Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS DAMPAK SEMBURAN LUMPUR

LAPINDO TERHADAP LINGKUNGAN

DINA AMI PUSPITA SARI ( 227011666 )


FUNNY FIRMANSYAH ( 227011683 )

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Analisis Dampak Semburan Lumpur Lapindo
Terhadap Lingkungan” untuk mata kuliah AMDAL. Dengan harapan akan dapat memberikan manfaat
kepada kita semua khususnya kepada masyarakat Jawa Timur dalam menghadapi permasalahan multi
efek yang ditimbulkan oleh adanya peristiwa semburan lumpur panas pada wilayah kerja PT. Lapindo
Brantas di Porong Sidoarjo yang masih berlangsung hingga saat ini. Hasil dari penelitian analisis resiko
lingkungan diharapkan akan dapat menjadi data basis bagi kejadian sejenis mengingat besarnya dampak
yang ditimbulkan dari kejadian semburan lumpur panas dengan volume semburan yang amat besar
tersebut dalam rangka mencegah dan meminimisasi resiko yang dapat ditimbulkan.
Tak lupa kepada semua pihak yang telah membantu serta turut ikut mendukung kami dalam
pengerjaan karya tulis ini. Akhir kata, kami berharap agar kiranya laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan menambah pengetahuan baru. Terima kasih.
PENDAHULUAN
Bencana ekologis nasional lumpur panas yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa timur
dimulai pada tanggal 28 Mei 2006, saat gas beracun dan lumpur panas menyembur di dekat sumur
pengeboran Banjar milik PT. Lapindo Brantas, Inc.
Lumpur panas di Bulan November 2006 telah menutupi sekitar 250 hektar tanah. Perkiraan
volume semburan lumpur antara ±50.000 – 120.000 m3 / hari. Sehingga air yang terpisah dari endapan
lumpur berkisar 35.000 – 84.000 m3/hari.
Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun 2006, tentang upaya lokalisasi lumpur melalui tanggul-
tanggul penahan Lumpur di sekitar pusat semburan. Konstruksi tanggul yang tidak permanent
menyebabkan tanggul jebol dan genangan Lumpur hingga kini telah menggenangi lahan seluas
250Ha dan sedang disiapkan 200 Ha lagi yang sedang dalam tahap pembebasan. Jumlah air
diperkirakan akan lebih banyak lagi mengingat musim hujan telah tiba dengan data curah hujan rata-
rata bulanan berkisar 150-250 mm. Jika hujan per hari rata-rata diasumsi sebesar 10 mm/hari dan luas
kolam lumpur diasumsi seluas 450 Ha, maka ada tambahan air sebesar 450 Ha x 10.000 m2/Ha x 0,01
m = 45.000 m3/hari.
Kegagalan menghentikan semburan lumpur panas ini, menyebabkan banyak masyarakat di
Sidoardjo menjadi korban. Potensi kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dari pelepasan lumpur ini
ke kali Porong dapat meluas ke kawasan yang melampaui batas wilayah Kabupaten Sidoardjo.
Mengingat besarnya dampak semburan lumpur panas tersebut terhadap kehidupan masyarakat,
khususnya di Kabupaten Sidorajo dan di Jawa Timur pada umumnya, Pemerintah menaruh perhatian
yang besar dalam penanganan dampak semburan Lumpur panas ini.
Sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia pada Sidang Kabinet Paripurna tanggal 27
September 2006, skenario pengendalian lumpur sebagian dialirkan ke Sungai Porong untuk
mengantisipasi jebolnya tanggul yang lebih parah sehingga membahayakan keselamatan penduduk
dan merusak infrastruktur di sekitarnya. Lumpur panas tersebut akhirnya disetujui untuk dibuang
tanpa pengolahan ke Sungai Porong dan badanbadan air sekitarnya dengan alasan bahwa tidak ada
tanggul yang dapat dibangun dalam waktu singkat untuk menyimpan lumpur panas yang menyembur
dengan volume 126,000 m3 per hari. Harus diakui adanya batas kemampuan teknologi untuk
menyimpan lumpur tersebut dalam waduk-waduk yang dibangun TimNas Pengendalian Lumpur.
Berdasarkan analisis awal oleh beberapa laboratorium di dalam dan di luar negeri, ditemukan bahwa
lumpur panas yang keluar dari perut bumi ini bukanlah bahan yang beracun atau berbahaya.
Permasalahan terbesar dari lumpur panas ini adalah volume yang menyembur sekitar 120,000 -
130,000 m3 setiap harinya.

