Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PENGANTAR BISNIS Menjalankan Bisnis Secara Etis dan Bertanggung Jawab

Disusun Oleh :

Dewi Fadila
01111001087

Universitas Sriwijaya Ekonomi Manajemen 2011

A. Etika dalam lingkungan kerja


Etika merupakan keyakinan mengenai tindakan yang benar dan yang salah, atau tindakan yang baik dan buruk, yang mempengaruhi hal lainnya. Perilaku etis merupakan perilaku yang mencerminkan keyakinan perseorangan dan normanorma sosial yang diterima secara umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang benar dan baik. Perilaku tidak etis adalah perilaku yang menurut keyakinan perseorangan dan norma-norma sosial dianggap salah atau buruk. Etika Individual Karena didasarkan pada konsep sosial dan keyakinan perorangan, etika dapat bervariasi dari satu orang ke orang yang lainnya, dari satu situasi ke situasi lainnya, serta dari satu budaya ke budaya lainnya. Ambiguitas, Hukum , dan Dunia Nyata Kita berupaya membuat undang-undang yang tidak bersifat ambigu, namun penafsiran dan penerapannya dapat menyebabkan ambiguitas. Situasi dunia nyata sering dapat ditafsirkan berbeda, dan menerapkan aturan baku ke dunia nyata tidak selalu mudah. Kode dan Nilai Individu Kode etik pribadi masing-masing orang di tentukan oleh kombinasi sejumlah faktor, salah satunya adalah pembentukan standar etis.

Etika Bisnis dan Etika Manajerial


Etika bisnis adalah istilah yang biasanya berkaitan dengan perilaku etis atau tidak etis yang dilakukan oleh manajer atau pemilik organisasi. Etika manajerial merupakan standar perilaku yang memandu manajer dalam pekerjaan mereka.

Ada tiga kategori luas dan cara etika manajerial dapat mempengaruhi kerja orang: 1. Perilaku terhadap Karyawan Kategori ini meliputi materi seperti merekrut dan memecat, menentukan kondisi upah kerja, serta memberikan privasi dan respek. 2. Perilaku terhadap Organisasi Isu etis juga muncul dari perilaku karyawan terhadap majikannya, khususnya dalam kasus seperti konflik kepentingan, kerahasiaan, dan kejujuran. 3. Perilaku terhadap agen ekonomi lainnya Etika juga tampil dalam hubungan antara perusahaan dan karyawannya dengan apa yang disebut agen kepentingan primer- terutama pelanggan, pesaing, pemegang saham, pemasok, penyalur, dan serikat buruh. Dalam, menghadapi agen-agen tersebut, ada peluang terjadinya ambiguitas etis dalam hampir setiap aktivitas- periklanan, laporan keungan, pemesanan dan pembelian, tawar menawar dan perundingan, dan hubungan bisnis lainnya.

Menilai Perilaku Etis


Model penerapan penilaian etis terhadap situasi bisnis merekomendasika tiga langkah berikut : 1. Pengumpulan informasi faktual yang relevan 2. Peninjauan fakta untuk menentukan nilai moral paling sesuai 3. Penyusunan penilaian etis berdasarkan benar salahnya kegiatan atau kebijakan yang diusulkan. Empat prinsip lain yang bisa mempengaruhi situasi apapun : 1. Kegunaan (utility) 2. Hak (rights) 3. Keadilan (justice) 4. Kepedulian (caring)

Praktek-praktes Perusahaan dan Etika Bisnis


Banyak perusahaan yang mengambil langkah untuk mendorong perilaku etis di lingkungan kerja. Di antaranya, menetapkan aturan main dalam menjalankan dan mengembangkan posisi etis yang jelas mengenai cara perusahaan dan karyawan menjalankan bisnisnya. Barangkali langkah tunggal paling efektif yang juga dapat diambil perusahaan adalah memperlihatkan dukungan manajemen puncak terhadap tindakan yang etis. Selain itu untuk mempromosikan sikap jujur dan terbuka, perusahaan dapat juga mengambil langkah-langkah spesifik untuk memfomalisasikan komitmen mereka, yaitu dengan cara : 1. Menerapkan kode etik tertulis 2. Memberlakukan program etika

