusan etik adalah suatu hal yang benar mengenai perilaku standar. Etika bisnis kadang-
kadang disebut pula etika manajemen ialah penerapan standar moral kedalam kegiatan bisnis.(
Prof.Dr.H.Buchari Alma Columbus, Pengantar Bisnis 1992 : 184)

Ethics is the study of right and wrong and of the morality of choice made by individual. An ethical
dicision or action is one that is right according to some standart of behavior. (Prof.Dr.H.Buchari Alma
Columbus, Pengantar Bisnis 2010 : 184)

2.3 Pengertian Etika Bisnis

Etika bisnis adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan bisnis yang dilakukan oleh
para pelaku-pelaku bisnis. (Agus Arijanto, SE., MM, Etika Bisnis bagi Pelaku Bisnis, 2011 : 2)

Etika bisnis merupakan penerapan tanggung jawab social suatu bisnis yang timbul dari dalam
perusahaan itu sendiri. (Drs. Indriyo Gitosudarmo,M.Com, pengantar bisnis edisi 2, 1992)

Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini
berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku
bisnis (Velasquez, 2005)

Business ethics is a system of “oughts” a collection of principles and rules of conduct based on beliefs
about what is right and wrong business behavior. (W.F. Shchoell in Prof.Dr.H.Buchari Alma Columbus,
Pengantar Bisnis 2010 : 184)

2.4 Pengertian Tanggung Jawab Sosial Suatu Bisnis

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate social responsibility (CSR) adalah suatu konsep
bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memilki suatu tanggung jawab
terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, dan lingkungan dalam segala aspek
operasional perusahaan. (Afwan Hariri, Pengantar Bisnis, 2009 : 34)

Tanggung jawab sosial (Social Responbility) merupakan usaha suatu bisnis menyeimbangkankan
komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungannya yang meliputi, bisnis lain,
karyawan, investor, dan komunitas lokal. (Ricky W.Griffin, Bisnis, 2006 : 68)

2.5 Pengertian Polusi

Polusi merupakan masuknya zat-zat berbahaya ke dala lingkungan. Polusi terdiri dari polusi udara yang
terjadi apabila beberapa faktor bergabung bersama sehingga menurunkan kualitas udara,polusi air
terjadi akibat pembuangan bahan-bahan kimia dan sampah pada air secara langsung,dan polusi tanah.(
Ricky W.Griffin, Bisnis, 2006 : 73)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Sistem Bisnis yang Kompleks

Sistem bisnis yang kompleks merupakan suatu kesatuan dari sub sistem yang ada untuk mencapai
tujuan suatu bisnis. Dalam struktur bisnis banyak orang terlibat dalam kegiatannya seperti para investor,
orang yang bekerja dalam bisnis, dan masyarakat yang membeli barang yang dihasilkannya. (Buchory
Alma, Pengantar Bisnis, 1992 : 25)

Sistem bisnis yang kompleks dapat dijabarkan sebagai berikut, yaitu bisnis sebagai suatu sistem saling
berkaitang dengan komponen-komponen lainya, antara lain:

a. Pemerintah

Disini pemerintah merupakan pembuat kebijakan dan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh
seorang pelaku bisnis.

b. Penanam modal
Bisnis tidak akan pernah terlepas dengan namanya penanam modal. Hal ini karena, suatu bisnis selalu
membutuhykan penanam modal untuk menjalankan usahanya.

c. Konsumen

Konsumen akan menikmati hasil dari sutu proses bisnis.tidak langs Secara tidak langsung konsumen juga
turut andil dalam penilaian suatu bisnis,apakah bisnis tersebut berhasil atau tidak.

d. Para penjual (supplier/distributor)

Dalam suatu bisnis tidak lepas dalam hal pemasaran. Sehingga supplier membantu berjalanya suatu
bisnis untuk menyalurkan hasil dari suatu bisnis kepada konsumen.