RUMUSAN MASALAH

 Apa saja yang menyebabkan kasus Lumpur Lapindo melanggar ketentuan hukum lingkungan ?
 Bagaimana analisis kasus Lumpur Lapindo berdasar undang-undang yang mengatur ?
 Mengetahui Tindakan pemerintah dan Lapindo Brantas Inc untuk menyelesaikan permasalahan
bencana lumpur lapindo
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN LINGKUNGAN HIDUP


Pengertian Lingkungan hidup menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahkluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta mahluk hidup lain, dengan disertai pengelolaan lingkungan hidup sebagai upaya terpadu
untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian
lingkungan hidup. Perlu dilakukannya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup sebagai upaya dasar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup
termasuk sumber daya kedalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan,
kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Oleh karenanya
harus tersedianya sumber daya global yang merupakan sebagai unsur lingkungan hidup yang
terdiri dari sumber daya manusia, sumber daya alam baik hayati maupun non hayati dan
sumber daya buatan.

Dan untuk melakukan pencegahan terhadap pencemaran tersebut haruslah melihat kepada hal
baku mutu lingkungan hidup, yang merupakan sebagai tolok ukur batas atau kadar makhluk
hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada/atau unsur pencemaran yang
tenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
Dimana pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat energi atau komponnen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga kualitasnya turun sampai ketingkat tertentu yangmenyebabkan lingkungan hidup
tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya.

2. LAPINDO BRANTAS Inc


Lapindo Brantas Inc. pertama didirikan pada tahun 1996, setelah proses kepemilikan
sahamnya diambil alih dari perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat, Huffington
Corporation, yang saat itu telah menandatangani perjanjian Production Sharing Contract
(PSC) dengan Blok Brantas di Jawa Timur untuk jangka waktu 30 tahun.
Dari tahun 1991 hingga 1996, LBI (Lapindo Brantas Inc.) melakukan survei seismik dan
kegiatan pemboran eksplorasi yang fokus pada pengembangan Lapangan Gas Wunut, yang
kemudian mulai berproduksi pada 25 Januari 1999. LBI merupakan perusahaan swasta
pertama di Indonesia yang memproduksi gas di Lapangan Wunut. LBI kemudian bergabung
dengan PT Energi Mega Persada (EMP) di tahun 2004 sebelum diambil alih oleh Minarak
Labuan Co. Ltd. (MLC).
Lapindo Brantas, Inc (LBI) bergerak di bidang usaha eksplorasi dan produksi migas di
Indonesia yang beroperasi melalui skema Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di blok
Brantas, Jawa Timur. LBI melakukan eksplorasi secara komersil di 2 wilayah kerja (WK) di
darat dan 3 WK lepas pantai dan saat ini total luas WK Blok Brantas secara keseluruhan
adalah 3.042km2.