B. Tanggung Jawab Sosial (CSR)


Etika mempengaruhi individu. Tanggung jawab sosial merupakan usaha suatu bisnis menyeimbangkan komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungannya, yang meliputi konsumen, bisnis lain, karyawan, investor, dan komunitas lokal. Kelompok dan individu itu sering kali disebut sebagai pihak yang berkepentingan dalam organisasi : Mereka adalah kelompok, orang , dan organisasi yang dipengaruhi langsung oleh praktek-praktek suatu organisasi dan, dengan demikian, berkepentingan terhadap kinerja organisasi itu.

Model Tanggung Jawab terhadap Pihak yang Berkepentingan


Sebagian besar korporasi yang berusaha untuk bertanggung jawab kepada pihak yang berkepentingan atas mereka, berfokus pada lima kelompok utama: 1. Pelanggan Bisnis yang bertanggung jawab terhadap pelanggan mereka berusaha melayani pelanggan secara wajar dan jujur. Mereka juga mencari cara untuk menetapkan harga secara wajar, menghargai garansi, memenuhi komitmen pengiriman pesanan, dan mempertahankan kualitas produk yang mereka jual.

2. Karyawan Bisnis yang bertanggung jawab secara sosial terhadap pekerjanya memperlakukan karyawan dengan adil, menganggap pekerja sebagai bagian dari tim, dan menghormati harga diri dan kebutuhan dasar manusia mereka. 3. Investor Untuk mempertahankan sikap mental dan tanggung jawab sosial terhadap para investor, para manajer harus mengikuti prosedur akuntansi yang pantas, memberikan informasi yang tepat kepada pihak berkepentingan mengenai kinerja keungangan perusahaan, dan mengelola perusahaan untuk melindungi hak-hak dan investasi para pemegang saham. 4. Pemasok Hubungan dengan pemasok harus dikelola dengan hati-hati. Oleh karena itu, penting membuat perjanjian yang saling menguntungkan dengan pemasoknya. 5. Komunitas lokal Sebagian besar bisnis berusaha untuk bertanggung jawab secara sosial kepada komunitas lokal mereka, seperti memberikan sumbangan program-program lokal.

Kesadaran Sosial Masa Kini


Sikap terhadap tanggung jawab sosial telah berubah. Abad kesembilan belas yang lalu, walaupun diwarnai oleh semangat wirausaha dan filosofi laissez-faire, juga menonjolkan percekcokan tenaga kerja dan praktik bisnis yang ganas. Keprihatinan tentang aktivitas bisnis yang tak terkendali segera melahirkan undang-undang yang mengatur praktik bisnis. Pada tahun 1930-an, banyak orang menganggap kegagalan bisnis dan bank serta kehilangan pekerjaan dimana-mana, terjadi akibat iklim umum dan ketamakan bisnis dan kurangnya aturan. Di luar kekacauan ekonomi 1930-an, ketika kerasukan dianggap sebagai penyebab kegagalan bisnis dan kehilangan pekerjaan, muncul undang-undang baru yang melindungi dan meningkatkan kesejahteraan sosial. Selama tahun 1960-an dan 1970-an, aktivisme mendorong semakin banyaknya peraturan pemerintah di berbagai bidang bisnis. Sikap dewasa ini menekankan peran sosial yang lebih

besar bagi bisnis. Barangkali globalisasi dan gerakan lingkungan hidup telah membuat bisnis lebih peka terhadap tanggung jawab sosial mereka. Pandangan ini, digabungkan dengan kesejahteraan ekonomi tahun 1980-an dan 1990-an, menandai kembalinya laissez-faire, tetapi epidemik skandal korporasi sekarang ini mengancam kembalinya era 1930-an yang menuntut lebih banyak aturan dan pengawasan.