e. Kelompok masyarakat

Dalam aktifitas sehari-hari pebisnis tidak lepas dari kelompok masyarakat, dimana mereka selalu terlibat
dalam bisnis tersebut.

f. Organisasi buruh

Para pelaku bisnis harus menjalin hubungan yang baik dengan organisasi buruh agar kesejahteraan
buruh dengan opersional bisnis dapat berjalan seimbang.

g. Para pekerja

Di sini para pekerja merupakan SDM yang menunjang dan merupakan faktor terpenting dalam
menjalankan suatu usaha.

h. Organisasi bisnis

Suatu pelaku bisnis tidak akan pernah terlepas dari pelaku bisnis lain karena dalam pencapaian
usahanya para pelaku bisnis melakukan pembaharuan.

i. Dunia pengetahuan

Bisnis dalam perkembangannya dipengaruhi oleh kemajuan-kemajuan dalam ilmu pengetahuan.

3.2 Etika

3.2.1 Pengertian Etika

Etika adalah suatu pedoman berperilaku baik dan benar (perilaku etis dan tidak etis) yang berlaku di
masyarakat. (Ricky W.Grifin, RONALD J. EBERT,2006:58)

3.2.2 Macam-Macam Etika

Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau etis, yaitu
sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia disebut etis, ialah manusia secara utuh dan
menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan
pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhluk
berdiri sendiri dengan penciptanya. Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang
dikaitkan dengan etika, terdapat dua macam etika (Keraf: 1991: 23), sebagai berikut:

a. Etika Deskriptif

Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang
dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut
berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu
fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang
kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan
kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.

b. Etika Normatif

Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia
atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi
Etika Normatif merupakan normanorma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan
menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di
masyarakat.

3.3 Etika Bisnis

3.3.1 Pengertian Etika Bisnis

Etika bisnis merupakan suatu aturan yang melandasi perilaku para pelaku bisnis dalam berbisnis. Banyak
perusahaan yang kurang sukses dalam berusaha dikarenakan kurang mengindahkan etika bisnis
terhadap pelaku-pelaku yang terkait. Dalam hal ini peran manager sangat penting dalam mengambil
keputusan-keputusan bisnis yang etis.

3.3.2 Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perilaku Bisnis

Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perilaku bisnis yang dapat di jabarkan sebagai
berikut :

a. Lingkungan Bisnis
Sebagai eksekutif perusahaan harus pandai mengambil keputusan etis yang tidak merugikan keputusan
perusahaan. Seringkali para eksekutif perusahaan dihadapkan pada suatu dilema yang menekannya.
Dipihak lain, eksekutif perusahaan harus bertanggung jawab terhadap masyarakat agar kualitas product
atau jasa terjaga.

b. Organisasi

Anggota organisasi salaing mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Dilain pihak organisasi
terhadap individu harus berperilaku etis.

c. Individu

Dalam bekerja individu harus memiliki tanggung jawab moral terhadap pekerjaannya dengan menjaga
kehormatan profesinya, disini individu memiliki kode etik tertentu dalam pekerjaannya. Antara lain :

- Untuk menjaga keselarasan dan konsistensi antara gaya menejemen strategis dan kebijakan
dalam pengembangan usaha di satu pihak dengan pengembangan sosial ekonomi dipihak lain.

- Untuk menciptakan iklim usaha yang bergairah dan suasana persaingan yang sehat.

- Untuk mewujudkan integeritas perusahaan terhadap lingkunga, masyarakat, dan pemerinta.

- Untuk menciptakan ketenangan, kenyamanan, dan keamanan batin bagi pemiliki perusahaan atau
investor serta bagi para karyawan.

- Untuk dapat mengangkat harkat perusahaan nasional di dunia perdagangan internasional.

