Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ETIKA BISNIS

ETIKA BISNIS DAN PENGRUSAKAN LINGKUNGAN

STUDI KASUS PADA LUMPUR LAPINDO BRANTAS SIDOARJO

Oleh :

Dewi Fadila

Surya Dharma Sudarman

MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2018
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan dalam proses pembuatan makalah ini. Makalah yang berjudul “ETIKA
BISNIS DAN PENGRUSAKAN LINGKUNGAN STUDI KASUS PADA
LUMPUR LAPINDO BRANTAS SIDOARJO”.
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah Etika Bisnis dan memberikan penjelasan mengenai etika bisnis dan
dampak lumpur lapindo serta upaya pencegahan yang harus dilakukan oleh PT.
Lapindo Brantas dan pemerintah supaya bencana lumpur lapindo tidak terulang
lagi.
Dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini, tidak lupa kami
mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas makalah ini sehinggga makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kritik dan saran sangat kami harapkan agar nantinya dapat membuat
makalah yang lebih baik lagi. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Wassalammu’alaikum Wr.Wb

Palembang, 18 Februari 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... 1

DAFTAR ISI .............................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................................... 3

1.2. Rumusan Masalah.............................................................................. 4

1.3. Tujuan Penulisan ............................................................................... 5

1.4. Manfaat Penulisan ............................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Etika Bisnis ..................................................................... 6

2.2. Pengrusakan Lingkungan Sebagai Pelanggaran Etika Bisnis ....... 8

2.3. Profil PT. Lapindo Brantas ............................................................... 9

2.4. Penyebab Bencana Lumpur Lapindo .............................................. 10

2.5. Dampak Bencana Lumpur Lapindo ................................................ 12

2.6. Penyelesaian Masalah Lumpur Lapindo ......................................... 13

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ......................................................................................... 16

3.2. Saran ................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 17

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia memiliki teritorial atau wilayah yang sangat luas meliputi
ribuan pulau - pulau (kecil maupun besar) sehingga negara Indonesia disebut
sebagai “Zamrud Khatulistiwa”. Banyaknya kepulauan - kepulauan ini dapat
memberikan variasi budaya, adat-istiadat, bahasa pada setiap daerah atau kepulauan
yang ada di negara Indonesia. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia
yang merupakan sebagai bahasa nasional, sehingga negara Indonesia menjadi
negara kesatuan.

Begitupun dengan bervariasinya budaya, sumber daya alam yang ada pada
negara Indonesia pun bervariasi yang dapat dimanfaatkan sebagai pusat atau sumber
energi. Sumber energi yang untuk memenuhi segala kebutuhan pasar global (untuk
kebutuhan negara lain (eksport) maupun kebutuhan lokal atau dalam negeri).
Kepulauan-kepulauan di Indonesia sendiri banyak mengandung sumber daya alam
(SDA) yang meliputi gas, minyak bumi, logam, batubara, dan lain-lain.

Sumber daya alam ini dapat bersifat menguntungkan dan merugikan. Jika
sumber daya alam ini disalahgunakan, maka sumber daya alam akan berakibat fatal
dan merugikan segala pihak, dan sebaliknya. Dan ini terjadi pada bencana Lumpur
Lapindo Brantas Sidoarjo-Jawa Timur. Tragedi lumpur panas lapindo merupakan
bencana alam sekaligus tragedi kemanusiaan era modern. Lumpur panas lapindo,
pada mulanya muncul pada kurun tahun 2006 yang diakibatkan oleh human error
ketika dilakukannya eksplorasi minyak dan gas oleh PT. Lapindo Brantas. Menurut
data yang dihimpun dari perpustakaan Bappenas, total kerugian dari aspek ekonomi
mencapai Rp. 78,4 trilliun dan secara sosial menyebabkan hilangnya pemukiman
penduduk, lapangan pekerjaan, sekaligus struktur sosial masyarakat.

Kompas edisi Senin (19/6/06), melaporkan, tak kurang 10 pabrik harus


tutup, dimana 90 hektar sawah dan pemukiman penduduk tak bisa digunakan dan
ditempati lagi, begitu pula dengan tambak-tambak bandeng, belum lagi jalan tol

3
Surabaya-Gempol yang harus ditutup karena semua tergenang lumpur panas.
Semburan lumpur panas di kabupaten Sidoarjo sampai saat ini belum juga bisa
teratasi. Semburan yang akhirnya membentuk kubangan lumpur panas ini telah
memporak-porandakan sumber-sumber penghidupan warga setempat dan
sekitarnya.