C. Bidang Tanggung Jawab Sosial


Sewaktu mendefinisikan rasa tanggung jawab sosialnya, perusahaan biasanya menghadapi empat hal yang harus dipertimbangkan : 1. Tanggung jawab terhadap lingkungan Polusi udara Polusi air Polusi tanah Pembuangan limbah beracun Daur ulang

2. Tanggung jawab terhadap pelanggan Hak konsumen Penetapan harga yang tidak wajar Etika dalam periklanan

3. Tanggung jawab terhadap karyawan Komitmen hukum dan sosial Perilaku tanggung jawab secara sosial terhadap para karyawan memiliki komponen hukum dan sosial. Menurut peraturan, bisnis tidak dapat mempraktekkan berbagai bentuk diskriminasi ilegal terhadap orang-orang dalam setiap segi hubungan kerja. Komitmen etis : Kasus khusus para pengadu (Whistle-Blower) Seorang karyawan yang mendeteksi dan berusaha mengakhiri tindakan perusahaan yang tidak etis, tidak legal, atau tidak memiliki tanggung jawab sosial dengan cara mempublikasikannya (whistle-blower).

4. Tanggung jawab terhadap penanam modal Manajemen finansial yang tidak wajar Organisasi dan manajer bisa merasa bersalah karena kesalahan manajemen keuangan, pelanggaran yang tidak etis namun tidak selalu ilegal. Dalam situasi tersebut, para kreditor sering tidak dapat berbuat banyak dan para pemegang saham memiliki sedikit pilihan. Cek kosong Yaitu, praktek ilegal yang menuliskan cek yang uangnya belum di kreditkan pada bank sewaktu cek tersebut dicairkan. Insider trading Yaitu, praktik ilegal dengan menggunakan informasi rahasia perusahaan untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

D. Mengimplementasikan Program Tanggung Jawab Sosial


Pendekatan tanggung jawab sosial
Bisnis dapat mengambil satu dari empat sikap yang menyangkut dengan kewajiban sosialnya terhadap masyarakat. Sikap obstruktif Yaitu, pendekatan terhadap tanggung jawab sosial yang melibatkan tindakan seminimal mungkin dan mungkin melibatkan usaha-usaha menolak atau menutupi pelanggaran yang dilakukan. Sikap defensif Yaitu, pendekatan tanggung jawab sosial yang ditandai dengan perusahaan hanya memenuhi persyaratan hukum secara minimum atas komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya. Sikap akomodatif Yaitu, pendekatan tanggung jawab sosial yang diterapkan suatu perusahaan, dengan melakukannya, apabila diminta, melebihi persyaratan hukum minimum dalam komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya.

Sikap proaktif Yaitu, pendekatan tanggung jawab sosial yang diterapkan suatu perusahaan, yaitu secara aktif mencari peluang untuk memberikan sumbangan demi kesejahteraan kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya.

Mengelola program tanggung jawab sosial


Sebuah model mengemukakan pendekatan empat langkah untuk mendorong rasa tanggung jawab sosial di seluruh perusahaan : 1. Tanggung jawab sosial harus dimulai dari atas dan dianggap sebagai satu faktor utama dalam perencanaan strategis. 2. Komite manajer puncak harus mengembangkan rencana yang merinci level dukungan manajemen. 3. Seorang eksekutif harus diberi tanggung jawab atas agenda perusahaan. 4. Organisasi harus melaksanakan audit sosial: analisis sistematis mengenai keberhasilan perusahaan menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk tujuan tanggung jawab sosial.

E. Tanggung Jawab Sosial dan Bisnis Kecil


Bagi para pelaku bisnis kecil, isu etika adalah persoalan tentang etika individual. Tetapi, dalam pertanyaan tentang tanggung jawab sosial, mereka harus menanyakan diri sendiri apakah mereka dapat menghasilkan suatu agenda sosial. Mereka harus juga menyadari bahwa para manajer di semua organisasi menghadapi isu etika dan tanggung jawab sosial.

Anda mungkin juga menyukai