3.3.3 Etika Dalam Berinteraksi

a. Interaksi dengan konsumen / pelanggan

Dalam aktifitasnya perusahaan harus memberikan layanan yang maksimal dan menghindari kesalahan
serta kecurangan. Sehingga antara produsen dan konsumen dapat berhubungan dengan baik.

b. Interaksi dengan pesaing

Sebagai seorang pengusaha dalam kegiatan sehari-hari harus menjaga baik hubungannnya dengan
produsen lain. Diharapakan antar produsen tidak terjadi benturan-benturan kepentingan antar
keduanya. Contohnya, perebutan tenaga kerja atau manager professional oleh pengusaha.

c. Interaksi dengan Lembaga-lembaga Keuangan

Hubungan ini berkaitan dengan penyusunan Laporan Finansial. Laporan ini harus disusun secara baik
dan benar sehingga tidak terjadi kecenderungan kearah penggelapan.

d. Interaksi dengan karyawan


Di dalam kegiatan sehari-hari perusahaan harus menjalin hubungan dengan karyawanya dengan baik.
Perusahaan memeberlakukan karyawanya dengan etika yang baik. Dalam memajukan bisnisnya jangan
sampai karyawan dijadikan sasaran dalam mencari keuntungan yang maksimal.

e. Interaksi dengan investor

Perusahaan harus menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari bisnisnya kepada para investor.
Informasi yang tidak jujur akan menjerumuskan para investornya untuk mengambil keputusan yang
keliru. Oleh karena itu calon pemodal yang ingin membeli saham haruslah diberi informasi secar lengkap
dan benar terhadap prospek perusahaan. Janganlah sampai terjadi adanya manipulasi atau penipuan
terhadap informasi terhadap hal ini.

3.3.4 Manfaat Etika Bisnis

Adapun manfaat perusahaan berperilaku etis adalah:

a. Perusahaan yang etis dan memiliki tanggung jawab social mendapatkan rasa hormat dari
steakholder

b. Kerangka kerja yang kokoh memandu manager dan karyawan perusahaan sewaktu berhadapan
dengan rumitnya pekerjaan dan tantangan jaringan kerja yang semakin komplek

c. Suatau perusahaan akan terhindar dari seluruh pengaruh yang merusak berkaitan dengan
reputasi

d. Banyak perusahaan yang menerapkan perilaku etis dan tanggung jawab soial dapat menambah
uang dalam bisnis mereka.

3.3.5 Prinsip-Prinsip Etika Bisnis

Menurut salah satu sumber yang penulis kutip ada lima prinsip etika bisnis menurut Keraf (1994:71-75)
diantaranya adalah :

a. Prinsip Otonomi.

Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri.
Bertindak secara otonom mengandaikan adanya kebebasan mengambil keputusan dan bertindak
menurut keputusan itu. Otonomi juga mengandaikan adanya tanggung jawab. Dalam dunia bisnis,
tanggung jawab seseorang meliputi tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, pemilik perusahaan,
konsumen, pemerintah, dan masyarakat.

b. Prinsip Kejujuran.
Prinsip kejujuran meliputi pemenuhan syarat-syarat perjanjian atau kontrak, mutu barang atau jasa yang
ditawarkan, dan hubungan kerja dalam perusahaan. Prinsip ini paling problematik karena masih banyak
pelaku bisnis melakukan penipuan.

c. Prinsip Tidak Berbuat Jahat dan Berbuat Baik.

Prinsip ini mengarahkan agar kita secara aktif dan maksimal berbuat baik atau menguntungkan orang
lain, dan apabila hal itu tidak bisa dilakukan, kita minimal tidak melakukan sesuatu yang merugikan
orang lain atau mitra bisnis.

d. Prinsip Keadilan.

Prinsip ini menuntut agar kita memberikan apa yang menjadi hak seseorang di mana prestasi dibalas
dengan kontra prestasi yang sama nilainya.

e. Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri.

Prinsip ini mengarahkan agar kita memperlakukan seseorang sebagaimana kita ingin diperlakukan dan
tidak akan memperlakukan orang lain sebagaimana kita tidak ingin diperlakukan.

