Anda di halaman 1dari 8

Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

PERTEMUAN 2:
PERILAKU ETIKA DALAM BISNIS

A. Tujuan Pembelajaran
2.1 Mampu menjelaskan pentingnya etika dalam bisnis.
2.2 Mampu menghubungkan peranan etika dalam bisnis baik dari teori
maupun fakta yang ada

B. DESKRIPSI MATERI
Bisnis adalah bisnis. Bisnis jangan dicampuradukkan dengan etika.
Demikianlah beberapa ungkapan yang sering kita dengar yang
menggambarkan hubungan antara bisnis dengan etika sebagai dua hal yang
terpisah satu sama lain. Inilah ungkapan-ungkapan yang oleh De George
disebut sebagai Mitos Bisnis Amoral. Ungkapan atau mitos ini
menggambarkan dengan jelas anggapan atau keyakinan orang bisnis, sejauh
mereka menerima mitos seperti itu, tentang dirinya, kegiatannya, dan
lingkungan kerjanya. Yang mau digambarkan di sini adalah bahwa kerja
orang bisnis adalah berbisnis bukan beretika. Atau secara lebih tepat, mitos
bisnis amoral mengungkapkan suatu keyakinan bahwa antara bisnis dan
moralitas atau etika tidak ada hubungan sama sekali. Bisnis tidak punya
sangkut paut dengan etika dan moralitas. Keduanya adalah dua bidang yang
terpisah satu sama lain. Diskusikan pertanyaan di bawah ini, sebelum
melanjutkan ke pembahasan selanjutnya.

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 12


Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

Sebelum membahas mengenai etika bisnis lebih jauh, perlu diketahui terlebih
dahulu tentang prinsip-prinsip etika bisnis.
Prinsip pertama, prinsip otonomi. Otonomi adalah sikap dan kemampuan
manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya
sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan. Untuk bertindak
seara otonom, diandaikan ada kebebasan untuk mengambil keputusan dan
bertindak berdasarkan keputusan yang menurutnya terbaik itu. Kebebasan adalah
unsur hakiki dari prinsip otonomi ini. Dalam etika, kebebasan adalah prasyarat
utama untuk bertindak secara etis.
Prinsip kedua, prinsip kejujuran. Sekilas kedengarannya aneh bahwa kejujuran
merupakan prinsip etika bisnis karena mitos keliru bahwa bisnis adalah kegiatan
tipu-menipu demi meraup untung. Prinsip kejujuran dalam bisnis dalam
pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kejujuran ini sangat penting dan
sangat menentukan relasi dan keberlangsungan bisnis masing-masing pihak
selanjutnya. Kejujuran juga relevan dalam penawaran barang dan jasa dengan
mutu dan harga yang sebanding. Kejujuran juga relevan dalam hubungan kerja
intern dalam suatu perusahaan. Omong kosong bahwa suatu perusahaan bisa
bertahan lama kalau hubungan kerja dalam perusahaan itu tidak dilandasi oleh
kejujuran. Dalam ketiga wujud di atas, kejujuran terkait erat dengan kepercayaan.
Dan kepercayaan adalah aset berharga dalam kegiatan bisnis.
Prinsip ketiga, prinsip keadilan. Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang
diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai dengan
kriteria yang rasional dan objektif dan dapat dipertanggung-jawabkan.
Prinsip keempat, prinsip saling menguntungkan (mutual benefit prinicple).
Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga
menguntungkan semua pihak.
Prinsip kelima, integritas moral. Prinsip ini dihayati sebagai tuntutan internal
dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan agar dia perlu menjalankan bisnis
dengan tetap menjaga nama baiknya atau nama baik perusahaannya.
1. Lingkungan Bisnis Yang Mempengaruhi Perilaku Etika
Tujuan bisnis adalah untuk mendapatkan keuntungan, dari keuntungan yang
diperoleh, perusahaan dapat memberikan dividen bagi pemegang saham,