Dalam kurun waktu 2006-2018, pemerintah serta pihak swasta dalam hal ini
PT. Lapindo Brantas telah memberikan berbagai solusi untuk menanggulangi
dampak masif kepada korban di area terdampak lumpur panas lapindo. Bantuan
tersebut kemudian secara resmi dilaksanakan oleh Badan Penanggulangan Lumpur
Sidoarjo (BPLS) sebagai perpanjangan tangan pemerintah dan PT. Lapindo Brantas.
Adapun bantuan yang didistribusikan oleh BPLS antara lain ganti rugi lahan pada
area terdampak baik berupa uang tunai ataupun rumah siap huni. Akan tetapi,
bantuan yang dialokasikan oleh BPLS tidak serta merta menyelesaikan berbagai
masyarakat korban lumpur panas lapindo. Menurut Arifin et al (2016), hal tersebut
didasarkan pada faktor-faktor sosiologis, dimana dampak luapan lumpur lapindo
turut menghilangkan interaksi sosial, struktur sosial, dan fungsi sosial dalam
masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang etika bisnis
dan pengrusakan lingkungan yang disebabkan kelalaian PT. Lapindo Brantas dalam
mengeksplorasi minyak dan gas sehingga menyebabkan bencana lumpur lapindo di
Sidoarjo yang hingga kini belum juga dapat teratasi.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun di dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menemukan beberapa masalah,
yaitu:

1. Apakah yang menjadi penyebab terjadinya bencana lumpur lapindo?


2. Apakah PT. Lapindo Brantas telah melanggar etika bisnis karena telah
meyebabkan pengrusakan lingkungan yaitu bencana lumpur lapindo?
3. Apakah dampak yang diakibatkan oleh bencana lumpur lapindo pada
masyarakat dan aktivitas perekonomian di Sidoarjo?
4. Apakah yang dilakukan pemerintah dan PT. Lapindo Brantas untuk
menyelesaikan permasalahan bencana lumpur lapindo?

4
1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari adanya penulisan makalah ini, yaitu:

1. Mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya bencana lumpur lapindo


2. Mengetahui apa PT. Lapindo Brantas telah melanggar etika bisnis karena
telah meyebabkan pengrusakan lingkungan yaitu bencana lumpur lapindo
3. Mengetahui dampak yang diakibatkan oleh bencana lumpur lapindo pada
masyarakat dan aktivitas perekonomian di Sidoarjo
4. Mengetahui tindakan pemerintah dan Lapindo Brantas Inc untuk
menyelesaikan permasalahan bencana lumpur lapindo

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun makalah ini diharapkan membawa manfaat, sebagai berikut :

1. Dapat digunakan sebagai sumbangan bagi dunia Ilmu Pengetahuan dalam


menjelaskan materi yang berkaitan dengan masalah-masalah etika bisnis dan
pengrusakan lingkungan, khususnya di Indonesia.
2. Menjadi sumber pengetahuan bagi siapa saja yang ingin mengetahui tentang
“Lumpur Lapindo,Sidoarjo”.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika Bisnis

Etika bisnis adalah suatu pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan
pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara
universal (Muslich, 2004:9). Etika bisnis merupakan aturan tidak tertulis mengenai
cara menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku dan tidak
tergantung pada kedudukan individu atau-pun perusahaan di masyarakat.

Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan
hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang
tidak diatur oleh ketentuan hukum (Bertens, 2000).

2.1.1 Aspek dan Sudut Pandang Etika Bisnis

Menurut Bertens (2000) terdapat tiga aspek dan sudut pandang pokok dari
bisnis, yaitu:

1. Sudut pandang ekonomi, bisnis adalah kegiatan ekonomis, maksudnya


adalah adanya interaksi produsen/perusahaan dengan pekerja, produsen
dengan produsen dalam sebuah organisasi. Kegiatan antar manusia ini
adalah bertujuan untuk mencari untung oleh karena itu menjadi kegiatan
ekonomis. Pencarian keuntungan dalam bisnis tidak bersifat sepihak, tetapi
dilakukan melalui interaksi yang melibatkan berbagai pihak.
2. Sudut pandang etika, dalam bisnis berorientasi pada profit adalah sangat
wajar, akan tetapi jangan keuntungan yang diperoleh tersebut justru
merugikan pihak lain. Maksudnya adalah, semua yang kita lakukan harus
menghormati kepentingan dan hak orang lain.
3. Sudut pandang hukum, bisa dipastikan bahwa kegiatan bisnis juga terikat
dengan Hukum Dagang atau Hukum Bisnis, yang merupakan cabang
penting dari ilmu hukum modern. Dalam praktik hukum banyak masalah
timbul dalam hubungan bisnis pada taraf nasional maupun internasional.