3.3.6 Etik Bisnis Mempengaruhi Keputusan Bisnis

Dalam keadaan seller’s market, artinya pasar dikuasai oleh penjual, dimana penjual yang berkuasa, etik
bisnis kurang diperhatikan. Keadaan seller’s market ditemukan pada Negara-negara yang belum maju,
barang dan jasa yang ditawarkan masih langka, sehingga para konsumen tidak dapat melakukan pilihan,
para penjual dan produsen tidak memperhatika selera komsumen dan tidak memperhatikan servis yang
memuaskan konsumen. Akibat yang berlarut-larut dari keadaan ini maka timbulah gerakan
konsumerisme.

Akhirnya pemerintah harus turun tangan menyelesaikan masalah ini dengan membuat berbagai
peraturan melindungi konsumen dan memaksakan berlakunya etik dalam bisnis.

Beberapa contoh etika bisnis dalam praktek sehari-hari adalah sebagai berikut.

a. Dalam hubungan antara bisnis dengan konsumen suka digunakan promosi yang menyesatka atau
bahkan menipu konsumen. Dalam ukuran seringkali digunakan ukuran yang sudah tidak valid, sehingga
berat suatu barang tidak sesuai berat yang sebenarnya.

b. Promosi untuk barang yang membahayakan kesehatan masyarakat, seperti alcohol, dan rokok.
Masalah ini sudah ditangani oleh pihak pemerintah.

c. Ada perusahaan besar mencoba menekan perusahaan kecil, atau menekan pihak pemasok agar
mau menekan harga atau member korting lebih besar, jika tidak perusaan tidak akan membeli ari
pemasok tersebut. Atau sebaliknya pihak pemasok besar mencoba menekan perusahaan kecil, agar
membeli barangnya dengan harga semaunya pemasok, jika tidak barang tidak akan dikirim.
d. Promosi atau seponsor yng dilakukan oleh pihak rumah sakit, dokter atau pengacara sampai saat
in memang masih belum terlihat dan ini merupakan salah satu etika bisnis dalam bidang kesehatan.

e. Kadang-kadang perusahaan memainkan trik-trik kotor dengan menyebarkan berita buruk tentang
perusahaan saingannya dengan tujuan ingin menjatuhkan perusahaan saingan tersebut.

3.4 Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab Sosial Suatu Bisnis

3.4.1 Pengertian Tanggung Jawab Sosial

Tanggung jawab sosial suatu bisnis atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen usaha
untuk beroperasi secara legal dan etis yang berkonstribusi pada peningkatan kualitas kehidupan
karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas dalam kerangka mmewujudkan
pembangunan berkelanjutan.

3.4.2 Bentuk-Bentuk Tanggung Sosial

Beberapa bentuk pelaksanaan tanggung jawab social suatu bisnis yang dapat atau telah dilakukan oleh
beberapa pengusaha khususnya di Indonesia dapat kita sebutkan disini yaitu:

a. Pelaksanaan Hubungan Industrial Pancasila (HIP)

Kebanyakan pengusaha telah melaksanakan HIP dalam bentuk Kesempatan Kerja Bersama (KKB). KKB
merupakan sebuah pedoman tentang hubungan antara pengusaha dengan para pekerja atau karyawan
perusahaan yang biasanya dituangkan dalam sebuah buku. Dalam KKB diadakan berbagai ketentuan
tentang hak-hak serta kewajiban karyawan. Kewajiban karyawan tentu saja sudah jelas yaitu
melaksanakan tugas pekerjaan yang ditugaskannya bagi masing-masing karyawan sesuai dengan
jabatannya. Sedangkan hak-hak karyawan, meliputi: cuti, tunjangan hari raya, dan pakaian kerja.

b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/ atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Dasar hukum AMDAL adalah PP No.27/ 1999 yang didukung
oleh paket keputusan menteri lingkungan hidup tentang jenis usaha dan/ atau kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan AMDAL dan keputusan kepala BAPEDAL tentang pedoman penentuan dampak besar
dan penting.

