Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH DAN PENGERTIAN SERTA PERANAN

AMDAL

Oleh:
Arif Nurfitriana (0704291)
Dedi Haryadi (0706515)
Gilang Garnadi (0706435)
Gustian Nugraha (0706369)
Sagita Afif H (0706595)

PROGRAM STUDI KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN IDONESIA
2010

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. Berkat rahmat, karunia, serta ridho-Nya penulis
dapat menyelesaikan Laporan Program Latihan Akademis Kimia yang berjudul, Pengertian
dan Peranan AMDAL. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Penulis menyadari bahwa tersusunnya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan
dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Nahadi selaku dosen mata kulia AMDAL banyak membantu dan membimbing
dalam proses pra pelaksanaan.
2. Teman-teman kimia kelas C 2007 di Program Studi Kimia UPI yang telah menemani
hari demi hari penulis dengan kebersamaan, keceriaan, dan keberagaman.
3. Semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penulisan laporan akhir ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis sadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan dapat mendukung langkah
penulis dalam membuat suatu karya tulis yang lebih baik dimasa yang akan datang..
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi para pembaca.
Semoga Allah SWT senantiasa menunjuki kita kearah kebenaran dan kebaikan, sehingga kita
mendapat ridha dan ampunan-Nya.

Wassalaamu’alaikum. Wr. Wb.

Bandung, 14 Oktober 2010

Penulis

BAB I

2
PENDAHULUAN

1. Sejarah Munculnya AMDAL


Analasis Mengenai Dampak Lingkungan, yang sering di disingkat dngnyengan amdal
lahir dengan diundangnya undang-undang tentang lingkungan hidup di Amerika Serikat,
nasional envoironmental policy act (NEPA) tahun 1969. NEPA merupakan suatu reaksi
perusakan lingkungan terhapadap aktivitas manusia yang makin meningkat antara lain,
tercemarnya lingkungan oleh pestisida serta limbah industri dan transpor, rusaknya habitat
tumbuhan dan hewan langka serta menurunnya nilai estetika alam. Beberapa kasus mengenai
hal di atas diantaranya:
1. Tahun 1950-an di Los Angeles, di negara bagian Kalifornia, Amerika Serikat telah
terganggu oleh asam kabut (Asbut) yang menyelubungi kota, mengganggu
kesehatan dan merusak tanaman. Asbut berasal dari gas limbah kendaraan dan
pabrik yang mengalami fotooksidasi dan terdiri atas ozon, peroksiasetil nitrat atau
PAN, nitrogenoksida, dan zat lain lagi. Dengan adanya inversi termal di udara
pada waktu-waktu tertentu asbut terperangkap di udara di atas kota.
2. Tahun 1953, di Jepang penduduk nelayan dan keluarganya di sekitar Teluk
Minamata di barat daya pulau Kyusu yang makan utamanya terdiri atas ikan
terjadilah wadah nerologis yang tidak menular. Pada penderita secara progresif
mengalami melemahnya otot, hilangnya penglihatan, terganggunya fungsi otak
dan pelumpuhan yang dalam banyak hal berakhir koma dan kematian. Penyakit itu
belum dikenal di dunia kedokteran, baru pada tahun 1959 dapatlah ditunjukan
penyakit tersebut disebabkan oleh konsumsi ikan yang tercemar oleh metil
merkuri. Sumber metil merkuri adalah limbah yang mengandung Hg dari beberapa
pabrik kimia milik Chisso Co. Yang memproduksi plastik (PVC). Limbah tersebut
dibuang di teluk minamata selama beberapa tahun sebelum 1953. Penyakit ini
kemudian dikenal dengan nama penyakit minamata.
3. Tahun 1964-1965, terjadi penyakit minamata kedua disekitar Niigata yang terletak
di pantai laut Jepang di utara Tokyo. Disinipun ikan merupakan makanan harian
para korban dan ikan tersebut berasal dari laut dan sungai agano yang mengandung
limbah dari pabrik alat listrik Showa.
4. Tahun 1973, di Goshonoura di pulau Amakusa yang berhadapan dengan minamata
terjadi kasus penyakit minamata ketiga.