6
Seperti etika, hukum juga merupakan sudut pandang normatif, karena
menetapkan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

2.1.2 Prinsip-prinsip Etika Bisnis

Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang bertujuan memberikan acuan cara


yang harus ditempuh oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya. Menurut Sonny
Keraf (1998), terdapat lima prinsip yang dijadikan titik tolak pedoman perilaku
dalam menjalankan praktik bisnis, yaitu (Agoes & Ardana, 2009:127-128):

a. Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi menunjukkan sikap kemandirian, kebebasan, dan tanggung
jawab. Orang yang mandiri berarti orang yang dapat mengambil suatu
keputusan dan melaksanakan tindakan berdasarkan kemampuan sendiri
sesuai dengan apa yang diyakininya, bebas dari tekanan, hasutan, dan
ketergantungan kepada pihak lain.
b. Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran menanamkan sikap bahwa apa yang dipikirkan adalah
apa yang dikatakan, dan apa yang dikatakan adalah yang dikerjakan.
Prinsip ini juga menyiratkan kepatuhan dalam melaksanakan berbagai
komitmen, kontrak, dan perjanjian yang telah disepakati.
c. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menanamkan sikap untuk memperlakukan semua pihak
secara adil, yaitu suatu sikap yang tidak membeda-bedakan dari berbagai
aspek baik dari aspek ekonomi, hukum, maupun aspek lainnya.
d. Prinsip saling Menguntungkan
Prinsip saling menguntungkan menanamkan kesadaran bahwa dalam
berbisnis perlu ditanamkan prinsip win-win solution, artinya dalam setiap
keputusan dan tindakan bisnis harus diusahakan agar semua pihak merasa
diuntungkan.
e. Prinsip Integritas Moral
Prinsip integritas moral adalah prinsip untuk tidak merugikan orang lain
dalam segala keputusan dan tindakan bisnis yang diambil. Prinsip ini
dilandasi oleh kesadaran bahwa setiap orang harus dihormati harkat dan
martabatnya.

7
2.1.3 Manfaat Etika Bisnis

Perilaku Etis penting diperlukan untuk sukses jangka panjang dalam sebuah
bisnis. Oleh karena itu, bisnis seringkali menetapkan pilihan strategis berdasarkan
nilai dimana pilihan tersebut didasarkan atas keuntungan dan kelangsungan hidup
perusahaan. Manfaat etika bisnis dalam kelangsungan perusahaan adalah sebagai
berikut (Muslich, 2004:60-61):

1. Tugas utama etika bisnis dipusatkan pada upaya mencari cara untuk
menyelaraskan kepentingan strategis suatu bisnis dengan tuntunan
moralitas.

2. Etika bisnis bertugas melakukan perubahan kesadaran masyarakat tentang


bisnis dengan memberikan suatu pemahaman yaitu bisnis tidak dapat
dipisahkan dari etika.

2.2 Pengrusakan Lingkungan sebagai Pelanggaran Etika Bisnis

Dunia industri sangat berpengaruh pada perusakan lingkungan, karna


kebanyakan pebisnis memiliki egoisme tinggi untuk mengejar keuntungan sebagai
dana investasi pengembangan bisnis. Seperti pabrik tekstil maupun pabrik kimia,
dengan buangan limbah pabrik telah mencemari lingkungan dalam bentuk air tanah
atau air sungai. Perusahaan telekomunikasi dengan pancaran radiasi sinyal yang
dihasilkan mampu menyebabkan efek pada kesehatan.

Menurut Sutjahjo Guru Besar Pertanian IPB, kerusakan lingkungan oleh


perusahaan sangatlah mencoreng etika dalam berbisnis, hal itu adalah contoh etika
bisnis yang buruk yang tidaklah pantas dilakukan oleh siapapun. Prinsip bisnis yang
baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan
berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan
dengan hukum dan peraturan yang berlaku, serta tentu memperhatikan dan menjaga
lingkungan hidup di sekitarnya.