Tujuan dan sasaran AMDAL adalah untuk menjamin suatu usaha atau kegiatan pembangunan dapat
berjalan secara berkesinambungan tanpa merusak lingkungan hidup. Dengan melalui studi AMDAL
diharapkan usah dan / atau kegiatan pembangunan dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya
alam secara efisien, meminimumkan dampak negatip dan memaksimalkan dampak positip terhadap
lingkungan hidup.

Umumnya yang bertanggung jawab terhadap koordinasi proses pelaksanaan AMDAL adalah BAPEDAL
(Badan Pengendalian Dampak Lingkungan).
Banyak pengusaha telah melakukan AMDAL dalam melaksanakan kegiatan bisnisnya. Wujud nyata dari
amdal tercemin dalam pelaksanaan pengolahan limbah industry sedemikian rupa sehingga limbah
tersebut menjadi tidak menggangu lingkungan. Namun masih banyak pula pengusaha yang belum
menyadari akan tanggung jawabnya terhadap pengolahan limbah industry.

c. Penerapan Prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Penerapan prinsip K3 telah banyak dilaksanakan oleh pengusaha. Guna menjalankan praktik K3 tentu
saja memerlukan banyak peralatan pelindung bagi para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya baik
berupa topi pengaman, masker, dan sebagainya. Biasanya perusahaan yang telah berhasil menjalankan
proses produksinya dengan prinsip K3 akan memperoleh penghargaan yang berupa ”ZERO ACCIDENT”.

d. Perkebunan Inti Rakyat (PIR)

Sistem perkebunan yang melibatkan perkebunan besar milik Negara dan kecil milik rakyat. Perkebunan
besar berfungsi sebagai inti dan motor penggerak perkebunan dimana semua bahan bakunya diambil
dari perkebunan kecil disekitarnya.

e. Sistem Bapak Anak- Anak angkat

Sistem ini melibatkan pengusaha besar yang mengangkat pengusaha kecil atau menengah sebagai mitra
kerja yang harus mereka bina. Terkadang hal ini menyebabkan masalah kepada pengusaha besar, oleh
karena itu dibutuhkan kesadaran tinggi dalam pelaksanaannya.

Sebagian besar perusahaan berusaha untuk bertanggung jawab kepada pihak yang ber kepentingan atas
mereka, pertama-tama berfokus pada 5 kelompok utama, yaitu pelanggan, karyawan, investor,
pemasok, dan komunitas lokal. Kemudian mereka dapat memilih pihak berkepentingan lainnya yang
relevan atau penting bagi organisasinya dan mencoba memenuhi kebutuhan dan pengharapan mereka.
Di bawah ini beberapa bentuk tanggung jawab perusahaan yaitu :

a. Tanggung jawab terhadap pelanggan

Bisnis yang bertanggung jawab terhadap pelanggan mereka berusaha melayani pelanggannya secara
wajar dan jujur. Mereka juga mencari cara untuk menetapkan harga secara wajar, menghargai garansi,
memenuhi komitmen pengiriman pesanan dan mempertahankan kualitas produk yang mereka jual.

b. Tanggung jawab terhadap karyawan

Bisnis yang bertanggung jawab secara sosial terhadap pekerjaannya memperlakukan karyawan dengan
adil, menganggap pekerja sebagai tim, dan menghormati harga diri dan kebutuhan dasar manusiawi
mereka.
c. Tanggung jawab terhadap investor

Untuk mempertahankan sikap mental dan tanggung jawab sosial terhadap para investor, para manager
harus mengikuti prosedur akuntansi yang pantas, memberikan informasi yang tepat kepada pihak
berkepentingan mengenai kinerja keuangan perusahaan dan mengelola perusahaan untuk melindungi
hak-hak dan investasi para pemegang saham.