3
5. Di Irak terjadi malapetaka yang berkaitan dengan air raksa dimana Irak menerima
benih gandum dari meksiko yang telah diberlakukan dengan fungisida air raksa,
yaitu etil merkuri p-toluen sulfonanilida. Benih tersebut dimaksudkan untuk
ditanam bukan dikonsumsi namun penduduk yang melarat telah memakannya
sehingga mengalami keracunan. Dengan jatuhnya korban pemerintah Irak
mengumumkan, siapa pun yang memiliki benih tersebut akan dittindak tegas
bahkan dihukum mati. Karena ketakutan itu para petani membuang ke sungai dan
danau yang berdekatan sehingga membuat sungai dan danau tersebut tercemar, dan
mengakibatkan keracunan penduduk yang amat luas. Diperkirakan 5.000 sampai
50.000 orang meninggal dan lebih dari 100.000 sampai 500.000 orangmenjadi
cacat seumur hidup.
6. Tahun 1974, malapetaka yang serupa terjadi di ghana. Benih jagung yang
diperlakukan dengan fungisida air raksa telah di makan oleh penduduk setelah
benih itu dicuci bersih. Penduduk menyangka racun itu dapat hilang karena hal itu
telah mereka lakukan dengan benih yang telah diperlakukan dengan DDT tanpa
terjadinya peracunan tetapi ternyata 142 orang dari jumlah penduduk dari 250
orang di desa Yal Ovi di daerah Folta yang memakan benih jagung yang diobati itu
telah menjadi penyakit.

Dari beberapa kasus di atas maka dapat di simpulkan mengapa terjadi reaksi yang
sangat keras terhadap kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Oleh
karena itulah lahirlah berbagai organisasi yang menamakan dirinya sebagai organisasi nir-
pemerintah (non-govermentmental organization atau NGO). Banyak NGO yang sangat aktif
dalam persiapan dan selama konverensi PBB tentang lingkungan hidup di Stockholm. Di
Indonesia NGO disebut dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

2. Perkembangan AMDAL di Indonesia


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau disingkat AMDAL sebenarnya sudah
dikembangkan oleh beberapa negara maju sejak tahun 1970 dengan nama Environmental
Impact Analysis atau Environmental Impact Assesment yang kedua-duanya disingkat EIA dan
di Amerika serikat AMDAL diperkenalkan pertama kali tahun 1969 oleh National
Environmental Policy Act. Menurut UU No. 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan PP No. 27/1999 tentang Analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) adalah
kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan

