Oleh :
Dewi Fadila
MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan dalam proses pembuatan makalah ini. Makalah yang berjudul “ETIKA
BISNIS DAN PENGRUSAKAN LINGKUNGAN STUDI KASUS PADA
LUMPUR LAPINDO BRANTAS SIDOARJO”.
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah Etika Bisnis dan memberikan penjelasan mengenai etika bisnis dan
dampak lumpur lapindo serta upaya pencegahan yang harus dilakukan oleh PT.
Lapindo Brantas dan pemerintah supaya bencana lumpur lapindo tidak terulang
lagi.
Dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini, tidak lupa kami
mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas makalah ini sehinggga makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kritik dan saran sangat kami harapkan agar nantinya dapat membuat
makalah yang lebih baik lagi. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Wassalammu’alaikum Wr.Wb
Penulis
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
Negara Indonesia memiliki teritorial atau wilayah yang sangat luas meliputi
ribuan pulau - pulau (kecil maupun besar) sehingga negara Indonesia disebut
sebagai “Zamrud Khatulistiwa”. Banyaknya kepulauan - kepulauan ini dapat
memberikan variasi budaya, adat-istiadat, bahasa pada setiap daerah atau kepulauan
yang ada di negara Indonesia. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia
yang merupakan sebagai bahasa nasional, sehingga negara Indonesia menjadi
negara kesatuan.
Begitupun dengan bervariasinya budaya, sumber daya alam yang ada pada
negara Indonesia pun bervariasi yang dapat dimanfaatkan sebagai pusat atau sumber
energi. Sumber energi yang untuk memenuhi segala kebutuhan pasar global (untuk
kebutuhan negara lain (eksport) maupun kebutuhan lokal atau dalam negeri).
Kepulauan-kepulauan di Indonesia sendiri banyak mengandung sumber daya alam
(SDA) yang meliputi gas, minyak bumi, logam, batubara, dan lain-lain.
Sumber daya alam ini dapat bersifat menguntungkan dan merugikan. Jika
sumber daya alam ini disalahgunakan, maka sumber daya alam akan berakibat fatal
dan merugikan segala pihak, dan sebaliknya. Dan ini terjadi pada bencana Lumpur
Lapindo Brantas Sidoarjo-Jawa Timur. Tragedi lumpur panas lapindo merupakan
bencana alam sekaligus tragedi kemanusiaan era modern. Lumpur panas lapindo,
pada mulanya muncul pada kurun tahun 2006 yang diakibatkan oleh human error
ketika dilakukannya eksplorasi minyak dan gas oleh PT. Lapindo Brantas. Menurut
data yang dihimpun dari perpustakaan Bappenas, total kerugian dari aspek ekonomi
mencapai Rp. 78,4 trilliun dan secara sosial menyebabkan hilangnya pemukiman
penduduk, lapangan pekerjaan, sekaligus struktur sosial masyarakat.
3
Surabaya-Gempol yang harus ditutup karena semua tergenang lumpur panas.
Semburan lumpur panas di kabupaten Sidoarjo sampai saat ini belum juga bisa
teratasi. Semburan yang akhirnya membentuk kubangan lumpur panas ini telah
memporak-porandakan sumber-sumber penghidupan warga setempat dan
sekitarnya.
Dalam kurun waktu 2006-2018, pemerintah serta pihak swasta dalam hal ini
PT. Lapindo Brantas telah memberikan berbagai solusi untuk menanggulangi
dampak masif kepada korban di area terdampak lumpur panas lapindo. Bantuan
tersebut kemudian secara resmi dilaksanakan oleh Badan Penanggulangan Lumpur
Sidoarjo (BPLS) sebagai perpanjangan tangan pemerintah dan PT. Lapindo Brantas.
Adapun bantuan yang didistribusikan oleh BPLS antara lain ganti rugi lahan pada
area terdampak baik berupa uang tunai ataupun rumah siap huni. Akan tetapi,
bantuan yang dialokasikan oleh BPLS tidak serta merta menyelesaikan berbagai
masyarakat korban lumpur panas lapindo. Menurut Arifin et al (2016), hal tersebut
didasarkan pada faktor-faktor sosiologis, dimana dampak luapan lumpur lapindo
turut menghilangkan interaksi sosial, struktur sosial, dan fungsi sosial dalam
masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang etika bisnis
dan pengrusakan lingkungan yang disebabkan kelalaian PT. Lapindo Brantas dalam
mengeksplorasi minyak dan gas sehingga menyebabkan bencana lumpur lapindo di
Sidoarjo yang hingga kini belum juga dapat teratasi.
Adapun di dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menemukan beberapa masalah,
yaitu:
4
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Etika bisnis adalah suatu pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan
pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara
universal (Muslich, 2004:9). Etika bisnis merupakan aturan tidak tertulis mengenai
cara menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku dan tidak
tergantung pada kedudukan individu atau-pun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan
hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang
tidak diatur oleh ketentuan hukum (Bertens, 2000).