Menurut Wikipedia, kerusakan lingkungan adalah deteriorasi lingkungan


dengan hilangnya sumber daya air, udara, dan tanah; kerusakan ekosistem dan
punahnya fauna liar. Kerusakan lingkungan adalah salah satu dari sepuluh ancaman
yang secara resmi diperingatkan oleh High Level Threat Panel dari PBB.

8
The World Resources Institute (WRI), UNEP (United Nations Environment
Programme), UNDP (United Nations Development Programme), dan Bank
Dunia telah melaporkan tentang pentingnya lingkungan dan kaitannya
dengan kesehatan manusia, pada tanggal 1 Mei 1998.

Resiko perusakan lingkungan yang terjadi baik itu sengaja maupun tidak
sengaja merupakan dampak penghancuran lingkungan yang terjadi akibat ekspansi
suatu perusahan atau pelaku bisnis. Ada beberapa jenis sektor industri yang di
anggap dominan dalam memberikan pengaruh pada perusakan lingkungan, yaitu:

a. Sektor pertambangan
b. Sektor Pabrik
c. Sektor Minyak dan Gas
d. Sektor Perhotelan dan real estate

Keempat sektor ini di anggap memiliki dominasi tinggi dalam mendukung


timbulnya pengaruh pada perusakan ligkungan. Ada beberapa solusi yang dapat di
terapkan dalam rangka menghindari terjadinya resiko lingkungan yaitu :

1. Perusahaan menganggarkan sejumlah dana untuk mengalokasikan guna


menyelesaikan berbagai permasalahan-permasalahan yang berhubungan
dengan resiko lingkungan ( environment risk).
2. Menerapkan konsep pembanguman yang berkesinambungan dengan alam
serta turut mengembangkan alam atau eco-development
3. Di bangunnya solusi konstruktif dalam bidang pengembangan lingkungan
4. Bagi sebuah perusahaan menempatkan suatu devisi khusus yang bertugas
menyelesaikan berbagai urusan yang berhubungan dengan environment risk
5. Pihak lembaga terkait memberikan penghargaan dalam bidang lingkungan

2.3 Profil PT. Lapindo Brantas

PT. Lapindo Brantas pertama didirikan pada tahun 1996, setelah proses
kepemilikan sahamnya diambil alih dari perusahaan yang berbasis di Amerika
Serikat, Huffington Corporation, yang saat itu telah menandatangani perjanjian
Production Sharing Contract (PSC) dengan Blok Brantas di Jawa Timur untuk

9
jangka waktu 30 tahun. Dari tahun 1991 hingga 1996, PT. Lapindo Brantas
melakukan survei seismik dan kegiatan pemboran eksplorasi yang fokus pada
pengembangan Lapangan Gas Wunut, yang kemudian mulai berproduksi pada 25
Januari 1999. PT. Lapindo Brantas merupakan perusahaan swasta pertama di
Indonesia yang memproduksi gas di Lapangan Wunut. PT. Lapindo Brantas
kemudian bergabung dengan PT Energi Mega Persada di tahun 2004 sebelum
diambil alih oleh Minarak Labuan Co. Ltd. PT. Lapindo Brantas bergerak di bidang
usaha eksplorasi dan produksi migas di Indonesia yang beroperasi melalui skema
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di blok Brantas, Jawa Timur. LBI
melakukan eksplorasi secara komersil di 2 wilayah kerja (WK) di darat dan 3 WK
lepas pantai dan saat ini total luas WK Blok Brantas secara keseluruhan adalah
3.042km2.

2.4 Penyebab Bencana Lumpur Lapindo

Dilansair dari sumber wikipedia, pada awalnya bencana lumpur lapindo


diperkirakan diakibatkan oleh adanya bencana gempa yang terjadi di Indonesia. Hal
ini didapat berdasarkan laporan yang ditulis oleh dua orang insinyur petroleum
terkemuka. Mereka adalah Maurice Dusseault PhD dari Universitas Waterloo,
Kanada dan Baldeo Singh, insinyur S3 dari Massachusetts Institute of Technology,
AS. Menurut mereka gempa dan gempa-gempa susulan di Yogyakarta serta dampak
yang ditimbulkannya merupakan kunci penyebab kejadian bencana lumpur lapindo
yang terjadi. Selain itu juga terdapat laporan dari Ralph Adams, insinyur asal
Kanada yang sudah berpengalaman 29 tahun dalam pengeboran minyak dan gas di
Indonesia. Adams menulis laporan Banjar Panji-1 Well Control Incident Report.
“Program pengeboran dan perubahan rangka sumur pengeboran bukan menjadi
penyebab letusan. (Semburan) dibuka oleh gempa besar kurang dari 24 jam sebelum
kena sumur,” tulisnya.