4
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) pertama kali dicetuskan
berdasarkan atas ketentuan yang tercantum dalam pasal 16 Undang-undang No. 4 tahun 1982
tentang ketentuan-ketentuan pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sebagai penjabaran pasal
16 tersebut, diundangkan suatu Peraturan Pemerintah (PP) No. 29 tahun 1986 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) pada tanggal 5 Juni 1986. Peraturan Pemerintah
No. 29/1986 tersebut berlaku efektif pada tanggal 5 Juni 1987 yang mulai selang satu tahun
setelah ditetapkan. Hal tersebut diperlukan karena masih perlu waktu untuk menyusun kriteria
dampak terhadap lingkungan social mengingat definisi lingkungan yang menganut paham
holistik yaitu tidak saja mengenai lingkungan fisik atau kimia saja namun meliputi pula
lingkungan sosial. Berdasarkan pengalaman penerapan PP No. 29/1986 tersebut dilakukan
deregulasi dan untuk mencapai efisiensi maka PP No. 29/1986 diganti dengan PP No.
51/1993 yang diundangkan pada tanggal 23 Oktober 1993. Perubahan tersebut mengandung
suatu cara untuk mempersingkat lamanya penyusunan AMDAL dengan mengintrodusir
penetapan usaha dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL dengan keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup. Dengan demikian tidak diperlukan lagi pembuatan Penyajian Informasi
Lingkungan (PIL). Perubahan tersebut mengandung pula keharusan pembuatan Analisis
Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL) dibuat sekaligus yang berarti waktu pembuatan dokumen
dapat diperpendek. Dalam perubahan tersebut diintrodusir pula pembuatan dokumen Upaya
Pengelo laan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) bagi kegiatan
yang tidak wajib AMDAL. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UKL) ditetapkan oleh Menteri Sektoral yang berdasarkan format yang di
tentukan oleh Menter i Negara Lingkungan Hidup. Demikian pula wewenang menyusun
AMDAL disederhanakan dan dihapuskannya dewan kualifikasi dan ujian negara. Dengan
ditetapkannya Undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(UU PLH), maka PP No. 51/1993 perlu diganti dengan PP No. 27/1999 yang diundangkan
pada tanggal 7 Mei 1999, yang efektif berlaku 18 bulan kemudian. Perubahan besar yang
terdapat dalam PP No. 27/1999 adalah di hapuskannya semua Komisi AMDAL Pusat dan
diganti dengan satu Komisi Penilai Pusat yang ada di Kementerian Lingkungan Hidup. Di
daerah yaitu propinsi, mempunyai Komisi Penilai Daerah. Apabila penilaian tersebut tidak
layak lingkungan maka instansi yang berwenang boleh menolak permohohan ijin yang
diajukan oleh pemrakarsa. Suatu hal yang lebih ditekankan dalam PP No. 27/1999 adalah

5
keterbukaan informasi dan peran masyarakat. Implementasi AMDAL sangat perlu
disosialisasikan tidak hanya kepada masyarakat namun perlu juga pada para calon investor
agar dapat mengetahui perihal AMDAL di Indonesia. Karena proses pembangunan digunakan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi, sosial dan budaya. Dengan
implementasi AMDAL yang sesuai dengan aturan yang ada, maka di harapkan akan
berdampak positip pada pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan
(sustainable development).
Mengingat bahwa Bangsa Indonesia dewasa ini sedang giat melaksanakan
pembangunan di segala bidang, maka yang harus menjadi perhatian adalah bahwa
pembangunan itu tidak boleh mengorbankan lingkungan. Untuk itu lingkungan hidup perlu
dilindungi, dan keperluan tersebut pada tahun 1982 telah terbentuk Undang-undang yang
melindungi lingkungan hidup.
Sebagai tindak lanjut bagi perlindungan terhadap lingkungan hidup telah ditentukan
pula antara lain Baku Mutu Lingkungan dan Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1986 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, dan sekarang telah diganti dengan Peraturan
Pemerintah No. 51 Tahun 1993 tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan.
Dengan demikian kelayakan suatu proyek untuk sekarang bukan hanya ditinjau dari
kelayakan ekonomi dan teknologi saja, tetapi juga dari lingkungan hidup.

6
BAB II
PENGERTIAN DAN TUJUAN AMDAL

A. Pengertian AMDAL
Di Indonesia, AMDAL merupakan singkatan dari kalimat “Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan. Ada juga akronimnya yaitu ANDAL. Untuk memahami secara
lebih lengkap dan mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia,
maka defenisi AMDAL adalah “Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu
usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan”. Sedangkan ANDAL adalah: “Telaahan secara cermat dan mendalam
tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan”.
Ketentuan-ketentuan di atas mengacu pada peraturan pemerintah PP. No. 27 Tahun
1999 Pasal 1 butir 1. Peraturan ini masih berlaku di seluruh wilayah Indonesia. Selain
mengacu pada peraturan tersebut diatas, maka landasan peraturan pemerintah tersebut
di atas mengacu pada undang-undang yaitu UU RI No. 23 Tahun 1997 tentang
pengelolaan lingkungan hidup. Jadi sudah jelas acuan peraturan dan perundangannya,
jadi sebagai bangsa dan masyarakat Indonesia kita wajib melaksanakannya sebagai
perwujudan berbangsa dan bermasyarakat yang baik. AMDAL ini dibuat saat
perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap
lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek
fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat.