3. KRONOLOGIS TERJADINYA LUMPUR LAPINDO


Semburan lumpur panas itu muncul pertama kalinya pada 29 Mei sekitar pukul 05.00.
Semburan ini terjadinya di areal persawahan Desa Siring, Kecamatan Porong, Kabupaten
Sidoarjo sekitar 150 meter barat daya sumur Banjar Panji 1 yang dikerjakan oleh Lapindo
Brantas Inc.
Selama tiga bulan Lapindo Brantas Inc, melakukan pengeboran vertikal untuk mencapai
formasi geologi yang disebut Kujung pada kedalaman 10.300 kaki. Sampai semburan lumpur
pertama itu, yang dalam dunia perminyakan dan gas disebut blow out, telah dicapai
kedalaman 9.297 kaki (sekitar 3,5 kilometer). Kedalaman ini dicapai pukul 13.00 dua hari
sebelum blow out.
Pada pengeboran di kedalaman tersebut, lumpur berat masuk pada lapisan, disebut loss, yang
memungkinkan terjadinya tekanan tinggi dari dalam sumur ke atas atau kick, antisipasinya
adalah menarik pipa untuk memasukkan casing yang merupakan pengaman sumur. Ketika
penarikan pipa hingga 4.241 kaki, pada 28 Mei, terjadi kick.
Penanggulangan ini adalah dengan penyuntikan lumpur ke dalam sumur. Ternyata bor macet
pada 3.580 kaki, dan upaya pengamanan lain dengan disuntikan semen. Bahkan pada hari itu
dilakukan fish, yakni pemutusan mata bor dari pipa dengan diledakan. Namun kemudian
yang terjadi adalah munculnya semburan gas dan lumpur pada subuh esok harinya.

4. PENYEBAB TERJADINYA LUMPUR LAPINDO

Pada awalnya bencana lumpur lapindo diperkirakan diakibatkan oleh adanya bencana gempa
yang terjadi di Indonesia. Hal ini didapat berdasarkan laporan yang ditulis oleh dua orang
insinyur petroleum terkemuka. Mereka adalah Maurice Dusseault PhD dari Universitas
Waterloo, Kanada dan Baldeo Singh, insinyur S3 dari Massachusetts Institute of Technology,
AS. Menurut mereka gempa dan gempa-gempa susulan di Yogyakarta serta dampak yang
ditimbulkannya merupakan kunci penyebab kejadian bencana lumpur lapindo yang terjadi.
Selain itu juga terdapat laporan dari Ralph Adams, insinyur asal Kanada yang sudah
berpengalaman 29 tahun dalam pengeboran minyak dan gas di Indonesia. Adams menulis
laporan Banjar Panji-1 Well Control Incident Report. “Program pengeboran dan perubahan
rangka sumur pengeboran bukan menjadi penyebab letusan. (Semburan) dibuka oleh gempa
besar kurang dari 24 jam sebelum kena sumur,” tulisnya.
Namun dalam AAPG 2008 International Conference & Exhibition yang dilaksanakan di Cape
Town International Conference Center, Afrika Selatan, tanggal 26-29 Oktober 2008 yang
dihadiri oleh ahli geologi seluruh dunia, menghasilan pendapat ahli: 3 (tiga) ahli dari
Indonesia mendukung GEMPA YOGYA sebagai penyebab, 42 (empat puluh dua) suara ahli
menyatakan PENGEBORAN sebagai penyebab, 13 (tiga belas) suara ahli menyatakan
KOMBINASI Gempa dan Pemboran sebagai penyebab, dan 16 (enam belas suara) ahli
menyatakan belum bisa mengambil opini. Dengan demikian suara terbanyak untuk penyebab
terjadinya bencana lumbur lapindo adalah pengeboran yang salah.
Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan pengeboran ini dengan
membuat prognosis pengeboran yang salah. Mereka membuat prognosis dengan
mengasumsikan zona pengeboran di zona Rembang dengan target pemborannya adalah
formasi Kujung. Padahal mereka mengebor di zona Kendeng yang tidak memiliki formasi
Kujung-nya. Dengan demikian mereka merencanakan akan melakukan pemasang casing
setelah menyentuh target, yaitu batu gamping formasi Kujung yang sebenarnya tidak ada.
Selama pengeboran mereka tidak meng-casing lubang karena kegiatan pengeboran masih
berlangsung. Selama pengeboran, lumpur yang overpressure (bertekanan tinggi) dari formasi
Pucangan sudah berusaha menerobos tetapi dapat di atasi dengan pompa lumpurnya Lapindo.
Setelah kedalaman 9297 kaki, akhirnya mata bor menyentuh batu gamping. Lapindo mengira
target formasi Kujung sudah tercapai, padahal yang dicapai hanya menyentuh formasi Klitik
saja. Batu gamping pada formasi Klitik sangat porous (bolong-bolong). Akibatnya lumpur
yang tadinya digunakan untuk melawan lumpur formasi Pucangan hilang masuk ke lubang di
batu gamping formasi Klitik atau circulation loss sehingga Lapindo kehilangan/kehabisan
lumpur dipermukaan.
Akibat dari habisnya lumpur Lapindo, maka lumpur formasi Pucangan berusaha menerobos
ke luar. Mata bor berusaha ditarik tetapi terjepit sehingga dipotong. Sesuai prosedur standard,
operasi pemboran dihentikan, perangkap Blow Out Preventer (BOP) di rig segera ditutup &
segera dipompakan lumpur pemboran berdensitas berat ke dalam sumur dengan tujuan
mematikan kick. Kemungkinan yang terjadi, fluida formasi bertekanan tinggi sudah terlanjur
naik ke atas sampai ke batas antara open-hole dengan selubung di permukaan (surface casing)
13 3/8 inchi. Di kedalaman tersebut, diperkirakan kondisi geologis tanah tidak stabil &
kemungkinan banyak terdapat rekahan alami (natural fissures) yang bisa sampai ke
permukaan. Karena tidak dapat melanjutkan perjalanannya terus ke atas melalui lubang
sumur disebabkan BOP sudah ditutup, maka fluida formasi bertekanan tadi akan berusaha
mencari jalan lain yang lebih mudah yaitu melewati rekahan alami tadi & berhasil. Inilah
mengapa surface blowout terjadi di berbagai tempat di sekitar area sumur, bukan di sumur itu
sendiri.