Menurut Bertens (2000) terdapat tiga aspek dan sudut pandang pokok dari
bisnis, yaitu:
6
Seperti etika, hukum juga merupakan sudut pandang normatif, karena
menetapkan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
a. Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi menunjukkan sikap kemandirian, kebebasan, dan tanggung
jawab. Orang yang mandiri berarti orang yang dapat mengambil suatu
keputusan dan melaksanakan tindakan berdasarkan kemampuan sendiri
sesuai dengan apa yang diyakininya, bebas dari tekanan, hasutan, dan
ketergantungan kepada pihak lain.
b. Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran menanamkan sikap bahwa apa yang dipikirkan adalah
apa yang dikatakan, dan apa yang dikatakan adalah yang dikerjakan.
Prinsip ini juga menyiratkan kepatuhan dalam melaksanakan berbagai
komitmen, kontrak, dan perjanjian yang telah disepakati.
c. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menanamkan sikap untuk memperlakukan semua pihak
secara adil, yaitu suatu sikap yang tidak membeda-bedakan dari berbagai
aspek baik dari aspek ekonomi, hukum, maupun aspek lainnya.
d. Prinsip saling Menguntungkan
Prinsip saling menguntungkan menanamkan kesadaran bahwa dalam
berbisnis perlu ditanamkan prinsip win-win solution, artinya dalam setiap
keputusan dan tindakan bisnis harus diusahakan agar semua pihak merasa
diuntungkan.
e. Prinsip Integritas Moral
Prinsip integritas moral adalah prinsip untuk tidak merugikan orang lain
dalam segala keputusan dan tindakan bisnis yang diambil. Prinsip ini
dilandasi oleh kesadaran bahwa setiap orang harus dihormati harkat dan
martabatnya.
7
2.1.3 Manfaat Etika Bisnis
Perilaku Etis penting diperlukan untuk sukses jangka panjang dalam sebuah
bisnis. Oleh karena itu, bisnis seringkali menetapkan pilihan strategis berdasarkan
nilai dimana pilihan tersebut didasarkan atas keuntungan dan kelangsungan hidup
perusahaan. Manfaat etika bisnis dalam kelangsungan perusahaan adalah sebagai
berikut (Muslich, 2004:60-61):
1. Tugas utama etika bisnis dipusatkan pada upaya mencari cara untuk
menyelaraskan kepentingan strategis suatu bisnis dengan tuntunan
moralitas.
8
The World Resources Institute (WRI), UNEP (United Nations Environment
Programme), UNDP (United Nations Development Programme), dan Bank
Dunia telah melaporkan tentang pentingnya lingkungan dan kaitannya
dengan kesehatan manusia, pada tanggal 1 Mei 1998.
Resiko perusakan lingkungan yang terjadi baik itu sengaja maupun tidak
sengaja merupakan dampak penghancuran lingkungan yang terjadi akibat ekspansi
suatu perusahan atau pelaku bisnis. Ada beberapa jenis sektor industri yang di
anggap dominan dalam memberikan pengaruh pada perusakan lingkungan, yaitu:
a. Sektor pertambangan
b. Sektor Pabrik
c. Sektor Minyak dan Gas
d. Sektor Perhotelan dan real estate
PT. Lapindo Brantas pertama didirikan pada tahun 1996, setelah proses
kepemilikan sahamnya diambil alih dari perusahaan yang berbasis di Amerika
Serikat, Huffington Corporation, yang saat itu telah menandatangani perjanjian
Production Sharing Contract (PSC) dengan Blok Brantas di Jawa Timur untuk
9
jangka waktu 30 tahun. Dari tahun 1991 hingga 1996, PT. Lapindo Brantas
melakukan survei seismik dan kegiatan pemboran eksplorasi yang fokus pada
pengembangan Lapangan Gas Wunut, yang kemudian mulai berproduksi pada 25
Januari 1999. PT. Lapindo Brantas merupakan perusahaan swasta pertama di
Indonesia yang memproduksi gas di Lapangan Wunut. PT. Lapindo Brantas
kemudian bergabung dengan PT Energi Mega Persada di tahun 2004 sebelum
diambil alih oleh Minarak Labuan Co. Ltd. PT. Lapindo Brantas bergerak di bidang
usaha eksplorasi dan produksi migas di Indonesia yang beroperasi melalui skema
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di blok Brantas, Jawa Timur. LBI
melakukan eksplorasi secara komersil di 2 wilayah kerja (WK) di darat dan 3 WK
lepas pantai dan saat ini total luas WK Blok Brantas secara keseluruhan adalah
3.042km2.
10
KOMBINASI Gempa dan Pemboran sebagai penyebab, dan 16 (enam belas suara)
ahli menyatakan belum bisa mengambil opini. Dengan demikian suara terbanyak
untuk penyebab terjadinya bencana lumbur lapindo adalah pengeboran yang salah.
Setelah kedalaman 9297 kaki, akhirnya mata bor menyentuh batu gamping.