Sebenarnya AMDAL itu sudah mulai berlaku di Indonesia pada tahun 1986
karena berlakunya PP No. 29 Tahun 1986. Hal ini dimaksudkan sebagai bagian dari
studi kelayakan pembangunan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Tujuannya
untuk memastikan bahwa pembangunan suatu rencana/atau kegiatan yang akan
dilaksanakan bermanfaat dan tidak mengorbankan lingkungan hidup. Lambat laun
karena pelaksanaan aturan tersebut terhambat akibat sifat birokratis maupun
metodologis, maka sejak 23 Oktober 1993 pemerintah RI mencabut PP.29.19986
kemudian menggantinya dengan PP.51.1993. Diterbitkannya Undang-Undang No. 23.
1997, maka PP.51.1993 perlu penyesuaian, sehingga pada tanggal 7 Mei 1999,
Pemerintah RI menerbitkan PP. No. 27 Tahun 1999 sebagai penyempurnaan PP. 51.

7
1993. Efektif berlakunya PP. No. 27 Tahun 1999 mulai 7 November 2000 dan satu hal
penting yang diatur dalam PP No. 27 Tahun 1999 ini adalah pelimpahan hampir semua
kewenangan penilaian AMDAL kepada daerah.

Aktifitas manusia makin lama makin besar sehingga menimbulkan perubahan


lingkungan yang besar pula. Pada saat inilah manusia perlu berfikir apakah perubahan
yang terjadi pada lingkungan itu tidak akan merugikan manusia. Manusia perlu
memperkirakan apa yang akan terjadi akibat adanya kegiatan oleh manusia itu sendiri.

AMDAL (Analisis Mengenai Danpak Lingkungan) merupakan alat untuk


merencanakan tindakan preventif terhadap kerusakan lingkungan yang mungkin akan
ditimbulkan oleh suatu aktifitas pembangunan yang direncanakan.

Undang-undang No. 4 Tahun 1982 Pasal 1 menyatakan : “Analisis mengenai


dampak lingkungan adalah hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang
direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pngambilan
keputusan”.

Yang dimaksud dengan dampak adalah perubahan lingkungan kalau dengan


proyek dan tanpa proyek untuk masa mendatang. Untuk masa yang akan datang,
lingkungan itu akan berubah walaupun kita tidak melaksanakan proyek atau kegiatan.

AMDAL bermanfaat untuk menjamin suatu usaha atau kegiatan


pembangunan agar layak secara lingkungan. Dengan AMDAL, statu rencana usaha
dan/atau kegiatan pembangunan diharapkan dapat meminimalkan kemungkinan
dampak negatif terhadap lingkungan hidup, dan mengembangkan dampak positif,
sehingga sumber daya alam dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan (sustainable).

Dampak yang penting ditentukan antara lain oleh :

a. besar manusia yang terkena dampak;


b. luas wilayah penyebaran dampak;
c. lamanya dampak berlangsung;
d. intensitas dampak;
e. banyak komponen lainnya yang terkena dampa;
f. sifat kumulatif dampak;
g. berbalik (reversible) atau tidak terbalik (irreversible) dampak.

8
Bentuk hasil kajian AMDAL berupa dokumen AMDAL yang terdiri dari 5
(lima) dokumen, yaitu:

 Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KAANDAL)


 Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
 Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
 Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
 Dokumen Ringkasan Eksekutif
Dampak lingkungan menjadi penting apabila komponen lingkungan yang
terkena dampak jumlahnya besar dalam waktu yang relatif singkat dalam ruang yang
relatif luas.

Tujuan & Sasaran AMDAL adalah:“ Untuk menjamin agar suatu usaha
dan/atau kegiatan pembangunan dapat beroperasi secara berkelanjutan tanpa
merusak dan mengorbankan lingkungan atau dengan kata lain usaha atau kegiatan
tersebut layak dari aspek lingkungan hidup”. Pada hakikatnya diharapkan dengan
melalui kajian AMDAL, kelayakan lingkungan sebuah rencana usaha dan/atau
kegiatan pembangunan diharapkan mampu secara optimal meminimalkan
kemungkinan dampak lingkungan hidup yang negative, serta dapat memanfaatkan dan
mengelola sumber daya alam secara efisien.