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 13


Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

meningkatkan pertumbuhan perusahaan dan mempertahankan kelangsungan


hidup perusahaan. Tuntutan pemegang saham atas pertumbuhan tidak
berkurang justru cenderung meningkat, sementara bisnis semakin disesaki
dengan pesaing yang mengakibatkan rendahnya pertumbuhan dan menggerus
keuntungan perusahaan. Pemegang saham menekan manajer agar perusahaan
tumbuh dan menghasilkan laba sesuai dengan penghitungan dan harapan
mereka.
Laju aktivitas ekonomi melambat pada akhir periode 1980-1n, awal periode
1990-an serta sebelum dan setelah zaman milenium. Hal ini menempatkan
perusahaan dan individu-individu di dalamnya pada posisi harus begulat
dengan “tidak adanya pertumbuhan” atau skenario penyusutan volume,
bukannya ekspansi yang telah menjadi norma selama ini. Pada periode
1990-an, tekanan pertumbuhan dari pesaing global dan dorongan untuk
meningkatkan teknologi menghabiskan biaya dan mengakibatkan margin
keuntungan menyusut. Tidak ada pertumbuhan dan penyusutan margin
menyebabkan perampingan untuk mempertahankan profitabilitas secara
keseluruhan dan tingkat ketertarikan pasar modal.
Perkembangan pasar global telah mendorong produksi dan sumber produk
di seluruh dunia. Restrukturisasi telah dilihat sebagai pendorong
produktivitas dan memungkinkan biaya yang lebih rendah dengan tarif yang
lebih rendah dari pekerjaan domestik. Oleh karena itu, tekanan pada
individu digunakan untuk mempertahankan pekerjaannya mungkin tidak
berkurang/mereda seperti halnya tekanan dalam meningkatkan produksi.
Demikian juga, mengingat persaingan yang lebih besar, volume lebih besar
tentu akan meningkatkan laba, sehingga tekanan terhadap perusahaan tidak
akan berkurang pada tingkat yang telah dialami di masa lalu. Selain itu,
perusahaan tidak akan bisa mengandalkan kembali siklus profitabilitas
untuk mengembalikan risiko perilaku yang tidak etis ke tingkat sebelumnya.

2. Kesaling-Tergantungan Antara Bisnis Dan Masyarakat.


Selama ini, perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan
banyak keuntungan bagi masyarakat, seperti: memberikan kesempatan

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 14


Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

kerja, menyediakan barang yang dibutuhkan masyarakat untuk konsumsi,


membayar pajak, memberi sumbangan, dan lain-lain (Memed dalam Nor
Hadi, 2014). Namun dalam praktiknya banyak perusahaan yang demi
mengejar pertumbuhan berakibat pada dampak yang harus ditanggung oleh
konsumen, pemerintah dan masyarakat. Harahap dalam Nor Hadi (2014)
mengemukakan bahwa keberadaan perusahaan ternyata menimbulkan
berbagai persoalan sosial dan lingkungan seperti: polusi udara, keracunan,
kebisingan, diskriminasi, pemaksaan, kesewenang-wenangan, produksi
makanan haram serta bentuk negative externalities lain. Obsesi manajer
terhadap pertumbuhan membuat mereka semakin berani dalam mengambil
keputusan berisiko dan cenderung berorientasi jangka pendek. Para direktur
dan eksekutif berkutat dengan kenyataan bahwa pekerjaan mereka di ujung
tanduk jika tidak dapat memenuhi harapan pemegang saham sehingga
beberapa orang mulai terlibat dalam etika praktik yang dipertanyakan,
termasuk pemalsuan transaksi dan catatan lain, serta eksploitasi lingkungan
atau pekerja (Brooks, 2014).
Tidak ada yang membangkitkan opini publik sebelumnya mengenai sifat
dari perilaku perusahaan yang baik lebih dari kesadaran bahwa kesejateraan
fisik publik-dan kesejahteraan sebagain pekerja-sedang terancam oleh
aktivitas perusahaan. Awalnya, kekhawatiran mengenai polusi udara
berpusat pada cerobong asap dan knalpot pembuangan, yang menyebabkan
iritasi dan gangguan pernapasan. Bagaimanapun, masalah tersebut pada
awalnya relatif bersifat lokal, sehingga ketika penduduk di sekitar
(perusahaan yang menyebabkan polusi udara) menjadi marah (akibat iritasi
oleh polusi udara), politisi lokal mampu dan umumnya bersedia merancang
suatu aturan untuk mengendalikan hal tersebut walaupun penegakan hukum
yang efektif tidak terjamin.