Lapindo mengira target formasi Kujung sudah tercapai, padahal yang dicapai hanya
menyentuh formasi Klitik saja. Batu gamping pada formasi Klitik sangat porous
(bolong-bolong). Akibatnya lumpur yang tadinya digunakan untuk melawan lumpur
formasi Pucangan hilang masuk ke lubang di batu gamping formasi Klitik atau
circulation loss sehingga Lapindo kehilangan/kehabisan lumpur di permukaan.
11
tadi & berhasil. Inilah mengapa surface blowout terjadi di berbagai tempat di sekitar
area sumur, bukan di sumur itu sendiri.
12
Dampak PAH yang ada dalam lumpur lapindo terhadap masyarakat dan
lingkungan sekitar mungkin tidak akan dirasakan sekarang, namun akan
dapat dirasakan pada jangka waktu lima sampai sepuluh tahun mendatang.
Selain itu perlu juga diwaspadai bahwa ternyata lumpur Lapindo dan
sedimen Sungai Porong kadar timbal-nya sangat besar yaitu mencapai 146
kali dari ambang batas yang telah ditentukan.
13
api, dan rumah penduduk. Ada tiga tim ahli yang dibentuk untuk menyelesaikan
masalah bencana lumpur lapindo. Tiap tim terdiri dari perwakilan PT. Lapindo
Brantas, pemerintah dan sejumlah ahli dari beberapa universitas terkemuka. Tim ini
dibentuk untuk menyelamatkan penduduk sekitar, menjaga infrastuktur, dan
menangai semburan lumpur dengan resiko lingkungan terkecil. Seluruh biaya yang
diperlukan untuk pelaksanaan tugas tiap tim akan ditanggung oleh PT. Lapindo
Brantas.
Selain itu PT. Lapindo Brantas juga harus memberikan ganti rugi bagi para
korban. PT. Lapindo Brantas berkewajiban untuk membayar sebanyak 13.237
berkas. Saat ini masih ada 3.348 berkas dengan total pembayaran 786 milyar yang
masih belum tertangani. Dengan kata lain sebanyak 75 persen dari berkas yang ada
telah dilunasi. PT. Lapindo Brantas telah mengeluarkan dana sebanyak 8 triliun,
dimana 5 triliun digunakan untuk penanganan semburan lumpur lapindo dan triliun
digunakan untuk pembayaran aset warga.
14
sekaligus mempersiapkan alternatif penanganan yang lain, seperti pembentukan
lahan basah (rawa) baru di kawasan pantai Kabupaten Sidoardjo.
15
BAB III
3.1 Kesimpulan
1. Bencana lumpur lapindo ini disebabkan oleh kelalaian yang dilakukan oleh
Lapindo Brantas Inc. Pihak Lapindo Brantas Inc tidak melakukan
pemasangan casing sesuai dengan spesifikasi standar teknis pengeboran,
sehingga mengakibatkan terjadinya blow out atau semburan lumpur.
2. Jika dilihat dari sisi etika bisnis, apa yang dilakukan oleh PT. Lapindo
Berantas telah melanggar etika dalam berbisnis. Dimana PT. Lapindo
Brantas telah melakukan eksploitasi yang berlebihan dan melakukan
kelalaian hingga menyebabkan terjadinya bencana besar yang mengakibatkan
kerusakan parah pada lingkungan dan sosial.
3. Bencana lumpur lapindo ini memberikan banyak dampak pada aktivitas
perekonomian di masyarakat Sidoarjo. Banyak warga yang kehilangan
tempat tinggal, lapangan pekerjaan, dan sarana pendidikan. Bukan hanya itu,
warga sekitar juga kesulitan untuk mendapatkan air bersih, listrik, dan
jaringan telepon.
4. Pemerintah dan PT Lapindo Brantas bekerjasama dalam melakukan upaya
penyelesaian lumpur lapindo. PT Lapindo Brantas telah melakukan 75%
pembayaran ganti rugi terhadap warga. Pemerintah telah menempuh
beberapa kebijakan guna mengatasi luapan lumpur dan telah mengusahakan
ganti rugi dan kewajiban finansial lain kepada warga Sidoarjo yang menjadi
korban luapan lumpur.
3.2 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Cenik & Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta: Salemba Empat.
Arifin, et al. 2016. Lumpur Panas Lapindo: Lahirnya Subyek Dan Perubahan
Sosial. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana.
Laporan Dampak Sosial Gunung Berapi Lumpur Lapindo. 2017. Lapindo Brantas,
Inc.
http://www.antaranews.com/berita/255667/pemerintah-bahas-lagi-penanganan-
lumpur-lapindo. Diakses tanggal 16/02/2018, pukul 19.30 WIB.
https://www.jurnal.id/id/blog/2017/pengertian-tujuan-dan-contoh-etika-bisnis-
dalam-perusahaan. Diakses tanggal 17/02/2018, pukul 20.34 WIB.
http://m.nasional.kompas.com/read/2010/05/31/084044/lumpur.lapindo.dan.hukum.
usang.1. Diakses tanggal 16/02/2018, pukul 19.37 WIB.
http://ramayana13.blogspot.co.id/2016/11/etika-bisnis-dan-perusakan-
lingkungan.html. Diakses tanggal 17/02/2018, pukul 21.12 WIB.
17