PENDAHULUAN
dan kecamatan di Sidoarjo hampir genap tiga belas tahun sudah. Kejadian tersebut
terjadi tepatnya pada tanggal 29 Mei 2006. Bermula dari PT. Lapindo Brantas
pengeboran sumur Banjar Panji-1 sekitaran awal Maret 2006 bekerja sama dengan
Pemerintah, 2
namun Pemerintah tidak memperhatikan hal-hal yang dapat
Afrika Selatan pada tanggal 26-29 Oktober 2008. Dalam pertemuan tersebut
membahas mengenai peristiwa Lumpur Lapindo dan dihadiri oleh ahli geologi di
1
Amilina Rojiba, ‘Aspek Politis Lumpur Lapindo Sidoarjo Tahun 2006-2014’, Avatra
e-Jurnal Pendidikan Sejarah, Vol. 4, No. 2, Juli, 2016, h. 159
<https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/download/14935/13511>
2
Ary, ‘PT Lapindo Sudah Miliki Amdal’ Detik News (online), 14 Juni 2006
<http://news.detik.com/berita/615528/pt-lapindo-sudah-miliki-amdal >
1
2
pengeboran yang menjadi penyebab, dan 16 suara ahli mengatakan belum bisa
mengambil opini. 3
Alasan utama mengapa PT. Lapindo Brantas melakukan
yang ada dengan membuat sumur baru. Namun bukan cadangan gas yang
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPLS pada tahun 2013 fakta di
dan Jabon.4 Semburan lumpur tersebut menimbulkan dampak yang luar biasa
sebagai berikut:5
3
American Association of Petroleum Geologist, <https://www.aapg.org/> diakses pada
tanggal 26 Februari 2019.
4
Anis Farida, ‘Jalan Panjang Penyelesaian Konflik Kasus Lumpur Lapindo’,Jurnal
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol.17, No.10,h. 145,
<https://jurnal.ugm.ac.id/jsp/article/view/10880>, diakses pada tanggal 25 Februari 2019.
5
Elmaghfira Putri Elika, Risna Resnawati, dan Arie Surya Gutama, ‘Bencana Sosial
Kasus Lumpur PT. Lapindo Brantas Sidoarjo, Jawa Timur’, Jurnal Penelitian & PKM, Vol. 4, No.
2, Juli 2017, h. 205-206 < http://jurnal.unpad.ac.id/prosiding/article/view/14272>, diakses pada
tanggal 25 Februari 2019.
3
Oleh karena itu warga yang merasa terkena dampak dari bencana lumpur
mekanisme “jual-beli” (tanah dan bangunan) sebagai model “ganti-rugi” bagi para
korban yang lain pasca keluarnya semburan lumpur panas Lapindo. Salah satu
permasalahan yang kemudian tidak menjadi hal yang penting adalah fakta
beberapa faktor yang sudah disebutkan, salah satu faktor yang paling dirasakan
oleh masyarakat yang terkena dampak bencana adalah faktor kesehatan. Sudah
hampir 13 tahun bencana Lumpur Lapindo terjadi yang masih sampai saat ini
yang dirasakan oleh warga sekitar yang masih tetap bertahan di daerah sekitar
tanggul lumpur adalah kualitas kesehatan yang semakin hari semakin buruk.
udara yang tidak sehat, karena udara di sekitar sudah tercemar oleh gas yang di
Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Timur yang dilakukan pada tahun 2006-2008,
6
Jatam, “Dampak Multidimensional II Tahun Kasus Semburan Lumpur Lapindo”,
<https://www.jatam.org/2017/05/29/dampak-multidimensional-11-tahun-kasus-semburan-lumpur-l
apindo/> diakses pada tanggal 26 Februari 2019.