5. ANALISIS KASUS LUMPUR LAPINDO SIDOARJO


Kasus meluapnya Lumpur Lapindo jika ditinjau dari Undang– undang No. 32 Tahun 2009,
memiliki banyak pelanggaran yang terjadi khususnya terhadap ketentuan hukumlingkungan. Pelanggaran
tersebut meliputi beberapa hal :
1. Pemanfaatan Sumber Daya Alam ( SDA ) yang tidak memperhatikan Lingkungan Hidup
Lapindo Brantas Inc. tidak memiliki AMDAL. Sehingga, berdasarkan UU No. 32 Tahun2009
pasal 12 ayat ( 1 ),dan (2) dalam hal ini Lapindo Brantas telah terbukti bahwa LapindoBrantas
Inc. karena kelalaiannya telah menyebabkan pencemaran.
2. Tidak Adanya Pengendalian Baik Oleh Pemerintah Maupun Penanggungjawab Usaha
Dalam UU No. 32 Tahun 2009 pasal 13 ayat (1),(2),(3) mengenai pengendalian. LapindoBrantas
Inc. tidak melakukan pengendalian sesuai dengan ayat (1),(2),(3) dan pemerintahsebelum terjadi
semburan juga tidak melakukan upaya pengendalian yang maksimal hinggaLapindo Brantas Inc.
yang tidak memiliki AMDAL dapat melakukan eksplorasi sumber dayaalam di Sidoarjo saat itu.
3. Lapindo Brantas Inc. Tidak Memiliki AMDAL
Berdasarkan hasil investigasi Wahana Lingkungan Hidup ( WALHI ), selama melakukanusaha
pertambangannya, Lapindo Brantas Inc. tidak memiliki AMDAL.
4. Lapindo Brantaas Inc. Berperan Dalam Pencemaran Lingkungan Hidup
Sesuai dengan Pasal 20 UU No. 1 Tahun 2009 mengenai baku mutu lingkungan hidup.Lumpur
Lapindo memiliki kandungan yang berbahaya yang ditimbulkan dan berbahaya bagikehidupan
masyarakat karena mengandung banyak zat yang membahayakan.
5. Pembuangan Lumpur Ke Laut Tidak Sesuai Dengan Pengelolaan Limbah B3
Lumpur yang menyembur di Sidoarjo, bukan lumpur biasa melainkan lumpur panas
yangmengandung banyak bahan berbahaya. Apabila dibuang kelaut maka dapat mencemari
ekosistemlaut. Selain itu ini melanggar pasal 59 Undang– undang No. 32 Tahun 2009.
6. Pemerintah tidak melaksanakan PPLH
dalam pasal 63,Lapindo Brantas Inc melanggar hak– hak dalam pasal 65, tidakmelaksanakan
kewajiban pada pasal 67– 69, Pemerintah tidak melakukan pengawasan dansanksi administrativ.