Namun dalam AAPG 2008 International Conference & Exhibition yang


dilaksanakan di Cape Town International Conference Center, Afrika Selatan,
tanggal 26-29 Oktober 2008 yang dihadiri oleh ahli geologi seluruh dunia,
menghasilan pendapat ahli: 3 (tiga) ahli dari Indonesia mendukung GEMPA
YOGYA sebagai penyebab, 42 (empat puluh dua) suara ahli menyatakan
PENGEBORAN sebagai penyebab, 13 (tiga belas) suara ahli menyatakan

10
KOMBINASI Gempa dan Pemboran sebagai penyebab, dan 16 (enam belas suara)
ahli menyatakan belum bisa mengambil opini. Dengan demikian suara terbanyak
untuk penyebab terjadinya bencana lumbur lapindo adalah pengeboran yang salah.

Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan


pengeboran ini dengan membuat prognosis pengeboran yang salah. Mereka
membuat prognosis dengan mengasumsikan zona pengeboran di zona Rembang
dengan target pemborannya adalah formasi Kujung. Padahal mereka mengebor di
zona Kendeng yang tidak memiliki formasi Kujung-nya. Dengan demikian mereka
merencanakan akan melakukan pemasang casing setelah menyentuh target, yaitu
batu gamping formasi Kujung yang sebenarnya tidak ada. Selama pengeboran
mereka tidak meng-casing lubang karena kegiatan pengeboran masih berlangsung.
Selama pengeboran, lumpur yang overpressure (bertekanan tinggi) dari formasi
Pucangan sudah berusaha menerobos tetapi dapat di atasi dengan pompa lumpurnya
Lapindo.

Setelah kedalaman 9297 kaki, akhirnya mata bor menyentuh batu gamping.
Lapindo mengira target formasi Kujung sudah tercapai, padahal yang dicapai hanya
menyentuh formasi Klitik saja. Batu gamping pada formasi Klitik sangat porous
(bolong-bolong). Akibatnya lumpur yang tadinya digunakan untuk melawan lumpur
formasi Pucangan hilang masuk ke lubang di batu gamping formasi Klitik atau
circulation loss sehingga Lapindo kehilangan/kehabisan lumpur di permukaan.

Akibat dari habisnya lumpur Lapindo, maka lumpur formasi Pucangan


berusaha menerobos ke luar. Mata bor berusaha ditarik tetapi terjepit sehingga
dipotong. Sesuai prosedur standard, operasi pemboran dihentikan, perangkap Blow
Out Preventer (BOP) di rig segera ditutup & segera dipompakan lumpur pemboran
berdensitas berat ke dalam sumur dengan tujuan mematikan kick. Kemungkinan
yang terjadi, fluida formasi bertekanan tinggi sudah terlanjur naik ke atas sampai ke
batas antara open-hole dengan selubung di permukaan (surface casing) 13 3/8 inchi.
Di kedalaman tersebut, diperkirakan kondisi geologis tanah tidak stabil &
kemungkinan banyak terdapat rekahan alami (natural fissures) yang bisa sampai ke
permukaan. Karena tidak dapat melanjutkan perjalanannya terus ke atas melalui
lubang sumur disebabkan BOP sudah ditutup, maka fluida formasi bertekanan tadi
akan berusaha mencari jalan lain yang lebih mudah yaitu melewati rekahan alami

11
tadi & berhasil. Inilah mengapa surface blowout terjadi di berbagai tempat di sekitar
area sumur, bukan di sumur itu sendiri.