4
kanker 7
. Dalam sistem metabolisme tubuh PAH diubah menjadi senyawa
menyebabkan timbulnya tumor dan resiko kanker8. Belum lagi lumpur yang
dibuang ke Kali Porong, biota yang ada di sana juga akan tercemar dan mati. Itu
memperparah kerusakan ekologi. Sampai saat ini belum ada kejelasan kapan
semburan Lumpur Lapindo ini akan berhenti atau bisa dihentikan. Bisa jadi
semburan Lumpur Lapindo ini akan berlangsung puluhan tahun. Maka selama itu
perut bumi akan terus mengeluarkan logam berat dan PAH yang sangat berbahaya
bagi manusia.9
Hasil riset WALHI Jawa Timur pada tahun 2016 menyebutkan, kandungan
logam berat berupa timbal dan kadmium melebihi ambang batas di dalam
lingkungan, khususnya di dalam air dan tubuh ikan. 10 Hal ini terjadi akibat
Lumpur Lapindo selama ini dibuang ke sungai menuju ke laut, untuk mengurangi
beban di dalam kolam penampungan lumpur. Bahkan salah satu warga bernama
7
Walhi Jatim, “12 Tahun Lumpur Lapindo Tanah Air dan Udara Kami Berscun”,
<https://www.terakota.id/12-tahun-lumpur-lapindo-tanah-air-dan-udara-kami-beracun/> diakses
pada tanggal 4 April 2019. (selanjutnya disingkat Walhi Jatim I).
8
Ibid.
9
Kompas, “Awas Bahaya Jangka Panjang Lumpur Lapindo”, Kompas.com (online), 18
Maret 2009
<https://nasional.kompas.com/read/2009/03/18/20504383/awas.bahaya.jangka.panjang.lumpur.lap
indo>
10
Walhi Jatim I, Loc.Cit.
5
Harwati yang juga merupakan ketua komunitas ArRohmah yang saat ini fokus
pada pada upaya penanganan kesehatan dan ekonomi korban Lumpur Lapindo11,
mengatakan bahwa telah tinggal selama 11 tahun di sekitar wilayah lumpur dan
merasakan pusing dan mual hampir setiap harinya.12 Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Atas (ISPA) menjadi gangguan kesehatan yang sering dialami warga,
peningkatan dari penyakit ISPA dari tiga Puskesmas diantaranya Porong, Jabon,
dalam kartu-kartu yang diprogramkan oleh Pemerintah, salah satunya KIS (Kartu
11
Kompas, “Sulit Peroleh Layanan Kesehatan, Korban Dilarang Sakit”, Kompas.com
(online), 28 Mei 2014
<https://regional.kompas.com/read/2014/05/28/1445402/Sulit.Peroleh.Layanan.Kesehatan.Korban
.Lapindo.Dilarang.Sakit.7.>
12
Walhi Jatim, “Lumpur Lapindo 11 Tahun:Masalah Lingkungan dan Kesehatan Masih
Ancam Warga”,
<http://walhijatim.or.id/2017/05/lumpur-lapindo-11-tahun-masalah-lingkungan-dan-kesehatan-ma sih-
ancam-warga/> diakses pada tanggal 26 Februari 2019. (selanjutnya disingkat Walhi Jatim II).
13
Ibid.
6
harus mengeluarkan uang pribadi atau ganti rugi, yang seharusnya uang tersebut
akan mereka gunakan untuk membeli atau mungkin membangun rumah baru.
konkrit dan cepat dalam penanganannya terhadap kasus Lumpur Lapindo ini.
yaitu hubungan yang berkaitan pada hak dan kewajiban (antara para korban dan
pihak swasta yang bertanggung jawab), akan tetapi hukum tersebut bukan
merupakan suatu tujuan namun sebagai sarana atau alat untuk memenuhi tujuan
yang sifatnya non yuridis (finansial) maupun yuridis, selanjutnya hukum juga
berkembang dikarenakan rangsangan dari luar hukum, dengan kata lain bahwa
faktor-faktor diluar hukumlah yang membuat hukum itu terlihat dinamis (yaitu
Indonesia Tahun 1945 bahwa negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, maka negara bertanggung jawab untuk membuat
suatu sistem perlindungan sosial bagi warga negaranya karena letak geografis,
bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam maupun karena
14
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Sebuah Pengantar), Cetakan ketiga,
Liberty, Yogyakarta, 2007, h. 40-41.