6. DAMPAK AKIBAT PENCEMARAN LUAPAN LUMPUR LAPINDO SIDOARJO

1. Terhadap Lingkungan
Akibat Dampak luapan Lumpur Panas, mengakibatkan banyaknya lingkungan fisikyang rusak.
Lumpur menggenangi 16 desa di tiga kecamatan. Semula hanya menggenangi empat desa dengan
ketinggian sekitar 6 meter, yang membuat dievakuasinya warga setempat untuk diungsikan serta
rusaknya areal pertanian. Luapan lumpur ini juga menggenangi sarana pendidikan dan Markas
Koramil Porong. Hingga bulan Agustus 2006, luapan lumpur ini telah menggenangi sejumlah
desa/kelurahan di Kecamatan Porong, Jabon, dan Tanggulangin, dengan total warga yang
dievakuasi sebanyak lebih dari 8.200 jiwa dan tak 25.000 jiwa mengungsi. Karena tak kurang
10.426 unit rumah terendam lumpur dan 77 unit rumah ibadah terendam lumpur.

Lahan dan ternak yang tercatat terkena dampak lumpur hingga Agustus 2006 antara lain: lahan
tebu seluas 25,61 ha di Renokenongo, Jatirejo dan Kedungcangkring; lahan padi seluas 172,39 ha
di Siring, Renokenongo, Jatirejo, Kedungbendo, Sentul, Besuki Jabon dan Pejarakan Jabon; serta
1.605 ekor unggas, 30 ekor kambing, 2 sapi dan 7 ekor kijang.

Rumah/tempat tinggal yang rusak akibat diterjang lumpur dan rusak sebanyak 1.683 unit.
Rinciannya: Tempat tinggal 1.810 (Siring 142, Jatirejo 480, Renokenongo 428, Kedungbendo
590, Besuki 170), sekolah 18 (7 sekolah negeri), kantor 2 (Kantor Koramil dan Kelurahan
Jatirejo), pabrik 15, masjid dan musala 15 unit. Kerusakan lingkungan terhadap wilayah yang
tergenangi, termasuk areal persawahan.

2. Terhadap Kesehatan Masyarakat Sidoarjo


ISPA menempati peringkat teratas penyakit yang dikeluhkan masyarakat. Namun pada tahun
2007 (setahun setelah menyemburnya lumpur lapindo) terjadi peningkatan tajam jumlah
penderita sampai mencapai puncaknya tahun 2009 yakni 52 ribu lebih penderita.

Lumpur lapindo mengandung senyawa PAH yang bisa mengakibatkan :

ü  Kulit merah, iritasi, melepuh, dan kanker kulit jika kontak langsung dengan kulit