Ada 3 sasaran utama kegunaan dan manfaat AMDAL, yakni :


1. Pada Pemerintah, yaitu sebagai alat pengambil keputusan tentang kelayakan
lingkungan dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Merupakan bahan
masukan dalam perencanaan pembangunan wilayah. Mencegah potensi SDA di
sekitar lokasi proyek tidak rusak dan menjaga kelestarian LH.
2. Pada Masyarakat, yaitu dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya
sehingga dapat mempersiapkan diri untuk berpartisipasi. Mengetahui perubahan
lingkungan yang akan terjadi dan manfaat serta kerugian akibat adanya suatu
kegiatan. Mengetahui hak dan kewajibannya di dalam hubungan dengan usaha
dan/atau kegiatan di dalam menjaga dan mengelola kualitas lingkungan.
3. Pada Pemrakarsa, yaitu Untuk mengetahui masalah-masalah lingkungan yang
akan dihadapi pada masa yang akan datang. Sebagai bahan untuk analisis

9
pengelolaan dan sasaran proyek. Sebagai pedoman untuk pelaksanaan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup.

B. Peranan dan tujuan AMDAL


Pencemaran lingkungan merupakan masalah bersama yang semakin penting
untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita.
Siapapun bisa berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan
ini. Dimulai dari lingkungan yang terkecil, diri sendiri, sampai ke lingkungan yang
lebih luas.
Permasalahan pencemaran lingkungan yang harus segera kita atasi bersama
diantaranya pencemaran air tanah dan sungai, pencemaran udara perkotaan,
kontaminasi tanah oleh sampah, hujan asam, perubahan iklim global, penipisan lapisan
ozon, kontaminasi zat radioaktif, dan sebagainya.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan salah satu
upaya untuk meminimalkan pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari kegiatan
manusia sehari-hari seperti penggunaan dan transformasi lahan, penggunaan
sumberdaya, pembinaan sumberdaya, proses pertanian, proses industri, transportasi,
energi, pembuangan air dan pemurnian air, penggunaan bahan kimia, dan rekreasi.
Banyaknya kegiatan yang dilakukan manusia tersebut tanpa disadari memberi
pengaruh yang sangat besar terhadap lingkungan.
Pembuatan dan penyusunan AMDAL bertujuan untuk :
 Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah
 Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau kegiatan
 Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau
kegiatan
 Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup
 Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana
usaha dan atau kegiatan
Tujuan fundamental AMDAL ialah untuk internalisasi pertimbangan
lingkungan dalam proses perencanaan, pembuatan program dan pengambilan
keputusan (Caldwell, 1978). Buku pegangan Badan Pembangunan Internasional