7
Pada Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945 bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan. Hak kesehatan merupakan salah satu dari sekian banyak hak
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan
mengenai Hak Asasi Manusia menjadi beberapa jenis, yaitu hak personal (hak
jaminan kebutuhan pribadi), hak legal (hak atas jaminan perlindungan hukum),
hak sipil dan politik, hak subsistensi, serta hak ekonomi, sosial, dan budaya. 16
kawasan lumpur yang paling utama harus berdasarkan pendekatan hak ekonomi,
sosial, dan budaya. Mengingat karena memang hal yang harus disoroti adalah
sosial serta lingkungan secara penuh, yang mana hal tersebut termasuk ke dalam
hak ekonomi, sosial, dan budaya. Pemerintah masih menangani sebatas pada
pembayaran ganti rugi saja. Hal tersebut seharusnya juga diperhatikan oleh
memenuhi hak-hak yang sudah diatur oleh konstitusi maupun oleh peraturan
Selain itu dapat dikatakan bahwa bencana ini masih belum usai karena
lumpur terus menerus dikeluarkan dari dalam perut bumi, meskipun Pemerintah
pun dampak yang dirasakan oleh masyarakat sekitar masih ada dan sangat
namun hal tersebut dinilai masih belum bisa meliputi hak-hak dasar yang
seharusnya dapat dinikmati oleh warga. Pada Pasal 6 huruf b, c dan d UU No. 24
masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana secara adil dan sesuai dengan
standar pelayanan minimum dan pemulihan kondisi dari dampak bencana. Hal
lingkungan masyarakat agar setidak-tidaknya lebih baik dan lebih layak untuk
memang warga yang tidak puas mengenai aturan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah terkait ganti rugi. Pada Peraturan Presiden No. 14 Tahun 2007 tentang
terkena dampak serta pihak yang harus bertanggung jawab atas wilayah tersebut.
Pada wilayah yang terkena dampak semburan lumpur secara langsung merupakan
tanggung jawab dari PT. Lapindo Brantas, sedangkan diluar wilayah tersebut
yang sudah dilakukan, PT. Lapindo Brantas seakan abai akan tanggung jawabnya
ada di dalam wilayah yang sudah ditentukan. Warga pun tak terima dengan hal
tersebut dan menggugat kepada Pemerintah agar berlaku adil dalam pemenuhan
asasi dari setiap warga negaranya. Produk hukum yang dibentuk oleh negara
ditegakkannya hak asasi manusia dari setiap warga negaranya. Setiap orang
berhak untuk memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat berdasarkan
10
pada pemenuhan hak dasar manusia. Pemenuhan lingkungan hidup yang baik dan
sehat bukan hanya kewajiban dari Pemerintah saja, namun merupakan hak bagi
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam
dan hubungan dari berbagai ketentuan yang mengatur permasalahan mengenai hak
mengumpulkan data dan fakta yang ada pada lapangan untuk mendukung
17
Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit., h. 182.
12
penelitian ini sehingga dapat menemukan suatu relevansi apa yang sudah diatur
semua undang-undang dan regulasi bersangkut paut dengan isu hukum yang
kesesuaian antara satu pasal dengan pasal yang lain dan sesuai dengan konsep
pendekatan kasus (case approach) mengingat bahwa terdapat putusan yang sudah
penulisan ini juga akan mempelajari kesesuaian putusan tersebut dengan realita
sumber penelitian 19
. Dalam penelitian ini untuk merumuskan suatu rumusan
18
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2005, h.135.
19
Ibid., h. 141.
13
Indonesia Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang berupa peraturan
Cultural Rights, Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
MK/83/PUU-XI/2013, Putusan MK
14
rumusan masalah yang telah ditentukan oleh peneliti, maka diperlukan bahan
hukum yang lebih menjelaskan secara lebih detail mengenai bahan hukum primer
dengan metode membaca dan mempelajari bahan hukum yang berkaitan dengan
rumusan masalah yang dibahas dalam penulisan ini. Selain itu pengumpulan
untuk mendapatkan jawaban atas rumusan masalah yang dibahas dalam skripsi ini
Penulisan skripsi ini dibuat secara jelas dan sistematis untuk memberikan
Sistematika dalam skripsi ini dibagi menjadi 4 (empat) bab dan masing-masing terdiri
Bab I, Pendahuluan yang memiliki sub bab latar belakang permasalahan, rumusan
masalah yang berisi permasalahan yang diuraikan dalam latar belakang, tujuan
Pemerintah dalam memenuhi hak kesehatan yang dialami oleh korban kasus Lumpur
Lapindo
Bab IV, Penutup yang merupakan kesimpulan dari pembahasan yang te;ah
yang diajukan pada penulisan ini dan saran-saran dari penulis yang diharapkan dapat