d. Tanggung jawab terhadap pemasok

Hubungan dengan para pemasok harus dikelola dengan hati-hati, terkadang perusahaan besar mudah
untuk memanfaatkan pemasok dengan menentukan jadwal pengantaran yang tidak realistis dan
mengurangi margin laba denagan cara menekan harga serendah mungkin. Namun banyak perusahaan
yang mengakui pentingnya perjanjian persekutuan yang saling menguntungkan dengan pemasoknya.
Sehingga antara perusahaan dengan pemasok memiliki hubungan yang baik.

e. Tanggung jawab terhadap komunitas lokal atau masyarakat

Perusahaan harus peduli terhadap maasalah sosial pemeliharaan lingkungan. Hal inin tidak berarti
bahwa perusahaan boleh mengabaikan tanggung jawab kepada 2 pihak berkepentingan terhadap bisnis
lain. Tanggung jawab perusahaan terhadap stakeholders harus seimbang.

Apabila lingkungan sekitar perusahaan tercemar dan tidak sehat, perusahaan dengan sendirinya akan
terkena dampaknya. Dampak tersebut bisa beruapa turunnya kondisi kesehatan karyawan, ketidak
hadiran karyawan yang akan mempengaruhi koperasi perusahaan dan mempengaruhi kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba.

3.5 Masalah Polusi

Dalam setiap kegiatan perusahaan muncul masalah lain yaitu masalah polusi yang ditimbulkan oleh
proses produksi, bahayanya polusi ini dapat mengancam kehidupan umat manusia, berupa polusi udara,
polusi air, dan polusi tanah.

Kecemasan terhadap masalah memang sangat membahayakan akibatnya seperti hujan asam akan
mematikan tanaman dan manusi sendiri, mengeringkan tanah, lubang ozon menyebabkan sinar UV
matahari langsung menenbus permukaan bumi tanpa ada filter udara, pemanasan makin tinggi dan
mengancam kota-kota besar dipinggir pantai. Polusi disebabkan oleh bahan bakar minyak yang
menggunakan timah hitam.

Usaha Pemerintah Mengatasi Polusi

- Melakuakn daur ulang air

- Menyaring asap pabrik

- Memeriksa kenalpot motor dan mobil

- Pembatasan penebangan hutan


- Reboisasi

Usaha Dunia Bisnis Mengurangi Polusi

- Memeperhatikan konservasi alam

- Tidak boros menggunakan sumber-sumber

- Green marketing (daur ulang pembungkus)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

a. Sistem bisnis yang komplek merupaka hubungan antara bisnis dengan hal-hal yang terkait, yaitu:
pemerintah, penanam modal, konsumen, para penjual, kelompok masyarakat, organisasi buruh, para
pekerja, organisasi bisnis, dunia pengetahuan.

b. Etika adalah suatu pedoman berperilaku baik dan benar (perilaku etis dan tidak etis) yang berlaku
di masyarakat.

c. Etika terdiri dari dua maca, yaitu:

- Etika Deskriptif, yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta
apa yang dikejar oleh setiap orang dalam setiap hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai.

- Etika Normatif, menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh
manusia atau apa yang dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini.

d. Etika bisnis merupakan suatu aturan yang melandasi perilaku suatu pelaku bisnis.

e. faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku bisnis adalah lingkungan bisnis, organisasi, dan
individu.

f. Etika dalam berinteraksi meliputi etika interaksi dengan konsumen, pesaing, lembaga-lembaga
keuangan, karyawan, dan investor.

g. Manfaat dari etika bisnis adalah

- Mendapatkan rasa hormat dari stakeholder,


- Memandu perusahaan suatu berhadapan dengan rumitnya pekerjaan dan tantangan jaringan kerja
yang semakin kompleks,

- Terhindar dari seluruh pengaruh yang merusak berkaitan dengan reputasi,

- Dapat menambah uang dalam bisnis.

h. Prinsip-prinsip etika bisnis terdiri dari:

- Prinsip Otonomi, sikap dan kemampuan untuk bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri.