10
Amerika Serikat ( US Agency for Internasional Development ( AID ) menyatakan,
tujuan AMDAL adalah untuk menjamin bahwa pertimbangan lingkungan telah
diikutsertakan dalam perencanaan ( design ) dan pelaksanaan proyek (US.AID, 1974).
Di dalam Undang-undang No.4, 1982, pasal 16 tertera sebagai berikut: “ Setiap
rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan wajib
dilengkapi dengan analisis mengenai dampak penting terhadap lingkungan ….”.
AMDAL diperuntukan bagi suatu rencana, oleh karena itu menurut undang-undang
tidaklah benar untuk menggunakan AMDAL bagi proyek yang telah selesai dan telah
operasional, misalnya proyek pabrik semen Gersik, hotel Nusa Dua di Denpasar atau
jalan raya jagorawi. Akan tetapi apabila proyek tersebut direncanakan untuk diperluas,
dapatlah dilakukan AMDAL untuk rencana perluasan tersebut. Dari segi teknis
penggunaan AMDAL untuk proyek yang telah jadi membawa kesulitan. Dampak tidak
dapat diukur, apabila garis dasarnya tidak diketahui. Sebagai contoh, garis dasar itu
adalah penduduk yang tergusur dan tekanan penduduk pada tahun (setelah adanya
proyek) tanpa ada proyek. Proyek yang telah jadi, apabila yang telah operasional
untuk jangka waktu panjang, telah mengubah lingkungan dank arena itu telah
menghapus seluruh atau sebagian garis dasar. Dengan demikian dampak tidak dapat
lagi diukur. Mengingat hal ini dipahami bahwa dari segi teknis AMDAL tidak dapat
digunakan untuk proyek yang telah ada.
Adanya pembangunan ialah karena adanya kebutuhan untuk menaikkan
kesejahteraan rakyat. Pembanguna itu dijabarkan ke dalam program dalam berbagai
bidang yang selanjutnya dirinci ke dalam berbagai proyek. Walaupun AMDAL dapat
juga dugunakan untuk menganalisis dampak yang diperkirakan akan ditimbulkan oleh
program, namun pada umumnya AMDAL digunakan pada tingkat proyek, hal ini
disebahbakan karena AMDAL untuk program lebih sulit pelaksanaannya daripada
untuk proyek. Kesulitan pada AMDAL untuk program adalah disebabkan karena
uraian program belumlah terinci, bidangnya luas dan daerah yang dijamgkau pun
sering luas. Sebagai contoh ialah program transmigrasi, program intensifikasi produksi
pangan dan program pemberantasan penyakit malaria. Ketiga program ini meliputi
daerah seluruh Indonesia yang mempunyai kondisi lingkungan yang sangat bervariasi.
AMDAL untuk daerah yang luas itu dapat dilakukan dengan AMDAL Kawasan dan
AMDAL Regional. Metode yang telah banyak berkembang adalah AMDAL untuk
proyek. Karena itu peranan AMDAL dalam perncanaan masih terbatas pada
perencanaan proyek. Ini pun umumnya masih terbatas pada proyek yang bersifat fisik,

11
misalnya pembangunan bendungan, jalan raya, pelabuhan dan parik. Proyek yang
bersifat non-fisik umumnya masih diabaikan. Padahal proyek non-fisik pun dapat
mempunyai dampak yang besar dan penting. Misalnya, proyek pendidikan tentang
gizi. Dampak proyek ini sebagian terletak dalam social-budaya, yaitu sikap orang
tehadap makanan, antara lain, perubahan nilai social bahan makanan dan menu
makanan.
AMDAL sebagai alat dalam perencanaan harus mempunyai peranan dalam
pengambialan keputusan tentang proyek yang sedang direncanakan. Artinya, AMDAL
tidak banyak artinya apabila dilkaukan setelah diambil keputusan untuk melaksanakan
proyek tersebut. Pada lain pihak juga tidak benar untuk menganggap AMDAL adalah
satu-satunya factor penentu dalam pengambilan keputusan tentang suatu proyek
tertentu. Akan tetapi AMDAL merupakan masukan tambahan untuk pengambilan
keputusan, disamping masukan dari bidang teknik, ekonomi dan lain-lainnya.
Misalnya, dapat saja terjadi laporan AMDAL menyatakan, bahwa suatu proyek
diperkirakan akan mempunyai dampak lingkungan negative dan besar.
Sangat disayangkan apabila AMDAL baru dilaksananakan setelah beberapa
putusan penting tentang suatu program atau proyek diambil, misalnya lokasi proyek,
proses produksi dan cara pembuangan limbah. Pada tahap ini pilihan sebagai
alternative telah tertutup, sehinggga AMDAL tidak dapat lagi atau sukar untuk
menyarankan alternative lokasi, proses produksi atau cara pembuangan limbah yang
dari segi lingkungan akan mempunyai dampak yang lebih menguntungkan daripada
yang telah direncanakan. Dalam hal ini apabila saran ini diajukan, pihak proponen
proyek akan keberatan, karena akan mengharuskan diadakan revisi dalam rencana
yang sudah jadi dan selanjutnya akan mengakibatkan kemunduran pelaksanaan proyek
dan kenaikan biaya. Dengan demikian akan terjasi konflik antara pemrakarsa proyek
dan pelaksana AMDAL. Suatu aspek yang penting dalam pelaksanaan AMDAL yang
dini adalah masih terbukanya banyak alternative. Bahkan AMDAL dapat dan harus
mengeksplorasi dan menyajikan alternative baru termasuk alternatif tanpa proyek atau
alternative nol. AMDAL yang dilakukan secara bertahap dapat menghindari
dikeluarkannya biaya dan tenaga yang berlebihan.
Maksud pekerjaan penyusunan AMDAL adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kegiatan proyek pada beberapa tahap antara lain: Pra konstruksi,
Konstruksi, Operasi dan pasca operasi, terutama pada aspek yang diperkirakan
akan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.