2.5 Dampak Bencana Lumpur Lapindo

Bencana lumpur lapindo telah memberi banyak dampak negatif pada


masyarakat sekitar dan aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Dampak negatif
yang di terima masyarakat Sidoarjo yaitu :

a. Bencana lumpur lapindo yang tadinya hanya menggenangi 4 desa sekarang


telah meluas menjadi 16 desa, hal ini berarti lebih dari 728 hektar telah
tergenangi. Dalam area yang tergenangi ini tidak hanya terdapat rumah
penduduk saja, namun ada sarana pendidikan, pabrik, dan kantor
pemerintahan yang juga ikut tergenang. Dengan keadaan ini secara otomatis
akan banyak penduduk yang bukan hanya kehilangan tempat tinggalnya
namun juga kehilangan mata pencahariannya dan akan ada banyak anak
yang kehilangan tempat mereka untuk menuntut ilmu.
b. Bencana lumpur lapindo juga telah mencemari lingkungi sekitar dari
wilayah yang digenangi, seperti areal persawahan dan ladang milik warga.
Banyak ternak milik warga yang ikut mati dalam bencana ini. Menurut
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), secara umum pada area luberan lumpur
dan sungai Porong telah tercemar oleh logam kadmium (Cd) dan timbal (Pb)
yang cukup berbahaya bagi manusia apalagi dengan kadar yang jauh di atas
ambang batas. Lumpur lapindo juga memiliki kadar PAH (Chrysene dan
Benz(a)anthracene) dalam lumpur Lapindo yang mencapai 2000 kali di atas
ambang batas bahkan ada yang lebih dari itu. Kandungan PAH sangat
berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Berikut akibat yang dapat
diakibatkan oleh zat PAH bagi manusia dan lingkungan ,yaitu:

 Biokumulasi dalam jaringan lemak manusia dan hewan


 Kulit merah, iritasi, melepuh, dan kanker kulit, jika terjadi kontak
langsung dengan zat PAH
 Terjadi permasalahan reproduksi
 Memperbesar kemungkinan terkena kanker

12
Dampak PAH yang ada dalam lumpur lapindo terhadap masyarakat dan
lingkungan sekitar mungkin tidak akan dirasakan sekarang, namun akan
dapat dirasakan pada jangka waktu lima sampai sepuluh tahun mendatang.
Selain itu perlu juga diwaspadai bahwa ternyata lumpur Lapindo dan
sedimen Sungai Porong kadar timbal-nya sangat besar yaitu mencapai 146
kali dari ambang batas yang telah ditentukan.

c. Terjadinya bencana lumpur lapindo ini juga telah menggangu aktivitas


perekonomian di Jawa Timur. Hal ini dikarenakan ditutupnya ruas jalan tol
Surabaya-Gempol hingga waktu yang tidak ditentukan. Seperti yang kita
tahu, kota Surabaya merupakan ibukota dari Jawa Timur, sehingga banyak
sekali aktivitas perekonomian yang berjalan disana. Dengan ditutupnya jalan
tol Surabaya-Gempol, secara otomatis mengakibatkan banyak kemacetan
yang terjadi, terutama di jalan alternatif menuju Surabaya. Penutupan jalan
tol ini juga berdampak pada aktivitas produksi di kawasan Mojokerto dan
Pasuruan yang merupakan salah satu kawasan industri utama yang ada di
Jawa Timur. Bencana lumpur lapindo ini juga telah membuat tanah di
wilayah yang tergenangi menjadi ambles dan merusak beberapa pipa air
milik PDAM. Sebuah sutet milik PLN juga ikut terendam dalam bencana
ini. Hal ini mengakibatkan warga di sekitar jalan raya porong kesulitan
dalam mendapatkan air bersih, listrik, dan jaringan telepon.

2.6 Penyelesaian Masalah Lumpur Lapindo


2.6.1 Tindakan PT. Lapindo Brantas

Dari laporan tahunan yang di publikasikan PT. Lapindo Brantas, mereka


menyatakan telah menyediakan dana sebesar US$ 70 juta atau sekitar 665 milyar
untuk dana darurat penanggulangan lumpur. Dana ini digunakan untuk salah
satunya adalah membuat tanggul untuk membendung area genangan lumpur.
Namun dengan terus bertambahnya volume semburan lumpur lapindo, pembuatan
tanggul dirasa tidak menyelesaikan masalah. Ditambah lagi dengan datangnya
musim hujan, volume yang tertampung dalam tanggul akan menjadi besar dan dapat
mengakibatkan jebolnya tanggul. Hal ini sangat bebahaya jika terjadi dalam jangka
waktu yang pendek, karena kawasan sekitar tanggul adalah jalan raya, rel kereta