3. Kepedulian Pelaku Bisnis Terhadap Etika


Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat
membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang
terpuji (good conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 15


Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

di dalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada
dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait lainnya. Dalam
menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara
lain ialah Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain ialah:
o Pengendalian diri
Artinya, pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan
diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan
dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan
keuntungan dengan jalan main curang dan menekan pihak lain dan
menggunakan keuntungan dengan jalan main curang dan menakan pihak lain
dan menggunakan keuntungan tersebut walaupun keuntungan itu merupakan
hak bagi pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga harus memperhatikan
kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang "etis".
o Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan
hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan
lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh
pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya
excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis
dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang
berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu
mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap
masyarakat sekitarnya.
o Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing
oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
Bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi
informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan
kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang
dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi.
o Menciptakan persaingan yang sehat

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 16


Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas,
tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya, harus
terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah
kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu
memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam
menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam
dunia bisnis tersebut.
o Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan"
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat
sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa
mendatang. Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak meng-
"ekspoitasi" lingkungan dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa
mempertimbangkan lingkungan dan keadaan dimasa datang walaupun saat
sekarang merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.
o Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan
Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak
akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala
bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang
mencemarkan nama bangsa dan negara.
o Mampu menyatakan yang benar itu benar
Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit
(sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan
"katabelece" dari "koneksi" serta melakukan "kongkalikong" dengan data yang
salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi" serta memberikan
"komisi" kepada pihak yang terkait.
o Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan
golongan pengusaha kebawah
Untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada saling percaya
(trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah agar
pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya
yang sudah besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 17


Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan


kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam
dunia bisnis.
o Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati
bersama
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana
apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut.
Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada
"oknum", baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk
melakukan "kecurangan" demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika
bisnis itu akan "gugur" satu semi satu.
o Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang
telah disepakati
Jika etika ini telah memiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu
ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis.
o Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum
positif yang berupa peraturan perundang-undangan
Hal ini untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti
"proteksi" terhadap pengusaha lemah. Kebutuhan tenaga dunia bisnis yang
bermoral dan beretika saat sekarang ini sudah dirasakan dan sangat diharapkan
semua pihak apalagi dengan semakin pesatnya perkembangan globalisasi
dimuka bumi ini.
Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis serta kesadaran semua
pihak untuk melaksanakannya, kita yakin jurang itu akan dapat diatasi, serta
optimis salah satu kendala dalam menghadapi tahun 2000 dapat diatasi.

4. Etika Bisnis Dan Akuntan


Profesi Akuntan publik bisa dikatakan sebagai salah satu profesi kunci di era
globalisasi untuk mewujudkan era transparansi bisnis yang fair, oleh karena itu
kesiapan yang menyangkut profesionalisme mensyaratkan tiga hal utama yang
harus dipunyai oleh setiap anggota profesi yaitu : keahlian, berpengetahuan dan
berkarakter.

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 18


Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

C. SOAL DISKUSI
Diskusikan pertanyaan di bawah ini:
1. Perbedaan antara bribery dan extortion! Berikan masing-masing contohnya!
2. Lobbying dapat didefinisikan sebagai usaha dari suatu perusahaan, asosiasi
perdagangan, atau kelompok yang memiliki kepentingan untuk
mempengaruhi pemerintah atau pejabat pemerintah. Lobbying yang
profesional banyak diperlukan jasanya dan mereka didukung para ahli
hukum dan bisnis, pedagang, dan politikus yang mempunyai hubungan baik
dengan pejabat pemerintah dan orang-orang bisnis di berbagai negara.
Sering kali untuk melobi di negara sedang berkembang mereka harus
melakukan bribery secara halus. Diminta: Jelaskan pendapat Anda apakah
lobbying ini merupakan bisnis yang penting dan apakah tidak melanggar
etika bisnis!

D. DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana, Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya Edisi Revisi, Salemba Empat, Edisi
terbaru.

Keraf, A.Sonny. Etika Bisnis : Tuntutan dan Relevansinya, Kanisius, Edis


terbaru

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 19

Anda mungkin juga menyukai