12
2. Mengidentifikasi rona awal terkait dengan area kegiatan proyek baik di tapak
proyek maupun disekitar lokasi proyek.
3. Memperkirakan dan mengevaluasi dampak penting dan timbal balik antara
lingkungan dengan kegiatan proyek
4. Menyusun Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL) untuk melaksanakan pengelolaan lingkungan.
Beberapa kegunaan AMDAL antara lain adalah sebagai berikut:
1. Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah
2. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau kegiatan.
3. Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau
kegiatan.
4. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.
5. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu
rencana usaha dan atau kegiatan.
6. Untuk pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan/pemberian ijin usaha atau
kegiatan.
Sedangakan peranan AMDAL lain yang penting adalah peran serta
masyarakat yang lebih luas dalam perencanaan pembangunan daripada pihak
pemrakarsa dan pemerintah saja. Di Amerika Serikat dan Negara barat lainnya
peranserta masyarakat dilakukan dengan dengar pendapat dan dengan tersedianya
laporan AMDAL untuk dibaca dan dipelajari oleh masyarakat. Dengan terpadunya
AMDAL dengan telaah kelayakan rekayasa dan telah kelayakan ekonomi, AMDAL
diinternalkan dalam proses perencanaan.
Dengan demikian sifat AMDAL yang hingga kini merupakan aktifitas eksternal proses
perencanaan diubah menjadi bagian terpadu internal proses perencanaan. Selama
pelaksanaan dan operasi proyek dilakukan pemantauan. Hasil pemantauan digunakan,
antara lain, sebagai umpan balik untuk melakukan koreksi tertentu terhadap
pelaksanaan dan operasi proyek.
Di Indonesia untuk meminimalisasi dampak lingkungan yang disebakan oleh
suatu kegiatan atau proyek dilakukan studi mengenai Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (Amdal). Namun, praktik AMDAL di Indonesia saat ini masih jauh dari

13
yang diharapkan dan semangat peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah,
paling tidak ada empat kelemahan aplikasi Amdal di Indonesia, yaitu :
 Pertama, Masih tidak dilibatkannya masyarakat dalam penyusunan dan
persetujuan Amdal. Masyarakat seharusnya mengetahui dampak positif dan
dampak negatif dari suatru proyek yang akan dilaksanakan, karena Amdal bersifat
terbuka dan partisipatif. Hal ini sesuai dengan PP No. 27 Tahun 1999, peran
masyarakat dalam menyusun dan persetujuan Amdal sangat besar sekali sehingga
diharapkan adanya transparansi berdasarkan hubungan timbal balik antara
pemrakarsa dan masyarakat.
 Kedua, Amdal masih bersifat formalitas dan persayaratan administratif, sehingga
sebuah proyek dapat dibangun tanpa adanya Amdal. Padahan Amdal adalah
kajian ilmiah dampak besar dan penting pada lingkungan hidup yang
ditimbulkan oleh kegiatan manusia.
 Ketiga, Kualitas Amdal masih sangat buruk. Penyusunan Amdal masih
memprioritaskan kepentingan investor daripada dampak pada lingkungan. Data
Bidang Tata Lingkungan, Kantor Menteri Lingkungan Hidup tahun 2006
menyebutkan Lebih dari 75 persen dokumen amdal yang dinilai oleh Komisi
Penilai Amdal di Kabupaten/Kota berkualitas buruk hingga sangat buruk. Salah
satu penyebab buruknya kualitas Amdal karena banyak penyusunan studi
Amdal yang tidak dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli di bidangnya.
Amdal akan memberikan informasi yang relevan bagi pemerintah sebagai
pengambil keputusan dalam pemberian izin usaha yang berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan, sehingga dalam izin tersebut perlu diatur
persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemrakarsa usaha untuk mencegah
dampak kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkan.
 Keempat, Kelemahan pengawasan implementasi dokumen Amdal. Dalam hal
ini adalah rendahnya penjabaran mengenai Rencana Pengelolaan Lingkungan
(RKL) dan Rencana Pengawasan Lingkungan (RPL).