ü  Kanker

ü  Permasalahan reproduksi

ü  Membahayakan organ tubuh seperti liver, paru-paru, dan kulit

7. TINDAKAN PEMERINTAH DAN LAPINDO BRANTAS INC.


Pihak Lapindo telah menyediakan dana sebesar US$ 70 juta atau sekitar 665 milyar untuk dana darurat
penanggulangan lumpur. Dana ini digunakan untuk salah satunya adalah membuat tanggul untuk
membendung area genangan lumpur. Namun dengan terus bertambahnya volume semburan lumpur
lapindo, pembuatan tanggul dirasa tidak menyelesaikan masalah. Ditambah lagi dengan datangnya musim
hujan, volume yang tertampung dalam tanggul akan menjadi besar dan dapat mengakibatkan jebolnya
tanggul. Hal ini sangat bebahaya jika terjadi dalam jangka waktu yang pendek, karena kawasan sekitar
tanggul adalah jalan raya, rel kereta api, dan rumah penduduk. Ada tiga tim ahli yang dibentuk untuk
menyelesaikan masalah bencana lumpur lapindo. Tiap tim terdiri dari perwakilan Lapindo Brantas Inc.,
pemerintah dan sejumlah ahli dari beberapa universitas terkemuka. Tim ini dibentuk untuk
menyelamatkan penduduk sekitar, menjaga infrastuktur, dan menangai semburan lumpur dengan resiko
lingkungan terkecil. Seluruh biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas tiap tim akan ditanggung
oleh Lapindo Brantas Inc.
Selain itu Lapindo Brantas Inc. juga harus memberikan ganti rugi bagi para korban. Lapindo Brantas Inc
berkewajiban untuk membayar sebanyak 13.237 berkas. Saat ini masih ada 3.348 berkas dengan total
pembayaran 786 milyar yang masih belum tertangani. Dengan kata lain sebanyak 75 persen dari berkas
yang ada telah dilunasi. Lapindo Brantas Inc telah mengeluarkan dana sebanyak 8 triliun, dimana 5 triliun
digunakan untuk penanganan semburan lumpur lapindo dan triliun digunakan untuk pembayaran aset
warga.
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Dengan adanya kasus semburan Lumpur Lapindo di Sidoarjo, hal tersebut merupakan kejadian yang
sebenarnya dapat dicegah jika pemerintah melakukan pengawasan dalam hal perizinan dan pengawasan
dalam pelaksanaan pengeboran yang dilakukan oleh Lapindo Brantas.Tetapi, adanya kelalaian yang
disebabkan oleh pihak-pihak yang mengakibatkan terjadinya semburan Lumpur tersebut, masyarakatlah
yang menderita dan menjadi korban adanya kejadian tersebut. Masyarakat banyak kehilangan harta benda
dan menimbulkan dampak bagi kehidupan mereka baik dalam sisi psikologis, ekonomi, dan
lain sebagainya. Dan telah jelas bahwa LapindoBrantas telah melanggar Undang-undang No. 32 Tahun
2009 khususnya pelanggaran dalam bidang Lingkungan, karena menimbulkan dampak yang sangat besar.

SARAN
Saran yang bisa diambil dari kasus Lumpur Lapindo tersebut, Pemerintah selaku pihakyang bertanggung
jawab, dalam hal ini perlu memberikan dukungan penuh secara finansial sertanon finansial, salah satunya
perihal alokasi dana anggaran untuk progres proses penanggulangan lumpur lapindo, pemerintah pun
perlu berkonsilidasi dengan beberapa pakar ahli dibidang ini,serta pembayaran pelunasan ganti rugi harta
serta tempat tinggal korban, namun dalam hal pelunasan ganti rugi korban pemerintah perlu cermat
dan selektif memilah korban yang sungguh dirugikan sesuai dengan nominal yang dibuktikan serta bukti
administrasi yang kompleks dan jelas.
Dalam pemberian ganti rugi, diperlukan pengawasan terinci dari pihak aparat yang bertanggung
jawab untuk hal ini dan bekerja secara professional supaya tersalurkan secara cepat dan tepat sasaran.
Selain itu, Pemerintah harus memikirkan jalan keluar dari dampak yang ditimbulkan karena adanya
Lumpur Lapindo ini. Seperti dampak sosial, masalah kesehatan, pendidikan, perekonomian.

DAFTAR PUSTAKA
http://kuliah-hukum-d.blogspot.co.id/2014/02/analisis-kasus-lingkungan-lumpur.html
Undang– undang No. 32 Tahun 2009,
Undang-undang No. 1 Tahun 2009 mengenai baku mutu lingkungan hidup.

Anda mungkin juga menyukai