13
api, dan rumah penduduk. Ada tiga tim ahli yang dibentuk untuk menyelesaikan
masalah bencana lumpur lapindo. Tiap tim terdiri dari perwakilan PT. Lapindo
Brantas, pemerintah dan sejumlah ahli dari beberapa universitas terkemuka. Tim ini
dibentuk untuk menyelamatkan penduduk sekitar, menjaga infrastuktur, dan
menangai semburan lumpur dengan resiko lingkungan terkecil. Seluruh biaya yang
diperlukan untuk pelaksanaan tugas tiap tim akan ditanggung oleh PT. Lapindo
Brantas.

Selain itu PT. Lapindo Brantas juga harus memberikan ganti rugi bagi para
korban. PT. Lapindo Brantas berkewajiban untuk membayar sebanyak 13.237
berkas. Saat ini masih ada 3.348 berkas dengan total pembayaran 786 milyar yang
masih belum tertangani. Dengan kata lain sebanyak 75 persen dari berkas yang ada
telah dilunasi. PT. Lapindo Brantas telah mengeluarkan dana sebanyak 8 triliun,
dimana 5 triliun digunakan untuk penanganan semburan lumpur lapindo dan triliun
digunakan untuk pembayaran aset warga.

2.6.2 Tindakan Pemerintah

Pada 9 September 2006, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono


menandatangani surat keputusan pembentukan Tim Nasional Penanggulangan
Semburan Lumpur di Sidoarjo, yaitu Keppres Nomor 13 Tahun 2006. Dalam
Keppres itu disebutkan, tim dibentuk untuk menyelamatkan penduduk di sekitar
lokasi bencana, menjaga infrastruktur dasar, dan menyelesaikan masalah semburan
lumpur dengan risiko lingkungan paling kecil. Tim dipimpin Basuki Hadi Muljono,
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum, dengan
tim pengarah sejumlah menteri, diberi mandat selama enam bulan. Seluruh biaya
untuk pelaksanaan tugas tim nasional ini dibebankan pada PT Lapindo
Brantas.Namun upaya Timnas yang didukung oleh Rudy Rubiandini ternyata gagal
total walaupun telah menelan biaya 900 milyar rupiah.

Rapat Kabinet pada 27 September 2006 akhirnya memutuskan untuk


membuang lumpur panas Sidoardjo langsung ke Kali Porong. Keputusan itu
dilakukan karena terjadinya peningkatan volume semburan lumpur dari 50,000
meter kubik per hari menjadi 126,000 meter kubik per hari, untuk memberikan
tambahan waktu untuk mengupayakan penghentian semburan lumpur tersebut dan

14
sekaligus mempersiapkan alternatif penanganan yang lain, seperti pembentukan
lahan basah (rawa) baru di kawasan pantai Kabupaten Sidoardjo.

Pemerintah akan bertanggung jawab atas seluruh dampak semburan lumpur


Lapindo di Sidoarjo kecuali ganti rugi lahan dan rumah rakyat. Biaya untuk
tanggung jawab itu diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Menurut
Presiden, wilayah yang terkena luapan lumpur itu seharusnya dapat diberdayakan
untuk kegiatan seperti wisata lokal, penelitian, atau pun aktivitas lainnya. Pekerjaan
lain yang juga pemerintah lakukan sesungguhnya adalah mengembangkan
sebetulnya wilayah itu yang terkena dampak dari luapan lumpur Sidoarjo itu,
sehingga bisa digunakan untuk kepentingan lainnya.

Selama ini menurut Presiden, pemerintah dalam menangani luapan lumpur


di Sidoarjo melalui Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) telah
menempuh beberapa kebijakan guna mengatasi luapan lumpur, sekaligus mencegah
terjadinya luapan lumpur baru yang pasti memberikan dampak negatif kepada
masyarakat sekitar. Selain itu, pemerintah juga telah mengusahakan ganti rugi dan
kewajiban finansial lain kepada warga Sidoarjo yang menjadi korban luapan lumpur
melalui mekanisme pembayaran yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas.
Selanjutnya, memastikan bahwa infrastruktur di sekitar daerah luapan lumpur bisa
berfungsi kembali sehingga tidak menggangu kegiatan ekonomi lokal (Sidoarjo)
dan khususnya di Jawa Timur. Presiden pun menegaskan dalam pengantarnya
bahwa penanganan luapan lumpur di Sidoarjo tidak boleh merugikan masyarakat
(www.antaranews.com).