14
BAB III
PENUTUP

AMDAL adalah singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Dalam


Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
disebutkan bahwa AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting untuk
pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada Iingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan.
AMDAL merupakan salah satu azas untuk menunjang pembangunan berwawasan
lingkungan. Pada dasarnya prosedur untuk semua kegiatan hamper sama satu dengan yang
lain dan dapat dikaji dari PP 27/1999 tentang Analisis Dampak Lingkungan. Pedoman
pelaksanaan tertuang antara lain pada Keputusan Kepala Bapedal KEP. No
9/KABAPEDAL/2/2000, Keputusan Ketua Bapedal No. 056/1994 tentang kriteria dampak
penting, dan KEPMEN LH No. 17 Tahun 2001 tentang kegiatan yang wajib AMDAL.
Di Indonesia untuk meminimalisasi dampak lingkungan yang disebakan oleh suatu
kegiatan atau proyek dilakukan studi mengenai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(Amdal). Namun, praktik AMDAL di Indonesia saat ini masih jauh dari yang diharapkan
dan semangat peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang
diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan pemerintah
tentang AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah salah satu syarat perijinan,
dimana para pengambil keputusan wajib mempertimbangkan hasil studi AMDAL sebelum
memberikan izin usaha atau kegiatan.
Pemerintah perlu melakukan penegasan terhadap pentingnya AMDAL lepada
perusahaan Industri di Indonesia.Pelanggaran tentang AMDAL harus diberi hukuman yang
memberatkan karena sangat merugikana masyarakat dan lingkungan.Perlu dilakukan
sosialisasi yang lebih menyeluruh tentang studi AMDAL terutama kepada pekerja Industri
skala rumah tangga dan Industri skala besar.Masyarakat selaku fugsi kontrol bekerjasama
dengan pemerintah dalam menjaga kelestarian lingkungan sesuai dengan maksud dan tujuan
AMDAL.

15
Daftar pustaka
Anonimous, 1997. Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
Anonimous, 1999. Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1999, tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan,
Hardjosoemantri Koesnadi, 1986. Hukum Tata Lingkungan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta;
Sumarwoto, otto. 2007. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
Soeratmo, G, 1988. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta;

16
Pertanyaan-pertanyaan

1. a. Perkembangan AMDAL dari tahun ke tahun menunjukan berbagai indeks. Jelaskan


mengenai hal tersebut !
b. Pembangunan-pembangunan industri di Indonesia, apakah harus mengikuti prosedur
AMDAL? Jelaskan !

2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menerapkan sistem prakonstruksi, periode
konstruksi dan operasional?

3. Suatu industri sebelum mendirikan suatu perusahaan harus mengikuti aturan-aturan


AMDAL, bagaimana jika suatu perusahaan itu menjalankan aktivitasnya tidak sesuai lagi
dengan AMDAL?

4. Dalam pelanggaran industri-industri terhadap AMDAL, apakah pelanggaran itu


disebabkan oleh perusahaan atau tim AMDAL?

17

Anda mungkin juga menyukai