- Prinsip Kejujuran, meliputi syarat-syarat perjanjian atau kontrak, mutu barang atau jasa yang
ditawarkan, dan hubungan kerja dalam perusahaan. Prinsip ini paling problematik karena masih banyak
pelaku bisnis melakukan penipuan.

- Prinsip Tidak, prinsip ini mengarahkan agar kita secara aktif dan maksimal berbuat baik atau
menguntungkan orang lain, dan apabila hal itu tidak bisa dilakukan, kita minimal tidak melakukan
sesuatu yang merugikan orang lain atau mitra bisnis.

- Prinsip Keadilan, Prinsip ini menuntut agar kita memberikan apa yang menjadi hak seseorang di
mana prestasi dibalas dengan kontra prestasi yang sama nilainya.

- Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri, prinsip ini mengarahkan agar kita memperlakukan seseorang
sebagaimana kita ingin diperlakukan dan tidak akan memperlakukan orang lain sebagaimana kita tidak
ingin diperlakukan.

i. Dalam keadaan seller’s market, artinya pasar dikuasai oleh penjual, dimana penjual yang
berkuasa, etik bisnis kurang diperhatikan. Keadaan seller’s market ditemukan pada Negara-negara yang
belum maju, barang dan jasa yang ditawarkan masih langka, sehingga para konsumen tidak dapat
melakukan pilihan, para penjual dan produsen tidak memperhatika selera komsumen dan tidak
memperhatikan servis yang memuaskan konsumen. Akibat yang berlarut-larut dari keadaan ini maka
timbulah gerakan konsumerisme.

j. Tanggung jawab sosial suatu bisnis atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen
usaha untuk beroperasi secara legal dan etis yang berkonstribusi pada peningkatan kualitas kehidupan
karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas dalam kerangka mmewujudkan
pembangunan berkelanjutan.

k. Beberapa bentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial bisnis adala sebagai berikut:

- Pelaksanaan hubungan industrial Pancasila (HIP), pengusaha melakukan kesempatan kerja bersama
(KKB. KKB merupakan sebuah pedoman tentang hubungan antara pengusaha dengan para pekerja atau
karyawan perusahaan yang biasanya dituangkan dalam sebuah buku.
- Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), merupakan kajian mengenai dampak besar dan
penting suatu usaha dan/ atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/ atau kegiatan.

- Penerapan Prinsip Kesehatan dan Penerapan Keselamatan Kerja (K3), Guna menjalankan praktik K3
tentu saja memerlukan banyak peralatan pelindung bagi para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya
baik berupa topi pengaman, masker, dan sebagainya. Biasanya perusahaan yang telah berhasil
menjalankan proses produksinya dengan prinsip K3 akan memperoleh penghargaan yang berupa ”ZERO
ACCIDENT”.

- Perkebunan Inti Rakyat (PIR), Sistem perkebunan yang melibatkan perkebunan besar milik Negara
dan kecil milik rakyat.

- Sistem Bapak Anak-anak angkat, sistem ini melibatkan pengusaha besar yang mengangkat
pengusaha kecil atau menengah sebagai mitra kerja yang harus mereka bina.

l. Beberapa bentuk tanggung jawab perusahaan yaitu, tanggung jawab terhadap pelanggan,
terhadap karyawan, terhadap investor, terhadap pemasok, dan terhadap komunitas lokal atau
masyarakat.

m. Dalam setiap kegiatan usaha muncul masalah lain, yaitu maslah polusi yang ditimbulkan oleh
proses produksi, bahayanya polusi ini dapat mengancam kehidupan umat manusia, berupa polusi udara,
polusi air, dan polusi tanah.

https://kumpulan-materi-kuliahku.blogspot.com/2016/07/makalah-tanggung-jawab-sosial-suatu.html

http://makalahterbaruku.blogspot.com/2017/12/makalah-etika-bisnis-tanggung-jawab.html

Anda mungkin juga menyukai