15
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Dari makalah ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Bencana lumpur lapindo ini disebabkan oleh kelalaian yang dilakukan oleh
Lapindo Brantas Inc. Pihak Lapindo Brantas Inc tidak melakukan
pemasangan casing sesuai dengan spesifikasi standar teknis pengeboran,
sehingga mengakibatkan terjadinya blow out atau semburan lumpur.
2. Jika dilihat dari sisi etika bisnis, apa yang dilakukan oleh PT. Lapindo
Berantas telah melanggar etika dalam berbisnis. Dimana PT. Lapindo
Brantas telah melakukan eksploitasi yang berlebihan dan melakukan
kelalaian hingga menyebabkan terjadinya bencana besar yang mengakibatkan
kerusakan parah pada lingkungan dan sosial.
3. Bencana lumpur lapindo ini memberikan banyak dampak pada aktivitas
perekonomian di masyarakat Sidoarjo. Banyak warga yang kehilangan
tempat tinggal, lapangan pekerjaan, dan sarana pendidikan. Bukan hanya itu,
warga sekitar juga kesulitan untuk mendapatkan air bersih, listrik, dan
jaringan telepon.
4. Pemerintah dan PT Lapindo Brantas bekerjasama dalam melakukan upaya
penyelesaian lumpur lapindo. PT Lapindo Brantas telah melakukan 75%
pembayaran ganti rugi terhadap warga. Pemerintah telah menempuh
beberapa kebijakan guna mengatasi luapan lumpur dan telah mengusahakan
ganti rugi dan kewajiban finansial lain kepada warga Sidoarjo yang menjadi
korban luapan lumpur.

3.2 Saran

Diharapkan pemerintah dan PT Lapindo Brantas akan dapat dengan segera


memberikan penyelesaian dari bencana lumpur lapindo ini, sehingga dampak yang
ditimbulkan oleh bencana ini tidak meluas. Selain itu PT Lapindo Brantas
diharapkan juga dapat segera melakukan pelunasan pembayaran ganti rugi kepada
masyarakat korban lumpur lapindo. Sehingga mereka dapat memulai hidup mereka
dengan lebih baik lagi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Cenik & Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta: Salemba Empat.

Arifin, et al. 2016. Lumpur Panas Lapindo: Lahirnya Subyek Dan Perubahan
Sosial. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana.

Bertens K. 2000. Pengantar Etika Bisnis, Edisi Keenam. Yogyakarta: Kanisius.

Laporan Dampak Sosial Gunung Berapi Lumpur Lapindo. 2017. Lapindo Brantas,
Inc.

Muslich, Mohammad. 2004. Manajemen Keuangan Modern, Analisis


Perencanaan dan Kebijakan. Cetakan Pertama. Jakarta: Bumi Aksara.

Umarni, Murti, dkk. 1998. Pengantar Bisnis. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

http://www.antaranews.com/berita/255667/pemerintah-bahas-lagi-penanganan-
lumpur-lapindo. Diakses tanggal 16/02/2018, pukul 19.30 WIB.

http://www.bappenas.go.id/blog/?p=254. Diakses tanggal 17/02/2018, pukul 19.45


WIB.

https://www.jurnal.id/id/blog/2017/pengertian-tujuan-dan-contoh-etika-bisnis-
dalam-perusahaan. Diakses tanggal 17/02/2018, pukul 20.34 WIB.

http://lapindo-brantas.co.id/id/about/history/. Diakses tanggal 17/02/2018, pukul


21.08 WIB.

http://m.nasional.kompas.com/read/2010/05/31/084044/lumpur.lapindo.dan.hukum.
usang.1. Diakses tanggal 16/02/2018, pukul 19.37 WIB.

https://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_lumpur_panas_Sidoarjo. Diakses tanggal


17/02/2018, pukul 20.38 WIB.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kerusakan_lingkungan. Diakses tanggal 17/02/2018,


pukul 20.40 WIB.

http://ramayana13.blogspot.co.id/2016/11/etika-bisnis-dan-perusakan-
lingkungan.html. Diakses tanggal 17/02/2018, pukul 21.12 WIB.

17

Anda mungkin juga menyukai